Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM JUAL BELI SECARA KREDIT DAN ONLINE

Kelompok 13

HANIFAH RAHMI SIRAIT (0305202059)

ZUHRINA HARAHAP (0305202051)

Dosen Pengempu

Dr. Hasan Matsum, M.Ag

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERAUTARA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang di tentukan.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa‟atnya di dunia dan akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Fikih/Ushul Fikih dengan judul “ hukum jual beli secara kredit dan online”.

Kami selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya
bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah
ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2

A. Pengertian jual beli ......................................................................................................... 2

B. Rukun dan syarat jual beli............................................................................................... 3

C. Hukum dan sifat jual beli ................................................................................................ 4

D. Barang yang tidak boleh di perjual belikan .................................................................... 5

E. Pengertian dan Hukum jual beli online ........................................................................... 6

F. Tempat jual beli online ................................................................................................... 7

G. Jenis transaksi jual beli online ........................................................................................ 7

H. Konsep jual beli kredit dalam islam................................................................................ 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jual beli merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang hakikatnya adalah
saling tolong menolong sesama manusia dengan ketentuan hukumnya telah diatur dalam
syariat Islam. Allah Swt telah menjelaskan dalam al-Qur'an dan Nabi Saw dalam hadis-
hadisnya telah memberikan batasan-batasan yang jelas mengenai ruang lingkup
tersebut,khususnya yang berkaitan dengan hal-hal yang diperbolehkan dan yang dilarang.

Seperti halnya dalam bidang muamalat, Allah SWT telah memberikan pedoman-
pedoman yang bersifat garis besar, seperti membenarkan rezeki dengan jalan perdagangan,
melarang memakan harta riba, melarang menghambur-hamburkan harta, perintah bekerja
untuk mencari kecukupan nafkah dan sebagainya. Akan tetapi pada zaman sekarang,
kehidupan umat manusia secara umum telah mengalami kemajuan dan banyak perubahan.

Sedangkan dalam hadis-hadis yang ada seperti hadis dari Abu Sa`id al-Khudriy ra.,
dan Ubadah bin Shamit ra., menjelaskan tidak boleh menjual suatu barang ribawi dengan
sesama barang ribawi lainnya, kecuali kontan. Tidak boleh pula menjualnya secara bertempo
(kredit), meskipun keduanya berbeda jenis dan ukurannya1.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jual beli ?
2. Apa rukun dan syarat jual beli dan bagaimana hukum dan sifat jual beli?
3. Apa saja barang yang tidak boleh di perjual belikan ?
4. Pengertian dan Hukum jual beli online?
5. Dimana saja tempat jual beli online ?
6. Apa saja jenis transaksi jual beli online ?
7. Bagaimana konsep jual beli kredit dalam islam ?

C. Tujuan
Untuk menjawab dan menjelasakan apa yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini.

1
hadis dari Abu Sa`id al-Khudriy ra., dan Ubadah bin Shamit ra.,
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian jual beli


Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedangkan menutut
syara‟ artinya menukar harta dengan harta menurut cara – cara tertentu („aqad). Di dalam Al
– Qur‟an Allah swt. Berfirman :

ّ ِ ‫ّٰللاُ ۡان َب ٍۡ َع َو َح َّز َو‬


)٥٧٢: ِ‫انز ٰبىا ( انبقز‬ ‫َوا َ َح َّم ه‬
Artinya : “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” ( s. al-baqarah, ayat 275)

Sabda rasulullah :

ٍّ‫عٍ رفبعت بٍ رافع رضً هللا عُّ أٌ انُبً صهى هللا عه‬

‫ عًم انزجم بٍدِ وكم بٍع يبزور‬:‫وسهى سئم أي انكسب أطٍب؟ قبل‬

(‫) واِ انبزار وصححّ انحبكى‬

Artinya : Dari Rifa‟ah bin Rafi‟ radhiyallahu „anhu, bahwa Nabi shallallahu „alaihi wasallam
ditanya:”Apakah pekerjaan yang paling baik/afdhol?” Beliau menjawab:”Pekerjaan seorang
laki-laki dengan tangannya sendiri (hasil jerih payah sendiri), dan setiap jual beli yang
mabrur. (Hadits riwayat al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakimrahimahumallah

Adapun jual-beli menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah sesuatu


persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu
kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli dalam
penggunaan seharihari mengandung arti saling tukar atau tukar menukar2.

‫اض ِ ّيُ ُك ْى ۚ َو َل‬ َٰٓ َّ ‫ىا ََل تَأ ْ ُكهُ َٰٓى ۟ا أ َ ْي ٰ َىنَ ُكى َب ٍَُْ ُكى ِب ْٲن ٰ َب ِط ِم ِإ‬
َ ً ‫َل أٌَ تَ ُكىٌَ ِت ٰ َج َزة‬
ٍ ‫عٍ ت َ َز‬ ۟ ُُ‫ٰ ٌََٰٓأٌَُّ َهب ٱنَّذٌٍَِ َءا َي‬
‫ٱَّللَ َكبٌَ ِب ُك ْى َر ِحٍ ًًب‬ َ ُ‫ت َ ْقتُهُ َٰٓى ۟ا َف‬
َّ ٌَّ ‫س ُك ْى ۚ ِإ‬

2
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.

Hikmah diperbolehkanya jual beli itu adalah menghindarkan manusia dari kesulitan
dalam bermuamalah dengan hartanya. Jadi Islam itu adalah agama yang sangat sempurna
karena segala sesuatunya semua di atur agar bagi para pemeluknya merasa aman dan tentram
jika semuanya berpegang teguh pada al-Quran dan sunnah.

Jual beli yang mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada dusta dan khianat,
sedangkan dusta itu adalah penyamaran dalam barang yang dijual, dan penyamaran itu adalah
menyembunyikan aib barang dari penglihatan pembeli.Supaya usaha jual beli itu berlangsung
menurut cara yang dihalalkan, harus mengikuti ketentuan yang telah ditentukan, ketentuan
yang dimaksud berkenaan dengan rukun dan syarat agar terhindar dari hal-hal yang dilarang.

B. Rukun dan syarat jual beli

1. Rukun jual beli


a) Adanya penjual dan pembeli
b) Adanya barang yang di jual/ di beli
c) Harga
d) Ucapan lafz ijab kabul

2. Syarat sah jual beli


a) Syarat-syarat orang yang berakad

Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

i. Baligh. Maksudnya adalah anak yang masih di bawah umur, tidak cakap untuk
melakukan transaksi jual-beli, karena dikhawatirkan akan terjadi penipuan.
ii. Berakal. Oleh sebab itu tidak sah orang gila dan anak kecil yang belum mumayyiz
melakukan akad.

3
iii. Tidak Dipaksa. Maksudnya adalah orang yang melakukan transaksi harus dilakukan
atas dasar suka sama suka.
iv. Yang melakukan akad itu ialah orang yang berbeda. Tidak sah hukumnya seseorang
yang melakukan akad dalam waktu yang bersamaan maksudnya seseorang sebagi
penjual sekaligus pembeli.
b) Syarat-syarat barang yang diperjual belikan (Ma‟qud „Alaih), yaitu:
i. Keadaannya Suci. Maksudnya adalah Islam melarang menjualbelikan benda yang
najis.
ii. Barang yang diperjual belikan ada. Dan jika tenyata barang yang diperjual
belikan tidak ada, maka harus ada kesanggupan dari pihak penjual untuk
mengadakan barang tersebut.
iii. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.
iv. Hak milik sendiri atau milik orang lain denga kuasa atasnya.
v. Jelas barangnya. Barang yang diperjual-belikan oleh penjual dan pembeli dapat
diketahui dengan jelas zatnya, bentuknya maupun sifatnya sehingga tidak terjadi
kekecewaan diantara kedua belah pihak.
c) Syarat-syarat nilai tukar (harga barang)
i. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.
ii. Dapat diserahkan pada saat waktu akad (transaksi), sekalipun secara hukum seperti
pembayaran dengan cek atau kartu kredit.
iii. Apabila jual beli yang dilakukan dengan saling mempertukarkan (barter), maka
barang yang dijadikan nilai tukar, bukan barang yang haram

C. Hukum dan sifat jual beli

Para ulama fikih mengatakan bahwa hukum asal dari jual beli adalah mubah (boleh).
Namun, pada situasi-situasi tertentu, menurut imam alSyatibi (pakar fikih Maliki), hukumnya
boleh berubah menjadi wajib. Sebagai contoh ketika terjadi praktek penimbunan barang
sehingga stok hilang dari pasar dan harganya melonjak naik akibat dari penimbunan itu.3

3
imam alSyatibi (pakar fikih Maliki)
Jumhur ulama sepakat membagi jual beli menjadi dua macam, yaitu:

1. Jual beli yang dikategorikan sah (shahih) adalah jual beli yang memenuhi syara‟ baik
syarat maupun rukunnya.
2. Jual beli tidak sah adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun
sehingga jual beli menjadi rusak atau batal. Dengan kata lain, menurut jumhur ulama,
rusak dan batal memiliki arti yang sama.

Adapun ulama mazhab Hanafi membagi hukum dan sifat jual beli sebagai berikut:4

1. Jual beli sahih adalah jual beli yang memenuhi ketentuan syariat. Hukumnya, sesuatu
yang diperjualbelikan menjadi milik yang melakukan akad.
2. Jual beli batal adalah jual beli adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu rukun
atau yang tidak sesuai dengan syariat, yaitu orang yang berakad bukan ahlinya, seperti
jual beli yang dilakukan oleh orang gila dan anak kecil atau barang-barang yang dijual
itu adalah barang-barang yang diharamkan seperti bangkai, darah, babi, dan khamar.
3. Jual beli rusak adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan syariat pada asalnya,
tetapi tidak sesuai dengan syariat pada sifatnya, seperti jual beli yang dilakukan oleh
orang yang mumayyiz, tetapi bodoh sehingga menimbulkan pertentangan.

D. Barang yang tidak boleh di perjual belikan


Jual beli terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun. Bentuk jual beli yang
termasuk dalam katagori ini sebagai berikut:

1. Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh diperjual belikan.
2. Jual beli yang belum jelas.
3. Jual beli bersyarat.
4. Jual beli yang menimbulkan kemudharatan. e) Jual beli yang dilarang karena
dianiaya.
5. Jual beli muhaqalah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di sawah atau di
ladang.
6. Jual beli mukhadharah, yaitu penjual buah-buahan yang masih hijau (belum pantas
dipanen).
5

4
mazhab Hanafi
7. Jual beli mulamasah, yaitu jual beli menyentuh atau meraba baju dan tidak melihat
dengan seksama untuk memastikan keadaan baju tersebut, atau penjual menjual
daganganya pada pada waktu malam hari sehingga bagian yang cacat tidak bisa
diketahui oleh pembeli.
8. Jual beli munabadzah, yaitu jual beli antara dua orang yang melempar bajunya
masing-masing tanpa berpikir panjang dan saling mengatakan “Baju ini dijual dengan
baju ini”.
9. Jual beli muzabanah, yaitu menjual buah yang basah dengan buah yang kering

E. Pengertian dan Hukum jual beli online

1. Pengertian jual beli online

Kegiatan jual beli online saat ini semakin marak, apalagi situs yang digunakan untuk
melakukan transaksi jual beli online ini semakin baik dan beragam. Namun, seperti yang kita
ketahui bahwa dalam sistem jual beli online produk yang ditawarkan hanya berupa penjelasan
spesifikasi barang dan gambar yang tidak bisa dijamin kebenarannya.Kata Online terdiri dari
dua kata, yaitu On yang berarti hidup atau di dalam, dan Line yang berarti garis, lintasan,
saluran atau jaringan. Secara bahasa online bisa diartikan “di dalam jaringan” atau dalam
koneksi. Online adalah keadaan terkoneksi dengan jaringan internet. Dalam keadaan online,
seseorang dapat melakukan kegiatan secara aktif sehingga dapat menjalin komunikasi, baik
komunikasi satu arah seperti membaca berita dan artikel dalam website maupun komunikasi
dua arah seperti chatting dan saling berkirim e-mail. Online bisa diartikan sebagai keadaan
dimana sedang menggunakan jaringan, satu perangkat dengan perangkat lainnya saling
terhubung sehingga dapat saling berkomunikasi.
2. Dasar Hukum Jual Beli Online

Menurut Hukum Islam Dilihat secara sepintas dari pengertian jual beli online
mungkin mengarah pada ketidak bolehannya transaksi secara online (Ecommerce),
disebabkan ketidak jelasan tempat dan tidak hadirnya kedua pihak yang terlibat dalam
tempat.Tapi kalau kita mencoba menelaah kembali dengan mencoba mengkolaborasikan
antara ungkapan al-Qur‟an, hadits dan ijmma‟.

6
F. Tempat jual beli online

1. Marketplace. Pelaku usaha menjajakan produk yang dijual dengan mengunggah foto
produk dan deskripsi produk yang dijual di marketplace.
2. Website. Seorang pelaku usaha online dapat membuat situs yang ditujukan khusus
untuk berbisnis online.
3. Webblog. Pelaku usaha yang memiliki budget yang terbatas bisa mengandalkan
webblog gratis seperti blogspot atau wordpress.
4. Forum. Salah satu tempat berjualan secara online yang paling banyak digunakan
adalah forum yang digunakan sebagai tempat jual beli.
5. Media Sosia.l Salah satu sarana yang cukup efektif untuk berbisnis online, adalah
media-media yang menyentuh masyarakat secara personal, yaitu media sosial.
Contohnya ialah, Facebook, twitter, instagram, dan lain-lain.

G. Jenis transaksi jual beli online

Di Indonesia sendiri ada beberapa jenis transaksi jual beli online yang biasa dilakukan
oleh konsumen jual beli online, yaitu:

1. Transfer Antar Bank. Transaksi dengan cara transfer antar bank merupakan jenis
transaksi yang paling umum dan popular digunakan oleh para pelaku usaha atau
penjual online.
2. COD (Cash On Delivery). Pada sistem COD sebenarnya hampir dapat dikatakan
bukan sebagai proses jual beli secara online, karena penjual dan pembeli terlibat
secara langsung, bertemu, tawar-menawar, dan memeriksa kondisi barang baru
kemudian membayar harga barang.
3. Kartu Kredit. Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang semakin popular, selain
memberikan kemudahan dana proses verifikasi, pembeli juga tidak perlu melakukan
semua tahap transaksi.

7
H. Konsep jual beli kredit dalam islam

1. Pengertian Jual Beli Kredit (Bai’ Taqsī ṭ )

Secara bahasa,al-taqsī ṭ ialah membagi-bagi sesuatu dan memisah-misahkannya menjadi


beberapa bagian yang terpisah. Sedangkan secara istilah bai‟ taqsī ṭ adalah transaksi jual beli
dengan sistem bayarcicilan (kredit) dalam batas waktu tertentu denganthamanyang
relatiflebih tinggi dibanding thaman dengan sistem bayar cash. Lonjakan thaman dalam
sistemtaqsī ṭ (kredit), tidak dikategorikan sebagai praktikriba. Sebab disamping tidak
melibatkan barang ribawi, lonjakan harga dalam hal ini lebih sebagai bentuk toleransi
untukmemberikankelonggaran melangsungkan transakasi.

Dalam jual beli kredit memang ada kemiripan antara riba dan bahan harga. Namun,
adanya penambahan harga dalam jual beli kredit adalah sebagai ganti penundaan pembayaran
barang. Ada perbedaan yang mendasar antara jual beli kredit dengan riba. Allah
menghalalkan jual beli termasuk jual beli kredit. Karena adanyakebutuhan. Sementara
mengharamkan riba karena adanya penambahan pembayaran murni karena penundaan.

2. Hukum Jual Beli Kredit

Pertama,hukumnya boleh. Pendapat ini dikemukakan oleh jumur ulama yangterdiri


dari ulama Hanafi, Malikiyah, Syafi‟iyah, Hanabilah dan parasahabat, tabi‟in dan Zaid bin
Ali. Menurut jumhur ulama, sistem kredit ini masih masuk dalam lingkup prinsip berkeadilan
artinya meskipun dalam sistem jual beli kredit ada tambahan harga namun sisi pihak tidak
menerima uang pembayaran secara kontan dan tidak bisa memutar hasil penjualannya secara
langsung, sehingga sebuah kewajaran jika ia menutupi penundaan pembayaran dengan cara
menaikkan harga.5

Kedua,hukumnya haram. Pendapat ini dikemukakan oleh Zaidiyah(salah satu sakte


dalam syi‟ah), Ibadhiyah (salah satu sekte dalamKhawarij), Imam Yahya, al-Jashashal-
Hanafi, sebagaian ulamaSyafi‟iyah, sebagaian ulama Hanabilah dan Zhahiriyah.

5
ulama Hanafi, Malikiyah, Syafi‟iyah, Hanabilah dan parasahabat, tabi‟in dan Zaid bin Ali.
3. Syarat Jual Beli Secara Kredit.

Agar penundaan waktu pembayaran dan angsuran menjadi sah,maka harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

a) Harga kredit termasuk jenis utang.


b) Harga (pembayarannya) bukan merupakan ganti penukaran uangdan harga
pembayaran yang diserahkan bukan dalam jual beli salam.
c) Tidak ada unsur kecurangan yang keji pada harga.
d) Mengetahuai harta pertama apabila jaul beli secara kredit terjadidalam wilayah jual
beli saling percaya antara penjual dan pembeli(amā nah).
e) Dalam akad jual beli secara kredit, penjual tidak boleh membelikepadapembeli, baik
pada saat akad maupun sesudahnya,menambah harga pembayaran atau keuntungan
ketika pihak yang berhutang terlambat membayar utangnya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa jual beli secara kredit diperkenankan sebagaimana keputusan lembaga Fiqih
Islam Organisasi Konferensi Islam Nomor 51 (2/6)[1] dalam pertemuan VI pada 20 Maret
1990 di Jeddah tentang jual beli kredit.

1. Harga dalam jual tidak tunai itu boleh lebih besar dari harga jual tunai.
2. Dalam jual beli tidak tunai, tidak boleh ada kesepakatan dalam akad bahwa ada
bunga atas angsuran yang terpisah dari harga tunai yang dikaitkan dengan waktu,
baik kedua belah pihak sepakat dengan persentase bunga ataupun dikaitkan dengan
tingkat bunga saat itu. porsi dari harga.”

Dan sebagaimana dalam Fatwa DSN MUI tentang Jual Beli Nomor 110/DSN-
MUI/IX/2017. Pembayaran harga dalam jual beli boleh dilakukan secara tunai (al-bai' al-
bat), tangguh (al-bai' al-mu'ajjal), dan angsur/bertahap (al-bai' bi al-taqsith). Harga dalam
jual beli yang tidak tunai (bai' al-mu'ajjal atau bai' al'taqsith) boleh tidak sama dengan harga
tunai (al-bai' al-hal).6 Dalam jual beli baik online maupun offline ada yang halal ada yang
haram, ada yang legal ada pula yang ilegal. Hukum asal mu'amalah adalah al-ibaahah (boleh)
selama tidak ada dalil yang melarangnya. Karena itu, hukum dasar jual beli online sama
seperti akad jual beli dan akad as-salam, yaitu diperbolehkan dalam Islam.

B. Saran
Model bisnis jual beli yang Islami, hendaknya menyatukan prosedur formalitas akad
dan moralitas pelaku. Moralitas ada pada para pelaku akad. Kekuatan moral adalah
rekomendasi bagi pelaku akad. Moralitas pelaku akad hendaknya terwadahi dalam formalitas
akad. Akad mestinya menjadi penuntun bagi para pelaku untuk konsisten dengan moralitas
yang harus ditegakkan. Meskipun sederhana seharusnya pembeli mendapat bukti transaksi.
ketegasan harga dan barang hendaknya menjadi komitmen yang harus dijaga oleh para
tukang kredit. pencatatan dan komitmen adalah dua hal yang saling melengkapi.

10

6
Fatwa DSN MUI tentang Jual Beli Nomor 110/DSN-MUI/IX/2017.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.materi.carageo.com/contoh-kata-pengantar/

http://eprints.ums.ac.id/35563/29/4.BAB%20I%20ASLI.pdf

file:///C:/Users/USER/Downloads/M.Siregar%20MASAIL%20FIKIYAHh%20(1).pdf

http://www.salamdakwah.com/hadist/29-mata-pencaharian-yang-paling-afdhol

https://tafsirweb.com/1561-quran-surat-an-nisa-ayat-29.html

file:///C:/Users/USER/Downloads/BAB%20II.pdf

file:///C:/Users/USER/Downloads/BAB%20II%20(1).pdf

https://republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/19/01/02/pkoo0g440-konsultasi-
syariah-hukum-jual-beli-secara-kredit

https://www.google.com/search?q=kesimpulan+jual+beli+online+dalam+islam&oq=&aqs=c
hrome.0.69i59i450l8.2753081j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

11

Anda mungkin juga menyukai