Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Legislasi Hukum
Indonesia Pada Fakultas Syariah & Hukum Islam Program Studi Hukum
(IAIN) Bone
Oleh :
KELOMPOK V
AGUSTANG
01.18.1004
MEGAWATI
01.18.1014
(IAIN) BONE
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
atas petunjuk dan kemudahan yang diberikan kepada kami dalam penyelesaian
salah satu tugas kuliah kami yaitu pembuatan makalah dalam hal ini materi yang
Tak lupa kami curahkan sholawat dan salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang juga telah memberi petunjuk bagi kita semua, sehingga
bisa terselamatkan dari lembah kesesatan. Dalam penyusunan makalah ini, tak
semudah apa yang kami bayangkan. Banyak kesulitan dan hambatan yang kami
lalui dalam penyusunan makalah ini. Tapi berkat Izin dan Rahmat Allah SWT
Harapan kami sebagai penyusun makalah, yaitu semoga apa yang terdapat
dalam lembaran kertas ini, dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Tak lupa
pula kami haturkan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat
Allah SWT.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan 14
B. Saran 15
DAFTAR RUJUKAN 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syari’at adalah ketentuan yang ditetapkan oleh Allah swt yang dijelaskan
mencapai kehidupan yang baik, di dunia dan di akhirat kelak. Ketentuan syari’at
terbatas dalam firman Allah dan sabda rasul-Nya. Nash-nash yang terdapat pada
keduanya banyak yang masih bersifat global dan umum sehingga perlu
bisa diamalkan oleh manusia, maka manusia harus bisa memahami segala
ketentuan yang dikehendaki oleh Allah swt yang terdapat dalam syari’at tersebut.
Dari sinilah muncul fiqh (hukum Islam) sebagai sebuah hasil ijtihadi dari ulama
(fuqaha) dalam memahami kedua sumber ajaran Islam agar lebih dapat membumi
Fiqh sebagai sebuah hasil pemikiran tentu saja relatif kebenarannya dan
tidak sakral. Inipun diakui oleh para imam Mujtahid yang menghasilkan produk
tidak sesuai dengan semangat syariah Islam (maqashid syari’ah) dan kehilangan
relevansinya dengan kondisi ruang, waktu dan keadaan, maka pendapat mereka
harus dipertanyakan, dikaji ulang dan bila perlu dirubah dengan tentu saja
berdasarkan pada kedua sumber utama ajaran Islam, Alquran dan sunnah.
hanya sekadar kesadaran pribadi dan keyakinan tapi telah bersifat mengikat dan
pemerintah.
penjajahan Belanda, era kemerdekaan dan hingga masa reformasi saat sekarang
ini. Karena bagaimanapun Islam tidak dapat dipisahkan dari Hukum Islam. Di
manapun Islam itu berada, secara inheren Hukum Islam ada dan diamalkan.
Pengamalan ini bisa saja dilakukan atas kesadaran pribadi atau karena dipaksakan
oleh lembaga Pengadilan dalam segala bentuknya yang memaksa berlakunya hu-
kum Islam itu. Dengan demikian di manapun Islam itu berada, hukum Islam itu
Hasil dari proses legislasi hukum Islam ini pada masa awal terlihat dari
hukum Islam yang berlaku dan menjadi pedoman bagi pengambilan keputusan
B. Rumusan Masalah
ini, yaitu :
C. Tujuan Penulisan
reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
dan unifikasi) hukum Islam hingga saat ini masih dianut oleh sebagian kalangan
ulama. Di antara mereka adalah Syekh Shalih Fauzan Al Fauzan, anggota Komite
Tetap Fatwa dan anggota Kibârul Ulama Kerajaan Saudi Arabia; Syekh Abdullah
Islamiyah dan pengajar tetap di Mesjid Nabawi, Madinah; Syekh Abdurahman bin
Shalih al Mahmud, Guru Besar Universitas Islam Ibnu Sa’ud; Syekh Abdurahman
bin Abdullah al ‘Ajlan, mantan Ketua Pengadilan Tinggi Al Qashim dan pengajar
tetap Masjidilharam; Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Ar Rajihi, Guru Besar
hukum fikih;
2. Legislasi hukum Islam berarti juga unifikasi hukum (fiqih) Islam dalam
kekuasaan negara;
5
4. Produk legislasi sangat rawan untuk direvisi, artinya syariat akan jadi objek
sebab hukum yang diakui seakan hanya yang telah diundangkan oleh
negara.
Yusuf Al Qordhawi, Abdul Qadir Audah, Muhammad Abu Zahrah, Abdul Qadir
kelemahan dan resiko, tetapi kebutuhan atas taqnin dan kemaslahatannya dinilai
terlebih lagi di saat para hakim bukan lagi para mujtahid. Dengan adanya
kompilasi hukum Islam para hakim tidak perlu menghabiskan waktu terlalu
mempermainkan hukum;
bahwa telah terjadi perkembangan hukum Islam dalam tata hukum nasional dan
secara lebih nyata dalam formalisasi hukum Islam ke dalam hukum nasional
Perbankan Syariah.
legislasi syariat. Tetapi problem pada tahap berikutnya, yaitu tahap penegakan
hukum juga tidak kalah penting. Dalam beberapa bidang hukum, masih terjadi
antara hukum Islam dalam pengertian Hukum Fiqih yang terdapat pada kitab-
kitab dan madzhab-madzhab fiqih dengan hukum Islam dalam pengertian Hukum
yaitu :1
mayoritas rakyat.
pasal 29 UUD 1945, hukum Islam adalah bagian dari hukum nasional dan
1
Jazuni, legislasi Hukum Islam di Indonesia (Cet. I; Bandung: Citra Aditiya Bakti,
2005), h. 489-490.
8
diundangkan.
sebagai warga negara kelas dua dan ini juga dipicu oleh sikap dan
pernyataan sebagian gerakan Islam sendiri yang justru kontra produktif bagi
bangsa, selama itu pula legislasi hukum Islam lebih-lebih yang unikatif akan
sulit dilakukan.
terhadap pasang surut legislasi hukum Islam di Indonesia. Era Orde lama yang
Tahun 1946 Tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Ruju’ di Seluruh Daerah Luar
Sedang pada masa kekuasaan Orde Baru yang berlangsung sejak tahun
1966 sampai 1998 hanya dua produk hukum Islam dalam bentuk Undang-Undang
yang diproses melalui legislasi di Parlemen. Yaitu UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, serta satu
produk hukum yang ditetapkan melalui Inpres, yaitu Kompilasi Hukum Islam
(KHI). Pada masa kekuasaan Orde Reformasi yang sedang berlangsung sejak
tahun 1998 sampai sekarang telah melahirkan sepuluh produk legislasi berupa
Undang-Undang. Yaitu:2
Ekonomi Syariah.
2
Cik hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia (Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), h. 91-92.
10
mem- positifkan hukum Islam sangat kuat. Perkembangan hukum Islam pada
masa ini mengalami kemajuan. Secara riil hukum Islam mulai teraktualisasikan
dalam kehidu- pan sosial. Wilayah cakupannya menjadi sangat luas, tidak hanya
dalam masalah hukum perdata tetapi masuk dalam ranah hukum publik. Hal ini
undang otonomi daerah di Indonesia pada mulanya adalah UU No.22 tahun 1999
tahun 2004 tentang otonomi daerah. Menurut ketentuan Undang-undang ini, setiap
bidang hukum.
menerapkan hukum Islam. Meskipun hukum Islam tidak berkembang lewat jalur
struktural partai, namun hukum Islam pada era reformasi sebagai kelanjutan dari
era sebelumnya dapat berkembang pesat melalui jalur kultural. Hal itu terjadi
sebagai konsekuensi logis dari kemajuan kaum muslim di bidang ekonomi dan
hukum Islam secara kultural. Keadaan tersebut ditunjang oleh lahirnya beberapa
undang-undang sebagai hukum positif Islam, yaitu UU No. 7 Tahun 1989 tentang
Sudirman Tebba, Islam Pasca Orde Baru, (Yogyakarta; Tiara Wacana, 2001), h.17
3
11
Tahun 1999 tentang penyelenggaraan haji diubah dengan UU No. 13 Tahun 2008;
Pada awal reformasi, kebijakan arah dan tujuan bangsa Indonesia diatur
dalam GBHN tahun 1999. Dengan berlakunya GBHN tahun 1999 ini, hukum
Islam mempunyai kedudukan lebih besar dan tegas lagi untuk berperan sebagai
mencakup tiga elemen sumber hukum yang mempunyai kedudukan yang sama
dan seimbang yaitu hukum adat, Barat dan Islam. Ketiganya berkompetisi bebas
Indonesia dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penegakan sepenuhnya dan
karena bukan hanya menetap- kan materi hukumnya, tetapi juga men- struktur
h.169
12
daerah, maka munculah perda-perda ber- nuansa syari’at Islam di wilayah tingkat
I maupun tingkat II. Daerah-daerah tersebut antara lain: Provinsi Sumatera Barat
Perda No. 11/2001 perihal Pemberantasan dan Pencegahan maksiat; Kota Solok
Perda No. 10/2001 perihal Kewajiban membaca al- Qur’an bagi siswa dan
pengantin; Kota Padang Pariaman Perda No. 2/2004 perihal Pemberantasan dan
perihal Pembuatan papan nama arab; Pangkal Pinang Perda No. 6 Tahun 2006
Perda No. 5/2003 perihal pakaian busana muslimah bagi pegawai instansi, toko
sebagainya.
PENUTUP
A. Simpulan
yaitu :
yaitu tahap penegakan hukum juga tidak kalah penting. Dalam beberapa
2. pada masa kekuasaan Orde Baru yang berlangsung sejak tahun 1966 sampai
1998 hanya dua produk hukum Islam dalam bentuk Undang-Undang yang
Perkawinan dan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, serta satu
B. Saran
Adapun saran yang bisa kami sampaikan pada makalah ini selaku penulis
yaitu agar kiranya para pembaca lebih menambah wawasan mengenai materi yang
kami bahas pada makalah ini, karena makalah yang kami buat masih jauh dari
kata sempurna.
DAFTAR RUJUKAN