Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Polemik zakat memang tidak asing dikalangan masyarakat muslim,

zakat sebagai salah satu rukun islam, tepatnya rukum islam yang ke empat

adalah sangat penting. Ada 82 tempat di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan

tentang zakat beriringan dengan shalat. Kedudukan anatara zakat dan shalat

yang sering dikaitkan di beberapa ayat dalam Al-Qur’an mrenunjukkan bahwa

zakat dari segi keutamaan hampir sama seperti halnya shalat. Shalat dikatakan

sebagai ibadah badaniah dan zakat dkatakan sebagai ibadah maliyah yang

paling utama.

Zakat fitrah sebagai salah satu zakat yang paling penting bagi muslim,

memang tidak ada penjelasan secara khusus dari dalam Al-Qur’an, tetapi

penjelasan kewajiban zakat itu dijelaskan di dalam hadist Nabi. Zakat fitrah itu

diwajibkan baik itu laki-laki, perempuan, merdeka, ataupun budak sekalipun.

Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang digunakan

untuk membantu masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari

kalangan bawah hingga kalangan atas, sehingga dengan adanya zakat umat

Islam tidak ada yang tertindas karena zakat dapat menghilangkan jarak antara

si kaya dan si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu instrumen

negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk menbangkitkan bangsa dari

keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi orang-

orang Islam, namun diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.


Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan

umat sehingga dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita

dapat mempererat tali silaturahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan

umat lain.

Oleh karena itu kesadaran untuk menunaikan zakat bagi umat Islam

harus ditingkatkan baik dalam menunaikan zakat fitrah yang hanya setahun

sekali pada bulan ramadhan, maupun zakat maal yang seharusnya dilakukan

sesuai dengan ketentuan zakat dalam yang telah ditetapkan baik harta, hewan

ternak, emas, perak dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu zakat fitrah dan apa saja ketentuan Zakat Fitrah ?

2. Apa itu zakat mal dan apa saja ketentuan Zakat Mal ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini

adalah untuk :

1. Mengetahui apa itu zakat fitrah dan ketentuannya.

2. Mengetahui apa itu zakat mal dan ketentuannya.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Zakat Fitrah dan Ketentuannya

1. Pengertian Zakat Fitrah dan Hukumnya

Zakat fitrah adalah zakat terhadap jiwa yag wajib dikeluarkan oleh

setiap muslim untuk memberishkan drinya atau keluarganya yang menjadi

tanggunannya pada hari raya Idul Fitri. Rasulullah SAW bersabda, yang

artinya:

“Zakat fitrah untuk membersihkan diri orang-orang yang berpuasa

dari perbuatan yang tidak berguna dan perkataan yang kotor serta untuk

memberi makan kepada orang-orang miskin.”

Zakat fitrah disini berarti juga zakat badan atau tubuh kita. Setiap

menjelang Idul Fitri orang Islam diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 3

liter dari jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Hal ini ditegaskan dalam

hadist dari Ibnu Umar, katanya “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah,

berbuka bulan Ramadhan, sebanyak satu sha’ (3,1 liter) tamar atau gandum

atas setiap muslim merdeka atau hamba, lelaki atau perempuan.“(H.R.

Bukhari).

Hukum Zakat fitra adalah wajib. Berdasarkan firman Allah:

Artinya:

     


 
“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-

orang yang ruku'.” (QS. Al-Baqarah 02:43).

2. Syarat Wajib Zakat Fitrah

a.    Beragama Islam

b.   Orang tersebut ada pada waktu terbenam matahari pada malam Idul

Fitri. Bagi setiap muslim yang melihat matahari terbenam di akhir bulan

Ramadhan atau mendapati awal bulan syawal, maka wajib baginya untuk

membayar zakat fitrah untuk dirinya dan yang ditanggung.

c.    Mempunyai kelebihan makanan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk

keluarganya pada malam Idul Fitri dan pada siang harinya.

d.   Lahir sebelum matahari tenggelam di akhir Ramadhan. Seorang anak

tersebut wajib dibayarkan zakat fitrahnya dan menjadi tanggungan orang

tuanya, namun jika setelah matahari tenggelam, maka tidak ada kewajiban

membayar zakat fitrah. Demikian juga apabila muslim meninggal setelah

matahari terbenam di akhir Ramadhan maka ia tetap berkewajiban Zakat

Fitrah.

3. Besarnya Zakat Fitrah

Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai

penafsiran terhadap  hadist adalah sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675

gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.5 kg makanan pokok (tepung,

kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di daerah bersangkutan

(Mazhab syafi'i dan Maliki)


Nabi SAW. Juga menegaskan dalam hadisnya : “Rasulullah SAW

mewajibkan zakat fitrah, berbuka bulan Ramadhan, sebanyak satu sha’ (3,1

liter) tamar atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba, lelaki atau

perempuan.“(H.R. Bukhari).

4. Waktu Untuk Membayar Zakat Fitrah

Kapan waktu membayar zakat fitrah? Sebagian ulama’ berpendapat

bahwa untuk membayar zakat fitrah ada 5 macam:

a. Waktu jawaz (boleh) : sejak awal Ramadhan

b. Waktu Wajib: bila matahari telah terbenam di akhir Ramadhan

c. Waktu Afdhal (utama): Sebelum kaum muslimin keluar untuk

melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri.

d. Waktu Makruh: setelah selesai shalat hari raya Idul Fitri.

e. Waktu Haram: sesudah hari raya (satu hari setelah hari raya)

5. Orang yang Tidak Wajib Dibayarkan Zakat Fitrah

a. Istri yang durhaka; maka gugur kewajiban suaminya untuk menafkahinya

b. Istri yang kaya

c. Anak yang kaya, karena mampu bayar sendiri, namun boleh juga orang

tuanya mengeluarkan baginya zakat fitrah

d. Anak yang sudah besar (mampu menafkahi diri sendiru atau sudah

berusaha)

e. Budah yang kafir

f. Murtad (keluar dari Islam)

6. Mustahik Zakat Fitrah
Mustahik zakat adalah orang-orang yang berkah menerima zakat fitrah.

Sebagian besar ulama (jumhur) berpendapat bahwa golongan yang berhak

menerima zakat fitrah hanyalah fakir dan miskin.

Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta untuk keperluan hidup

sehari-hari dan tidak mampu berusaha. Miskin adalah orang yang

berpenghasilan tetapi sehari-harinya tidak dapat mencukupi kebutuhan

hidupnya.

Namun demikian ada pendapat lain yang menyatakan bahwa mustahik

zakat fitrah terdiri dari delapan asnaf (golongan), berdasarkan Al-

Qur’an Surat At-Taubah: 60 Allah berfirman.

     


     
           
 

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang

miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan

untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang

diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-

Taubah 09:60).

              Ke delapan golongan tersebut ialah :

a. Fuqara (orang-orang fakir)


Orang fakir menurut syara’ adalah orang yang tidak mempunyai bekal untuk

berbelanja selama satu tahun dan juga tidak mempunyai bekal untuk

menghidupi dirinya dan keluarganya. Orang yang mempunyai rumah dan

peralatannya atau binatang ternak, tapi tidak mencukupi kebutuhan

keluarganya selama satu tahun.Zakat haram hukumnya bagi orang yang

mempunyai biaya hidup satu tahun, dan orang yang memiliki biaya selama

setahun wajib mengeluarkan zakat fitrah.

Orang yang mengaku fakir boleh dipercaya sekalipun tidak ada bukti atau

sumpah bahwa ia betul-betul tidak mempunyai harta, serta tidak diketahui

bahwa ia berbohong. Karena pada masa Rasulullah pernah datang dua orang

kepada beliau, yang ketika itu beliau sedang membagi zakat, lalu kedua orang

itu meminta sedekah kepadanya, maka beliau melihat dengan penglihatan

tajam dan membenarkan keduanya, serta bersabda :“Kalau kamu berdua mau,

maka aku akan memberikannya. Orang yang kaya tidak mempunyai bagian

untuk menerima zakat, begitu juga orang yang mampu untuk bekerja”.

Lalu Rasulullah mempercayai keduanya tanpa bukti maupun sumpah.

b. Masakin (orang-orang miskin)

Jika kata fakir dan miskin terpisah maka keduanya menunjukkan makna yang

sama, yaitu sama-sama orang yang tidak mampu. Tetapi jika keduanya disebut

bersama-sama, maka masing-masing menunjukkan makna tersendiri. Orang

miskin adalah orang yang keadaan ekonominya lebih buruk dari orang fakir.

Namun menurut madzhab Syafi’i, orang fakir adalah orang yang keadaan

ekonominya lebih buruk daripada orang miskin, karena yang dinamakan fakir

adalah orang yang tidak mempunyai sesuatu, atau orang yang tidak mempunyai
separuh dari kebutuhannya. Sedangkan orang miskin ialah orang yang

memiliki separuh dari kebutuhannya.

c. Para amil (orang-orang yang mengatur zakat)

Orang-orang yang menjadi amil zakat ialah pengelola zakat yang ditunjuk oleh

Imam atau wakilnya untuk mengumpulkannya dari para pembayar zakat dan

menjaganya, kemudian menyerahkannya kepada orang yang akan

membagikannya kepada para mustahiq. Apa yang diterima oleh para amil dari

bagian zakat itu dianggap sebagai upah atas kerja mereka, bukannya sedekah.

Oleh karena itu, mereka tetap diberi walaupun mereka kaya.

d. Muallafah qulubuhum (mualaf yang dibujuk hatinya)

Orang-orang mualaf yang dibujuk hatinya adalah orang-orang yang cenderung

menganggap sedekah atau zakat itu untuk kemaslahatan Islam. Orang-orang

yang dijanjikan hati mereka dan disatukan dalam Islam, untuk mencegah

kejahatan mereka, atau agar mereka mau membantu kaum Muslim dalam

membela diri atau membela Islam. Mereka ini diberi bagian zakat walaupun

mereka kaya.

Terdapat perselisihan tentang apakah mualaf ini khusus bagi mereka yang tidak

menunjukkan keislaman mereka, ataukah termasuk juga orang yang

menunjukkan keislaman tetapi diragukan. Yang pasti, Rasulullah telah

menyantuni orang-orang musyrik (yang tidak menunjukkan keislaman)

diantaranya adalah Shafwan bin Umayyah, dan juga orang-orang munafik

(yang menunjukkan keislaman) seperti Abu Sufyan.

e. Riqab (memerdekakan budak)


Yang dimaksud dengan riqab ialah budak. Sedangkan kata fi  menunjukkan

bahwa zakat untuk bagian ini bukannya diberikan kepada mereka, tetapi

digunakan untuk membebaskan mereka dan memerdekakan mereka. Inilah

salah satu pintu yang dibuka oleh Islam untuk memberantas perbudakan sedikit

demi sedikit. Sehingga pada masa sekarang sudah tidak ada lagi perbudakan.

f. Gharimin (orang-orang yang mempunyai utang)

Mereka ini adalah orang-orang yang menanggung beban utang dan mereka

tidak mampu membayarnya. Maka utang mereka itu dilunasi dengan bagian

dari zakat, dengan syarat mereka itu tidak menggunakannya  untuk dosa dan

maksiat.

g. Sabilillah (Jalan Allah)

Sabilillah adalah segala sesuatu yang diridhai oleh Allah dan yang

mendekatkan kepada Allah. Seperti membuat jalan, membangun sekolah,

rumah sakit, irigasi, mendirikan masjid, dan sebagainya. Dimana manfaatnya

adalah untuk kaum Muslim atau selain kaum Muslim.

h. Ibnu Sabil (orang yang sedang dalam perjalanan)

Ibnu Sabil adalah orang asing yang menempuh perjalanan ke negeri lain dan

sudah tidak punya harta lagi. Maka zakat boleh diberikan kepadanya sesuai

dengan ongkos perjalanan untuk kembali ke negaranya.

7. Golongan yang Tidak Boleh Menerima Zakat Fitrah :

a. Orang yang kaya harta benda dan uang

b. Budak (selain budak mukatab). Budak mukatab yaitu budak yang bisa

merdeka dengan syarat tertentu, adapun budak qin adalah budak asli:


seluruh hidup dan tubuhnya melekat nama budak; budak mudabbir: bisa

merdeka setelah tuannya meninggal

b. Bani Muthalib

c. Bani Hasyim

d. Orang Kafir

e. Orang kuat untuk berusaha

f. Nabi Muhammad SAW

8. Hikmah Disyariatkannya Zakat Fitrah

a. Sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa yang jatuh ke dalam perbuatan

sia-sia dan juga ucapan keji.

b. Sebagai bantuan kepada kaum fakir miskin dan kaum lainnya serta

mencukupi mereka dari meminta-minta pada hari Idul Fitri.

B. Zakat Mal dan Ketentuannya

1.    Pengertian Mal (harta)

a.    Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan

sekali sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan

menyimpannya

b.    Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai)

dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim).

Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua)

syarat, yaitu:

1)   Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai

2)   Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah,

mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.


2.  Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati

a.    Milik Penuh (Almilkuttam)

Almilkuttam berarti harta yang berada dalam kontrol dan

kekuasaa seseorang secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh.

Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut

syariat islam, seperti : usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan

cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara

yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut

harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak

atau ahli warisnya.

b.    Berkembang

Yaitu : harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan

atau mempunyai potensi untuk berkembang.

c.     Cukup Nishab

Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan

ketetapan syara'. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari

Zakat

d.    Lebih Dari Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah)

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang

dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya.

Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak

dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau


kebutuhan hidup minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah,

kesehatan, pendidikan, dsb.

e.     Bebas Dari hutang

Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang

harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat),

maka harta tersebut terbebas dari zakat.

f.     Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)

Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu satu

tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan

perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan)

tidak ada syarat haul.

3.    Harta yang Wajib di Zakati dan Nishabnya

Al-Qur’an mengungkapkan tentang orang-orang fakir, bahwa mereka

betul-betul suatu kelompok yang mempunyai hak bagi harta-harta benda orang

kaya, seperti yang di ungkapkan surat Al-Dzariat ayat 19: 

“Dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang miskin yang

meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian“

Ayat ini tidak membedakan antara harta pertanian, pertukangan (pabrik

atau buruh), dan perdagangan. Dan tidak kalah pentingnya zakat adalah salah

satu cara untuk membuktikan jihad, yaitu pengorbanan dengan jiwa raga demi

merindukan perjumpaan dengan Allah SWT. Maka dari itu, ulama madzhab

mewajibkan binatang ternak, biji-bijian, buah-buahan, uang dan barang

tambang untuk dizakati. Sementara menurut Imamiyah zakat di wajibkan pada


binatang, tanaman dan mata uang tertentu. Jumlah keseluruhannya ada

Sembilan, yaitu: unta, sapi, dan kambing (dari binatang); hinthah,

sya’ir,  kurma dan kismis (dari tanaman); emas dan perak (dari mata uang).

Selain dari hal-hal tersebut hanya disunahkan pada zakat, tidak wajib.

a.    Binatang Ternak

Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil

(kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). Nisab untuk unta adalah 5

ekor, sapi/kerbau 30 ekor, dan kambing 40 ekor.

Jumlah zakat unta adalah sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi SAW. Di

bawah ini :

“Setiap 24 ekor unta atau kurang, maka zakatnya adalah seekor

kambing betin untuk setiap 5 ekor unta. Jika jumlahnya 25 hingga 35 ekor,

maka zakatnya seekor anak betina berumur 1-2 tahun atau seekor anak unta

jantan berumur 2-3 tahun. Jika jumlahnya 36 ekor sampai 45 ekor, maka

zakatnya seekor anak unta berumur 2-3 tahun. Jika jumlahnya 46-60 ekor

unta, maka zakatnya adalah seekor unta betina berumur 3-4 tahun.” (HR

Bukhari)

Jumlah zakat sapi adalah sebagaimana dijelaskan Nabi SAW :

“Sesungguhnya ketika Nabi SAW. Mengutusnya (Mu’adz) ke yaman.

Nabi memerintahkan untuk memungut zakat dari setiap 30 ekor sapi, seekor

anak sapi jantan atau betina yang masih muda, dan dari 40 ekor diambil

zakatnya seekor sapi yang telah berumur.” (HR Bukhari)

Jumlah zakat kambing adalah sebagaimana dijelaskan Nabi SAW :


“Jika (Seorang memiliki) kambing berjumlah 40-120 ekor, maka

zakatnya seekor kambing. Jika mencapai 121-200 ekor, maka zakatnya dua

ekor kambing. Jika mencapai 201-300 ekor, maka zakatnya tiga ekor

kambing.”  (HR Bukhari dari Anas r.a.)

b.    Emas Dan Perak

Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan

tambang elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan

mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan

perak sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh

karena syara' mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan

logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain.

Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang

berlaku pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk

penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga

lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan

nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.

Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa,

kendaraan, tanah, dll. Yang melebihi keperluan menurut syara' atau

dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di

uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal

tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.

Dalam hal ini, Rasulullah SAW. Bersabda :

“Jika engkau mempunyai duaratus dirham dan telah tersimpan satu

tahun, kamu wajib mengeluarkan zakatnya lima dirham. Engkau tidak wajib
mengeluarkan zakatnya hingga engku memiliki duapuluh dinar dan telah

tersimpan selama satu tahun, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak

setengah dinar. Jika lebih dari itu maka perhitungkanlah kadarnya. Tidak ada

kewajiban zakat atas harta kekayaan, kecuali telah tersimpan satu

tahun.”  (HR Abu Daud dari Ali r.a.)

c.     Harta Perniagaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-

belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian,

makanan, perhiasan, dll. Hal ini tidak termasuk yang masih dipakai dan alat-

alat keperluan perniagaan yang tidak diperjualbelikan. Perniagaan tersebut di

usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti CV, PT, Koperasi, dan

lain sebagainya. Lebih detail hal ini telah diungkapkan dalam sabda Nabi

SAW, berikut ini :

“Sesungguhnya Rasulullah SAW. Menyuruh kita untuk mengeluarkan

zakat atas sesuatu yang dipersiapkan untuk dijual.”

                        Hadis ini tidak mensyaratkan adanya syarat tertentu, baik

menyangkut jenis, nisab, haul, dan kadar kewajibannya. Oleh sebab itu para

ulama menyamakan permasalahan zakat perniagaan sebagai komoditas

perdagangan dengan emas dan perak.

d.    Hasil Pertanian

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang

bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan,

tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll. Lebih detainya lagi akan

terungkap dalam ayat berikut ini :


Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah,

dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya (dengan disedekahkan

kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang yan berlebih-lebihan. (QS Al-An’am : 141)

Berdasarkan ayat ini, maka saat jatuh tempo hasil pertanian adalah pada

saat panen.

Dalam hal ini Nabi SAW. Menegaskan bahwa jenis buah-buahan yang

dikenakan zakat terdiri dari empat macam

“Janganlah kalian pungut zakatnya, kecuali dari empat jenis, yaitu :

gandum, kedelai, anggur dan kurma.” (HR Thabrani dan Hakim)

Menyangkut nisab buah-buahan, Nabi SAW. Menjelaskannya sebagai

berikut:

“Tiada zakat pada buah-buahan dan biji-bijian yang kurang dari lima

wasaq.”      (HR Bukhari dan Muslim)

Sedangkan kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah sebagaimana

yang dijelaskan Nabi SAW. Dalam hadis berikut :

“Pada hasil pertanian yang diairi hujan atau mata air, zakatnya

adalah sepersepuluh, sedangkn yang diari dengan kincir, zkatnya

seperduapuluh.”  (HR Bukhari, Ahmad dan Ahlu Sunan)

e.     Ma’din (Hasil Tambang)

Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam

perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga,

marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala
sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan, dll. Hal ini

terdapat dalam hadis berikut :

“Sesungguhnya Rasulullah SAW. Memungut zakat dari barang tambang. (HR

Abu Daud)

Hadis ini juga tidak menyebutkan persyaratan tertentu, baik

menyangkut nisab, haul maupun kadar yang harus dikeluarkan. Oleh sebab itu,

diantara para ulama ada yang menyamakan permasalahannya dengan kekayaan

emas dan perak dan ada pula yang menyamakannya dengan harta rikaz.

f.     Rikaz

Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut

dengan harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada

yang mengaku sebagai pemiliknya. Lebih detailnya Rasulullah SAW bersabda

“Zakat atas harta rikaz adalah seperlima.” (Muttafaq ‘Alaih)

 Hadis ini juga tidak menyebutkan adanya ketentuan-ketentuan, baik

menyangkut nisab maupun haulnya

g.    Profesi, Saham, Benda-Benda Produktif

Selain harta di atas gaji dari profesi seseorang, saham, dan benda-benda

produktif (yang menghasilkan uang) jika sudah mencapai nishab maka wajib

dizakati. Berikut adalah rinciannya:

4.    Mustahik zakat Mal

Mustahik zakat mal ada 8 golongan sebagaimana tercantum dalam al-

Qur’an Surat At-Taubah [9] ayat 60:


Artinya:

“Hanya sedekah-sedekah itu (zakat) diberikan kepada fakir miskin,

orang yang bekerja mengurus zakat (amil), orang-orang yang hatinya mulai

terpau dengan islam (muallaf), budak-budak, orang-orang yang berhutang,

orang-orang yang di jalan Allah, serta kepada orang-orang yang dalam

perjalanan.” (Q.S At-Taubah :60)

Dari ayat di atas sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang berhak

menerima zakat mal terdiri dari delapan golongan, yaitu:

a.    Fakir

b.    Miskin

c.    Amil, panitia yang mengurusi penerimaan dan pembagian zakat

d.   Mualaf, orang yang baru masuk Islam

e.    Hamba sahaya atau budak

f.     Gharim, orang-orang yang terlilit utang tapi untuk kemaslahatan

g.    Sabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah

h.    Ibn Sabil, Orang yang dalam perjalanan namun kehabisan bekal.

5.    Akibat Orang yang Tidak Mengeluarkan Zakat Mal

a.    Hartanya tidak suci

b.    Hartanya tidak berkah


c.    Tergolong kufur nikmat

d.   Tertanam jiwa kikir/bakhil.

6.    Hikmah Zakat Mal

Di antara hikmah zakat mal yaitu:

a.    Sebagai rasa syukur kepada allah atas nikmat yang telah diberikannya.

b.    Dapat meringankan beban fakir miskin dan mustahik zakat yang lainnya,

sehingga dapat hidup lebih layak

c.    Dapat menjadil hubungan kasih sayang antara si kaya dengan si miskin

d.   Dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam secara umum. 


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, adapun kesimpulan pada makalah ini,

yaitu sebagai berikut :

1. Zakat fitrah adalah zakat terhadap jiwa yag wajib dikeluarkan oleh setiap

muslim untuk memberishkan drinya atau keluarganya yang menjadi

tanggunannya pada hari raya Idul Fitri. 

2. Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali

sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan

menyimpannyaMenurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat

dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan)

menurut ghalibnya (lazim).

B. Saran

Penyusun mengakui dan menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini

masih terdapat kekurangan  yang tidak lain adalah dari keterbatasan penyusun.

Untuk itu, penyusun berharap kepada para pembaca makalah ini bila di dalam

makalah ini masih terdapat kekurangan dimohon untuk memberikan masukan,

kritik, dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi masukan yang

berharga bagi penyusun dan menjadi lebih baik dalam menyelesaikan tugas-

tugas berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, 2003, Rahasia Puasa dan Zakat, cet 14; Bandung: Penerbit


Karisma.

Hassan Saleh, 2008, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada.

Ibrani, Darsono,2008. Penerapan Fikih untuk kelas VIII Madrasah Tsanawiah,


Solo: Tiga Serangkai.

M. Jawad Mughniyah, 2004, Fiqih Lima Madzhab, cet 12; Jakarta: Lentera.

M. Jawad Mughniyah, 2009,  Fiqih Imam Ja’far Shadiq, cet 5; Jakarta:


Lentera.    

Moh. Rifa’i, 1978, Fiqh Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Syamsul Rizal Hamid, 2006, 206 Petuah Rasulullah Saw. Seputar


Masalah Zakat & Puasa, Bogor: Cahaya Salam.

Anda mungkin juga menyukai