Anda di halaman 1dari 17

AKAD

DISUSUN OLEH :

Wahyu rahmatullah (2030206016)

Santi monalisa (2030206016)

DOSEN PENGAMPU :

Ermawati , M.E

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT STUDI ISLAM SUNAN DOE

2022/2O23
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan segala bentuk kenikmatannya kepada kita semua
sehingga penulisan makalah tentang MACAM-MACAM AKAD ini dapat saya
selesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Tak lupa pula saya
mengirimkan salam dan shalawat atas junjungan kita Nabi Muhammad saw,
sebagai rahmatan lil’alamin.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik agar saya dapat memperbaiki kekurangan dalam makalah
ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan saya harap semoga makalah
tentang AKAD ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan bagi yang
membacanya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II.................................................................................................................2

PEMBAHASAN..................................................................................................2

2.1 Akad Sharf.................................................................................................2

2.2 Akad Wadiah.............................................................................................4

2.3 Akad Al Wakalah......................................................................................5

2.4 Akad Al Kafalah........................................................................................7

2.5 Qardhul Hasan...........................................................................................9

2.6 Akad Al Hiwalah.....................................................................................10

2.7 Akad Al Rahn..........................................................................................11

BAB III..............................................................................................................13

PENUTUP.........................................................................................................13

3.1 Kesimpulan..............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................1

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transaksi dalam bentuk jasa merupakan akad pelengkap di lembaga keuangan
syariah. Akad-akad berbasis jasa biasanya digunakan untuk memfasilitasi
kebutuhan nasabah atau konsumen akan jasa keuangan yang tidak bisa dilakukan
sendiri oleh nasabah atau konsumen itu. Jasa-jasa pelengkap tersebut antara lain;
transfer pembayaran listrik, telpon, air, jasa penukaran mata uang, jasa gadai, jasa
titipan barang, atau uang dan jasa-jasa lainnya. Jasa-jasa tersebut merupakan
sumber pendapatan lembaga keuangan selain kegiatan operasi utama.

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang sangat membantu masyarakat.


Karena salah satu produk Bank Syariah bersifat sosial, yaitu al-qardh. Al-Qardh
sangat bermanfaat bagi bank dan terutama bagi nasabah yang tidak mempunyai
dana dana dan sangat membutuhkan dana.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dari akad Sharf, akad Wadi’ah, akad Al Wakalah, akad Al
Kafalah dan Qardhul Hasan, akad Al Hiwalah, dan akad Al Rahn.

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan dari makalah


ini adalah untuk mengetahui dan memahami konsep dari akad Sharf, akad
Wadi’ah, akad Al Wakalah, akad Al Kafalah dan Qardhul Hasan, akad Al
Hiwalah, dan akad Al Rahn.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akad Sharf

Akad sahrf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran dan penghindaran


atau transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta
asing yang lain. Transaksi ini bisa dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis
maupun dengan mata uang yang tidak sejenis. Berikut beberapa sumber hukum
akad sharf antara lain :

1. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 275 yang berbunyi: Artinya:
“ Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS.
Al Baqarah:275)

2. Dari Abu Said Al-khurdi r.a, Rasulullah bersabda “ transaksi pertukaran


emas dengan emas harus sama takarannya, timbangan dan tangan ke
tangan (tunai), kelebihannya adalah riba. Perak dengan perak harus sama
takarannya, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah
riba. Gandum dengan gandum harus sama takarannya, timbangan dan
tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba. Tepung dengan
tepung harus sama takarannya, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba.kurma dengan kurma harus sama takarannya,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba. Garam
dengan garam harus sama takarannya, timbangan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba..” (HR.Muslim)

3. “Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan


gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan
garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai, juka
jenisnya berbeda jualah sekehendakmu dan dilakukan secara tunai.
(HR.Muslim)

2
4. “Rasulullah melarang menjual emas dan perak secara piutang (tidak
tunai)” (HR.Muslim)

Menurut ajaran islam uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan
merupakan komoditas, tanpa didayagunakan maka uang tidak akan dapat
menghasilkan pendapatan atau pemasukan dengan dirinya sendiri. Ada empat
jenis transaksi pertukaran valuta asing, yaitu :

1. Transaksi ”Spot” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dan


penyerahannya pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam
jangka waktu dua hari. Transaksi ini dibolehkan secara syari’ah.

2. Transaksi ”Forward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang


nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu
yang akan datang. Jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan dalam
syari’ah (ada unsur ketidakpastian/gharar)

3. Transaksi ”Swap” yaitu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan


harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas
yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram karena ada unsur
spekulasi/judi/maisir.

4. Transaksi ”option”, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka


membeli (call option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak
harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu
atau tanggal tertentu. Hukumnya haram karena ada unsur
spekulasi/judi/maisir.

Rukun dan ketentuan syariah

1. Pelaku baik penjual maupun pembeli harus cakap dan sudah baligh

2. Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi yang saling
rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

3. Objek akad dengan ketentuan, sebagai berikut.

3
a. Nilai tukar atau kurs harus diketahui oleh kedua belah pihak.

b. Valuta asing harus dikuasai oleh penjual dan embeli sebelum


keduabelah pihak berpisah.

c. Apabila mata uang atau valuta asing tersebut dalam jenis yang sama
maka harus sama nilainya meskipun dalam bentuk yang berbeda.

d. Dalam akad sharf tidak diperboehkan ada khiyar bagi pembeli.

e. Dalam akad sharf tidak diperbolehkan adanya tenggang waktu dalam


penyerahan mata uang. Karena akad sharf akan dikatakan syah
apabila penguasaan dilakukan dengan tunai dalam waktu maksimal 2
x 24 jam.

2.2 Akad Wadiah


Akad wadiah merupakan simpanan barang atau dana kepada pihak lain yang
bukan merupakan pemiliknya untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad
penitipan barang atau dana dari suatu pihak ke pihak lain dengan catatan barang
atau dana tersebut dapat diambil kapanpun oleh sang pemilik.

Terdapat dua jenis akad wadiah menurut PSAK 59 yaitu :

a. Wadi’ah al amanah, yaitu wadi’ah dimana uang/barang yang dititipkan hanya


boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Si penerima titipan tidak
bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang
titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima
titipan dalam memelihara titipan tersebut.

b. Wadi’ah yadhamanah, yaitu wadi’ah dimana si penerima titipan dapat


memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan
menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, si
pemilik menghendakinya. Hasil dari pemanfaatan barang tidak wajib
dibagihasilkan dengan pemberi titipan. Namun penerima titipan boleh saja

4
memberikan bonus dan tidak boleh diperjanjikan sebelumnya kepada pemilik
barang.

Berikut sumber hukum akad wadiah, yaitu :

Dalam Al-Quran

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya.....” (QS 4: 58)

”......Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah


yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya...” (QS 2:283)

As Sunnah

”Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepada mu dan
jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu” (HR Abu Dawud dan Al
Tirmidzi)

Rukun dan Ketentuan Syariah

a. Pelaku baik pemilik maupun penyimpan barang harus cakap dan baligh serta
mampu menjaga barang wadiah.

b. Objek wadiah merupakan barang yang akan dititipkan setelah sebelumnya


disebutkan secara jelas keadaan barang yang bersangkutan.

c. Ijab Kabul atau serah terima merupakan pernyataan kerelaan antara kedua
belah pihak.

2.3 Akad Al Wakalah


Akad Al Wakalah adalah akad pelimpahan pelimpahan kekuasaan oleh satu
pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Wakalah dalam
pembelian barang terjadi dimana seseorang mengajukan calon atau menunjuk
orang lain untuk mewakili dirinya dalam membeli barang. Orang yang tunjuk

5
(agen) diperboleh menerima komisi. Wakalah dengan komisi disebut dengan
wakalah bil ujrah. Namun agen juga diperbolehkan tidak menerima komisi.

Berikut sumber hukum akad al wakalah, yaitu : dalam Al quran berbunyi


“maka suruhlah salah seorang diantara kalian pergi kekota dengan membawa uang
perakmu” (QS 18:19)

”jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah


orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman” (QS 12:55)

”...Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta


pertanggungjawabannya.” (QS 17:34)

As Sunnah diriwayatkan dari Busr bin ibn Sa’diy al Maliki berkata: Umar
mempekerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan
sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya, memerintahkan agar saya diberi
imbalan (fee). Saya berkata: saya bekerja hanya karena Allah. Umar menjawab:
”Ambillah apa yang kamu beri; saya pernah bekerja (seperti kamu) pada masa
Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; sayapun berkata seperti apa yang kamu
katakan. Kemudian rasul bersabda kepada saya: Apabila kamu diberi sesuatu
tanpa kamu minta; makanlah (terimalah) dan bersedekahlah. (HR Bukhori
Muslim)

Rukun dan ketentuan syariah

1. Pelaku

a. Pihak yang memberi kuasa dengan syarat

1) Pemilik syah dari barang yang diwakilkan.

2) Orang mukalaf atau anak mummayiz dalam batasan-batasan tertentu.

b. pihak yang diberi kuasa dengan syarat

1) Harus cakap

2) Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya.

6
2. Objek yang dikuasakan

a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang diwakili.

b. Tidak bertentangan dengan syariah islam.

c. Dapat diwakilkan menurut syariah islam.

d. Manfaat barang atau jasa harus dapat dinilai.

e. Kontrak dapat dilaksanakan.

3. Ijab Kabul / serah terima Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan
ekspresi yang saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

Akad wakalah akan berakhir apabila :

 Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.

 Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai.

 Pemutusan oleh pihak yang diwakilkan

 Wakil mengundurkan diri.

 Orang yang diwakilkan tidak memiliki status kepemilikan atas suatu yang
diwakilkan.

2.4 Akad Al Kafalah


Kafalah disebut juga dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah
(tanggungan). Akad Kafalah yaitu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan
oleh penanggung (kafi’il) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhu/ashil). Kafalah
merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk saling tolong
menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang tidak
memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan
tidak dapat dibatalkan secara sepihak.
7
Sumber Hukum

Dalam Al Qur’an

”Dan Dia (Allah) menjadikan Zakaria sebagai penjamin nya” (Maryam)


(QS :3:37)

”Dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan


makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.” (QS 12:72)

As Sunnah

”Penjamin adalah orang yang berkewajiban mesti membayar (HR Abu


Dawud, At Tirmidzi)

Rukun dan Ketentuan Syariah

1. Pelaku yang terdiri dari:

a. Pihak penjamin dengan syarat

1) baligh dan berakal sehat

2) berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan


hartanya dan rela dengan tanggungan kafalah tersebut.

b. Pihak yang berutang dengan syarat:

1) Sanggup menyerahkan tangguangannya kepada penjamin.

2) Dikenal oleh penjamin.

c. Pihak orang yang berpiutang

1) Diketahui identitasnya.

2) Dapat hadir dalam waktu akad.

3) Berakal sehat.

2. Objek penjaminan

1) Merupakan tanggungan pihak yang berutang.

2) Bisa dilaksanakan oleh penjamin.

3) Harus merupakan utang yang mengikat

8
4) Harus jelas nilai jumlah dan spesifikasinya,

5) Tidak bertentangan dengan syariah islam.

3. Ijab Kabul atau serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi yang
saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

Berakhirnya akad kafalah apabila.

 Utang telah diselesaikan.

 Kreditor melepaskan utangnya kepada pihak yang berutang tidak pada


penjamin.

 Ketika utang tersebut telah dialihkan.

 Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui abritase dengan


kreditur.

 Kreditur telah mengakhiri kontrak kafalah walaupun pihak penjamin tidak


menyetujuinya.

2.5 Qardhul Hasan


Qardhul Hasan adalalah pinjaman tanpa dikenakan biaya atau riba. Sumber
hukum “ dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu
lebih baik baik bagimu jika kamu mengetahui”.(QS. 2:280)

Rukun dan ketentuan Qardhul Hasan, yaitu :

1. Pelaku baik pemberi dan penerimaan pinjaman harus cakap dan baligh

2. Objek akad

a. Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya

b. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman sesuai waktu yang


ditentukan dan tidak diperbolehkan diperjanjikan aka nada penambahan
atas pokok pinjaman.

9
c. Apabila memag peminjam mengalami kesulitan maka waktu peminjaman
dapat dapat diperpanjang. Namun apabila peminjam lalai maka dapat
dikena denda.

3. Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi yang saling rela
antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

2.6 Akad Al Hiwalah


Akad hiwalah atau hawalah artinya adalah pengalihan pemindahan,
perubahan warna kulit karena memikul sesuatu diatas pundaknya. Objek yang
dapat dialihkan dapat berupa utang, maupun piutang. Jenis akad ini pada
dasarnya adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk saling tolong-menolong.

Jenis akad Hiwalah

Ada beberapa akad hiwalah antara lain apabila dilihat dari segi objek akad
hiwalah dapat dibedakan menjadi :

1. Hiwalah al haqq

2. Hiwalah al dain

Apabila dilihat dari segi persyaratan maka :

1. Hiwalah al muqayyadah

2. Hiwalah al muthlaqah

Sumber hukum

“menunda pembayaran bagi yang mampu adalah kezaliman dan jika salah satu
diantara kamu dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang kaya yang mampu maka
turutlah (menerima pengalihan tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)

Rukun dan ketentuan syariah

1. Pelaku dengan syarat

a. Baligh dan berakal sehat

10
b. Berhak penuh melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan
rela dengan pengalihan utang piutang tersebut.

c. Diketahui identitasnya.

2. Objek akad

a. Bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau piutang.

b. Harus merupakan utang / piutang yang mengikat

c. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.

d. Tidak bertentangan dengan syariah.

3. Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi yang saling
rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

2.7 Akad Al Rahn


Akad Al Rahn artinya adalah tetap kekal dan jaminan, akad rahn dapat
diartikan sebagai perjanjian pinjaman dengan barang jaminan barang jaminan atau
barang gadai dapat dikembalikan pada saat utang lunas, hal ini berguna agar
pemberi pinjaman lebih percaya pada yang meminjam. Selain akad rahn pada
tahun 2008 MUI mengeluarkan fatwa tentang Rahn Tjlisi dalam rangka
mengurangi kendala yang timbul sehubungan dengan masalah jaminan khususnya
pada masalah pemeliharaan dan pemanfaatan jaminan. Rahn Tajlisi sama dengan
akad Rahn biasa namun berbeda dalam persyaratannya. Adapun syarat Rahn
Tajlisi agar sesuai dengan syariat islam adalah sebagai berikut:

1. Biaya pemeliharaan harus ditanggung oleh pihak yang menggadaikan


namun besarnya biaya tidak boleh dihubungkan dengan besarnya
pembiayaan.

2. Pihak penerima barang jaminan dapat menyimpan bukti kepemilikan


barang sedangkan barang masih dapat di manfaatkan oleh pemilik atas
seijin oleh penerima gadai.

11
3. Apabila terjadi eksekusi jaminan maka barang dapat di jual atas seijin oleh
pemilik barang.

Sumber Hukum

“jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalahntidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang oleh yang berpiutang.”(QS. 2:283)

Rukun dan Ketentuan

1. Pelaku akad yang terdiri dari pihak yang menggadaikan dan pihak yang
menerima gadai. Keduanya harus cakap dan baligh.

2. Objek akad berupa barang yang digadaikan dan utang. Sarat barang gadai
adalah barang dapat dijual dan nilainya seimbang, harus bernilai dan dapat
dimanfaatkan, harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik, tidak
terkait dengan orang lain. Sedangkan utang dengan syarat yaitu peminjam
wajib mengembalikannya pada pemberi utang , utang dapat dilunasi
dengan barang gadai, serta utang harus jelas.

3. Ijab Kabul atau serah terima.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat banyak akad di luar yang dikenal luas dalam Islam seperti: salam,
istishna’, musyarakah, mudharabah, murabahah, ijarah tetapi ada juga akad lain
yang juga sesuai dengan syariah dan ketentuan syariah. Akad tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Sharf adalah akad jual beli mata uang asing, akad ini sesuai syariah
sepanjang dilakukan langsung dan tunai.

2. Wadiah adalah akad untuk menitip barang, akad ini sesuai syariah
sepanjang akad ini disepakati baik objek titipan, maupun komisi atas
penitipan tersebut.

3. Qardhul Hasan adalah akad pengelolaan dana kebajikan yang dilakukan


secara terpisah pengelolaannya dengan pengelolaan perusahaan.

4. Wakalah adalah akad mewakilkan sesuatu kepada pihak lain. Wakalah


sesuai syariah islam sepanjang memenuhi ketentuan yang ada.

5. Kafalah adalah akad tentang menjaminkansuatu barang kepada pihak lain.


Dalam syariah islam, akad ini tidak menyebabkan perpindahaan
kepemilikan asset yang dijaminkan, asset tetap dimiliki oleh pemilik asset.
Walaupun pemilik asset tidak dapat membayar utang yang terkait dengan
kafalah tersebut.

6. Hiwalah adalah akad tentang mengalihkan hak atau kewajiban. Dalam


pengalihan tersebut harus ada kepercayaan untuk melakukannya dan ketika
pengalihan yang mengambil alih akan menerima komisi(fee). Akad ini
sesuai dengan syariah sepanjang memenuhi ketentuan syariah.

7. Rahn adalah akad tentang gadai. Akad ini sesuai syariah sepanjang
memenuhi ketentuan syariah.
13
DAFTAR PUSTAKA

http://sitiismatul46.blogspot.co.id/2016/06/makalah-akad-akad-lainnya-
akuntansi.html

https://kommoes.wordpress.com/2014/02/28/makalah-pengertian-dan-jenis-akad-
akad-lainnya-bydwi-cahya-nuranda/

Anda mungkin juga menyukai