Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FIQIH MUAMALAH

AS-SHARF

Tentang:

Pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat , aplikasinya dalam perbankan syari’ah

Disusun Oleh Kelompok 8:

RIFQO DESRIAN SUHENDRA : 2213040040

Dosen Pengampu:

Dr. Duhriah M. Ag

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1444 H/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah subhanallahu ta'ala yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini sengaja
dibuat untuk menyelesaikan amanah tugas dari dosen mata kuliah FIKIH MUAMALAH. Kami
mendapat kesempatan untuk membahas materi "Pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat,
aplikasinya dalam perbankan syari’ah.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga kami yang
senantiasa selalu mendo’akan kami, kepada Dosen Mata Kuliah Fiqih Muamalah yang telah
mempercayakan tugas makalah tentang “ As-Sharf : pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat,
aplikasinya dalam perbankan syari’ah “ ini kepada kami. Ucapan terimakasih juga kami tunjukan
kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, yang tidak
bisa kami sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa hormat kami. Kami merasa
makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak akan kami terima dengan lapang hati demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG.........................................................................................
BAB I....................................................................................................................
PENDAHULUAN................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................................

B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................

BAB II...................................................................................................................

PEMBAHASAN...................................................................................................

A. PENGERTIAN AS-SHARF......................................................................

B. DASAR HUKUM AS-SHARF..................................................................

C. RUKUN dan SYARAT AS-SHARF..........................................................

D. APLIKASINYA DALAM PERBANKAN SYARIAH..............................

BAB III....................................................................................................................

KESIMPULAN.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persoalan perdagangan valuta asing telah menjadi sangat populer, umum dan
hampir dilakukan serta diterima sebagai suatu transaksi yang dipraktekkan diseluruh
dunia. Tidak ada sistem ekonomi suatu negara mengalami kemajuan tanpa berhubungan
dengan perdagangan valuta asing. Oleh sebab itu selayaknya perdagangan valuta asing
diterima dan diadopsi sebagai suatu kebutuhan dibidang akonomi dan bermanfaat serta
sulit sekali dipisahkan dari dunia modern.
Apa yang diperdagangkan dalam penjualan valuta asing? Jawabannya tentu saja
uang, mata uang diperdagangkan secara berpasangan melalui broker atau dealer. Valas
bersifat interbank karena waktu perdagangannya yang secara kontinyu mengikuti waktu
perdagangan masing-masing negara dan bias diasumsikan bahwa pasar valas buka 24
jam. Dalam Islam valuta asing biasa disebut dengan Al-sharf. Dan dalam Islam tidak
boleh adanya tujuan untuk spekulasi, tetapi jika perdagangan valuta asing tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk spekulasi, dan merusak system prekonomian suatu negara,
maka hal inilah yang sangat bertentangan dengan tujuan syari’ah.
Berdasarkan uraian di atas maka kami mempersembahkan makalah yang berjudul
“As-Sharf” yang juga sebagai salah satu kewajiban memenuhi tugas pada mata
perkuliahan fiqih muamalah, di harapkan makalah ini dapat berguna bagi siapa saja yang
membacanya, dan semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi kita semua.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat As-Sharf

2. Aplikasinya dalam perbankan syari’ah


BAB II
PEMBAHASAN
A. AS-SHARF

Pengertian As-Sharf

Al-sharf secara etimologi artinya Al-Ziyadah (penambahan), Al-‘Adl (seimbang),


penghindaran atau transaksi jual beli. Sharf adalah jual beli suatu valuta dengan valuta
asing. Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata
uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).
Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini. Valuta asing disini
maksudnya adalah mata uang luar negri seperti dolar Amerika, Poundsterling, Inggris,
Ringgit Malasyia dan sebagainnya. Sharf juga bisa diartikan sebagai jual beli uang logam
dengan uang logam lainnya. Misalnya jual beli dinar, emas dan dirham perak.

Adapun defenisi para ulama sebagi berikut :


a. Menurut istilah fiqh, Ash-Sharf adalah jual beli antara barang sejenis atau antara barang
tidak sejenis secara tunai.Seperti memperjualbelikan emas dengan emas atau emas
dengan perak baik berupa perhiasan maupun mata uang. Praktek jual beli antar valuta
asing (valas), atau penukaran antara mata uang sejenis.
b. Menurut Heri Sudarsono, Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta
lainnya. Transaksi jual beli mata uang asing (valuta asing) dapat dilakukan baik dengan
sesama mata uang yang sejenis, misalnya rupiah dengan rupiah maupun yang tidak
sejenis, misalnya rupiah dengan dolar atau sebaliknya.
c. Menurut Tim Pengembangan Institut Bankir Indonesia, Sharf adalah jasa yang diberikan
oleh bank kepada nasabahnya untuk melakukan transaksi valuta asing menurut prinsip-
prinsip Sharf yang dibenarkan secara syari'ah.
Muhammad al-Adnani mendefinisikan al-sharf dengan tukar menukar uang. Taqiyyudin an-
Nabhani mendefinisikan al-sharf dengan pemerolehan harta dengan harta lain, dalam bentuk
emas dan perak, yang sejenis dengan saling menyamakan antara emas yang satu dengan emas
yang lain, atau antara perak yang satu dengan perak yang lain atau berbeda jenisnya semisal
emas dengan perak, dengan menyamakan atau melebihkan antara jenis yang satu dengan
jenis yang lain.
B. DASAR HUKUM AS-SHARF
1. Menurut Al-quran
Dalam Al-quran tidak ada penjelasan mengenai jual beli sharf itu sendiri, melainkan hanya
menjelaskan dasar hukum jual beli pada umumnya yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat
275, yaitu:
          ‫وا ِإنَّ َما‬ ُ َ‫الَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ الرِّ بَا الَ يَقُو ُمونَ ِإالَّ َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَخَ بَّطُهُ ال َّش ْيط‬
ْ ُ‫بَِأنَّهُ ْم قَال‬ ‫ان ِمنَ ْال َمسِّ َذلِك‬
ِ ‫ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ بَا َوَأ َح َّل هّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا فَ َمن َجاءهُ َموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ِه فَانتَهَ َى فَلَهُ َما َسلَفَ َوَأ ْم ُرهُ ِإلَى هّللا‬
‫ُأ‬
٢٧٥﴿ َ‫ار هُ ْم فِيهَا خَالِ ُدون‬ ِ َّ‫﴾ َو َم ْن عَا َد فَ وْ لَـِئكَ َأصْ َحابُ الن‬
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”
2. Menurut Al Hadis
Para Fuqaha mengatakan bahwa kebolehan melakukan praktek sharf didasarkan pada
sejumlah hadis nabi yang antara lain pendapat :
a.    Dari Ubadah bin Shamit r.a Nabi SAW. Berkata, “Emas dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam,
hendaklah sama banyaknya, tunai dan timbang terima. Apabila berlainan jenisnya boleh kamu
jual kehendakmu asal tunai.”
b.    Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW. Bersabda, “(boleh menjual) emas dengan emas setimbang,
sebanding, dan perak dengan perak setimbang sebanding” (H.R Ahmad, Muslim dan Nasa’i)
c.    Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, (Boleh menjual) tamar dengan tamar, gandum dengan
gandum, sya’ir dengan sya’ir, garam dengan garam, sama sebanding, tunai dengan tunai. Barang
siapa menambah atau minta tambah maka telah berbuat riba, kecuali yang berlainan warnanya”
(H.R Muslim)
d.   Dari Abu Bakrah r.a Nabi SAW. Melarang (menjual) perak dengan perak, emas dengan emas,
kecuali sama. Dan Nabi menyuruh kami membeli perak dengan emas sesuka kami dan membeli
emas dengan perak kami pula” (H.R Bukhari-Muslim)
3. Menurut Ijma
Ulama sepakat bahwa akad Sharf disyariatkan dengan syarat-syarat tertentu, yaitu :
a. Pertukaran tersebut harus dilaksanakan secara tunai (spot) artinya masing-masing pihak harus
menerima atau menyerahkan masing-masing mata uang pada saat yang bersamaan.
b. Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersial, yaitu transaksi
 

perdagangan barang dan jasa antar bangsa.


c. Harus dihindari jual beli bersyarat, misalnya A setuju membeli barang dari B haru ini dengan
syarat B harus membelinya kembali pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang.
d. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu menyediakan
valuta asing yang dipertukarkan.
e. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau jual beli tanpa hak kepemilikan.

C. RUKUN dan SYARAT AS-SHARF


Rukun dari akad sharf yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal, yaitu :
1.      Pelaku akad, yaitu ba’I (penjual) adalah pihak yang memiliki valuta untuk dijual, dan musytari
(pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli valuta
2.      Objek akad, yaitu sharf (valuta) dan si’rus sharf (nilai tukar)
3.      Shighah yaitu ijab dan qabul
Sedangkan syarat dari akad sharf, yaitu :
a.       Valuta (sejenis atau tidak sejenis) apabila sejenis, harus ditukar dengan jumlah yang sama.
Apabila tidak sejenis, pertukaran dilakukan sesuai dengan nilai tukar
b.      Waktu penyerahan (spot)

D. Batasan-batasan dilakukanya As-Sharf


Batasan-batasan pelaksanaan valuta asing yang juga didasarkan dari hadits-hadits yang
dijadikan dasar bolehnya jual beli valuta asing. Batasan-batasan tersebut adalah :
1.      Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersil, yaitu transaksi
perdagangan barang dan jasa antar bangsa, bukan dalam rangka spekulasi.
2.      Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu menyediakan
valuta asing yang dipertukarkan.
Dalam hal perdagangan mata uang asing ini, Imam al-Subki sebagaimana dikutip Sura’i
mengatakan bahwa pendapat yang populer pada mazhab Syafi’I adalah boleh hukumnya
melakukan transaksi dengan mata uang dirham yang tengah berlaku walaupun ditukar dengan
dirham biasa, sedangkan dirham sebagai mata uang negara yang mempunyai cap, maka transaksi
semacam ini dibolehkan. Kemudian ia berkata berlakunya transaksi dengan mempertukarkan
mata uang yang tidak sejenis tidaklah ada halangannya, asalkan secara tunai, Namun demikian
apakah diperbolehkan mempertukarkan mata uang yang sama namanya tetapi berbeda negara
yang memilikinya seperti dinar Marokko dengan dinar Maghribi. Dalam hal ini Imam al-Subki
tidak menemukan adanya riwayat yang melarang tetapi pendapat yang terkuat adalah
membolehkannya.
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa tukar menukar uang yang satu dengan uang
yang lain diperbolehkan. Begitu pula memperdagangkan mata uang asalkan nama dan mata
uangnya berlainan atau nilainya saja yang berlainan, namun harus dilakukan secara tunai.

E. As-Sharf yang diPerbolehkan dan yang diLarang.


Aktivitas perdagangan valuta asing, harus sesuai dengan norma-norma syari’ah, antara lain
harus terbebas dari unsur riba, maisir, gharar. Karena itu perdagangan valas harus
memperhatikan batasan sebagai berikut :
a.       Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masing-masing pihak harus
menerima/menyerahkan masing-masing mata uang pada saat yang bersamaan.
b.       Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau dengan kata lain, tidak dibenarkan
jual beli tanpa hal kepemilikan.
c.    Penukaran harta atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan
antara kedua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka.
d.     Rukun dan syarat jual beli harus sempurna jika tidak maka dianggap batal. 
e.     Serah-terima dilakukan secara langsung dan tunai.

F. Dampak As-Sharf Bagi Suatu Negara


Islam mengakui perubahan nilai mata uang asing dari waktu kewaktu secara sunnatullah
(mekanisme pasar). Bila perubahan itu terlalu tinggi, maka campur tangan pemerintah diperlukan
untuk menjaga kestabilitas mata uang, karena Islam menginginkan terciptanya stabilitas kurs
mata uang.
Transaksi jual beli valuta asing pada umumnya diselenggarakan dipasar valuta asing, money
changer, bank devisa dan perusahaan bisnis valas. Perdagangan valas menimbulkan dampak
negatif bagi perekonomian suatu negara, anta lain menimbulkan ketidak stabilan nilai tukar mata
uang. Sehingga menggusarkan para pengusaha dan masyarakat umum, malah kegiatan jual beli
valas cenderung mendorong jatuhnya nilai mata uang, karena para spekulah sengaja melakukan
rekayasa pasar agar nilai mata uang suatu negara berfluktuasi secara tajam. Bila nilai mata uang
anjlok, maka secara otomatis, rusaklah suatu negara tersebut dengan ditandai dengan naiknnya
harga barang-barang atau terjadinya inflasi secara tajam. Sedangkan inflasi adalah realitas
ekonomi yang tidak diinginkan dalam ekonomi Islam.
Akibat lainnya adalah goncang dan ambruknya perusahaan yang tergantung pada bahan impor
yang pada gilirannya mengakibatkan kesulitan operasional dan sering menimbulkan PHK
dimana-mana. Demikian pula, suku bunga pinjaman perbankan menjadi tinggi. APBN harus
direvisi karena disesuaikan dengan dolar. Defisit APBN pun semakin membengkak secara tajam.
Demikianlah keburukan jatuhnya nilai mata uang rupiah yang dipicu oleh permintaan
spekulasi dan mata uang yang berfluktuasi secara liar, amat dilarang dalam Islam.

BAB III
KESIMPULAN

1. As-sharf secara etimologi artinya Al-Ziyadah (penambahan), Al-Adl (seimbang),  penghindaran


atau transaksi jual beli. Sharf adalah jual beli suatu valuta dengan valuta asing. Valuta asing
disini maksutnya adalah mata uang luar negri seperti dolar Amerika, Poundsterling, Inggris,
Ringgit Malasyia dan sebagainnya. Sharf juga bisa diartikan sebagai jual beli uang logam dengan
uang logam lainnya. Misalnya jual beli dinar, emas dan dirham perak.
2.      Dasar Hukum As-Sharf
       a.  Menurut Al-quran
Dalam Al-quran tidak ada penjelasan mengenai jual beli sharf itu sendiri, melainkan hanya
menjelaskan dasar hukum jual beli pada umumnya yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat
275.
      b. Para Fuqaha mengatakan bahwa kebolehan melakukan praktek sharf didasarkan pada sejumlah
hadis nabi yang antara lain pendapat :
“Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW. Bersabda, “(boleh menjual) emas dengan emas setimbang,
sebanding, dan perak dengan perak setimbang sebanding” (H.R Ahmad, Muslim dan Nasa’i)”
c. Menurut Ijma
Ulama sepakat bahwa akad Sharf disyariatkan dengan syarat-syarat tertentu, diantaranya : untuk
motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersial, yaitu transaksi
perdagangan barang dan jasa antar bangsa.
3.      Rukun dan Syarat As-Sharf.
Rukun dari akad sharf yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal, yaitu :
a.       Pelaku akad, yaitu ba’I (penjual) adalah pihak yang memiliki valuta untuk dijual, dan musytari
(pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli valuta
b.      Objek akad, yaitu sharf (valuta) dan si’rus sharf (nilai tukar)
c.       Shighah yaitu ijab dan qabul

Sedangkan syarat dari akad sharf, yaitu :


      a. Valuta (sejenis atau tidak sejenis) apabila sejenis, harus ditukar dengan jumlah yang sama.
Apabila tidak sejenis, pertukaran dilakukan sesuai dengan nilai tukar.
      b. Waktu penyerahan (spot)
4. Batasan batasan dilakukannya As-Sharf
a.Batasan-batasan pelaksanaan valuta asing yang juga didasarkan dari hadits-hadits yang
dijadikan dasar bolehnya jual beli valuta asing. Batasan-batasan tersebut antara lain :
       b.Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersil, yaitu transaksi
perdagangan barang dan jasa antar bangsa, bukan dalam rangka spekulasi.
c. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu menyediakan
valuta asing yang dipertukarkan.
       5. Al-Sharf Yang di Perbolehkan dan yang diLarang.
Aktivitas perdagangan valuta asing, harus sesuai dengan norma-norma syari’ah, antara lain harus
terbebas dari unsur riba, maisir, gharar. Karena itu perdagangan valas harus memperhatikan
batasan sebagai berikut :
a. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masing-masing pihak harus
menerima/menyerahkan masing-masing mata uang pada saat yang bersamaan.
b.  Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau dengan kata lain, tidak
dibenarkan jual beli tanpa hal kepemilikan.
  6. Dampak As-Sharf Bagi Suatu Negara.
Islam mengakui perubahan nilai mata uang asing dari waktu kewaktu secara sunnatullah
(mekanisme pasar). Bila perubahan itu terlalu tinggi, maka campur tangan pemerintah diperlukan
untuk menjaga kestabilitas mata uang, karena Islam menginginkan terciptanya stabilitas kurs
mata uang.
Transaksi jual beli valuta asing pada umumnya diselenggarakan dipasar valuta asing, money
changer, bank devisa dan perusahaan bisnis valas. Perdagangan valas menimbulkan dampak
negatif bagi perekonomian suatu negara, anta lain menimbulkan ketidak stabilan nilai tukar mata
uang. Sehingga menggusarkan para pengusaha dan masyarakat umum, malah kegiatan jual beli
valas cenderung mendorong jatuhnya nilai mata uang, karena para spekulah sengaja melakukan
rekayasa pasar agar nilai mata uang suatu negara berfluktuasi secara tajam. Bila nilai mata uang
anjlok, maka secara otomatis, rusaklah suatu negara tersebut dengan ditandai dengan naiknnya
harga barang-barang atau terjadinya inflasi secara tajam. Sedangkan inflasi adalah realitas
ekonomi yang tidak diinginkan dalam ekonomi Islam.
Akibat lainnya adalah goncang dan ambruknya perusahaan yang tergantung pada bahan impor
yang pada gilirannya mengakibatkan kesulitan operasional dan sering menimbulkan PHK
dimana-mana. Demikian pula, suku bunga pinjaman perbankan menjadi tinggi. APBN harus
direvisi karena disesuaikan dengan dolar. Defisit APBN pun semakin membengkak secara tajam.
Demikianlah keburukan jatuhnya nilai mata uang rupiah yang dipicu oleh permintaan
spekulasi dan mata uang yang berfluktuasi secara liar, amat dilarang dalam Islam
DAFTAR PUSTAKA

Ascarya, Akad dan produk Bank Syariah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012
Moh rifai, Konsep Perbanka Syariah, CV Wicaksana, Semarang 2022
Nur rianto Al Arif, Lemabaga Keuangan Syariah, Pusataka Setia, Bandung, 2012
Sri indah Nikensari, Perbankan syariah Prinsip, sejarah dan aplikasinya, PT pusta rizki
putra, Semarang, 2012

Anda mungkin juga menyukai