Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FIQIH MUAMALAH

“ AQAD JUAL BELI ISTISHNA DAN SHARF ”

DISUSUN OLEH :
NANDA TASLIYAH IRMAN 220104007

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) NEGERI AMBON 2022


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya kita dapat
menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya.

Adapun judul dari makalah singkat ini adalah Aqad Jual Beli Istishna dan Sharf. Pada kesempatan
kali ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bu dosen mata kuliah FIQIH MUAMALAH
yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah singkat ini. Selain itu, kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah singkat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah singkat ini menjadi
lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Ambon, 28 Oktober 2022

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ Nanda Tasliyah Irman


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................
C. TUJUAN....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

A. PENGERTIAN JUAL BELI ISTISHNA DAN SHARF............................................


1. JUAL BELI ISTISHNA................................................................................
2. JUAL BELI SHARF.....................................................................................
B. LANDASAN HUKUM JUAL BELI ISTISHNA DAN SHARF..............................
1. JUAL BELI ISTISHNA...............................................................................
2. JUAL BELI SHARF....................................................................................
C. RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI ISTISHNA DAN SHARF............................
1. JUAL BELI ISTISHNA...............................................................................
2. JUAL BELI SHARF....................................................................................
D. KETENTUAN JUAL BELI ISTISHNA DAN SHARF...........................................
1. JUAL BELI ISTISHNA...............................................................................
2. JUAL BELI SHARF....................................................................................
E. AL-SHARF DALAM PANDANGAN SYARIAH...................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................................

A. KESIMPULAN .................................................................................................
B. SARAN .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat/shani’).

Menurut istilah fiqh, Al-Sharf adalah jual beli antara barang sejenis atau antara barang tidak
sejenis secara tunai. Seperti memperjual belikan emas dengan emas atau emas dengan perak baik
berupa perhiasan maupun mata uang

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu jual beli Istishna dan Sharf?
2. Apa Landasan Hukum jual beli Istishna dan Sharf?
3. Apa saja Rukun dan Syarat jual beli Istishna dan Sharf?
4. Apa Ketentuannya jual beli Istishna dan Sharf?
5. Bagaimana pandangan syariah mengenai Al-Sharf?

C. TUJUAN

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat kami rumuskan Tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu jual beli Istishna dan Sharf
2. Mengetahui Landasan Hukum jual beli Istishna dan Sharf
3. Mengetahui Rukun dan Syarat jual beli Istishna dan Sharf
4. Mengetahui Ketentuan jual beli Istishna dan Sharf
5. Mengetahui Al-sharf dalam pandangan syariah.
BAB 11

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JUAL BELI ISTISNA DAN SHARF

1. Jual Beli Istishna


Istishna’ secara etimologis adalah meminta membuat sesuatu. Yakni meminta kepada seorang
pembuat untuk mengerjakan sesuatu. Sedangkan secara terminologis istishna’ adalah transaksi
terhadap barang dagangan dalam tanggungan yang yang disyaratkan untuk mengerjakannya. Objek
transaksinya adalah barang yang harus dikerjakan dan pekerjaan pembuatan barang tersebut.

Adapun menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, istishna’ adalah jual beli barang atau jasa
dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak
pemesan dan pihak penjual.

Istishna’ (‫ )استصناع‬adalah bentuk ism mashdar dari kata dasar istashna’a-yastashni’u (– ‫اتصنع‬
‫)يستصنع‬. Artinya meminta orang lain untuk membuatkan sesuatu untuknya. Dikatakan : istashna’a
fulan baitan, meminta seseorang untuk membuatkan rumah untuknya.

Sedangkan menurut sebagian kalangan ulama dari mazhab Hanafi, istishna’ adalah sebuah akad
untuk sesuatu yang tertanggung dengan syarat mengerjakaannya. Sehingga bila seseorang berkata
kepada orang lain yang punya keahlian dalam membuat sesuatu, “buatkan untuk aku sesuatu dengan
harga sekian dirham”, dan orang itu menerimanya, maka akad istishna’ telah terjadi dalam pandangan
mazhab ini. Namun kalangan Al-Malikiyah dan Asy-Syafi’iyah mengaitkan akad istishna’ ini dengan
akad salam. Sehingga definisinya juga terkait, yaitu (‫)الشيء المسلم للغير من الصناعات‬, yaitu suatu barang
yang diserahkan kepada orang lain dengan cara membuatnya.

Jadi secara sederhana, istishna’ boleh disebut sebagai akad yang terjalin antara pemesan sebagai
pihak 1 dengan seorang produsen suatu barang atau yang serupa sebagai pihak ke-2, agar pihak ke-2
membuatkan suatu barang sesuai yang diinginkan oleh pihak 1 dengan harga yang disepakati antara
keduanya.
2. Jual Beli Sharf
Al-sharf secara etimologi artinya Al-Ziyadah (penambahan), Al-‘Adl (seimbang), penghindaran,
pemalingan penukaran, atau transaksi jual beli. Kadang-kadang Al-Sharf dipahami berasal dari kata
Sharafa yang artinya membayar dengan penambahan. Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta
dengan valuta lainnya. Atau sharf (money changing) adalah menjual nilai sesuatu dengan nilai sesuatu
yang lain, meliputi emas dengan emas, perak dengan perak, dan emas dengan perak. Dalam kamus
istilah fiqh disebutkan bahwa Ba’i Sharf adalah menjual mata uang dengan mata uang (emas dengan
emas).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Sharf ialah pertukaran antara uang
satu dengan uang lain yang sejenis atau mata uang satu dengan mata uang lain. Mengapa kita perlu
bahas Sharf? Karena persoalan perdagangan valuta asing telah menjadi sangat populer, umum dan
hampir dilakukan serta diterima sebagai suatu transaksi yang dipraktikkan di seluruh dunia. Tidak ada
sistem ekonomi suatu negara mengalami kemajuan tanpa berhubungan dengan perdagangan valuta
asing. Oleh sebab itu selayaknya perdagangan valuta asing diterima dan diadopsi sebagai suatu
kebutuan di bidang ekonomi dan bermanfaat serta sulit sekali dipisahkan dari dunia modern. Maka
ekonomi Islam memberi solusi dengan adanya permasalahan ini.
B. LANDASAN HUKUM JUAL BELI ISTISHNA DAN SHARF

1. Jual Beli Istishna


Dasar hukum transaksi akad istishna dalam al quran dan hadits adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
‫َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّبا‬
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.”
(Qs. Al Baqarah: 275)
Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama’ menyatakan bahwa hukum asal setiap perniagaan adalah
halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang kuat dan shahih.
b. Al-hadits
.‫ اتِ ٌم‬p‫ ِه َخ‬p ‫ا َعلَ ْي‬ppً‫ونَ ِإالَّ ِكتَاب‬ppُ‫هُ ِإ َّن ْال َع َج َم الَ يَ ْقبَل‬p َ‫ل ل‬p
َ p‫ب ِإلَى ْال َع َج ِم فَقِي‬
َ ُ‫انَ َأ َرا َد َأ ْن يَ ْكت‬pp‫ى هَّللا ِ ص َك‬
َّ ِ‫ه َأ َّن نَب‬pp‫ي هللا عن‬pp‫س رض‬
ٍ َ‫ع َْن َأن‬
‫ رواه مسلم‬.‫ض ِه فِى يَ ِد ِه‬ ُ ْ ‫َأ‬
ِ ‫ َك نِّى نظ ُر ِإلَى بَيَا‬:‫ال‬ ‫َأ‬ َ َ‫ق‬.‫ض ٍة‬ َ
َّ ِ‫فَاصْ طنَ َع خَ اتَ ًما ِم ْن ف‬
Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-Arab, lalu dikabarkan
kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi menerima surat yang tidak distempel. Maka beliau
pun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan
sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih di tangan beliau.” (HR. Muslim)
2. Jual Beli Sharf
Praktek al-Sharf hanya terjadi dalam transakasi jual beli, dimana praktek ini diperbolehkan dalam
islam berdasarkan firman allah Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275

ُ ‫ َّل هّللا‬p‫ا َوَأ َح‬ppَ‫ ُل ال ِّرب‬p‫ ُع ِم ْث‬p‫ا ْالبَ ْي‬pp‫وا ِإنَّ َم‬
ْ ُ‫ال‬ppَ‫َأنَّهُ ْم ق‬pِ‫ك ب‬ َ ِ‫الَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ ال ِّربَا الَ يَقُو ُمونَ ِإالَّ َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَخَ بَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ َذل‬
‫َأ‬ ‫ُأ‬
ْ َ‫ا َد فَ وْ لَـِئك‬pَ‫ ُرهُ ِإلَى ِ َو َم ْن ع‬p‫لَفَ َوَأ ْم‬p‫ا َس‬p‫هُ َم‬pَ‫انتَهَ َى فَل‬pَ‫ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا فَ َمن َجاءهُ َموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ِه ف‬
‫هّللا‬
‫ا‬ppَ‫ار هُ ْم فِيه‬ ِ َّ‫ َحابُ الن‬p‫ص‬
َ‫خَ الِ ُدون‬
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang
yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.
Kemudian dalam hadits rasulullah juga disebutkan bahwa
‫ئتم (رواه‬pp‫ف ش‬pp‫ذهب كي‬pp‫ة بال‬pp‫ و بيعوا الذهب بالفضة والفض‬,‫ اال سواء بسواء‬,‫ والفضة بالفضة‬,‫ال تبيعوا الذهب بالذهب اال سواء بسواء‬
)‫بخاري‬
Artinya : janganlah engkau menjual emas dengan emas, kecuali seimbang dan jangan pula menjual
perak dengan perak kecuali seimbang. Juallah emas dengan perak atau perak dengan emas sesuka
kalian.
Nabi juga bersabda, yang artinya “Nabi melarang menjual perak dengan perak, emas dengan
emas, kecuali seimbang. Dan nabi memerintahkan untuk menjula emas dengan perak sesuka kami,
dan menjual perak dengan emas sesuka kami.
C. RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI ISTISHNA DAN SHARF

1. Jual Beli Istishna


Istishna’ merupakan salah satu transaksi jual beli. Oleh karena itu, rruku Jual beli juga merupakan
rukun istishna’,dan syarat jual beli merupakan syarat Istishna’
a. Rukun jual beli istishna’
Rukun istishna’ menurut Hanafiyah adalah ijab dan qabul. Akan tetapi Menurut jumhur ulama,
mengemukakan rukun istishna’ ada tiga, yaitu:

- Pihak yang berakad


• Pembeli atau pemesan (mushtasni’), yaitu pihak yang Membutuhkan atau yang memesan barang
atau makanan
• Penjual (shani’), yatu pihak yang memproduksikan barang Pesanan.
- Objek akad
• Barang atau jasa dengan spesfikasinya yang dipesan (mashnu’)
• Harga atau modal (tsaman).
- Akad atau shighat
• Serah (ijab), yaitu lafadz dari pihak pembeli atau pemesan yang Meminta kepada penjual atau
yang pembuat pesanan, untuk Membuatkan sesuatu untuk pemesan dengan imbalan tertentu.
• Terima (qabul), yaitu jawaban dari pihak yang menerima pesanan Untuk menyatakan
persetujuannya atas hak serta kewajibannya.

b. Syarat jual beli istishna’


Adapun syarat jual beli istishna’, yaitu:
1). Kedua pihak yang melakukan transaksi akad jual beli istishna’ Haruslah yang berakal, dan
mempunyai kekuasaan dalam Melakukan jual beli.
2). Kedua pihak harus saling ridha tidak saling mengingkari janji.
3). Barang yang akan dibuat harus jelas, misalnya seperti: jenis, Macam, ukuran, mutu, dan sifatnya,
karena barang yang akan Diperjual belikan harus diketahui dengan jelas.

2. Jual Beli Sharf

a. Rukun al- Sharf


Ada lima rukun al sharf, yaitu; 1) Penjual (al-Ba’i), 2) Pembeli (al-Musytari), 3) Mata uang yang
diperjualbelikan (Obyek), 4) Nilai Tukar (Si’rus Sharf), dan 5) Ijab Qobul (Sighat).
b. Syarat al- Sharf
Dalam sharf ada beberapa syarat jual beli dalam arti khusus yaitu:
a) Serah terima sebelum iftirak (berpisah)
Maksudnya yaitu transaksi tukar menukar dilakukan sebelum kedua belah pihak berpisah. Hal ini
berlaku pada penukaran mata uang yang berjenis sama maupun yang berbeda, oleh karena itu kedua
belah pihak harus melakukan serah terima sebelum keduanya berpisah meninggalkan tempat transaksi
dan tidak boleh menunda pembayaran salah satu antara keduanya. Apabila persyaratan ini tidak
dipenuhi, maka jelas hukumnya tidak sah.
Hal ini sesuai dengan dalil yang bersumber dari hadis nabi seperti yang telah disebutkan terakhir
di atas yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Begitu pula dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Sa’ad al-Khudhri, bahwasanya Rasulullah bersabda: ”janganlah kalian menjual emas dengan emas,
kecuali sama rata, dan janganlah melebihkan salah satu diantara keduanya. Dan janganlah kalian
menjual perak dengan perak, kecuali sama rata, dan janganlah kalian melebihkan salah satu antara
keduanya. Dan janganlah kalian menjual -emas dan perak- yang telah ada dengan yang belum ada.”
b) Al-Tamatsul (sama rata)
Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata maka hukumnya haram, syarat ini berlaku pada
pertukaran uang yang satu atau sama jenis. Sedangkan pertukaran uang yang jenisnya berbeda, maka
dibolehkan. Misalnya yaitu menukar mata uang dolar Amerika dengan dolar Amerika, maka nilainya
harus sama. Namun apabila menukar mata uang dolar Amerika dengan rupiah, maka tidak disyaratkan
al-tamatsul. Hal ini praktis diperbolehkan mengingat nilai tukar mata uang di masing-masing negara
di dunia ini berbeda. Dan apabila diteliti, hanya ada beberapa mata uang tertentu yang populer dan
menjadi mata uang penggerak di perekonomian dunia, dan tentunya masingmasing nilai mata uang itu
sangat tinggi nilainya.
c) Pembayaran Dengan Tunai
Tidak sah hukumnya apabila di dalam transaksi pertukaran uang terdapat penundaan pembayaran,
baik penundaan tersebut berasal dari satu pihak atau disepakati oleh kedua belah pihak. Syarat ini
terlepas dari apakah pertukaran itu antara mata uang yang sejenis maupun mata uang yang berbeda.
D) Tidak Mengandung Akad Khiyar Syarat
Apabila terdapat khiyar syarat pada akad al-sharf baik syarat tersebut dari sebelah pihak maupun
dari kedua belah pihak, maka menurut jumhur ulama hukumnya tidak sah. Sebab salah satu syarat sah
transaksi adalah serah terima, sementara khiyar syarat menjadi kendala untuk kepemilikan sempurna.
Hal ini tentunya dapat mengurangi makna kesempurnaan serah terima. Menurut ulama Hambali, al-
sharf dianggap tetap sah, sedangkan khiyar syaratnya menjadi sia-sia.

D. KETENTUAN JUAL BELI ISTISHNA DAN SHARF

1. Jual Beli Istishna


Ketentuan dari akad istishna sebagai berikut:
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat,
demikian juga dengan pembayarannya.
2. Harga yang sudah ditetapkan tidak boleh berubah. Tetapi apabila setelah akad ditandatangani
pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi
tanggung jawab pembeli.
3. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan
4. Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan hutang.
2. Jual Beli Sharf
Ketentuan Jual Beli Sharf , yaitu:
- Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
- Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga jaga (simpanan)
- Bila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis, maka nilainya harus sama dan secara
tunai (at-taqabudh)
- Jika berlainan jenis harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi
dilakukan dan secara tunai

E. AL-SHARF DALAM PANDANGAN SYARIAH

Pada prinsip syariah-nya, praktek jual beli valuta asing dapat dianalogikan dan dikategorikan
dengan pertukaran antara emas dan perak atau dikenal dalam terminologi fiqih dengan istilah (Al-
Sharf) yang Disepakati para ulama tentang kebahasaan nya. Sebenernya Praktek al-Sharf
diperbolehkan jika dilakukan atas dasar kerelaan antara kedua belah pihak dan secara tunai, serta tidak
boleh adanya penambahan antara suatu barang yang sejenis (emas dengan emas atau perak dengan
perak), karena kelebihan antara dua barang yang sejenis tersebut merupakan Riba al-fadl yang jelas
jelas dilarang oleh islam
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli atau transaksi ada 2 akad jual
beli yaitu, Istishna adalah perjanjian terhadap barang jualan yang berada dalam kepemilikan penjual
dengan syarat dibuatkan oleh penjual, atau meminta dibuatkan secara khusus sementara bahan bakunya
dari pihak penjual, Al Sharf adalah perjanjian jual beli satu valuta dengan valuta lainnya.

B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang
bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://makalah4you.wordpress.com/2011/10/23/makalah-masa-khalifah-abu-bakar-dan-umar-
bin-khattab/

Anda mungkin juga menyukai