Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM


Makalah ini Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing: Syukriah, M. Pd

Disusun Oleh:

Nama Kelompok : M. Riski


NIM : 2012021032
Semester / Unit : II / 2

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Hukum Jual Beli dalam Islam”.
Penulis mengucapkan terima kasih untuk orang disekitar yang telah
mendukung dan sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis
menyadari makalah  ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Langsa, 31 Juli 2022

M. Riski

2
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual Beli................................................................................... 2
B. Dasar Hukum Jual Beli.............................................................................. 2
C. Hukum Jual Beli........................................................................................ 3
D. Rukun Dan Syarat Jual Beli...................................................................... 3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................... 4
B. Saran.......................................................................................................... 4
Daftar Pustaka....................................................................................................... 5

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Agama Islam mengatur setiap segi kehidupan umatnya. Mengatur
hubungan seorang hamba dengan Tuhannya yang biasa disebut dengan muamalah
ma’allah dan mengatur pula hubungan dengan sesamanya yang biasa disebut
dengan muamalah ma’annas. Nah, hubungan dengan sesama inilah yang
melahirkan suatu cabang ilmu dalam Islam yang dikenal dengan Fiqih muamalah.
Aspek kajiannya adalah sesuatu yang berhubungan dengan muamalah atau
hubungan antara umat satu dengan umat yang lainnya. Mulai dari jual beli, sewa
menyewa, hutang piutang dan lain-lain.
Sebenarnya bagaimana pengertian jual beli menurut Fiqih muamalah?Apa saja
syaratnya? Lalu apakah jual beli yang dipraktekkan pada zaman sekarang sah
menurut fiqih muamalah? Tentu ini akan menjadi pambahasan yang menarik
untuk dibahas.

B. Rumusan masalah
Dari beberapa uraian diatastentang perdagangan atau jual beli yang
sebagian telah dipaparkan,maka beberapa pertanyaan yangperlunya untuk di
jawab agar tidakada keraguan lagi.
1. Apa yang di maksud dengan perdagangan atau jual beli?
2. Apa saja rukun-rukun dan syarat-syarat jual beli?
3. Sebutkan macam-macam jual beli?

C. Tujuan penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami ruang lingkup jual beli dalam fiqh
muamalah
2. Untuk memperdalam materi jual beli agar bisa menerapkan keluar.
3. Memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli


            Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-ba’I yang menurut
etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily mengartikan secara
bahasa dengan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-Ba.i dalam
Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata al-Syira
(beli).Dengan demikian, kata al-ba’I berarti jual, tetapi sekalius juga berarti beli.

B. Dasar Hukum Jual Beli


            Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam al-quran dan sunah Rasulullah saw.
Terdapat beberapa ayat al-quran dan sunah Rasulullah saw, yang berbicara
tentang jual beli, antara lain: Allah berfirman Surah Al-Baqarah ayat 275 :
َ ِ‫سِّ ٰذل‬
ۘ ‫ك ِبا َ َّن ُه ْم َقالُ ْٓوا ِا َّن َما ْال َب ْي ُع م ِْث ُل الرِّ ٰب‬
‫وا‬ ۗ ‫َّط ُه ال َّشي ْٰطنُ م َِن ْال َم‬
ُ ‫اَلَّ ِذي َْن َيْأ ُكلُ ْو َن الرِّ ٰبوا اَل َيقُ ْوم ُْو َن ِااَّل َك َما َيقُ ْو ُم الَّذِيْ َي َت َخب‬
ٰۤ ُ
ُ‫ك اَصْ ٰحب‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫ف َواَ ْمرُهٗ ٓ ِالَى هّٰللا ِ ۗ َو َمنْ َعا َد َفا‬ ۗ ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْال َبي َْع َو َحرَّ َم الرِّ ٰب‬
َ ۗ َ‫وا َف َمنْ َج ۤا َءهٗ َم ْوعِ َظ ٌة مِّنْ رَّ بِّهٖ َفا ْن َت ٰهى َفلَ ٗه َما َسل‬
‫ار ۚ ُه ْم فِ ْي َها ٰخلِد ُْو َن‬ ِ ‫ال َّن‬
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual
beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang
telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Sunah Rasulullah saw yaitu Hadist yang diriwayatkan oleh Rifa’ah ibn
Rafi’ : “Rasulullah saw, ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan apa
yang paling baik. Rasulullah sawa, menjawab usaha tangan manusia sendiri dan

5
setiap jual beli yang diberkati (H.R Al-Bazzar dan Al-Hakim). Artinya jual beli
yang jujur, tanpa diiringi kecurangan-kecurangan mendapat berkah dari Allah
SWT.

C. Hukum Jual Beli


            Dari kandungan ayat-ayat Al-quran dan sabda-sabda Rasul di atas, para
ulama fiqh mengatakan bahwa hukum asal dari jual beli yaitu mubah
(boleh).Akan tetapi, pada situasi-situasi tertentu.Menurut Imam al-Syathibi (w.
790 h), pakar fiqh Maliki, hukumnya boleh berubah menjadi wajib.Imam al-
Syathibi memberi contoh ketika terjadi praktik ihtikar (penimbunan barang
sehingga stok hilang dari pasar dan harga melonjak naik).Apabila seorang
melakukan ihtikar dan mengakibatkan melonjaknya harga barang yang ditimbun
dan disimpan itu, maka menurutnya, pihak pemerintah boleh memaksa pedagang
untuk menjual barangnya itu sesuai dengan harga sebelum terjadinya pelonjakan
harga.

D. Rukun Dan Syarat Jual Beli


             Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual
beli itu dpat dikatakan sah oleh syara’.Dalam menentukan rukun jual beli terdapat
perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama. Rukun jual beli
menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab qabul, ijab adalah ungkapan
membeli dari pembeli, dan  qabul adalah ungkapan menjual dari penjual. Menurut
mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (ridha) kedua
belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli.Akan tetapi, karena unsur
kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak
kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua
belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang
melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab dan
qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang.

6
Akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada
empat, yaitu:
a. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli).
b. Ada sighat (lafal ijab qabul).
c. Ada barang yang dibeli (ma’qud alaih)
d. Ada nilai tukar pengganti barang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli itu
diperbolehkan dalam Islam.Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia
dalam mencukupi kebutuhan mereka, dan menjalin silaturahmi antara
mereka.Namun demikian, tidak semua jual beli diperbolehkan.Ada juga jual beli
yang dilarang karena tidak memenuhi rukun atau syarat jual beli yang sudah
disyariatkan. Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan
objek akad yang kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan
itu semua telah dijelaskan di atas.Walaupun banyak perbedaan pendapat dari
kalangan ulama dalam menentukan rukun dan syarat jual beli, namun pada intinya
terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah perumusannya saja, tetapi inti dari
rukun dan syaratnya hampir sama.

B. Saran
            Jual beli merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap manusia,
namun pada zaman sekarang manusia tidak menghiraukan hukum islam. Oleh
karena itu, sering terjadi penipuan dimana-mana. Untuk menjaga perdamaian dan
ketertiban sebaiknya kita berhati-hati dalam bertransaksi dan alangkah baiknya
menerapkan hukum islam dalam interaksinya.

7
            Allah SWT telah berfirman bahwasannya Allah memperbolehkan jual beli
dan mengharamkan riba.Maka dari itu, jauhilah riba dan jangan sampai kita
melakukun riba. Karena sesungguhnya riba dapat merugikan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. GhufronIhsan. MA, 2008, “FiqhMuamalat”, Jakarta :Prenada Media Grup.


http://kacangturki.blogspot.com/2013/03/hukum-jual-beli-dalam-islam.html
diakses pada 31 Juli 2022 Pukul 10.05 Wib
http://www.Hukum-jual-beli-dalam-islam.com diakses pada 31 Juli 2022 Pukul
10.07 Wib
NasrunHaroen, 2007, “fiqhMuamalah”, Jakarta : Gaya Media Pratama.
SuhendiHendi, 1997, “FiqhMuamalah”,Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.

Anda mungkin juga menyukai