Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ditinjau dari ajaran Islam, banyak sekali kita temui ayat-ayat yang menerangkan
tentang aturan jual beli dan keharaman riba, salah satunya terdapat dalam Surat Al-
Baqarah ayat 275 yang artinya “Allah swt menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, setiap muslim pasti melakukan
suatu transaksi jual beli. Oleh karena itu, Islam telah mengatur konsep jual beli tersebut
dan telah mengharamkan riba dalam bentuk apapun secara tegas.

Namun dalam realitanya, banyak umat islam yang tidak memahami tata cara jual
beli yang sesuai dengan syariat Islam. Dewasa ini, marak sekali sistem jual beli yang di
dalamnya terdapat unsur riba seperti penjual yang mengurangi takaran; jual beli yang
mengandung unsur penipuan (gharar), jual beli barang-barang haram seperti anjing,
khamr, obat-obat terlarang, dan sebagainya. Ditambah lagi, di era modern ini banyak
sekali transaksi-transaksi yang menurut pandangan kita tidak termasuk riba, namun
menurut syariat hal demikian itu adalah transaksi yang mengandung unsur riba, seperti
transaksi di bank konvensional.

Maka dari itu kami akan mengkaji permasalahan di atas dengan merujuk kepada
hadits-hadits Rasulallah SAW yang akan kami sampaikan dalam makalah ini yang
berjudul “Konsep Jual Beli dan Larangan Riba dalam Perspektif Islam”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jual beli dan riba?
2. Apa dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang jual beli dan riba?
3. Bagaimana realita hadits tentang jual beli dan riba?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan jual beli dan riba
2. Untuk mengetahui dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang jual beli dan riba
3. Untuk mengetahui realita hadits tentang jual beli dan riba

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli dan Riba


1. Pengertian jual beli

Jual beli menurut bahasa arab berarti Al-Ba’i, At-Tijarah, dan Al-Mubadalah
artinya mengambil, memberikan sesuatu, atau barter1. Sedangkan menurut istilah, ulama
ahli fikih mendefinisikan secara berbeda-beda.

Menurut Ibnu Qadama, jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk
menjadkan miliknya2. Imam Nawawi mendefinisikan jual beli adalah pertukaran harta
dengan harta untuk kepemilikkan3.

Menurut Taqiyuddin, jual beli adalah saling tukar harta, saling menerima, dapat
dikelola dengan ijab dan kobul, dengan cara yang sesuai dengan syara4

Adapun menurut ulama Hanafiyah jual beli adalah pertukaran harta (benda)
dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan)5.

Sedangkan jual beli menurut ulama Malikiyah ada dua macam, yaitu jual beli
yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus. Jual beli dalam arti umum adalah
suatu perikatan tukar menukar sesuatu yang kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan
adalah akad yang mengikat antara dua belah pihak, tukar menukar yaitu salah satu oleh
pihak lain, dan sesuatu yang bukan manfaat ialah bahwa benda yang ditukarkan adalah
zat (berbentuk), ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan manfaatnya atau bukan
hasilnya. Jua beli dalam arti khusus adalah ikatan tukar menukar sesuatu yang bukan
manfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukarannya bukan
emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisir dan ada di sekitar (tidak
ditangguhkan), bukan merupakan utang (baik barang itu ada di hadapan si pembeli

1
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor:Ghalia Indonesia, 2012, Hal.75
2
Ibid;
3
Rachmat Syafi’I, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2000, Hal.74
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014, Hal. 68
5
Rachmat Syafi’I, Op.Cit, Hal.73

2
maupun tidak), barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih
dahulu6.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa jual beli
adalah suatu transaksi pertukaran harta dengan harta yang menyebabkan pindahnya
kepemilikan dengan cara yang sesuai dengan syariat.

2. Pengertian Riba

Secara etimologis riba berarti tambahan. Dan yang dimaksud dengannya di sini
adalah tambahan pada pokok harta, baik sedikit maupun banyak 7. Menurut Ibnu Rif’ah
dalam kitab Kifayah mengatakan bahwa kata riba dengan dibaca pendek, menurut bahasa
berarti tambahan. Menurut syra’ berarti tambahan pada emas, perak, dan beberapa
makanan. Dalam kitab Al-Mathlab dia juga mengatakan bahwa riba adalah mengambil
harta tertentu dengan selain harta8.

Secara terminologi, para ulama mendefinisikan riba secara berbeda-beda.


Menurut Al-Mali, riba adalah akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak
diketahui perimbangannya menurut ukuran syara, ketika berakad atau dengan mengakhiri
tukaran dua belah pihak atau salah satu dari keduanya. Sedangkan menurut Abdurrahman
Al-Jaiziri yang dimaksud dengan riba ialah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu,
tidak ketahui sama atau tidak menurut aturan syara atau terlambat salah satunya9

Adapun Syeikh Muhammad Abduh berpendapat bahwa riba ialah penambahan-


penambahan yang disyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang
meminjam hartanya (uangnya), karena pengnduran janji pembayaran oleh peminjaman
dari waktu yang ah ditentukan10.

6
Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,Fikih Muamalah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, Hal.67
7
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 5, Jakarta: Tinta Abadi Gemilang, 2013, Hal.103
8
Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Terjemahan Kifayatul Akhyar 2, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997,
Hal.17
9
Sohari Syahrani Op.Cit, Hal.56
10
Ismail Nawawi, Op.Cit, Hal.69

3
Sedangkan riba menurut ulama Hanabilah adalah pertambahan sesuatu yang
dikhususkan. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah riba adalah tambahan pada harta
pengganti dalam pertukaran harta dengan harta11.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa riba
adalah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu baik bentuk barang sejenis maupun
uang yang berlebih ketika pengambilannya sesuai dengan jatuh temponya.

B. Dalil Al-Qur’an dan Hadits Mengenai Jual Beli dan Riba


1. Dalil Jual Beli
a. Dalil Qur’an
1) Q.s Al-Baqarah ayat 275

ۚ ‫ ۡي ٰطَ ُن ِمنَ ۡٱلم‬I ‫ٱلش‬


ۡ‫أَنَّهُم‬IIِ‫كَ ب‬IIِ‫سِّ ٰ َذل‬ َّ ُ‫ه‬I ُ‫و ُم ٱلَّ ِذي يَتَ َخبَّط‬IIُ‫ٱلَّ ِذينَ يَ ۡأ ُكلُونَ ٱل ِّربَ ٰو ْا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َك َما يَق‬
َ
‫ة ِّمن َّربِّ ِهۦ فَٱنتَهَ ٰى‬ٞ َ‫قَالُ ٓو ْا إِنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل ٱلرِّ بَ ٰو ۗ ْا َوأَ َح َّل ٱهَّلل ُ ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم ٱل ِّربَ ٰو ۚ ْا فَ َمن َجٓا َءهۥُ َم ۡو ِعظ‬
َ‫ار هُمۡ فِيهَا ٰ َخلِ ُدون‬
ِ ۖ َّ‫ص ٰ َحبُ ٱلن‬ ۡ َ‫فَلَ ۥهُ َما َسلَفَ َوأَمۡ ُر ٓۥهُ إِلَى ٱهَّلل ۖ ِ َو َم ۡن عَا َد فَأُوْ ٰلَٓئِكَ أ‬

275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya

2) Q.S Fatir ayat 29

‫ َر ٗة‬I‫ونَ تِ ٰ َج‬IIُ‫وا ِم َّما َر َز ۡق ٰنَهُمۡ ِس ٗ ّرا َو َعاَل نِيَ ٗة يَ ۡرج‬


ْ ُ‫صلَ ٰوةَ َوأَنفَق‬ َ َ‫إِ َّن ٱلَّ ِذينَ يَ ۡتلُونَ ِك ٰت‬
ْ ‫ب ٱهَّلل ِ َوأَقَا ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬
٢٩ ‫ُور‬ َ ‫لَّن تَب‬

11
Rachmat Syafe’i, Op.Cit, Hal.259

4
29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka
dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi

3) Q.S Al-Baqarah ayat 282

ۡ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا إِ َذا تَدَايَنتُم بِد َۡي ٍن إِلَ ٰ ٓى أَ َج ٖل ُّم َس ٗ ّمى فَ ۡٱكتُبُو ۚهُ َو ۡليَ ۡكتُب ب َّۡينَ ُكمۡ َكاتِ ۢبُ بِ ۡٱل َع‬
‫د ۚ ِل َواَل‬II
‫ق ٱهَّلل َ َربَّهۥُ َواَل‬ ۡ ُّ I‫ ِه ۡٱل َح‬I‫ ِل ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي‬I ِ‫ هُ ٱهَّلل ۚ ُ فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب َو ۡليُمۡ ل‬I‫ا َعلَّ َم‬II‫ب َك َم‬
ِ َّ‫ق َوليَت‬ َ ُ‫اتِبٌ أَن يَ ۡكت‬II‫ب َك‬ َ ‫أ‬Iۡ Iَ‫ي‬
‫ض ِعيفًا أَ ۡو اَل يَ ۡستَ ِطي ُع أَن يُ ِم َّل هُ َو فَ ۡليُمۡ لِ ۡل‬ َ ‫ق َسفِيهًا أَ ۡو‬ ُّ ‫َس ِم ۡنهُ َش ٗۡٔ‍ي ۚا فَإِن َكانَ ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي ِه ۡٱل َح‬ ۡ ‫يَ ۡبخ‬
‫ان ِم َّمن‬I ِ Iَ‫ل َوٱمۡ َرأَت‬I ٞ I‫ا َر ُجلَ ۡي ِن فَ َر ُج‬IIَ‫إِن لَّمۡ يَ ُكون‬Iَ‫ الِ ُكمۡ ۖ ف‬I‫وا َش ِهيد َۡي ِن ِمن رِّ َج‬ ْ ‫ٱست َۡش ِه ُد‬ ۡ ‫َولِيُّ ۥهُ بِ ۡٱل َع ۡد ۚ ِل َو‬
‫ا‬II‫هَدَٓا ُء إِ َذا َم‬I ‫ٱلش‬ ُّ ‫ب‬ َ ‫أ‬Iۡ Iَ‫ َر ٰۚى َواَل ي‬I‫َض َّل إِ ۡحد َٰىهُ َما فَتُ َذ ِّك َر إِ ۡح َد ٰىهُ َما ٱأۡل ُ ۡخ‬
ِ ‫ض ۡونَ ِمنَ ٱل ُّشهَدَٓا ِء أَن ت‬ َ ‫ت َۡر‬
َّ ِ‫ َو ُم ل‬I‫ َد ٱهَّلل ِ َوأَ ۡق‬I ‫طُ ِعن‬I ‫يرًا إِلَ ٰ ٓى أَ َجلِ ِۚۦه ٰ َذلِ ُكمۡ أَ ۡق َس‬IIِ‫ص ِغيرًا أَ ۡو َكب‬
‫ ٰهَ َد ِة‬I ‫لش‬ َ ُ‫َس ُم ٓو ْا أَن ت َۡكتُبُوه‬ ْ ۚ ‫ُد ُع‬
‍َٔIَٔۡ ‫وا َواَل ت‬
‫ا ٌح أَاَّل‬IIَ‫س َعلَ ۡي ُكمۡ ُجن‬ َ ‫ ِديرُونَهَا بَ ۡينَ ُكمۡ فَلَ ۡي‬IIُ‫ َر ٗة ت‬II‫اض‬ ِ ‫ َرةً َح‬II‫ونَ تِ ٰ َج‬II‫اب ُٓو ْا إِٓاَّل أَن تَ ُك‬IIَ‫َوأَ ۡدن ٰ َٓى أَاَّل ت َۡرت‬
ْ Iُ‫ق بِ ُكمۡ ۗ َوٱتَّق‬
‫وا‬I ُ ۢ ‫و‬I ‫وا فَإِنَّهۥُ فُ ُس‬ْ ُ‫ۚيد َوإِن ت َۡف َعل‬ٞ ‫ب َواَل َش ِه‬ٞ ِ‫ضٓا َّر َكات‬ َ ُ‫ت َۡكتُبُوه َۗا َوأَ ۡش ِه ُد ٓو ْا إِ َذا تَبَايَ ۡعتُمۡۚ َواَل ي‬
٢٨٢ ‫يم‬ٞ ِ‫ٱهَّلل ۖ َ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ٱهَّلل ۗ ُ َوٱهَّلل ُ بِ ُكلِّ َش ۡي ٍء َعل‬
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis,
dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-
orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu

5
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu,
(jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu
4) Q.S an-Nisa ayat 29
‫اض ِّمن ُكمۡۚ َواَل‬ َ ۡ َ ْ ۡ ْ َّ َٓ
ٖ ‫ٰيَأيُّهَا ٱل ِذينَ َءا َمنُوا اَل تَأ ُكلُ ٓوا أمۡ ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِٱل ٰبَ ِط ِل إِٓاَّل أن تَ ُكونَ تِ ٰ َج َرةً عَن تَ َر‬
٢٩ ‫ت َۡقتُلُ ٓو ْا أَنفُ َس ُكمۡۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ٗيما‬
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu

5) Q.S A-Nisa ayat 5

ْ ُ‫وهُمۡ َوقُول‬I‫ا َو ۡٱك ُس‬IIَ‫وهُمۡ فِيه‬IIُ‫ ا َو ۡٱر ُزق‬I‫ل ٱهَّلل ُ لَ ُكمۡ قِ ٰيَ ٗم‬I
ۡ‫وا لَهُم‬I َ I‫ ٰ َولَ ُك ُم ٱلَّتِي َج َع‬Iۡ‫وا ٱل ُّسفَهَٓا َء أَم‬
ْ ُ‫َواَل تُ ۡؤت‬
٥ ‫ُوفا‬ ٗ ‫قَ ۡواٗل َّم ۡعر‬

5. Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna


akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik

b. Dalil Hadist
1) Hadist Riwayat Al-Bazzar

ِ ‫ أَيُّ اَ ْل َك ْس‬:‫ي صلى هللا عليه وسلم ُسئِ َل‬


‫ب‬ َّ ِ‫ع َْن ِرفَا َعةَ ْب ِن َرافِ ٍع رضي هللا عنه أَ َّن اَلنَّب‬
.‫َّحهُ اَ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫صح‬ َ ‫ َو‬،ُ‫ َر َواهُ اَ ْلبَ َّزار‬ ) ‫ُور‬
ٍ ‫ َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبر‬,‫ ( َع َم ُل اَل َّرج ُِل بِيَ ِد ِه‬:‫ال‬ ْ َ‫أ‬
َ َ‫طيَبُ ? ق‬
Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya:
Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan seseorang dengan

6
tangannya dan setiap jual-beli yang bersih." Riwayat al-Bazzar. Hadits shahih menurut
Hakim.

2) Hadist Riwayat Mutafaq alaih

َ I ‫ ِم َع َر ُس‬I ‫; أَنَّهُ َس‬-‫ا‬II‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َم‬


‫لم‬II‫ه وس‬II‫لى هللا علي‬II‫ول هَّللَا ِ ص‬ ِ ‫ َر‬- ِ ‫َوع َْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هَّللَا‬
ِ ‫ َو ْال ِخ ْن ِز‬,‫ ِة‬Iَ‫ َو ْال َم ْيت‬,‫ر‬I
,‫ر‬I‫ي‬ ِ ‫ َع اَ ْلخَ ْم‬I‫ َّر َم بَ ْي‬I‫ولَهُ َح‬I‫ ( إِ َّن هَّللَا َ َو َر ُس‬:َ‫ َو بِ َم َّكة‬Iُ‫ َوه‬,‫ح‬
ِ ‫ا َم اَ ْلفَ ْت‬Iَ‫و ُل ع‬Iُ‫يَق‬
‫ا‬IIَ‫ ْده َُن بِه‬I ُ‫ َوت‬,‫فُ ُن‬I ‫لس‬ ْ ُ‫ فَإِنَّهُ ت‬,‫ يَا َرسُو َل هَّللَا ِ ! أَ َرأَيْتَ ُشحُو َم اَ ْل َم ْيتَ ِة‬:‫يل‬
ُّ َ‫ا ا‬IIَ‫طلَى بِه‬ َ ِ‫َواأْل َصْ نَام فَق‬
‫ه‬II‫لى هللا علي‬II‫و ُل هَّللَا ِ ص‬I‫ا َل َر ُس‬IIَ‫ ثُ َّم ق‬, ‫را ٌم‬I َ I‫ َو َح‬Iُ‫ اَل ه‬:‫ال‬I َ Iَ‫ َويَ ْستَصْ بِ ُح بِهَا اَلنَّاسُ ? فَق‬,‫اَ ْل ُجلُو ُد‬
‫أ َ َكلُوا‬IIَ‫ ف‬,ُ‫ ثُ َّم بَا ُعوه‬,ُ‫ إِ َّن هَّللَا َ لَ َّما َح َّر َم َعلَ ْي ِه ْم ُشحُو َمهَا َج َملُوه‬,َ‫ قَات ََل هَّللَا ُ اَ ْليَهُود‬: َ‫وسلم ِع ْن َد َذلِك‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬ ) ُ‫ثَ َمنَه‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬
Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa ia mendengar Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda di Mekkah pada tahun penaklukan kota itu:
"Sesungguhnya Allah melarang jual-beli minuman keras, bangkai, babi dan berhala."
Ada orang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat baginda tentang lemak
bangkai karena ia digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan orang-orang
menggunakannya untuk menyalakan lampu?. Beliau bersabda: "Tidak, ia haram."
Kemudian setelah itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah
melaknat orang-orang Yahudi, karena ketika Allah mengharamkan atas mereka (jual-
beli) lemak bangkai mereka memprosesnya dan menjualnya, lalu mereka memakan
hasilnya." Muttafaq Alaihi.

3) Hadits Riwayat Muttafaq Alaih

ُ ‫ َذ َك َر َر ُج ٌل لِلنَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم أَنَّهُ ي ُْخ َد‬:‫ال‬


‫ع‬ َ َ‫ ق‬-‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما‬
ِ ‫ َر‬- ‫َوع َِن اِ ْب ِن ُع َم َر‬
ِ ‫فِي اَ ْلبُي‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬ ) َ‫ اَل خَاَل بَة‬: ْ‫ ( إِ َذا بَايَعْتَ فَقُل‬:‫ُوع فَقَا َل‬
 ‫ق َعلَ ْي ِه‬
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seseorang mengadu kepada
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bahwa ia tertipu dalam jual beli. Lalu beliau
bersabda: "Jika engkau berjual-beli, katakanlah: Jangan melakukan tipu daya."
Muttafaq Alaihi.

7
4) Hadist Riwayat Muslim

‫ َو َع ْن‬,‫ص ِاة‬ ِ ُ ‫ ( َنهى رس‬:‫ال‬


َ ‫ول اَللَّه صلى اهلل عليه وسلم َع ْن َب ْي ِع اَل‬
َ ‫ْح‬ َُ َ َ َ‫َو َع ْن أَبِي ُه َر ْي َرةَ رضي اهلل عنه ق‬
‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ) ‫َب ْي ِع اَلْغَ َر ِر‬
Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam melarang jual-beli dengan cara melempar batu dan jual-beli gharar (yang belum
jelas harga, barang, waktu dan tempatnya). Riwayat Muslim.

5) Hadist Riwayat Mutafaq Alaih

‫ ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬ ) ‫ش‬


ِ ‫َّج‬
ْ ‫ ( َن َهى صلى اهلل عليه وسلم َع ِن الن‬:‫ال‬
َ َ‫َو َع ْنهُ ق‬
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam melarang berjualan dengan najasy (memuji barang dagangan secara
berlebihan). Muttafaq Alaihi.

2. Dalil tentang Riba


a. Dalil Al-Qur’an
1) Q.S Ali Imran ayat 130-131

ْ Iُ‫ َعفَ ٗ ۖة َوٱتَّق‬I ‫ض‬


ْ Iُ‫ َوٱتَّق‬١٣٠ َ‫ون‬II‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِ ُح‬I
‫وا‬I ْ ُ‫وا اَل ت َۡأ ُكل‬
ۡ َ‫وا ٱلرِّ بَ ٰ ٓو ْا أ‬
َ ٰ ‫ض ٰ َع ٗفا ُّم‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
١٣١ َ‫ٱلنَّا َر ٱلَّتِ ٓي أُ ِع َّد ۡت لِ ۡل ٰ َكفِ ِرين‬
130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan

131. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang
yang kafir

2) Q.S An-Nisa ayat 160-161

١٦٠ ‫يرا‬I ٗ Iِ‫بِي ِل ٱهَّلل ِ َكث‬I ‫ص ِّد ِهمۡ عَن َس‬ َ ِ‫ت أُ ِحلَّ ۡت لَهُمۡ َوب‬ ٍ َ‫طيِّ ٰب‬َ ۡ‫وا َحرَّمۡ نَا َعلَ ۡي ِهم‬ ْ ‫فَبِظُ ۡل ٖم ِّمنَ ٱلَّ ِذينَ هَا ُد‬
‫ ا‬I‫اس بِ ۡٱل ٰبَ ِط ۚ ِل َوأَ ۡعت َۡدنَا لِ ۡل ٰ َكفِ ِرينَ ِم ۡنهُمۡ َع َذابًا أَلِ ٗيم‬
ِ َّ‫ُوا ع َۡنهُ َوأَ ۡكلِ ِهمۡ أَمۡ ٰ َو َل ٱلن‬
ْ ‫َوأَ ۡخ ِذ ِه ُم ٱلرِّ بَ ٰو ْا َوقَ ۡد نُه‬
١٦١
8
160. Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah

161. dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu
siksa yang pedih

3) Q.S Ar-Rum ayat 39

ْ ‫اس فَاَل يَ ۡرب‬


َ‫ ُدون‬I ‫و ٖة تُ ِري‬Iٰ I‫ُوا ِعن َد ٱهَّلل ۖ ِ َو َمٓا َءات َۡيتُم ِّمن َز َك‬ ِ َّ‫َو َمٓا َءات َۡيتُم ِّمن ِّربٗ ا لِّيَ ۡرب َُو ْا فِ ٓي أَمۡ ٰ َو ِل ٱلن‬
٣٩ َ‫ض ِعفُون‬ ۡ ‫َو ۡجهَ ٱهَّلل ِ فَأُوْ ٰلَٓئِكَ هُ ُم ۡٱل ُم‬

39. Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)

4) Q.S Al-Baqarah ayat 278-279

َ
‫ين‬
َ ِ ‫من‬ ِ ‫م ۡؤ‬ُّ ‫لربَوٰٓا ْ إِن كُنتُم‬ ِّ ‫ن ٱ‬ َ ‫م‬
ِ ‫ي‬ َ ‫ق‬
ِ َ ‫ما ب‬ َ ْ ‫ه وَذ َُروا‬ َ َّ ‫منُوا ْ ٱتَّقُوا ْ ٱلل‬َ ‫ين ءَا‬ َ ِ ‫يَٰٓأيُّهَا ٱلَّذ‬
ۡ
ۡ‫ولِهِۦۖ وَإِن ت ُ ۡبت ُ مۡ فَلَك ُ م‬,,,‫س‬ُ ‫ن ٱللَّهِ وَ َر‬َ ‫م‬ ِّ ٖ‫ح ۡرب‬ َ ِ ‫وا ْ فَ أذ َنُوا ْ ب‬,,,ُ ‫إِن ل َّ مۡ ت َ ۡفعَل‬,,,َ‫ ف‬٢٧٨
٢٧٩ ‫ن‬ َ ‫مو‬ ۡ
ُ ‫ن وَاَل ت ُ ل َظ‬ َ ‫مو‬ ‫س أ َ ۡموَٰلِك ُ مۡ اَل ت َ ۡل‬
ُ ِ‫ظ‬ ُ ‫ُرءُو‬
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat
(dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya

5) Q.S Al-Baqarah ayat 275

9
ۚ ‫ ۡي ٰطَ ُن ِمنَ ۡٱلم‬I ‫ٱلش‬
ۡ‫أَنَّهُم‬IIِ‫كَ ب‬IIِ‫سِّ ٰ َذل‬ َّ ُ‫ه‬I ُ‫و ُم ٱلَّ ِذي يَتَ َخبَّط‬IIُ‫ٱلَّ ِذينَ يَ ۡأ ُكلُونَ ٱل ِّربَ ٰو ْا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َك َما يَق‬
َ
‫ة ِّمن َّربِّ ِهۦ فَٱنتَهَ ٰى‬ٞ ‫ظ‬ َ ‫قَالُ ٓو ْا إِنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل ٱلرِّ بَ ٰو ۗ ْا َوأَ َح َّل ٱهَّلل ُ ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم ٱل ِّربَ ٰو ۚ ْا فَ َمن َجٓا َءهۥُ َم ۡو ِع‬
َ‫ار هُمۡ فِيهَا ٰ َخلِ ُدون‬
ِ ۖ َّ‫ص ٰ َحبُ ٱلن‬ ۡ َ‫فَلَ ۥهُ َما َسلَفَ َوأَمۡ ُر ٓۥهُ إِلَى ٱهَّلل ۖ ِ َو َم ۡن عَا َد فَأُوْ ٰلَٓئِكَ أ‬

275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya

b. Dalil Hadits
1) Hadist Riwayat Muslim

,ُ‫ َو ُمو ِكلَه‬,‫ ( لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم آ ِك َل اَل ِّربَا‬:‫ع َْن َجابِ ٍر رضي هللا عنه قَا َل‬
 ‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ) ‫ هُ ْم َس َوا ٌء‬:‫ َوقَا َل‬,‫ َو َشا ِه َد ْي ِه‬,ُ‫َو َكاتِبَه‬
Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya.
Beliau bersabda: "Mereka itu sama." Riwayat Muslim.

2) Hadits Riwayat Ibnu Majah

‫ ( اَلرِّ بَا‬:‫َوع َْن َع ْب ِد هَّللَا ِ ب ِْن َم ْسعُو ٍد رضي هللا عنه ع َْن اَلنَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬
‫ َوإِ َّن أَرْ بَى اَل ِّربَا ِعرْ ضُ اَل َّر ُج ِل‬,ُ‫ثَاَل ثَةٌ َو َس ْبعُونَ بَابًا أَ ْي َس ُرهَا ِم ْث ُل أَ ْن يَ ْن ِك َح اَل َّر ُج ُل أُ َّمه‬
ُ‫َّحه‬
َ ‫صح‬َ ‫ َو ْال َحا ِك ُم بِتَ َما ِم ِه َو‬,ً‫صرا‬ َ ‫ َر َواهُ اِب ُْن َم‬ ) ‫اَ ْل ُم ْسلِ ِم‬
َ َ‫اج ْه ُم ْخت‬
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Riba itu mempunyai 73 pintu, yang paling ringan ialah seperti
seorang laki-laki menikahi ibunya dan riba yang paling berat ialah merusak kehormatan

10
seorang muslim.". Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan ringkas dan Hakim dengan
lengkap, dan menurutnya hadits itu shahih.

3) Hadits Riwayat Muslim

ُ‫لذهَب‬َّ َ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ( ا‬:‫َوع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
ْ‫ فَ َم ْن زَا َد أَو‬,‫ض ِة َو ْزنا ً بِ َو ْز ٍن ِم ْثاًل بِ ِم ْث ٍل‬
َّ ِ‫ضةُ بِ ْالف‬
َّ ِ‫ َو ْالف‬،‫ب َو ْزنا ً بِ َو ْز ٍن ِم ْثاًل بِ ِم ْث ٍل‬ َّ ِ‫ب‬
ِ َ‫الذه‬
 ‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ) ‫اِ ْستَزَا َد فَه َُو ِربًا‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "(Diperbolehkan menjual) emas dengan emas yang sama
timbangannya dan sama sebanding, dan perak dengan perak yang sama timbangannya
dan sama sebanding. Barangsiapa menambah atau meminta tambahan maka itu riba."
Riwayat Muslim.

4) Hadist Riwayat Muslim

‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم َع ْن َب ْي ِع‬ ُ ‫ ( َن َهى َر ُس‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬-‫ض َي اَللَّهُ َع ْن ُه َما‬ ِ ‫ر‬- ‫و َعن جابِ ِر بْ ِن َع ْب ِد اَللَّ ِه‬
َ َ ْ َ
 ‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ) ‫لص ْب َر ِة ِم َن اَلت َّْم ِر ال ُي ْعلَ ُم َم ِكيلُ َها بِالْ َك ْي ِل اَل ُْم َس َّمى ِم َن اَلت َّْم ِر‬
ُّ َ‫ا‬
Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam melarang jual-beli setumpuk kurma yang tidak diketahui takarannya dengan
kurma yang diketahui takarannya. Riwayat Muslim.

5) Hadist Riwayat Ahmad dan abu Dawud

ِ
َ ‫ ( َم ْن َش َف َع أِل َخ ِيه َش َف‬:‫ال‬
‫ فَأ َْه َدى‬,ً‫اعة‬ َ َ‫َو َع ْن أَبِي أ َُم َامةَ رضي اهلل عنه َع ِن اَلنَّبِ ِّي صلى اهلل عليه وسلم ق‬
ٌ ‫اد ِه َم َق‬
ِ َ‫ وفِي إِسن‬,‫ وأَبو َداو َد‬,‫ رواهُ أَحم ُد‬ ) ‫اب اَ ِّلربا‬ ِ ِ ِ ِ
 ‫ال‬ ْ َ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ ِ ‫ َف َق ْد أَتَى بَابًا َعظيماً م ْن أ َْب َو‬,‫ َف َقبلَ َها‬,ً‫لَهُ َهديَّة‬
Dari Abu Umamah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Barangsiapa memberi syafa'at (menjadi perantara untuk suatu
kebaikan) kepada saudaranya, lalu ia diberi hadiah dan diterimanya, maka ia telah
mendatangi sebuah pintu besar dari pintu-pintu riba." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud,
dan dalam sanadnya ada pembicaraan.

11
C. Realita Hadits tentang Jual Beli dan Riba
1. Hadits tentang Jual Beli

ِ ‫ أَيُّ اَ ْل َك ْس‬:‫ي صلى هللا عليه وسلم ُسئِ َل‬


‫ب‬ َّ ِ‫ع َْن ِرفَا َعةَ ْب ِن َرافِ ٍع رضي هللا عنه أَ َّن اَلنَّب‬
.‫َّحهُ اَ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫صح‬ َ ‫ َو‬،ُ‫ َر َواهُ اَ ْلبَ َّزار‬ ) ‫ُور‬
ٍ ‫ َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبر‬,‫ ( َع َم ُل اَل َّرج ُِل بِيَ ِد ِه‬:‫ال‬ ْ َ‫أ‬
َ َ‫طيَبُ ? ق‬
Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya:
Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan seseorang dengan
tangannya dan setiap jual-beli yang bersih." Riwayat al-Bazzar. Hadits shahih menurut
Hakim.

Dari hadits diatas setidaknya ada dua point penting yang dapat kita tarik, yaitu :

a. Pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan oleh tangannya
sendiri
Pekerjaan adalah naluri yang tertanam dalam diri manusia sehingga Islam tidak
mau menghalangi atau menahannya. Sebaliknya, membiarkan terbuka seluruh pintu dan
lapangan pekerjaan itu, manusia bebas memasuki pintu manapun dan melalui jalur
manapun. Setiap pekerjaan yang mengantarkan manusia menuju suatu tujuan sehingga
mendatangkan suatu manfaat dan tidak berakibat buruk kepada dirinya atau orang lain
yang menyertainya adalah pekerjaan yang penuh berkah, dianjurkan dan akan
mendatangkan pahala yang baik.12
Pekerjaan dengan tangan sendiri maksudnya adalah pekerjaan yang dilakukan
seseorang tanpa meminta-minta. Pekerjaan itu bisa berupa profesi sebagai tukang batu,
tukang kayu, pandai besi, maupun pekerjaan lainnya. Dalam hadist yang lain dicontohkan
pekerjaan seseorang yang mencari kayu bakar. Profesi dokter, arsitek, dan sejenisnya
dizaman sekarang juga termasuk dalam hadits ini. Jadi, dalam Islam semua pekerjaan itu
baik. Bahkan pekerjaan apapun bisan menjadi pekerjaan yang paling baik. Dengan syarat,
pekerjaan tersebut halal,tidak dilarang agama dan bukan bersifat meminta-minta. Baik
menjadi karyawan professional, wirausaha, maupun pebisnis, semua punya peluang yang
sama. 13
12
Muchlisin, Bersama Dakwah, diakses dari http://Islam-menjawab-tuduhan-kesalahan-penialaian-
terhadap-pekerjaan=1 , senin, 20 November 2017
13
Ibid,.

12
Namun dalam realitanya, zaman sekarang ini banyak sekali kita temukan orang-
orang yang bekerja dijalanan sebagai peminta-minta, baik itu orangtua maupun para
remaja. Bahkan tidak jarang dari mereka yang pura-pura sakit atau cacat anggota
badannya supaya orang yang lewat menjadi simpati terhadapnya. Padahal hal demikian
jelaslah sangat dilarang dalam ajaran Islam.
Adapun untuk mengatasi masalah diatas adalah salah satunya dengan cara
membantu mereka dengan memberikan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan mereka. Karena bagaimanapun juga, kita sebagai saudara mereka tidak boleh
membiarkan mereka terlantar. Allah swt berfirman :

‫…و َت َع َاو ُنو ْا َع َلى ۡٱل ِبرِّ َوٱل َّت ۡق َو ٰۖى َواَل َت َع َاو ُنو ْا َع َلى ٱإۡل ِ ۡث ِم َو ۡٱل ُع ۡد ٰ َو ۚ ِن َوٱ َّتقُ و ْا ٱهَّلل ۖ َ إِنَّ ٱهَّلل َ َش دِي ُد‬
َ
٢‫ب‬ ِ ‫ۡٱل ِع َقا‬
…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

b. Jual beli yang bersih merupkan kriteria pekerjaan yang baik

Secara linguistik, al bai’ (jual beli) berarti pertukaran sesuatu dengan sesuatu.
Secara istilah, menurut mazhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran harta (mal) dengan
harta dengan menggunakan cara tertentu. Pertukaran harta dengan harta disini, diartikan
sebagai harta yang memiliki manfaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk
menggunakannya dengan cara tertentu melalui prosesijab dan qabul.14

Menurut Imam Nawawial bai’ adalah pertukaran harta dengna harta dengna
maksud untuk memiliki. Ibnu Qudamah menyatakan, al bai’ adalah pertukaran harta
dengan harta dengna maksud untuk memiliki dan dimiliki 15. Menurut mazhab Hanafiyah,
jual beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta melalui sistem yang menggunakan
cara tertentu. Sistem pertukaran harta dengan harta dalam konteks harta yang memiliki

14
Dimyauddin Djuwandi, Pengantar Fiqih Muamalah, Yogyakrta, Pustaka Pelajar, 2010, hal 69

15
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Asy-Syaribani Al-Khatib, Mughni al Muhtaj, Beriut, Daar al Fikr,
1934, juz 3, hal 559

13
manfaat serta dapat digunakan. Yang dimaksud dengan cara tertentu adalah
menggunakan ungkapan (sighah ijab qabul)16

Jual beli yang baik adalah jual beli yang terpenuhi rukun dan syaratnya serta
bersih dari unsur riba dan penipuan. Rukun dan syarat jual beli tersebut adalah sebagai
berikut

1) Penjual. Ia harus memiliki barang yang dijualnya atau mendapatkan izin untuk
menjualnya, dan sehat akalnya.
2) Pembeli. Ia disyaratkan diperbolehkan bertindak dalam arti ia bukan orang
yang kurang waras, atau bukan anak kecil yang tidak mempunyai izin untuk
membeli.
3) Barang yang dijual. Barang yang dijual harus merupakan hal yang
diperbolehkan dijual, bersih, bias diserahkan kepada pembeli, dan bias
diketahui pembeli meskipun hanya dengan ciri-cirinya.
4) Bahasa akad. Yaitu penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) dengan
perkataan atau perbuatan.
5) Kerelaan kedua belah pihak, yakni penjual dan pembeli. Jadi, jual beli tidak
sah dengan ketidakrelaan salah satu dari dua pihak.17

Namun pada realitanya, banyak umat islam yang tidak memahami tata cara jual
beli yang sesuai dengan syariat Islam. Dewasa ini, marak sekali sistem jual beli yang di
dalamnya terdapat unsur riba seperti penjual yang mengurangi takaran; jual beli yang
mengandung unsur penipuan (gharar), jual beli barang-barang haram seperti anjing,
khamr, obat-obat terlarang, dan sebagainya.

Mengatasi permasalahan tersebut tentunya Islam telah memberikan petunjuk


kepada umatnya dalam masalah yang berkaitan dengan tata cara jual beli yang baik, baik
itu yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun Hadist Rasulullah Saw, seperti :

1) Jual beli harus dilakuan atas dasar suka sama suka


Sebagaimana dalam Q.S

16
Prof. Dr. H. Ismail Nawawi, MPA, M.Si, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor, Ghalia
Indonesia, 2012, hal 75
17
Ibid , hal 77

14
‫اض‬
‫‪I‬ر ٖ‬ ‫وا اَل تَ‪Iۡ I‬أ ُكلُ ٓو ْا أَمۡ‪َ ٰ I‬ولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط‪ِ I‬ل إِٓاَّل أَن تَ ُك‪II‬ونَ تِ ٰ َج‪َ I‬رةً عَن تَ‪َ I‬‬
‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ْ‬
‫ِّمن ُكمۡۚ‬

‫‪2) Jual beli tidak boleh mengandung unsur penipuan‬‬

‫ال‪َ :‬ذ َك َر َر ُج ٌل لِلنَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم أَنَّهُ ي ُْخ َد ُ‬
‫ع‬ ‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما‪ -‬قَ َ‬
‫َوع َِن اِ ْب ِن ُع َم َر ‪َ -‬ر ِ‬
‫فِي اَ ْلبُي ِ‬
‫ُوع فَقَا َل‪ ( :‬إِ َذا بَايَعْتَ فَقُلْ ‪ :‬اَل خَاَل بَةَ )‪ُ  ‬متَّفَ ٌ‬
‫ق َعلَ ْي ِه‪ ‬‬
‫‪Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seseorang mengadu kepada‬‬
‫‪Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bahwa ia tertipu dalam jual beli. Lalu beliau‬‬
‫"‪bersabda: "Jika engkau berjual-beli, katakanlah: Jangan melakukan tipu daya.‬‬
‫‪Muttafaq Alaihi.‬‬

‫‪3) Jual beli harus bersih dari unsur riba‬‬

‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم َع ْن َب ْي ِع‬ ‫ال ‪َ ( :‬ن َهى َر ُس ُ‬ ‫ض َي اَللَّهُ َع ْن ُه َما‪ -‬قَ َ‬ ‫و َعن جابِ ِر بْ ِن َع ْب ِد اَللَّ ِه ‪-‬ر ِ‬
‫َ‬ ‫َ ْ َ‬
‫لص ْب َر ِة ِم َن اَلت َّْم ِر ال ُي ْعلَ ُم َم ِكيلُ َها بِالْ َك ْي ِل اَل ُْم َس َّمى ِم َن اَلت َّْم ِر )‪َ  ‬ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‪ ‬‬
‫اَ ُّ‬
‫‪Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi‬‬
‫‪wa Sallam melarang jual-beli setumpuk kurma yang tidak diketahui takarannya dengan‬‬
‫‪kurma yang diketahui takarannya. Riwayat Muslim‬‬

‫‪4) Mengetahui hukum dari objek yang akan diperjualbelikan‬‬

‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َم‪II‬ا‪ ;-‬أَنَّهُ َس ‪ِ I‬م َع َر ُس ‪َ I‬‬


‫ول هَّللَا ِ ص‪II‬لى هللا علي‪II‬ه وس‪II‬لم‬ ‫َوع َْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هَّللَا ِ ‪َ -‬ر ِ‬
‫‪I‬ر‪َ ,‬و ْال َم ْيتَ‪ِ I‬ة‪َ ,‬و ْال ِخ ْن ِز ِ‬
‫ي‪I‬ر‪,‬‬ ‫ح‪َ ,‬وهُ‪َ I‬و بِ َم َّكةَ‪ ( :‬إِ َّن هَّللَا َ َو َر ُس‪I‬ولَهُ َح‪َّ I‬ر َم بَ ْي‪َ I‬ع اَ ْلخَ ْم ِ‬
‫يَقُ‪I‬و ُل عَ‪I‬ا َم اَ ْلفَ ْت ِ‬
‫لس ‪I‬فُ ُن‪َ ,‬وتُ ‪ْ I‬ده َُن بِهَ‪II‬ا‬ ‫يل‪ :‬يَا َرسُو َل هَّللَا ِ ! أَ َرأَيْتَ ُشحُو َم اَ ْل َم ْيتَ ِة‪ ,‬فَإِنَّهُ تُ ْ‬
‫طلَى بِهَ‪II‬ا اَ ُّ‬ ‫َواأْل َصْ نَام فَقِ َ‬
‫‪I‬را ٌم ‪ ,‬ثُ َّم قَ‪II‬ا َل َر ُس‪I‬و ُل هَّللَا ِ ص‪II‬لى هللا علي‪II‬ه‬ ‫‪I‬ال‪ :‬اَل هُ‪َ I‬و َح‪َ I‬‬‫اَ ْل ُجلُو ُد‪َ ,‬ويَ ْستَصْ بِ ُح بِهَا اَلنَّاسُ ? فَقَ‪َ I‬‬
‫وسلم ِع ْن َد َذلِكَ ‪ :‬قَات ََل هَّللَا ُ اَ ْليَهُودَ‪ ,‬إِ َّن هَّللَا َ لَ َّما َح َّر َم َعلَ ْي ِه ْم ُشحُو َمهَا َج َملُوهُ‪ ,‬ثُ َّم بَا ُعوهُ‪ ,‬فَ‪II‬أ َ َكلُوا‬
‫ثَ َمنَهُ )‪ُ  ‬متَّفَ ٌ‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬

‫‪15‬‬
Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa ia mendengar Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda di Mekkah pada tahun penaklukan kota itu:
"Sesungguhnya Allah melarang jual-beli minuman keras, bangkai, babi dan berhala."
Ada orang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat baginda tentang lemak
bangkai karena ia digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan orang-orang
menggunakannya untuk menyalakan lampu?. Beliau bersabda: "Tidak, ia haram."
Kemudian setelah itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah
melaknat orang-orang Yahudi, karena ketika Allah mengharamkan atas mereka (jual-
beli) lemak bangkai mereka memprosesnya dan menjualnya, lalu mereka memakan
hasilnya." Muttafaq Alaihi.

2. Hadits Tentang Riba

‫وسلَّم آكِ َل‬ ِ ِ ُ ‫ « لَعن رس‬: ‫ال‬ ٍ ‫وعن اب ِن مس‬


َ ‫ول اللَّه‬
َ ‫صلّى اهللُ َعلَْيه‬ ُ ََ َ َ‫عود رضي اللَّه َعْنهُ ق‬ َْ ََ
. » ُ‫ َو َكاتبَه‬، ‫ « َو َشاهديه‬: ‫ وغريه‬4‫ زاد الرتمذي‬. ‫الرباَ وموكِلهُ» رواه مسلم‬ِّ
1612. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam itu melaknatkan kepada orang yang makan harta riba dan orang
yang menyerahkan harta riba itu kepada orang lain -sebagai hibah, hadiah dan
sebagainya-." (Riwayat Muslim) Imam Tirmizi dan lain-lain menambahkan: "Juga
dilaknat kedua orang saksinya serta juru tulisnya."
Hadist diatas menjelaskan bahwa Rasul melaknat orang-orang yang terlibat dalam
transaksi riba, yaitu :
a. Pemakan riba
Menurut Al-Allamah Asy-Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi dalam
kitab Bahjatul Wa Sai’l bi’ Syarh Al-Masaail dan kitab Mirqatu Shu’uud al-Tashsiq fii
Syarh Sullam al-Taufiq bahwasanya pemakan riba adalah orang yang mengambil harta
riba meski ia tidak memakannya, dan penggunaan lafaz khusus ‘memakan’ karena istilah
ini merupakan jenis pemanfaatan paling besar18. Mereka itulah orang-orang yang akan
mendapatkan ancaman dari Allah swt, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah
ayat 275 berikut :

18
Asy-Syeikh Muhammad Nawawi Asy-Syafi’I Al-Qadari, Syarah Bahjatul Wasaa’il bi’ Syarh Al-Masaail,
Surabaya: Al-Hidayatul, TT, Hal.36

16
َ ِ‫سِّ ٰ َذل‬
ۡ‫ك ِب أ َ َّنهُم‬ ۚ ‫ٱلش ۡي ٰ َطنُ م َِن ۡٱل َم‬
َّ ‫َّط ُه‬ُ ‫ُون إِاَّل َك َما َيقُو ُم ٱلَّذِي َي َت َخب‬ َ ‫ون ٱلرِّ َب ٰو ْا اَل َيقُوم‬ َ ُ‫ِين َي ۡأ ُكل‬ َ ‫ٱلَّذ‬
‫ة مِّن رَّ ِّبهِۦ‬ٞ ‫َقالُ ٓو ْا إِ َّن َما ۡٱل َب ۡي ُع م ِۡث ُل ٱلرِّ َب ٰو ۗ ْا َوأَ َح َّل ٱهَّلل ُ ۡٱل َب ۡي َع َو َح رَّ َم ٱلرِّ َب ٰو ۚ ْا َف َمن َج ٓا َءهُۥ َم ۡوعِ َظ‬
ٓ
٢٧٥ ‫ون‬ َ ‫ار هُمۡ فِي َها ٰ َخلِ ُد‬ ِ ۖ ‫ص ٰ َحبُ ٱل َّن‬ َ ‫ف َوأَ ۡم ُرهُۥٓ إِ َلى ٱهَّلل ۖ ِ َو َم ۡن َعادَ َفأ ُ ْو ٰ َلئ‬
ۡ َ‫ِك أ‬ َ ‫َفٱن َت َه ٰى َف َلهُۥ َما َس َل‬
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya
Ayat diatas menjelaskan bahwa mereka tidak dapat berdiri dari kuburan mereka
pada hari kiamat kelak kecuali seperti berdirinya orang gila pada saat mengamuk dan
kerasukan syaitan.yaitu mereka berdiri dengan posisi yang tidak sewajarnya. Ibnu Abbas
mengatakan “Pemakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat kelak dalam keadaan
seperti orang gila yang tercekik”19
Sedangkan menurut Imam Al-Bukhori meriwayatkan dari Samurah bin Jundub
dalam hadits panjang tentang mimpi yang artinya:
“Maka tibalah kami di sebuah sungai, aku menduga ia mengatakan: Sungai itu
merah darah. Ternyata di sungai tersebut terdapat seseorang yang sedang berenang,
dan di pinggirnya terdapat sesorang yang telah mengumpulkan batu yang sangat banyak
di sampingnya. Orang itu pun berenang mendatangi orang yang mengumpulkan batu itu.
Kemudian orang yang berenang membuk mulutnya, lalu ia menyuapinya dengan batu.”
(HR. Bukhari). Dalam menafsirkan peristiwa tersebut dikatakan bahwa ia itulah
pemakan riba.
Namun dalam realitanya, dewasa ini banyak orang yang memakan riba, baik
karena mereka tidak mengetahui akan keharaman riba ataupun yang dilakukan dengan

19
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafs Ibirnu Katsir Jilid 1, Bogor, 2004,
Pustaka Imam Asy-Syafi’I, Hal.546

17
sengaja. Contohnya para penjual yang mengurangi takaran, dan maraknya rentenir-
rentenir di sekitar kita, dan sebagainya.
b. Pemberi riba

Menurut Al-Allamah Asy-Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi dalam


kitab Bahjatul Wa Sai’l bi’ Syarh Al-Masaail dan kitab Mirqatu Shu’uud al-Tashdiiq fii
Syarh Sullam al-Taufiq bahwasanya pemberi riba adalah orang yang memberikan riba,
meski orang yang mengambil harta riba darinya tidak memakan hasil riba tersebut.
Digunakan kata ‘makan’ karena ini merupakan bentuk perbutan yang paling sering dan
paling banyak dilakukan20.

Dewasa ini sering kita temui orang yang menafkahi keluarganya dengan harta
hasil riba, padahal hal demikian jelas diharamkan oleh Allah swt. Sebagai kepala
keluarga harusnya dia menafkahi keluarganya dengan harta yang halal, sehingga kelak
anak dan istrinya terhindar dari api neraka. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. At-
Tahrim:6

َ َ َ
ُ ‫ارة‬,
َ ,‫ج‬َ ‫ح‬ ِ ‫س وَ ۡٱل‬
ُ ‫ا ٱلنَّا‬,,َ‫ارا وَقُودُه‬, ٗ ,َ ‫ك ُ مۡ وَأ ۡلهِيك ُ مۡ ن‬,‫ُس‬َ ‫منُوا ْ قُوٓا ْ أنف‬ َ ‫ين ءَا‬ َ ِ ‫يَٰٓأيُّهَا ٱلَّذ‬
َ
‫ن‬َ ‫م ُرو‬َ ‫ا ي ُ ۡؤ‬,,‫م‬ َ ‫و‬,,ُ ‫م َرهُ مۡ وَي َ ۡفعَل‬
َ ‫ن‬ َ ‫مٓا أ‬َ ‫ه‬ َ َّ ‫ن ٱلل‬ َ ‫صو‬ ِ ‫ظ‬ٞ ‫ة ِغاَل‬
ُ ‫د اَّل ي َۡع‬ٞ ‫شدَا‬ ٌ َ ‫ملَٰٓئِك‬
َ ‫ع َل َ ۡيهَا‬
٦

6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang kepala keluarga harus bisa
menjaga anak dan istrinya dar hal-hal yang dapat membawanya ke neraka. Salah satunya
seorang kepala harus memberikan nafkah dengan cara yang halal dan sesuai dengan
syariat Islam.

c. Pencatat riba

20
Ibid,

18
Menurut Al-Allamah Asy-Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi dalam
kitab Bahjatul Wa Sai’l bi’ Syarh Al-Masaail dan kitab Mirqatu Shu’uud al-Tashdiiq fii
Syarh Sullam al-Taufiq bahwasanya pencatat riba adalah orang yang menuiskan
perjanjian transaksi antara pihak-pihak yang bertransaksi21

Di zaman sekarang ini, banyak pekerjaan yang tugasnya sebagai pencatat riba.
Seperti para teller bank, customer service, dan orang-orang yang menyusun anggaran
(akuntan), serta orang yang membuatkan teks kontrak perjanjian yang menghasilkan riba.
Padahal, dalam suatu hadits dijelaskan:

ِ ‫ أَيُّ اَ ْل َك ْس‬:‫ي صلى هللا عليه وسلم ُسئِ َل‬


‫ب‬ َّ ِ‫ع َْن ِرفَا َعةَ ْب ِن َرافِ ٍع رضي هللا عنه أَ َّن اَلنَّب‬
.‫َّحهُ اَ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫صح‬ َ ‫ َو‬،ُ‫ َر َواهُ اَ ْلبَ َّزار‬ ) ‫ُور‬
ٍ ‫ َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبر‬,‫ ( َع َم ُل اَل َّرج ُِل بِيَ ِد ِه‬:‫ال‬ ْ َ‫أ‬
َ َ‫طيَبُ ? ق‬
Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya:
Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan seseorang dengan
tangannya dan setiap jual-beli yang bersih." Riwayat al-Bazzar. Hadits shahih menurut
Hakim.

d. Saksi riba

Menurut Al-Allamah Asy-Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi dalam


kitab Bahjatul Wa Sai’l bi’ Syarh Al-Masaail dan kitab Mirqatu Shu’uud al-Tashsiq fii
Syarh Sullam al-Taufiq bahwasanya saksi riba adalah orang yang menjadi saksi atas
transaksi riba22

Mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, maka hal yang harus dailakukan


adalah:
1) Bekerja sesuai dengan anjuran Rasulallah seperti dalam hadits berikut:

ِ ‫ أَيُّ اَ ْل َك ْس‬:‫ي صلى هللا عليه وسلم ُسئِ َل‬


‫ب‬ َّ ِ‫ع َْن ِرفَا َعةَ ْب ِن َرافِ ٍع رضي هللا عنه أَ َّن اَلنَّب‬
.‫َّحهُ اَ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫صح‬ َ ‫ َو‬،ُ‫ َر َواهُ اَ ْلبَ َّزار‬ ) ‫ُور‬
ٍ ‫ َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبر‬,‫ ( َع َم ُل اَل َّرج ُِل بِيَ ِد ِه‬:‫ال‬ ْ َ‫أ‬
َ َ‫طيَبُ ? ق‬

21
Ibid,
22
Ibid, Hal.36

19
Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya:
Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan seseorang dengan
tangannya dan setiap jual-beli yang bersih." Riwayat al-Bazzar. Hadits shahih menurut
Hakim.

Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa pekerjaan yang baik adalah pekerjaan
seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang bersih, diantaranya tidak
mengurangi takaran, terpenuhi syarat dan rukunnya, saling ridha antara keduanya, dan
lain sebagainya.

2) Kerja sama atau tolong menolong dalam hal yang baik, seperti dalam Q.S. Al-
Maidah:2

‫…و َت َع َاو ُنو ْا َع َلى ۡٱل ِبرِّ َوٱل َّت ۡق َو ٰۖى َواَل َت َع َاو ُنو ْا َع َلى ٱإۡل ِ ۡث ِم َو ۡٱل ُع ۡد ٰ َو ۚ ِن َوٱ َّتقُ و ْا ٱهَّلل ۖ َ إِنَّ ٱهَّلل َ َش دِي ُد‬
َ
٢‫ب‬ ِ ‫ۡٱل ِع َقا‬
2…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Tolong menolong sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Namun yang dimaksud
tolong menolong disini adalah tolong menolong dalam hal kebaikan dan taqwa. Artinya,
seseorang yang berniat memberi bantuan kepada oranglain dengan menggunakan harta
riba, maka sia-sialah perbuatan baiknya tersebut.

3) Mengkonsumsi makanan yang halal dan baik, seperti dalam Q.S. Al-
Baqarah:168

ّ‫و‬ٞ ‫ٱلش ۡي ٰ َط ۚ ِن إِ َّنهُۥ َل ُكمۡ َع ُد‬


َّ ‫ت‬ ُ ‫ض َح ٰ َلاٗل َطي ِّٗب ا َواَل َت َّت ِب ُع و ْا ُخ‬
ِ ‫ط ٰ َو‬ ِ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱل َّناسُ ُكلُ و ْا ِممَّا فِي ٱأۡل َ ۡر‬
١٦٨ ٌ‫م ُِّبين‬

20
168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu

Makanan yang halal dan baik adalah makanan yang didapat dengan cara yang
halal dan baik. Perbuatan riba merupakan salah satu jalan yang buruk dan dibenci Allah
swt sehingga kita selaku muslim harus meninggalkan perbuatan tersebut.

BAB III

KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan dibawah ini :

1. Jual beli adalah suatu transaksi pertukaran harta dengan harta yang menyebabkan
pindahnya kepemilikan dengan cara yang sesuai dengan syariat. Sedangkan riba
adalah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu baik bentuk barang sejenis
maupun uang yang berlebih ketika pengambilannya sesuai dengan jatuh
temponya.
2. Dalil mengenai jual beli dan riba sangatlah banyak, salah satunya terdapat dalam
Q.S Al-Baqarah ayat 275 yang artinya “Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”. Juga terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
yang artinya “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "(Diperbolehkan menjual) emas dengan
emas yang sama timbangannya dan sama sebanding, dan perak dengan perak
yang sama timbangannya dan sama sebanding. Barangsiapa menambah atau
meminta tambahan maka itu riba."
3. Pada realitanya, banyak umat islam yang tidak memahami tata cara jual beli yang
sesuai dengan syariat Islam dan ancaman riba. Dewasa ini, marak sekali sistem
jual beli yang di dalamnya terdapat unsur riba seperti penjual yang mengurangi
takaran; jual beli yang mengandung unsur penipuan (gharar), jual beli barang-
barang haram seperti anjing, khamr, obat-obat terlarang, dan sebagainya.

21
Mengatasi permasalahan tersebut tentunya Islam telah memberikan petunjuk
kepada umatnya dalam masalah yang berkaitan dengan tata cara jual beli yang
baik dan keharaman riba baik itu yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun Hadist
Rasulullah Saw yang telah kami paparkan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh. 2004. Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 1. Bandung: Pustaka Imam Asy-Syafi’I
Al-Husaini,Taqiyuddin Abu Bakar. 1997. Terjemahan Kifayatul Akhyar 2.
Surabaya: PT. Bina Ilmu
Djuwandi, Dimyauddin. 2010. Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakrta: Pustaka
Pelajar
Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia
Indonesia
Sabiq, Sayid. 2013. Fiqih Sunnah Jilid 5. Jakarta: Tinta Abadi Gemilan
Sahrani, Sohari dan Ru’fah Abdullah. 2011. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia
Indonesia
Suhendi, Hendi. 2014. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syafe’I, Rachmat.2000. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia
Syamsuddin, Muhammad bin Ahmad Asy-Syaribani Al-Khatib. 1934. Mughni al
Muhtaj, Beriut: Daar al Fikr

22
23

Anda mungkin juga menyukai