Anda di halaman 1dari 13

RESUME AGAMA ISLAM

IBADAH SEBAGAI INSTITUSI IMAN DAN BUDAYA

D1/ S1 MANAJEMEN

Disusun oleh :

Mohammad Ravi 2016210317

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2020
IBADAH SEBAGAI INSTITUSI IMAN DAN BUDAYA

A. PENGERTIAN IBADAH

Ibadah dari sudut kebahasaan “Ibadat” (Arab : ‘ibādah, mufrad ;


‘ibādat, jamak) berarti pengabdian (seakar dengan kata Arab ’abd yang
berarti hamba atau budak), yakni pengabdian (dari kata “abdi”, ‘abd ) atau
penghambaan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dalam arti yang
luas, ibadat mencakup keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup di dunia
ini. Sesuai dengan firman Allah bahwa manusia (dan Jin) tidaklah
diciptakan Allah melainkan untuk mengabdi kepada-Nya. Dalam arti yang
lebih khusus, ibadat menunjuk kepada amal perbuatan tertentu yang secara
khas bersifat keagamaan.

Dalam melakukan amal perbuatan yang bersifat ibadat, seseorang


harus hanya mengikuti petunjuk-petunjuk agama dengan referensi kepada
sumber-sumber suci (Kitab dan Sunnah), tanpa sedikitpun hak bagi
seseorang untuk menciptakan sendiri cara dan pola mengerjakannya. Jadi
seseorang dilarang menciptakan sendiri bentuk dan cara suatu ibadat,
sebab hal itu merupakan hak prerogatife Allah yang disampaikan kepada
Rasulnya. Sedangkan ibadat yang mu’amalat pada dasarnya diperbolehkan
kecuali ada ketentuan lain dari ajaran agama.

 Problematik Hubungan Antara Ibadat dan Iman

Ada beberapa problema yang terjadi terhadap hubungan antara


ibadat dan iman yaitu, Pertama dalam kenyataan historis tidak pernah ada
sistem kepercayaan yang tumbuh tanpa sedikit banyak mengintrodusir
ritus-ritus. Jadi secara empiris, setiap sistem kepercayaan selalu
melahirkan sistem ritual atau ibadatnya sendiri. Kedua, dari persoalan
iman tanpa ibadat inilah bahwa iman selalu memiliki dimensi
suprarasional atau spiritual yang mengekspresikan diri dalam tindakan-
tindakan devotional (kebaktian) melalui sistem ibadat. Ibadat juga
menyediakan pengalaman keruhanian yang tidak kecil artinya bagi rasa
kebahagiaan.

Ketiga, ialah bahwa memang benar yang penting adalah iman dan
amal shaleh, yaitu suatu rangkaian dari dua nilai yang salah satunya (iman)
mendasari yang lain (amal shaleh), dan wujud nyata hidup kegamaan
selalu didapatkan dalam bentuk-bentuk kegiatan ubudiyah. Sistem ibadat
merupakan salah satu kelanjutan logis sistem iman. Keimanan itu harus
dilembagakan dalam peribadatan sebagai ekspresi perhambaan seorang
kepada pusat makna dan tujuan hidupnya, yaitu Tuhan.

 Ibadat antara Iman dan Amal Shaleh

Ibadat sebagai institusi yang menengahi antara iman dan


konsekuensinya, yaitu amal-perbuatan. Keimanan bisa berada pada tingkat
keabstrakan yang sangat tinggi, yang sulit ditangkap hubungannya dengan
perilaku nyata sehari-hari. Bagi agama samawi Tuhan tidak dipahami
sebagai yang berlokus pada benda-benda (totemisme) seperti pada
beberapa agama lain, tetapi sebagai yang mengatasi alam dan sekaligus
menuntut pada manusia untuk menjalani hidupnya mengikuti jalan tertentu
yang ukurannya ialah kebaikan seluruh anggota masyarakat manusia
sendiri. Selain itu Tuhan juga bersifat etikal, dalam arti bahwa dia
menghendaki pada manusia tingkah laku yang akhlaqi atau etis, bermoral.

Untuk menengahi antara iman yang abstrak dan tingkah laku atau
amal-perbuatan yang konkret itu ialah ibadat-ibadat. Seolah-olah suatu
konkretisasi rasa keimanan, ibadat mengandung makna intrinsik sebagai
pendekatan kepada Tuhan (taqarrub). Dalam ibadat itu seorang hamba
Tuhan atau ‘abd Allah merasakan kehampiran spiritual kepada khaliqnya.
Selain itu ibadat juga mengandung makna instrumental, karena ia bisa
dilihat sebagai usaha pendidikan pribadi dan kelompok (jama’ah) kearah
komitmen atau pengikatan batin kepada tingkah laku moral. Asumsinya
ialah bahwa melalui ibadat, seseorang yang beriman memupuk dan
menumbuhkan kesadaran individual dan kolektifnya akan tugas-tugas
pribadi dan sosialnya mewujudkan kehidupan bersama yang sebaik-
baiknya di dunia ini.

Ibadat dapat disebut sebagai bingkai dan pelembagaan iman, yang


membuatnya mewujudkan diri dalam bentuk-bentuk tingkah laku dan
tindak-tanduk nyata. Selain itu ibadat juga berfungsi sebagai usaha
memelihara dan penumbuh iman itu sendiri.

B. HUBUNGAN IMAN DENGAN IBADAH

Iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan


serta mengamalkan dengan perbuatan. Yang dimaksud membenarkan
dengan hati yaitu mempercayai dan meyakini segala yg dibawa rasulullah.
Yang dimaksud dengan mengikrarkan dengan lisan adalah mengucap dua
kalimah syahadat. Sedangkan maksud dari mengamalkan dengan
perbuatan yaitu hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan dan badan
mengamalkan dalam bentuk ibadah jika syarat – syarat diatas terpenuhi
maka seorang dapat dikatakan “Mukmin”.
Ibadah berasal dari kata ‘abd secara bahasa berarti “hamba sahaya”, “anak
panah yang pendek dan lebar”, dan “tumbuhan yang memiliki aroma yang
harum”. Pengerttian tersebut mengisyaratkan bahwa ibadah mengandung
ciri-ciri kekokohan dan kelemahlembutan, maksudnya pelaksanaan ibadah
harus diiringi oleh kesetiaan yang kuat dan kehalusan. Secara bahasa
ibadah diartiakan seagai penyembahan,pengabdian, dan ketaatan.

Hubungan iman dengan ibadah adalah sejauh mana keimanan


dapat mempengaruhi ibadah dan etika atau moral dan sebaliknya.
Keimanan atau akidah adalah fondasi dari semua ajaran Islam, yaitu
akidah, syariah dan akhlak.
Seseorang yang telah beriman atau barakidah harus mengimplentasikan
keimanannya dengan syariah yaitu beribadah kepada Allah dan
bermuamalah dengan sesama manusia dan alam sekitar.

Akidah diwujudkan dalam pengucapan dua kalomat syahadat,


diimani, diyakii dan dibenarkan dalam hatinya. Sebagai wujud
keimannnya kepada Allah, dia harus melaksanakan syariah berupa ibadah
atau ibadah madhah dan ibadah muamalah ghairu madhah. Yang mana
ibadah madhah artinya penghambaan yang murni hanya merupakan
hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. Sedangakan
ibadah muamalah ghairu madhah artinya segala amalan yang diizinkan
oleh Allah, misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir,
dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.

Orang yang beriman disebut mukmin. Sedangkan seorang mukmin


yang teah melakukan ibadah dan muamalah disebut muslim. Seseorang
mukmin belum dapat disebut muslim apabila dia belum melaksanakan
ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah gairu madhah. Keimanan
dan keislaman seseorang harus dilengkapi dengan ibadah dalam rukun
Islam yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji.
Keimanan kepada Allah menyebabkan keiman kepada malaikat, Allah,
kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, hari kiamat dan qadha dan qadar
Allah. Iman yang baik dan benar harus diwujudkan dalam amaliyah yang
sesuai hukum-hukum Allah, antara lain melaksanakan rukun Islam yang
lima tadi. Maka keimanan seseorang sangat erat kaitannya dengan ibadah.
Bahkan tujuan akhir dari ibadah adalah beriman kepada Allah SWT, dan
kepada rukun iman yang enam di atas.
Syahadat diucapkan dengan lisan, dibenarkan dengan hati, dan
dibuktikan dengan amaliyah berupa ibadah. Keeratan hubungan iman
dengan ibadah dinyatakan Allah dengan menyebutkan iman(aamanu)
selalu diiringi dengan amal shaleh (aamilush shaliahat). Iman dengan
ibadah juga memiliki hubungan kausalitas (sebab akibat). Kualitas iman
seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang tersebut.
Makin tinggi kualitas ibadah seseoarang (misal shalat makin khusu’,
mengurangi atau menghilangkan syirik kepada Allah). Dan kuantitasnya
( misal menambah shalat wajib dengan shalat sunnah, banyak
bershadaqah) akan menambah dan mempertebal iman seseorang, makin
mngurangi dan mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas iman
seseorang kepada Allah SWT.

Pelaksanaan ibadah yang dilandasi iman yang kuat memberikan


dampak positif terhadap sikap dan perilaku seorang muslim.
Allah Berfirman :
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut 45)
Shalat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari
perbuatan keji dan perbuatan munkar. Maksudnya dapat menjadi
pengekang diri dari kebiasaan melakukan kedua perbuatan tersebut dan
mendorong pelakunya dapat menghindarinya.
Denagn keimanan seeorang akan tunduk dan patuh kepada aturan-
aturan Allah. Dengan demikian sesungguhnyalah sangat erat hubungan
dan saling mempengaruhi antara iman dengan ibadah kepada Allah SWT.

Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu:


Bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang anak orang-orang
musyrik, lalu beliau menjawab: Allah lebih tahu tentang apa yang pernah
mereka kerjakan.
Untuk membentuk pribadi yang bermoral harus dibentengi dengan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah, yang dimulai dari lingkungan
keluarga dan dilakukan sedini mungkin sesuai tingkat perkembangan
kemampuan anak. Kepribadian dalam Islam adalah ketakwaan, maka
setiap proses pembentukan kepribadian menuju kepada takwa kepada
Allah SWT. Takwa disini dimaksud meliputi keimanan kepada Allah,
ibadah kepada Allah dan berhubungan sesama manusia dan
lingkungannya, termasuk kemasyarakatan dan kenegaraan. Pembentukan
kepribadian dimulai dengan penanaman ketauhidan kepada anak, sebab :
1. Tauhid memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia
dari kesesatan dan kemusyrikan.
2. Tauhid membentuk sikap dan perilaku keseharian seseorang.
3. Tauhid sebagai aqidah dan falsafah hidup.
4. Tauhid sebagai ilmu yang merupakan hasil pengkajian para ulama
terhadap apa yang tersurat dan tersirat di dalam al qur’an dan hadits.
5. Tauhid sebagai sebagian sumber dan motivator perbuatan kebajikan
dan keutamaan.
6. Tauhid membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus
mendorong mereka untuk mengerjakan ibadat dengan penuh keikhlasan.
7. Tauhid mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan
kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan.
8. Tauhid mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan
batin.

Oleh sebab itu upaya membentuk kepribadian manusia dengan


memantapkan, menguatkan dan mengokohkan akidah dalam diri manusia.
Denagn akidah yang kuat, pikiran manusia menjadi tenang, emosinya
stabil dan jiwanya tenteram, sehingga kepribadiannya juga mantap.
Dengan akidah yang kuat mentalnya juga kuat dan tangguh, tidak tergoda
oleh perhatian, cinta kasih dan kepedulian orang lain yang menjauhi
akidah seseoarang. Baginya yang penting adalah perhatian, kasih sayang
dan kepedulian dari Allah SWT, yang diwujudkan dalam perbuatan-
perbuatan positif.

C. IBADAH DAN AMAL PERBUATAN


Ibadah dan amal sholeh merupakan bagian penting yang
menunjukan eksistensi agama islam di tengah umat manusia. Seseorang
yang sudah mengakui dirinya muslim, sudah menyatakan shahadah bahwa
hanya Allah SWT yang ia sembah dan hanya Muhahammad SAW Rasul
ajarannya yang diikuti , maka konsekwensinya adalah menerapkan apa
yang telah ia akui dalam hatinya, yang telah ia ucapkan dengan lidahnya
dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk ibadah dan amal shlaleh.

1. Pengertian Menurut bahasa/Etimologi


Menurut ahlli bahasa, ibadah adalah pengabdian, penyembahan,
ketaatan, menghinakan/merendahkan diri dan do'a.
2. Pengerian Menurut Istilah/Terminologi
Menurut ulama Tauhid, ibadah adalah:
" Mengeesakan Allah, menta'zhimkan-Nya dengan sepenuh-penuh ta'zhim
serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya(menyembah
Allah sendiri)
Dan beribadah menurut para ahli tasawuf terbagi tiga :
a. Beribadah kepada Allah SWT karena mengaharap benar akan
memperoleh pahala-Nya atau karena takut akan siksa-Nya.
b. Beribadah kepada Allah SWT karena mamandang bahwa ibadah itu
perbuatan mulia dilakukan oleh orang-orang yang mulia jiwanya.
c. Beribadah kepada Allah SWT karena memandang bahwa Allah
SWT berhak di sembah (menjadi tujuan beribadah), dengan tidak
memperdulikan apa yang akan di terima, atau di perolehnya.

 HAKIKAT IBADAH
Menurut Muhammad Abduh, ulama pembaharu Mesir, perbedaan
antara ibadah kepada Allah SWT, ibadah kepada selain Allah SWT bukan
terletak pada kedudukan atau ketaatan, tetapi pada tempat munculnya
perasaan dan tunduk tersebut. Apabila sumber atau penyebabnya adalah
sesuatu yang bersifat lahiriah, seperti kekuatan dan kekuasaan yang bukan
dari Allah SWT, maka ketundukan dan ketaatan tersebut merupakan
ibadah. Apabila sumber ketundukan dan ketaatan yang dimaksud adalah
sesuatu keyakinan bahwa yang disembah memiliki keagungan maka
ketundukan dan ketaatan tersebut dinamakan ibadah.

 RUANG LINGKUP IBADAH


Para ulama membagi ibadah menjadi dua bagian.
1. Ibadah Madhah
Ibadah madhah adalah ibadah yang mengandung dan mengatur
hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT. Bentuk-bentuk
ibadah mahdahah:
a. Bersuci
Bersuci adalah segala seluk beluknya dalam syariat atau fiqih islam
termasuk bentuk perbuatan atau amal yang sangat penting karena bersuci
merupakan salah satu syarat keabsahan suatu ibadah misalnya shalat.
b. Shalat
Shalat menurut bahasa berarti doa atau rahmat menurut terminologi
syari'ah berarti tindakan atau perbuatan khusu seorang Muslim dalam
rangka mengabdi dan memuliakan Allah.
c. Puasa
Puasa secara terminologi menahan diri dari segala seuatu. sedangkan
terminologi berarti menahan diri dari makan, dan minum berjina dan hal-
hal yang membatalkan puasa sejak fajar hingga terbenam matahari.
d. Zakat
Ibadah zakat, baik zakat fitrah ataupun zakat maal dapat juga di
kategorikan ke dalam ibadah sosial(ghairu mahdhah) karena memiliki
nilai-nilai sosial yang tinggi, bahkan dapat disebut sebagai sokoguru
kepedulian sosial dalam islam, namun demukian zakat juga digolongkan
ke dalam ibadah madhah, karena di samping merupakan rukun islam yang
ketiga, ibadah zakat juga berfungsi sebagai penyuci diri. Zakat terbagi
menjadi dua zakat fitrah dan zakat maal, zakat firah adalah zakat yang
diwajibkan kepada setiap jiwa/individu Muslim laki-laki atau perempuan
tua maupun muda besar atau kecil setiap hari raya idul fitri sedangkan
zakat mall adalah zakat yang dibayarkan untuk mensucikan harta.
e. Ibadah Haji
Rukun islam yang kelima yakni ibadah haji, memenuhi panggilan
Allah SWT ke tanah suci Makkah Al-Mukkarrah. Ibadah haji wajib
hukumnya bagi umat islam yang mampu.

2. IBADAH Ghairu Madhah


Ibadah ghairu madhah juga disebut mu'amalah yaitu ibadah yang
tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah SWT, tetapi juga
berhubungan horizontal antara manusia dengan manusia dan makhluk
lainnya.

 Pengertian Amal Shaleh


Dalam bahasa Indonesia, kata “amal” berarti perbuatan baik atau
buruk. Kata saleh secara bahasa artinya “baik”. Dengan demikian amal
saleh secara bahasa artinya “perbuatan baik”. Secara istilah amal saleh
adalah segala perbuatan yang sesuai dengan dalil akal (rasional), Al-
Qur’an, dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Firman Allah SWT tentang amal saleh: “Barang siapa mengerjakan
kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl, 16:97)

 Jenis-jenis Amal Shaleh


1. Dari sisi Perbuatan
Amal Jariah adalah perbuatan kebajikan yang dilakukan secara
sukarela dengan mengharap ridha Allah SWT. dan mendatangkan balasan
kebajikan (pahala) bagi orang yang melakukannya, meskipun ia telah
meninggal.
Amal Ibadah adalah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan hukum islam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
SWT.

2. Dari segi subjek pelakunya


a. Amal Batiniah adalah amal yang dilakukan oleh hati (al-qalb). Amal
batiniah meliputi perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Beberapa contoh di antara amal batiniah yang termasuk amal baik ialah
sebagai berikut.
1) Beriman adalah menyakini dengan sepenuh hati keesaan Allah
SWT., adanya para malaikat, para rasul, kitab-kitab Allah SWT., dan
beriman kepada Hari Akhirat, serta menyakini adanya Qada dan Qadar
Allah SWT.
2) Bersabar merupakan kekuatan dan ketenangan hati dalam
menghadapi segala cobaan dari Allah SWT.
3) Berniat sepenuhnya karena Allah SWT.
4) Tawakal yaitu menyerahkan segala usaha yang telah dilakukan
kepada Allah SWT., dan dengan senang hati menerima semua ketetapan
Allah SWT.
5) Ikhlas yaitu menyucikan, menyatukan, dan menyerahkan hati
sepenuhnya kepada Allah SWT., atas segala amalan yang dikerjakan dan
merupakan suatu amalan hati yang sangat penting.
6) Berani, tegar, dan berpendirian.

b. Amal Lahiriah adalah perbuatan yang dilakukan dengan anggota


badan dan dapat diketahui melalui pengelihatan atau pendengaran. Amal
lahiriah dibagi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1) Amal lahiriah melalui ucapan
Contohnya: Menasihati dalam hal kebajikan dan mencegah hal yang
buruk, berbicara dengan pembicaraan yang baik, dan membaca Al-Qur’an.
2) Amal lahiriah dengan anggota badan
Contohnya: Menolong orang dalam melakukan kebajikan, melakukan jual
beli sesuai dengan tuntunan Allah SWT. dan Rasul-Nya, Menjenguk orang
sakit, dan Mengiringi jenazah ke kuburan.

D. FITRAH MANUSIA DAN IBADAH

Sebagai pernyataan pengabdian kepada Tuhan, ibadat yang juga


mengandung arti pengagungan itu sesungguhnya adalah hal yang fitri.
Yakni, hal yang secara inheren terdapat pada kecenderungan alami
manusia dan alam kejadian asalnya sendiri. Kecenderungan manusia untuk
melakukan tindakan-tindakan ubudiyah harus disalurkan secara benar.
Ibadah yang benar tentunya tidak akan berdampak pengekangan dan
pembelengguan individu seperti yang ada pada sistem-sistem mitologis.

Tindakan ubudiyah harus hanya ditujukan kepada Dia yang


keyakinan, kesadaran dan pengalaman akan kehadiran-Nya dalam hidup
menghasilkan ketulusan untuk berbuat sesuatu guna memperoleh
“perkenan”-Nya, yaitu amal shaleh. Ibadat merupakan lambang
pengagungan seorang hamba kepada khaliqnya serta pernyataan akan
penerimaan hamba itu akan tuntutan moralnya. Melalui ibadat itu seorang
hamba mengharap bahwa al-khaliq akan menolong dan membimbing
hidupnya menempuh jalan menuju kebenaran.

E. AGAMA DAN BUDAYA


Masyarakat indonesia sebagian besar adalah masyarakat yang
beragama islam. Agama biasanya selalu dikaitkan dengan kebudayaan.
Padahal agama dan kebudayaan mempunyai tempatnya sendiri sendiri.
Masyarakat selalu keliru bagaimana menempatkan posisi agama dan posisi
budaya dalam suatu kehidupan masyarakat. Walaupun agama dan
kebudayaan merupakan suatu hal yang saling berkaitan dan tidak bisa
berdiri sendiri, dan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.

Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh


Tuhan, dalam menjalani hidupnya. Sedangkan kebudayaan adalah sebagai
kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu
sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan.

Sajak awal perkembangan agama-agama di Indonesia telah


menerima akomodasi budaya, contohnya agama islam, dimana islam
sebagai agama faktual banyak memberikan norma-norma atau aturan
tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Jika dilihat
dari kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada dua hal yang perlu
diperjelas.

Pertama, Islam sebagai konsespsi sosial budaya dan Islam sebagai


realitas budaya. Kedua, Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli
sering disebut dengan great tradition (tradisibesar), sedangkan Islam
sebagai realitasbudaya disebut dengan little tradition (tradisikecil) atau
local tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang-bidang yang
"Islamik" yang dipengaruhi Islam. (Bauto, 2014)

Tradisi besar dalam islam itu seperti halnya sebuah syariat dalam
islam, dimana syariat itu adalah sebuah doktrin yang melekat pada ajaran
dasar pada agama islam. Sehingga, masyarakat mempunyai pola pikir dan
pola tindakan yang sesuai dengan syariat islam.

Tradisi kecil atau lokal tradisi dalam islam itu seperti adanya
wayang kulit, wayang merupakan sebuah tradisi lokal di jawa, dimana
wayang tersebut terdapat unsur islamnya untuk mengajarkan dan
menyebarkan budaya islam di jawa. Hal tersebut terjadi dengan adanya
proses akulturasi antara agama islam dan budaya di indonesia. Kemudian
proses akulturasi ini melhirkan apa yang dikenal dengan local genius,
yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan
aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu
ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang
membawa pengaruh budayanya.

Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain:

- Mampu bertahan terhadap budaya luar


- Mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
- Mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam
budaya asli
- Memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada
perkembangan budaya selanjutnya.

Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material
dapat dilihat misalnya: bentuk masjid Agung Banten yang beratap
tumpang, berbatu tebal, bertiang saka dan sdan sebagainya benar-benar
menunjukkan ciri-ciri arsitektur lokal. Begitu pun dengan ciri khas
kebudayaan islan yang ada di jawa, semua mempunyai ciri khas masing-
masing untuk menonjolkan sebuah kebudayan islam di adaerahnya.
Akulturasi budaya islam dengan budaya lokal nusantara yang terjadi di
Jawa. Terdapat juga di daerah lain seperti Sumatra Barat, Aceh, Makasar,
Kalimantan, Sumatera Utara, dan daerah-daerah lainya.

Hal yang sangat penting diperhatikan adalah perlu diperhatikan


bagaimana fungsi-fungsi agama dlam masyarakat, dalam perspektif
sosiologi hal ini sering disebut sebgai pendekatan fungsional terhadap
agama, perhatikan para pengkaji sosiologi dalam konteksi ini adalah
melihat bagaimana fungsi agama dalam masyarakat, dengan
memperhatikan kepada sumbangan yang diberikan agama, atau lembaga-
lembaga sosial keagamaan untuk mempertahankan keutuhan masyarakat
sebagai usaha-usaha yang aktif dan berjalan terus menerus. Dengan begitu
perhatian sosioog adalah peranan yang telah dimainkan oleh agama dalam
rangka mempertahankan kelangsungan hidup masyarakatmasyarakat
tersebut. (Mawardi, 2016)

Oleh karena itu, dalam perspektif sosiologis, agama bukan hanya


dipandang sebagai sesuatu yang bersifat doktrinal-ideologis yang bersifat
abstrak, tetapi ia muncul dalam bentuk-bentuk material, yakni dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam konteks inilah, agama dipandang sebagai
bagian dari kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/lia23376/5d0bc254097f361374391712/peran-
agama-dalam-kebudayaan-masyarakat-di-indonesia

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/03/25/pox0rz458-
tiga-jenis-amalan-dalam-islam

http://mymakalahblog.blogspot.com/2016/12/makalah-ibadah-dan-amal-
sholeh.html

http://pedangkebajikan.blogspot.com/2007/08/ibadat-sebagai-institusi-iman.html

http://kumpulanmakalahwildan.blogspot.com/2016/05/hubungan-iman-dengan-
ibadah.html

Anda mungkin juga menyukai