Anda di halaman 1dari 13

AYAT DAN HADITS TENTANG JUAL BELI

Anisa Raihan F.Z


Fikri Irham Firdaus
Nisa Nurramdhiani Khofifah
Program Studi Ekonomi Syariah STAI DR.KHEZ Muttaqien Purwakarta,
Jl.Baru Maracang No.35 Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Email: anisaraihan96@gmail.com, Irhamf312@gmail.com,
nisanuuramdhiani3@gmail.com

Abstraksi
Jual beli merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan setiap waktu
oleh semua manusia. jual beli adalah tukar menukar apa saja, baik
antara barang dengan barang, barang dengan uang atau uang
dengan uang. Jual beli ini adalah suatu perkara yang telah dikenal
masyarakat sejak zaman dahulu yaitu sejak zaman para Nabi hingga
saat ini. dan Allah mensyariatkan jual beli ini sebagai pemberian
keluangan dan keleluasaan dari-Nya untuk hambahamba-Nya. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi literatur
dengan sumber data yaitu data sekunder yang diperoleh dari
penelitian-penelitian terdahulu, dan sumber referensi lainnya. Al-
Qur’an dan Hadist merupakan sumber hukum Islam yang memiliki
hubungan dan keterkaitan satu sama lainnya untuk menjelaskan
terkait ajaran islam.

Kata Kunci : Jual Beli, Al-Qur’an, Hadits

A. Pendahuluan
Sebelum mengkaji secara luas dalam kehidpan sehari-hari , salah satu cara
untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan usaha perdagangan atau jual beli,
untuk terjadinya usaha tersebut diperlukan adanya hubungan timbal balik
antara penjual dan pembeli. Jual beli adalah saling tukar menukar antara
benda dengan harta benda atau harta benda dengan uang ataupun saling
memberikan sesuatu kepada pihak lain, dengan menerima imbalan terhadap
benda tersebut dengan menggunakan transaksi yang didasari saling ridha
yang dilakukan secara umum.
Berdasarkan penjabaran di atas terdapat beberapa masalah tentang jual beli,
maka terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pengertian jual beli baik

1
secara etimologi maupun secara terminologi. Jual beli menurut bahasa atau
etimologi

‫البيع معناه لغة مطلق المبادلة‬

Pengertian jual beli menurut bahasa adalah tukar menukar secara mutlak1
Sedangkan jual beli menurut istilah adalah sebagaimana di jelaskan berikut
ini.

‫مقابلة شيء بشيء‬

Tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.2


Berdasarkan pengertian tersebut maka jual beli adalah tukar menukar apa
saja, baik antara barang dengan barang, barang dengan uang atau uang
dengan uang.

B. Teori / Konsep
1. Menurut Hanafiah sebagaimana dikemukakan oleh Ali Fikri, menyatakan
bahwa jual beli memiliki dua arti khusus dan arti umum.
a. Arti khusus

”Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan
perak) dan semacamnya, atau tukar-menukar barang dengan uang
atau semacam menurut cara yang khusus”.3

b. Arti umum

1
Sayyid Sabiq, Alih Bahasa Oleh, Kamaluddin A. Marzuki, Fiqih Sunnah, Alma’rif, Bandung, 1987,
hlm, 47
2
Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah, Amzah: Jakarta, 2010, Cet ke-1, hlm, 173
3
Ahmad Wardi Muslich, OP, Cit, hlm, 175

2
“Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara
yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang”.4
Dapat disimpulkan akad yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak
penjual dan pihak pembeli yang objeknya bukan manfaat yakni benda,
dan bukan untuk kenikmatan seksual.
2. Malikiyah, seperti halnya Hanafiyah, menyatakan bahwa jual
belmempunyai dua arti, yaitu arti umum dan khusus.
a. Pengertian jual beli secara umum adalah sebagi berikut:

“jual beli adalah akad muawadhah (timbal balik) atas selain manfaat
dan bukan pula untuk menikmati kesenangan”.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa jual beli adalah akad
muawadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu penjual
dan pembeli, yang objeknya bukan manfaat, yakni benda, dan bukan
untuk kenikmatan.
b. Sedangkan jual beli dalam arti khusus adalah sebagai berikut:

“Jual beli adalah saling tukar harta, saling menerima dapat dikelola
dengan ijab dan qabul dengan cara yang sesuai dengan syarat”.5
3. Menurut syafi’iyah memberikan definisi jual beli sebagai berikut:

Artinya: Jual beli menurut syara’ adalah suatu aqad yang mengandung
tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan
nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk
waktu selamanya.6
4
Ahmad Wardi Muslich, OP, Cit, hlm 176
5
Sohari sahani, Ruf’ah Abdullah, Fiqih Muamalat. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, hlm 66
6
Ahmad Wardi Muslich, OP, Cit, hlm 170

3
4. Menurut Hanabilah memberikan definisi jual beli sebagai berikut

“Pengertian jual beli menurut syara’ adalah tukar-menukar harta dengan


harta tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah
untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan hutang”.7
Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah suatu
perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai, secara
sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah
dibenarkan srara’.

C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah dengan
pendekatan studi literatur dengan sumber data yaitu data sekunder yang
diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu, dan sumber referensi
lainnya. Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-
data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat
dalam suatu penelitian yang didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku
dokumentasi, internet dan pustaka.
2. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data
sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiono, 2008: 402). Data sekunder ini
merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti
buku-buku, penelitian-penelitian sebelunya dan berbagai sumber bacaan
yang berkaitan dengan ayat-ayat al-qur’an dan hadits tentang jual beli.
3. Metode Pengumpulan Data

7
Ahmad Wardi Muslich, OP, Cit, hlm 176

4
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi teori (Theory Triangulation). Data atau
informasi dari satu pihak diperiksa kebenarannya dengan cara memperoleh
informasi dari sumber lain (Abdullah dan Saebani, 2014: 73). Tujuannya
adalah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh
dari berbagai referensi dan literatur agar ada jaminan tingkat
kepercayaannya.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berdasarkan permasalahan yang dikaji menyangkut masalah hidup dan
kehidupan ini, tentunya tidak terlepas dari dasar hukum yang akan kita
jadikan sebagai rujukan dalam menyelesaikan permasahan yang akan
dihadapi. Jual beli sudah dikenal masyarakat sejak dahulu yaitu sejak zaman
para Nabi.Sejak zaman itu jual beli dijadikan kebiasaan atau tradisi oleh
masyarakat hingga saat ini.
Adapun dasar hukum yang disyari’atkannya jual beli dalam Islam yaitu:
1. Al-Qur’an
Manusia hidup di dunia secara individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan
yang harus dipenuhi, baik itu berupa sandang, pangan, dan papan.
Kebutuhan seperti itu tidak pernah terputus dan tidaak ada satu hal pun
yang lebih sempurna dalam memenuhi kebutuhan itu selain dengan cara
pertukaran, yaitu dimana seorang memberikan hal yang ia miliki untuk
memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai kebutuhan.
Jual beli telah dikenal masyarakat sejak zaman para Nabi hingga saat ini
dan Allah mensyariatkan jual beli ini sebagai pemberian keluangan dan
keluasaan dari-Nya untuk hamba-hamba-Nya itu. Dalam surat tentang
diperbolehkan jual beli ini didasarkan pada Firman Allah
a. Q.S. Al-Baqarah : 275
Q‫ ا‬Qَ‫ ب‬QِّQ‫ر‬Q‫ل‬Q‫ ا‬Q‫ َم‬QَّQ‫ ر‬Q‫ح‬Qَ Q‫و‬Qَ Q‫ َع‬Q‫ ْي‬Qَ‫ ب‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Qُ ‫ هَّللا‬QَّQ‫ ل‬Q‫ح‬Qَ Qَ‫ أ‬Q‫و‬Qَ

5
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.8
Maksud dari potongan ayat ini yaitu bisa jadi merupakan bagian dari
perkataan mereka (pemakan riba) dan sekaligus menjadi bantahan terhadap
diri mereka sendiri. Artinya, mereka mengatakan hal tersebut (Innam al-
bai’u matsalu al-riba) padahal sebenarnya mereka mengetahui bahwasanya
terdapat perbedaan antara jual beli dan riba.
Dia maha mengetahui lagi maha bijaksana, tidak ada yang dapat menolak
ketetapan-Nya dan Allah tidak dimintai pertanggungjawaban. Dialah yang
maha mengetahui segala hakikat dan kemaslahatan persoalan apa yang
bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya maka dia akan membolehkannya bagi
mereka. kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya lebih besar daripada
sayangnya seorang ibu kepada anak bayinya.9
b. Q.S. An-Nisa ayat 29
Q‫ َن‬Q‫ و‬Q‫ ُك‬Qَ‫ ت‬Q‫ن‬Qْ Qَ‫ اَّل أ‬Qِ‫ إ‬Q‫ ِل‬Q‫ ِط‬Q‫ ا‬Qَ‫ ب‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Qِ‫ ب‬Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Qَ‫ ن‬Q‫ ْي‬Qَ‫ ب‬Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Qَ‫ل‬Q‫ ا‬Q‫و‬Qَ Q‫م‬Qْ Qَ‫ أ‬Q‫ا‬Q‫و‬Qُ‫ ل‬Q‫ ُك‬Qْ‫ أ‬Qَ‫ اَل ت‬Q‫ا‬Q‫ و‬Qُ‫ ن‬Q‫ َم‬Q‫ آ‬Q‫ن‬Qَ Q‫ ي‬Q‫ ِذ‬Qَّ‫ل‬Q‫ ا‬Q‫ ا‬Qَ‫ ه‬QُّQ‫ ي‬Qَ‫ أ‬Q‫ ا‬Qَ‫ي‬
Q‫ ا‬Q‫ ًم‬Q‫ ي‬Q‫ ِح‬Q‫ َر‬Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Qِ‫ ب‬Q‫ن‬Qَ Q‫ ا‬Q‫ َك‬Qَ ‫ هَّللا‬Q‫ َّن‬Qِ‫ إ‬Qۚ Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Q‫ َس‬Qُ‫ ف‬Q‫ ْن‬Qَ‫ أ‬Q‫ا‬Q‫و‬Qُ‫ل‬Qُ‫ ت‬Q‫ ْق‬Qَ‫ اَل ت‬Q‫و‬Qَ Qۚ Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Q‫ ْن‬Q‫ ِم‬Q‫ض‬ ٍ Q‫ ا‬Q‫ر‬Qَ Qَ‫ ت‬Q‫ن‬Qْ Q‫ َع‬Qً‫ ة‬Q‫ َر‬Q‫ ا‬Q‫ج‬Qَ Qِ‫ت‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu”.10
Ayat ini memberikan kesan bahwa dikehidupan konsekuensi iman dan
konsekuensi sifat, yang dengan sifat itu Allah memanggil mereka untuk
dilarang dari memakan harta sesama secara batil, meliputi semua cara
mendapatkan harta yang tidak diizinkan atau tidak diberkenankan Allah.
yakni dilarang olehnya diantara dengan cara menipu, menyuap, berjudi,
menimbun barang-barang kebutuhan pokok untuk menaikkan harganya,
serta sebagai pemukanya adalah riba.11
c. QS. Al-Baqarah ayat 198

8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, CV.Penerbit Diponegoro, Bandung, 2000,
hlm 48
9
Abdullah Bin Muhammad, Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1,Kairo, Pustaka Imam 1994. hlm.,
548
10
Departemen Agama RI, OP, Cit, hlm 84
11
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid II, Gema Insani, Jakarta 2001, hlm 342

6
Qْ Qَ‫ ف‬Q‫ا‬Q‫ و‬Q‫ ُغ‬Qَ‫ ت‬Q‫ ْب‬Qَ‫ ت‬Q‫ن‬Qْ Qَ‫ أ‬Q‫ ٌح‬Q‫ ا‬Qَ‫ ن‬Q‫ ُج‬Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Q‫ ْي‬Qَ‫ ل‬Q‫ َع‬Q‫س‬
Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬QِّQ‫ ب‬Q‫ َر‬Q‫ن‬Qْ Q‫ اًل ِم‬Q‫ض‬ Qَ Q‫ ْي‬Qَ‫ۚ ل‬
“Tidaklah dosa bagi kalian untuk mencari keutaman (rizki) dari
Rabbmu..” (ayat ini berkaitan dengan jual beli di musim haji).
Mada musim haji seseorang tidaklah dilarang berusaha, seperti
berdagangdll, asal jangan mengganggu tujuan yang utama, yaitu
mengerjakan haji dengan sempurna.
d. QS. Al-Maidah ayat 1
Q‫ ِد‬Q‫ و‬Qُ‫ ق‬Q‫ ُع‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Qِ‫ ب‬Q‫ا‬Q‫و‬Qُ‫ ف‬Q‫و‬Qْ Qَ‫ أ‬Q‫ا‬Q‫و‬Qُ‫ ن‬Q‫ َم‬Q‫ آ‬Q‫ن‬Qَ Q‫ ي‬Q‫ ِذ‬Qَّ‫ل‬Q‫ ا‬Q‫ ا‬Qَ‫ ه‬QُّQ‫ ي‬Qَ‫ أ‬Q‫ ا‬Qَ‫ۚ ي‬
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”.
Ibnu Abi Hatim dari Az-zuhri, ia berkata: apabila Allah berfirman yang
artinya “hai orang-orang yang beriman” kerjakanlah oleh kaloan, maka
nabi SAW termasuk dari mereka. Mengenai firman yang artinya
“penuhilah aqad-aqad itu” Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan beberapa ulama
lainnya mengatakan: “yang dimaksud dengan akad adalah perjanjian”.
Ibnu Jarir juga menceritakan adanya ‘ijma tentang hal itu. Ia mengatakan:
“Perjanjian-perjanjian adalah apa yang mereka sepakati, berupa sumpah
atau yang lainnya.”
e. QS. Al-Baqarah ayat 254
Qٌ‫ ع‬Q‫ ْي‬Qَ‫ اَل ب‬Q‫ ٌم‬Q‫و‬Qْ Qَ‫ ي‬Q‫ َي‬Qِ‫ ت‬Qْ‫ أ‬Qَ‫ ي‬Q‫ن‬Qْ Qَ‫ أ‬Q‫ ِل‬Q‫ ْب‬Qَ‫ ق‬Q‫ن‬Qْ Q‫ ِم‬Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Q‫ ا‬Qَ‫ ن‬Q‫ ْق‬Q‫ز‬Qَ Q‫ر‬Qَ Q‫ ا‬Q‫ َّم‬Q‫ ِم‬Q‫ا‬Q‫ و‬Qُ‫ ق‬Qِ‫ ف‬Q‫ ْن‬Qَ‫ أ‬Q‫ا‬Q‫ و‬Qُ‫ ن‬Q‫ َم‬Q‫ آ‬Q‫ن‬Qَ Q‫ ي‬Q‫ ِذ‬Qَّ‫ل‬Q‫ ا‬Q‫ ا‬Qَ‫ ه‬QُّQ‫ ي‬Qَ‫ أ‬Q‫ ا‬Qَ‫ي‬
Q‫ َن‬Q‫ و‬Q‫ ُم‬Qِ‫ل‬Q‫ ا‬Qَّ‫ظ‬Q‫ل‬Q‫ ا‬Q‫ ُم‬Qُ‫ ه‬Q‫ن‬Qَ Q‫ و‬Q‫ ُر‬Qِ‫ف‬Q‫ ا‬Q‫ َك‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Q‫ َو‬Qۗ Qٌ‫ ة‬Q‫ َع‬Q‫ ا‬Qَ‫ ف‬Q‫ اَل َش‬Q‫ َو‬Qٌ‫ ة‬Qَّ‫ ل‬Q‫ اَل ُخ‬Q‫و‬Qَ Q‫ ِه‬Q‫ ي‬Qِ‫ف‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada
lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat.
Orang-orang kafir itulah orang yang zalim”.
Allah SWT telah menerangkan keistimewaan dan kelebihan-
kelebihanyang telah dikarniainya kepada masing-masing rasulnya,dan
diterangkannya pula hal ikhwal manusia sepeninggal rasul-rasul, yaitu
mereka saling berselisih dan berbunuhan, dan sebahagian mereka beriman
kepadanya, dan adaula yang kafir, dalam ayat ini, allah SWT

7
membicarakan masalah yang lain, yaitu: Menafkahkan sebagian harta
benda dijalan Allah.
f. QS At-Taubah ayat 111
۞ Qۚ Qَ‫ ة‬Qَّ‫ ن‬Q‫ َج‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Q‫ ُم‬Qُ‫ ه‬Qَ‫ ل‬Q‫ َّن‬Qَ‫ أ‬Qِ‫ ب‬Q‫ ْم‬Qُ‫ ه‬Qَ‫ل‬Q‫ ا‬Q‫ َو‬Q‫ ْم‬Qَ‫ أ‬Q‫ َو‬Q‫ ْم‬Qُ‫ ه‬Q‫ َس‬Qُ‫ ف‬Q‫ ْن‬Qَ‫ أ‬Q‫ن‬Qَ Q‫ ي‬Qِ‫ ن‬Q‫ ِم‬Q‫ؤ‬Qْ Q‫ ُم‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Q‫ن‬Qَ Q‫ ِم‬Q‫ى‬Qٰ Q‫ر‬Qَ Qَ‫ ت‬Q‫ ْش‬Q‫ ا‬Qَ ‫ هَّللا‬Q‫ َّن‬Qِ‫إ‬
Qِ‫ة‬Q‫ ا‬Q‫ َر‬Q‫و‬Qْ Qَّ‫ت‬Q‫ل‬Q‫ ا‬Q‫ ي‬Qِ‫ ف‬Q‫ ا‬Qًّ‫ ق‬Q‫ َح‬Q‫ ِه‬Q‫ ْي‬Qَ‫ ل‬Q‫ َع‬Q‫ ا‬Q‫ ًد‬Q‫ ْع‬Q‫ َو‬Qۖ Q‫ن‬Qَ Q‫ و‬Qُ‫ ل‬Qَ‫ ت‬Q‫ ْق‬Qُ‫ ي‬Q‫و‬Qَ Q‫ن‬Qَ Q‫و‬Qُ‫ل‬Qُ‫ ت‬Q‫ ْق‬Qَ‫ ي‬Qَ‫ ف‬Qِ ‫ هَّللا‬Q‫ل‬Qِ Q‫ ي‬Qِ‫ ب‬Q‫ َس‬Q‫ ي‬Qِ‫ ف‬Q‫ن‬Qَ Q‫و‬Qُ‫ ل‬Qِ‫ت‬Q‫ ا‬Qَ‫ ق‬Qُ‫ي‬
Q‫ ُم‬Q‫ ُك‬Q‫ ِع‬Q‫ ْي‬Qَ‫ ب‬Qِ‫ ب‬Q‫ا‬Q‫ و‬Q‫ ُر‬Q‫ ِش‬Q‫ ْب‬Qَ‫ ت‬Q‫ ْس‬Q‫ ا‬Qَ‫ ف‬Qۚ Qِ ‫ هَّللا‬Q‫ن‬Qَ Q‫ ِم‬Q‫ ِه‬Q‫ ِد‬Q‫ ْه‬Q‫ َع‬Qِ‫ ب‬Q‫ى‬Qٰ Qَ‫ ف‬Q‫و‬Qْ Qَ‫ أ‬Q‫ن‬Qْ Q‫ َم‬Q‫ َو‬Qۚ Q‫ ِن‬Q‫ آ‬Q‫ر‬Qْ Qُ‫ ق‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Q‫ َو‬Q‫ل‬Qِ Q‫ ي‬Q‫ ِج‬Q‫ ْن‬Qِ ‫إْل‬Q‫ ا‬Q‫و‬Qَ
َ Qِ‫ ل‬Q‫ َذ‬Qٰ Q‫و‬Qَ Qۚ Q‫ ِه‬Qِ‫ ب‬Q‫ ْم‬Qُ‫ ت‬Q‫ ْع‬Qَ‫ي‬Q‫ ا‬Qَ‫ ب‬Q‫ ي‬Q‫ ِذ‬Qَّ‫ل‬Q‫ا‬
Qِ Q‫ َع‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Q‫ ُز‬Q‫و‬Qْ Qَ‫ ف‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Q‫و‬Qَ Qُ‫ ه‬Q‫ك‬
Q‫ ُم‬Q‫ ي‬Q‫ظ‬
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-
pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh,
(sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-
Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
demikian itulah kemenangan yang agung.”
(Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan
harta mereka) lantaran mereka menginfakkannya di jalan ketaatan kepada-
Nya, seperti untuk berjuang di jalan-Nya (dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau
dibunuh) ayat ini merupakan kalimat baru yang menjadi penafsir bagi
makna yang terkandung di dalam lafal fa yuqtaluuna wa yaqtuluuna,
artinya sebagian dari mereka ada yang gugur dan sebagian yang lain
meneruskan pertempurannya (sebagai janji yang benar) lafal wa`dan dan
haqqan keduanya berbentuk mashdar yang dinashabkan fi`ilnya masing-
masing yang tidak disebutkan (di dalam Taurat, Injil dan Alquran?) artinya
tiada seorang pun yang lebih menepati janjinya selain dari Allah. (Maka
bergembiralah) dalam ayat ini terkandung pengertian iltifat/perpindahan
pembicaraan dari gaib kepada mukhathab/dari orang ketiga kepada orang
kedua (dengan jual-beli yang telah kalian lakukan itu dan yang demikian
itu) yaitu jual-beli itu (adalah kemenangan yang besar) yang dapat
mengantarkan kepada tujuan yang paling didambakan.

8
2. Hadits
Adapun sabda Rasulullah SAW. dalam haditsnya yaitu;

Dari Abu Hurairah, ia berkata :Rasulullah SAW. Bersabda ,” Akan datang


suatu zaman kepada manusia; dimana seseorang tidak lagi peduli dari
manakah harta harta itu didapatkan dari usaha yang halal atau yang
haram.”

Shahih: At-Ta’liq Ar-Raghib; Al-Bukhari.

Dari Hakim bin Hizam, ia berkata: Rasulullah SAW. Bersabda, “Dua


orang yang bertransaksi jual beli boleh memilih (meneruskan atau
membatalkan) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya berlaku
jujur dan transparan (jelas) niscaya jual beli keduanya akan diberkahi
dan jika keduanya berdusta dan tertutup niscaya keberkahan jual beli
akan hilang.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, profesi apakah yang


paling baik? Maka beliau menjawab, bahwa profesi terbaik yang
dikerjakan oleh manusia adalah segala pekerjaan yang dilakukan dengan
kedua tangannya dan transaksi jual beli yang dilakukannya tanpa
melanggar batasan-batasan syariat. (Hadits shahih dengan banyaknya
riwayat, diriwayatkan Al Bazzzar 2/83, Hakim 2/10; dinukil
dari Taudhihul Ahkam 4/218-219).

9
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

‫ح‬Qُ ‫ر َو ْال ِم ْل‬Qِ ‫ر بِالتَّ ْم‬Qُ ‫ير َوالتَّ ْم‬ َّ ‫ر َوال‬Qِّ ُ‫ر بِ ْالب‬Qُّ ُ‫ض ِة َو ْالب‬
َّ ‫ر بِال‬Qُ ‫ش ِعي‬
Qِ ‫ش ِع‬ َّ ِ‫ضةُ بِ ْالف‬
َّ ِ‫ب َو ْالف‬
Qِ َ‫ال َّذهَبُ بِال َّذه‬
‫م‬Qْ ُ‫ْف ِش ْئت‬ Qُ ‫ت هَ ِذ ِه اأْل َصْ ن‬
Qَ ‫ َكي‬Q‫َاف فَبِيعُوا‬ ْ ‫د فَإ ِ َذا‬Qٍ َ‫ء يَدًا بِي‬Qٍ ‫ء بِ َس َوا‬Qً ‫ح ِم ْثاًل بِ ِم ْث ٍل َس َوا‬
ْ َ‫اختَلَف‬ ِ ‫بِ ْال ِم ْل‬
‫ بِيَ ٍد‬Q‫ َكانَ يَ ًدا‬Q‫إِ َذا‬

“Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama beratnya dan langsung
diserahterimakan. Apabila berlainan jenis, maka juallah sesuka kalian
namun harus langsung diserahterimakan/secara kontan” (HR. Muslim)
Dalil hadist di atas mensyariatkan bahwa proses jual beli adalah hal yang
diperbolehkan. Begitupun dengan barang yang berbeda jenisnya hal ini
diperbolehkan asalkan tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat
dalam transaksi.
3. Ijma’
Kebutuhan manusia untuk mengadakan transaksi jual beli sangat urgen,
dengan transaksi jual beli seseorang mampu untuk memiliki barang orang
lain yang diinginkan tanpa melanggar batasan syariat. Oleh karena itu,
praktek jual beli yang dilakukan manusia semenjak masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga saat ini menunjukkan
bahwa umat telah sepakat akan disyariatkannya jual beli (Fiqhus
Sunnah,3/46).
4. Akal
Kebutuhan manusia menuntut adanya jual beli, karena seseorang sangat
membutuhkan sesuatu yang dimiliki orang lain baik, itu berupa barang
atau uang, dan hal itu dapat diperoleh setelah menyerahkan timbal balik
berupa kompensasi. Dengan demikian, terkandung hikmah dalam
pensyariatan jual beli bagi manusia, yaitu sebagai sarana demi
tercapainya suatu keinginan yang diharapkan oleh manusia (Al Mulakhos
Al Fiqhy, 2/8).

10
Syarat-syarat jual beli menurut islam yang perlu diperhatikan umat islam,
agar jual beli terlaksana dengan adil dan seimbang.
a. Transaksi di Lakukan dengan Ridha dan Sukarela
Artinya yaitu, prinsip jual beli adalah suka sama suka antara penjual dan
pembeli, bila perinsip ini tidak tercapai jual beli itu tidak
sah.Sebagaimana firman Allah Surat Q.S. An-Nisa ayat 29:
Q‫ َن‬Q‫ و‬Q‫ ُك‬Qَ‫ ت‬Q‫ن‬Qْ Qَ‫ اَّل أ‬Qِ‫إ‬ Q‫ ِل‬Q‫ ِط‬Q‫ ا‬Qَ‫ ب‬Q‫ ْل‬Q‫ ا‬Qِ‫ ب‬Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Qَ‫ ن‬Q‫ ْي‬Qَ‫ ب‬Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Qَ‫ل‬Q‫ ا‬Q‫و‬Qَ Q‫ ْم‬Qَ‫ أ‬Q‫ا‬Q‫و‬Qُ‫ ل‬Q‫ ُك‬Qْ‫ أ‬Qَ‫ اَل ت‬Q‫ا‬Q‫ و‬Qُ‫ ن‬Q‫ َم‬Q‫ آ‬Q‫ن‬Qَ Q‫ ي‬Q‫ ِذ‬Qَّ‫ل‬Q‫ ا‬Q‫ ا‬Qَ‫ ه‬QُّQ‫ي‬Qَ‫ أ‬Q‫ ا‬Qَ‫ي‬
Q‫ ا‬Q‫ ًم‬Q‫ ي‬Q‫ ِح‬Q‫ َر‬Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Qِ‫ ب‬Q‫ن‬Qَ Q‫ ا‬Q‫َك‬ Qَ ‫ هَّللا‬Q‫ َّن‬Qِ‫ إ‬Qۚ Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Q‫ َس‬Qُ‫ ف‬Q‫ ْن‬Qَ‫ أ‬Q‫ا‬Q‫و‬Qُ‫ل‬Qُ‫ ت‬Q‫ ْق‬Qَ‫ اَل ت‬Q‫و‬Qَ Qۚ Q‫ ْم‬Q‫ ُك‬Q‫ ْن‬Q‫ ِم‬Q‫ض‬ ٍ Q‫ ا‬Q‫ر‬Qَ Qَ‫ ت‬Q‫ن‬Qْ Q‫ َع‬Qً‫ ة‬Q‫ َر‬Q‫ ا‬Q‫ج‬Qَ Qِ‫ت‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”.12
Perniagaan atau jual beli tentunya harus dilaksanakan dengan suka sama
suka. Jika ada proses jual beli yang membuat salah satu terdzalimi atau
merasa tidak adil, maka perniagaan itu tidak akan terjadi, atau jikalaupun
terjadi maka yang rugi juga akan kembali pada pihak tersebut.
b. Barang Bukan Milik Orang Lain

َ ‫ْس ِع ْن َد‬
‫ك‬ َ ‫ع َما لَي‬Qْ ِ‫اَل تَب‬

“Janganlah engkau menjual barang yang bukan milikmu.” (HR. Abu


Dawud)
Dari hadist di atas dijelaskan bahwa barang yang dijual bukanlah milik
orang lain. Untuk itu harus pasti, miliknya adalah milik pribadi, atau harta
pemberian tidak masalah asalkan berasal dari sumber yang berkah dan
halal, jelas status kepemilikannya.
c. Larangan Jual Beli Hasaath
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli hashaath
(jual beli dengan menggunakan kerikil yang dilemparkan untuk

12
Departemen Agama RI, OP, Cit, hlm 77

11
menentukan barang yang akan dijual) dan jual beli gharar.” (HR.
Muslim)
Hal ini disampaikan dalam hadist di atas bahwa dilarang jual beli dengan
kerikil yang dilempar untuk menentukan barang. Hal ini berarti mereka
tidak bisa memilih, memilah barang yang sesuai keinginan dan sesuai
kualitas barangnya.
d. Menjelaskan Cacat Barang
ُ‫ فِي ِه َعيْبٌ إِاَّل بَيَّنَهُ لَه‬Q‫ع ِم ْن أَ ِخي ِه بَ ْي ًعا‬
َ ‫م بَا‬Qٍ ِ‫م اَل يَ ِح ُّل لِ ُم ْسل‬Qِ ِ‫ ْال ُم ْسل‬Q‫م أَ ُخو‬Qُ ِ‫ْال ُم ْسل‬
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak halal
bagi seorang muslim menjual barang dagangan yang memiliki cacat
kepada saudaranya sesama muslim, melainkan ia harus menjelaskan
cacat itu kepadanya” (HR. Ibnu Majah)
Jika terdapat cacat maka penjual harus memberikan informasi mengenai
cacat barang-nya, tidak boleh ditutupi. Hal ini tentu akan mengecewakan
dan menipu pembeli. Sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah dalam
hadist berikut,

Qُ ‫ر َو ْال ِخدَا‬Qُ ‫ َو ْال َم ْك‬، ‫ْس ِمنَّا‬


Qِ َّ‫ الن‬Q‫ع فِي‬
‫ار‬ َّ ‫َم ْن َغ‬
Qَ ‫شنَا فَلَي‬

“Barang siapa yang berlaku curang terhadap kami, maka ia bukan dari
golongan kami. Perbuatan makar dan tipu daya tempatnya di
neraka” (HR. Ibnu Hibban)

E. Penutup
Berdasarkan permasalahan yang dikaji menyangkut masalah hidup dan
kehidupan ini, tentunya tidak terlepas dari dasar hukum yang akan kita
jadikan sebagai rujukan dalam menyelesaikan permasahan yang akan
dihadapi. Jual beli sudah dikenal masyarakat sejak dahulu yaitu sejak zaman
para Nabi.Sejak zaman itu jual beli dijadikan kebiasaan atau tradisi oleh
masyarakat hingga saat ini. Adapun dasar hukum yang disyari’atkannya jual
beli dalam Islam yaitu: Al-Qur’an, Hadits, Ijma, dan Akal.

12
Syarat-syarat jual beli menurut islam yang perlu diperhatikan umat islam,
agar jual beli terlaksana dengan adil dan seimbang. Transaksi di Lakukan
dengan Ridha dan Sukarela, Barang Bukan Milik Orang Lain, Larangan Jual
Beli Hasaath, Menjelaskan Cacat Barang.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Bin Muhammad, 1994, Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, Kairo:
Pustaka Imam
Abdullah, Boedi, Beni Ahad Saebani, 2014. Metode Penelitian Ekonomi Islam
(Muamalah), Bandung: CV Pustaka Setia
Departemen Agama RI, 2000, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung:
CV.Penerbit Diponegoro
Quthb, Sayyid, 2001, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid II, Jakarta: Gema Insani
Sabiq Sayyid, 1987, Fiqqih Sunnah, Alih bahasa Kamaluddin A. Marzuki cet. 12
Bandung: Al-Ma’arif.
Sahani Sohari dan Ruf’ah Abdullah, 2011, Fikih Muamalah, Bogor: Ghalia
Indonesia
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA
Syaifullah, M.S, 2014. Etika Jual Beli Dalam Islam. Hunafa: Jurnal Studia
Islamika, Volume 11, No. 2, Desember 2014: 371-387
Wardi, Muslich Ahmad, 2010, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah.
Tim Tafsir Departemen Agama RI, 1991, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Yogyakarta: Badan Wakaf UII
Internet
Kompasiana. 2018. Jual Beli dan Syarat-syaratnyai. Kompasiana:
www.kompasiana.com/baradatubaradatu4233/5af7c35f5e13732e9a480be2/j
ual-beli-dan-syarat-syarat-jual-beli. akses Maret 2021 pukul 22.00 WIB
Muslim Muhammad Nur Ikhwan. 2008. Jual Beli dan Syarat-syaratnya.
muslim.or.id. Jual Beli dan Syarat-Syaratnya (muslim.or.id). akses Maret
2021 Pukul 07.03

13

Anda mungkin juga menyukai