D1/ S1 MANAJEMEN
Disusun oleh :
SURABAYA
2020
IBADAH SEBAGAI INSTITUSI IMAN DAN BUDAYA
A. PENGERTIAN IBADAH
Ketiga, ialah bahwa memang benar yang penting adalah iman dan
amal shaleh, yaitu suatu rangkaian dari dua nilai yang salah satunya (iman)
mendasari yang lain (amal shaleh), dan wujud nyata hidup kegamaan
selalu didapatkan dalam bentuk-bentuk kegiatan ubudiyah. Sistem ibadat
merupakan salah satu kelanjutan logis sistem iman. Keimanan itu harus
dilembagakan dalam peribadatan sebagai ekspresi perhambaan seorang
kepada pusat makna dan tujuan hidupnya, yaitu Tuhan.
Untuk menengahi antara iman yang abstrak dan tingkah laku atau
amal-perbuatan yang konkret itu ialah ibadat-ibadat. Seolah-olah suatu
konkretisasi rasa keimanan, ibadat mengandung makna intrinsik sebagai
pendekatan kepada Tuhan (taqarrub). Dalam ibadat itu seorang hamba
Tuhan atau ‘abd Allah merasakan kehampiran spiritual kepada khaliqnya.
Selain itu ibadat juga mengandung makna instrumental, karena ia bisa
dilihat sebagai usaha pendidikan pribadi dan kelompok (jama’ah) kearah
komitmen atau pengikatan batin kepada tingkah laku moral. Asumsinya
ialah bahwa melalui ibadat, seseorang yang beriman memupuk dan
menumbuhkan kesadaran individual dan kolektifnya akan tugas-tugas
pribadi dan sosialnya mewujudkan kehidupan bersama yang sebaik-
baiknya di dunia ini.
HAKIKAT IBADAH
Menurut Muhammad Abduh, ulama pembaharu Mesir, perbedaan
antara ibadah kepada Allah SWT, ibadah kepada selain Allah SWT bukan
terletak pada kedudukan atau ketaatan, tetapi pada tempat munculnya
perasaan dan tunduk tersebut. Apabila sumber atau penyebabnya adalah
sesuatu yang bersifat lahiriah, seperti kekuatan dan kekuasaan yang bukan
dari Allah SWT, maka ketundukan dan ketaatan tersebut merupakan
ibadah. Apabila sumber ketundukan dan ketaatan yang dimaksud adalah
sesuatu keyakinan bahwa yang disembah memiliki keagungan maka
ketundukan dan ketaatan tersebut dinamakan ibadah.
Tradisi besar dalam islam itu seperti halnya sebuah syariat dalam
islam, dimana syariat itu adalah sebuah doktrin yang melekat pada ajaran
dasar pada agama islam. Sehingga, masyarakat mempunyai pola pikir dan
pola tindakan yang sesuai dengan syariat islam.
Tradisi kecil atau lokal tradisi dalam islam itu seperti adanya
wayang kulit, wayang merupakan sebuah tradisi lokal di jawa, dimana
wayang tersebut terdapat unsur islamnya untuk mengajarkan dan
menyebarkan budaya islam di jawa. Hal tersebut terjadi dengan adanya
proses akulturasi antara agama islam dan budaya di indonesia. Kemudian
proses akulturasi ini melhirkan apa yang dikenal dengan local genius,
yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan
aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu
ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang
membawa pengaruh budayanya.
Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material
dapat dilihat misalnya: bentuk masjid Agung Banten yang beratap
tumpang, berbatu tebal, bertiang saka dan sdan sebagainya benar-benar
menunjukkan ciri-ciri arsitektur lokal. Begitu pun dengan ciri khas
kebudayaan islan yang ada di jawa, semua mempunyai ciri khas masing-
masing untuk menonjolkan sebuah kebudayan islam di adaerahnya.
Akulturasi budaya islam dengan budaya lokal nusantara yang terjadi di
Jawa. Terdapat juga di daerah lain seperti Sumatra Barat, Aceh, Makasar,
Kalimantan, Sumatera Utara, dan daerah-daerah lainya.
https://www.kompasiana.com/lia23376/5d0bc254097f361374391712/peran-
agama-dalam-kebudayaan-masyarakat-di-indonesia
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/03/25/pox0rz458-
tiga-jenis-amalan-dalam-islam
http://mymakalahblog.blogspot.com/2016/12/makalah-ibadah-dan-amal-
sholeh.html
http://pedangkebajikan.blogspot.com/2007/08/ibadat-sebagai-institusi-iman.html
http://kumpulanmakalahwildan.blogspot.com/2016/05/hubungan-iman-dengan-
ibadah.html