Anda di halaman 1dari 23

Praktek Musaqah dalam Masyarakat Sekitar

Fakultas Syariah dan Hukum Islam Program Studi Hukum Keluarga


Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap praktek
masyarakat Sekitar tentang system musaqah, yaitu dengan cara
mempekerjakan seseorang yang dapat dipercaya untuk menjaga, merawat,
menyiram dan lain sebagainya terhadap kebun dan ternak yang dimilikinya
dengan perjanjian bagi hasil sesuai dengan persentase yang ditetapkan oleh
kedua belah pihak. mengenai besaran persentase bagi hasil sesuai. Penelitian
ini memfocuskan kajiannya hanya dalam praktek musaqah di perkebunan.
Dalam tulisan ringkas ini penulis ingin menganalisa, Bagaimana seharusnya
musaqah dalam petunjuk nash, Bagaimana praktek musaqah masa nabi dan
sahabat, apakah praktek masyarakat tersebut sesuai dengan petunjuk
hadits?, baik dari segi syarat maupun rukun musaqah itu sendiri?. Pola
pencarian dalil yang penulis menggunakan metode Maudhu’I, dengan
mengumpulakan hadits-hadits tentang musaqah, dan menggunakan analisis
Ta’lili, untuk menjelaskan tentang praktek Nabi saw dalam musaqah, maka
salah satu pendekatan yang tidak boleh ditinggalkan adalah dari perspektif
historisnya, setelah mendapatkan format yang jelas, selanjutnya dirumuskan
dalam kesimpulan. Simpulan penelitian sebagai berikut: (1). Dasar Hukum
Musaqah, terkonsentrasi pada praktek Nabi saw, dalam pertanian di tanah
khaibar dengan seorang yahudi. (2), Dibenarkan memadukan Musaqah
dengan muzara’ah. (3), Dalam masyarakat Sekitar, Musaqah sering dikenal
dengan Mawah, prakteknya meliputi; kebun, sawah dan ternak, (4), Praktek
Musaqah dalam masyarakat Sekitar terutama Sekitar Utara telah sesuai
dengan konsep Hadits dan Pengembangan ekonomi Islam.

Kata Kunci; Praktek Musaqah; Perspektif Hadits.

A. Pendahuluan
Allah memerintahkan kepada manusia agar saling membantu
dan tolong menolong dalam kebaikan. Wujud tolong menolong ini
tidak hanya dalam bentuk memberikan sesuatu kepada orang yang
tidak mampu, tetapi juga bisa dalam bentuk memberikan lapangan
pekerjaan kepada mereka. Dalam usaha pertanian, tidak semua orang
memiliki kemampuan mengolah tanah dan mengelola lahan
perkebunan. Adakalanya seorang pemilik kebun juga tidak dapat
mengelola kebunnya karena adanya kesibukan lain sehingga kebunnya
itu menjadi terlantar. Tidak sedikit orang yang memiliki kemampuan
bertani tetapi tidak memiliki lahan pertanian.
Nanggroe Sekitar Darussalam merupakan daerah agraris,
masyarakat Sekitar pada umumnya berprofesi sebagai petani, baik
dikebun maupun di sawah, dari berbagai system pertanian yang
dilaksanakan oleh masyarakat, diantaranya dengan system musaqah,
yaitu dengan cara mempekerjakan seseorang yang dapat dipercaya
untuk menjaga, merawat, menyiram dan lain sebagainya terhadap
kebun dan ternak yang dimilikinya dengan perjanjian bagi hasil sesuai
dengan persentase yang ditetapkan oleh kedua belah pihak, praktek ini
sudah menjadi adat yang melekat dalam masyarat Sekitar. Dalam
tulisan ringkas ini penulis ingin menganalisa, apakah praktek tersebut
sesuai dengan hadits?, apa yang menjadi syarat dan rukun musaqah?.
Tujuan tulisan ini untuk memberikan penjelasan terhadap
praktek masyarakat berdasarkan petunjuk hadits. Pola pencarian dalil
yang penulis gunakan dengan menggunakan metode Maudhu’I,
dengan mengumpulakan hadits-hadits tentang musaqah, dengan
Praktek Musaqah dalam Masyarakat Sekitar Utara menggunakan
analisis Ta’lili, untuk menjelaskan tentang praktek Nabi saw dalam
musaqah, maka salah satu pendekatan yang tidak boleh ditinggalkan
adalah dari perspektif historisnya, setelah mendapatkan format
yang jelas, selanjutnya dirumuskan dalam kesimpulan.

B.
Pem
baha
san
.1
Penger
tian
Musaqah berasal dari kata Saqa, yang artinya, seseorang
yang bekerja mengurus,menyiram tanaman/ ke
orang lain. Dalam teks kitab
;mazhab Hanbali disebutkan
‫ ْمن‬Bِ‫َأ ِْْي‬، ‫ُ ُِِز ْت َسقىَنضْ حًا‬B ‫لح َجا‬ ْ ْ ‫ََُُّّأَهَأْ ِم َرها َ َو َك‬B‫ْقي ؛ِلنَُّه‬
ِ ‫نت َّال ْنخلُِب‬ ِ ‫لمساقَاةُ ُ( َمفاعَلٌِ ْمن َّالس‬
َ
َ ُ ‫ْا‬
، ‫ْ اِ ِآلبِر‬
َ
Pengertian musaqah , menurut istilah sebagaimana yang
dirumuskan oleh imam an-Nawawi dalam kitab Raudhah
adalah
(
Hanbali:
)405.11
‫ل‬BB‫ة عى‬BB‫قي والرتبي‬BB‫أن يعامل انسان انساانً عىل جشرة ليتعهدها ِبلس‬
‫أن ما رزق هلال تعاىل من المثرة يكون بيهنام وفيه‬
Artinya: Mempekerjakan seseorang manusia untuk
mengurus pohonnya dengan menyiram dan merawat
dan hasil yang di
rizkikan oleh Allah berupa buahnya di
bagikan berdua (Sesuai dengan
Perjanjian). (Maktabah Syamilah:198:2)

Pengertian yang sama juga didefinisikan oleh Syehk


Syihabuddin al- Qulyubi dalam kitabnya Qalyubi wa
umayra (Qalyubi wa Umayra: tt.60). Sedangkan
Abdurrahman al-Jaziry dalam kitabnya
Fiqh ‘ala Mazahil arba’ah ;memberikan definisi Musaqah adalah
Alimu
ddin 3

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017

Akad untuk pemeliharaan pohon kurma atau tanaman lainnya


dengan syarat-syarat tertentu (Abdurrahman Al-Jaziry: 1996.21)
Dari berbagai penjelasan definisi di atas dapatlah
disimpulkan bahwa Musaqah adalah; Suatu akad/kontrak antara
pemilik kebun dengan pekerja untuk mengurus, merawat
kebunnya dengan baik dan perolehan hasil dibagi bersama sesui
dengan kontrak kerja.

2. Dasar Hukum
Dasar hukum musaqah, banyak ditemukan dalam hadits
dengan berbagai macam redaksi tentang praktek yang dilakukan
oleh Nabi saw juga diteruskan oleh para sahabat seperti Umar Ibn
Khattab dalam musaqah tanah khaibar, penulis belum
menemukan praktek musaqah yang dilakukan oleh Nabi saw selain
tanah khaibar. Pernyataan tersebut lebih jelas jika diperhatikan sumber-
sumber berikut;
َّ َِ َّ ِ َ َُ
‫ب‬ ‫ل‬
َ ََ َّ َ ََُُّّ َ َّ َّ ََُُ َ ِ ََْْ
‫هيل‬ ‫لى‬
َْ
َ‫ََْ لماَع يَخ‬B‫ضر نأ { امنهْع لاَّل لاَّل لوسر ص لاَّل ع سو لهأ‬ ِ ‫ع‬ ُ ‫نع نبا ر‬
ْ ََ ْ ََُُ َ َ َ ْ
ِ
ِ ْ
.
‫هيلع‬ ‫تم‬َ ‫ف‬ٌ ‫ق‬ } ‫ام‬ َ
‫ي‬ B
َْ َْ ‫جر‬ ‫ْم‬ ‫ه‬‫ان‬ ‫نم‬ ‫ث‬ ‫م‬‫ر‬ َ ‫وأ‬ ‫عرز‬
َ ‫ِشب‬Bََِ ‫رط‬
ََْْ َُّ ٍ َْْ•ٍٍََََْْْ َ ُ َ ِ

Artinya: Dari Ibn Umar Radhiallahu’anhuma,


Sesungguhnya Rasulullah saw, mempekerjakan
penduduk khaibar untuk menggarap tanah, dengan
bagian setengah dari hasilnya untuk penggarap
baik dari buahnya maupun tanamannya, (HR.
Muttafaqun ‘alaih).

Berdasarkan dalil-dalil di atas, jumhur ulama sepakat atas


kebolehan melakukan akad musaqah kecuali Abu Hanifah yang
tidak memperbolehkannya. Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa

4 Praktek Musaqah dalam


Masyarakat Sekitar Utara

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017 5

perkara musaqah tersebut benar adanya dan sudah dikenal oelh


ummat Islam. Rasulullah SAW mempraktekkan musaqah hingga
wafat, kemudian diteruskan oleh khulafaur Rasyidin hingga
mereka wafat, kemudian dilanjutkan oleh keluarga mereka; tidak
seorang pun dari Ahlul Bait yang ada di Madinah kecuali
mengamalkannya. Isteri-isteri Nabi juga mengamalkannya
sepeninggal beliau. Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa:
pembagian hasil dengan para penggarap dibenarkan mengambil
hasil sampai lima puluh persen dari hasil garapannya namun
berdasarkan persetujuan dari kedua belah pihak. Dalam
keterangan tersebut dapat dipahami bahwa penggarap tidak
harus dari orang Islam, boleh juga digarap oleh selain orang
muslim namun tetap berdasarkan perjanjian kontrak. Dalam
;kitab Subulussalam ( Maktabah Syamilah:309.4) di terangkan
ُ ‫قال لُهم‬ َ َ‫ ََف‬، ‫ِ يقُ َر ِهبا َعىأَل ن ي ُكْفوه َََُعلهََ ا ولهُمِنصُف التمر‬‫ألوهَأن‬ ُ ٍ ‫و{ف‬
‫ َ ف َس‬: ‫رواية‬
‫رسول‬ ِ
ُ َِّْ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ُْ َِ
َْ َْ َ َّ َ َ َ
ُ ِ
َُ ُ َ ِْ َِ َ ِْ َّ َ َّ ِ
َ َُ ْ ْ َّ َ ُّ َ َ َ َ ُّ ‫َّل‬ َ َ َْ َُّ َ َّ
، ‫ََ فقروا ِبا‬ :
‫َ أ َجلَه ُعر ِرض‬ ‫اَّلل صىل اَّ ْللعليه وس نُقرُك ِِ با عىل ِذ َل ما شئنا حَّت‬
َ َِ َِّ َ َّ ِ َ ِ ِ ‫َّ اَّل َ ْع‬
‫ْل‬Bََْ ‫عليه وسَّل َدفَع اىل َيُود َخَ يَن‬
‫َب‬ ‫ { َّأن رسول َّاَّلَ ُلصىل َخَ يََب‬: ‫ولمسَّل‬.‫ُل نُه َّاَّ}لل‬
ْ ْ َ ََ ْ َُ ٍ ْ َُ
َ ِ ُ
ْ ِ ِ َ
‫َ} شطر َثم َرها‬ ، ‫م‬ ‫ه‬‫أموال‬
ِ ‫من َولهُم‬ ‫ضهََاا عىل َأن‬
َ ‫َوأر‬
‫يعتملو‬
َِ ُ َْْ َْ ََْ ْ َ َْ
perjanjian dalam dipahami dapat yang hal Beberapa
musaqah yaitu; Pihak penggarap wajib melakukan semua yang
harus dilakukan dalam merawat lahan perkebunan tersebut, seperti
menyirami, membersihkan rumput dan lain-lain sesuai adat
kebiasaan yang berlaku yang biasanya harus dilakukan oleh
pengelola. Kewajiban pihak penggarap disesuaikan dengan adat
kebiasaan yang berlaku di daerah di mana musaqah tersebut

5
Alimuddin
Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
No. 1 Vol. 2
2017

dilakukan. Perjanjian antara kedua belah pihak tentang kewajiban


,penggarap harus didasarkan pada kebiasaan yang berlaku
tentunya yang tidak bertentangan dengan Islam.
Penggarap tidak boleh mewakilkan tugasnya kepada
orang lain, maka musaqah menjadi batal (Mazhab Hanafi).
Sementara menurut Imam Malik, jika halangan itu terjadi pada
saat mendekati masa panen, maka penggarap wajib menyewa
orang lain untuk menggantikan tugasnya orang sewaan ini
dibayar oleh penggarap sesuai kesepakatannya dengan orang
;tersebut. Dalam hadis lain disebutkan sebagai berikut
‫ عن ابن‬، ‫ عن انفع‬، ‫ أخَ بين أسامة بن زيد اللييث‬: ‫ أنبأان ابن وهب قال‬: ‫حدثنا يونس قال‬

‫ىل هلال‬BB‫ول هلال ص‬BB‫ألت َيود رس‬BB‫ مال فتحت خيَب س‬: ‫ال‬BB‫ام ق‬BB‫ُ عر ِرض هلال عهن‬

‫ثر‬BB‫ا من الم‬BB‫رج مهن‬BB‫ا خ‬BB‫ف مم‬BB‫ل النص‬BB‫وا عى‬BB‫ل أن يعمل‬BB‫ا عى‬BB‫ره فهي‬B
َ B‫عليه وسَّل أن يق‬

» ‫ئنا‬BB‫ « أقرُك فهيا عىل ِذل ما ش‬: ‫ فقال رسول هلال صىل هلال عليه وسَّل‬، ‫والزرع‬

َّ ‫ه‬BB‫ىل هلال علي‬BB‫ فاكنوا فهيا ك ِذل عىل عهد رسول هلال ص‬،
‫ة‬BB‫ر وطائف‬BB‫ل وأيب بك‬B‫وس‬

‫ول هلال‬B‫ذ رس‬B‫ فاكن المثر يقسم عىل السهامن من نصف خيَب ويأ خ‬، ‫من امارة ُعر‬

‫صىل هلال عليه وسَّل امخلس‬

Sumber diatas menjelaskan bahwa; praktek nabi pernah


mempekerjakan penduduk khaibar untuk mengurus kebunnya,
sedangkan hasil yang diperoleh sebagiannya untuk Nabi saw(1/5)
,dan sebagian lain untuk pengurus/penjaga. Musaqah
.berlanjut sampai pemerintahan khalifah umar Ibn Khattab
ُ ْ َ َِ ِ ْ ِ ْ ِ ِ َ ِ ِْ
َ َ َُ َ ٌ ُ
‫َ دليل عىل المساقاة والمزارعة ُوهو قول‬
‫عليه ال َسلم وأيب بكر ُوعر‬ ‫ِعل‬ َّ‫الحديث ِصة‬
َ َ ٍ َُِ َّ ْ َ ٍ َ ْ ََ َََ َُ َُ َ َ
َ ‫ي‬
ٍ ِ ُُّ َ ِ َ ِِ ْ ِ َُ ِ َ
‫دةًة‬ َ ِ‫ْجت َم َع ْت َوتُو ُز ك ُ ْمنَف‬Bََْ ‫نيم‬
‫واح َرد‬ ُ
ِ ‫ما َتُوزَ ا ِن‬ ‫َُُخ ْزيمة وسائِر فقهَاء‬Bَ ُ‫يدثنبِيََّا َّنن‬ Bَ‫َو َْْأ‬
‫الم َح َحد وا‬
َ َ َ ُ ََ َ َْ َ
ِ ْ ْ َ ِ َْ َْ ِ ِ ْ
‫ُم َستمرون َعىل العم ِل‬. ‫عة‬ ‫عصار‬ ْ ْ
‫والمسلمون ِف اِل ِرمصا ِواِل‬
ِ ‫بلمزا َر‬ ‫َجيع‬
ُ
ََُ ََ َ ُّ ْ َ َ َ ِ َ ُ َْ

Praktek Musaqah dalam 6


Masyarakat Sekitar Utara

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017 7

Hadits sebagai dalil dibolehkannya menggabungkan


antara musaqah dan muzara’ah merupakan pendapat
Ali, Abubakar, ‘Umar, Ahmad, Ibn Huzaimah, dan
seluruh pukaha’ dikalangan muhadditsin, juga boleh
dilakukan secara terpisah, berdasarkan
.keterangan inilah muzara’ah dilakukan
َ ْ ِ ْ ِ ِْ ِ َ ِِ ُ
ََ ً َ َ ٌ ْ َ
‫مجه َُو‬ َ
‫َ كن‬ ‫المساقا‬ ‫َ دلي‬ ‫وق ُو‬
‫ وقال‬، ‫ت الَُّمدة ل‬ ْ ‫ وان‬، ‫والمزار‬ ‫عة‬ ‫عى ةَِّ ص ة‬‫ل‬ ‫ل ما شئنا ل‬
ْ َ َْ َ َ َ َ
َ ُ َ َ َُ َُ َْ
ِ َ ْ
ِْ ‫َلَ " ام‬
" ‫شئنا‬ ْ
‫وتأولوا ق ُو‬ ََ ‫لجا‬
ُ ََّ ِ َْ ُ ٍ‫والمزارَاََُّ ل ِف َّمدة ة‬
ِ‫معلومٍ َرة َك‬ ُْ ‫المساقاةُ ََعة‬
ْ َُ َ ‫الجمهُْورَُل َتُوز‬
َ َ َ َْ ُ َ َُ ُ
ِ
َّ ِ ِْ َ ْ ُ ُ ِْ َْ ْ ِْ‫ي‬ ْ ِ ِْ َ
َ َ ُِ ََّ َ ‫َُ ْ ُ ِ ب‬ َُ ََّ َ ُ َ
ُ‫اذا ش ئنا ِلنَّه‬ ‫ِِ ف‬ ‫نُمكنُ من‬ ‫عى َّ مدة العهْد وأن‬
ْ
‫ما شئنا ُث َنرجُك صىل‬ ‫ك المقا َم خَ َي‬ ‫ل المرا َد‬
َ ْ َ ِِ ْ ِِ ْ َ َ َّ َِ
َ
َّ َ َِ ْ ُ َ ًِ َ َ ‫ّل‬ َ َُّ
‫وأم المساقا‬ ‫من العر وفيه‬ ‫َ كن عازما عىل راج و‬ ‫عليه‬
ُ‫ ا ة‬، ‫ب َنظر‬ ِ ‫الهي د جزيرة‬ َ ْ
‫اخ‬ ‫اَّلل وس‬
َُ ٌَ ََ َ َِ ََ ْ
َ ُ َّ ََ َ ٌِ ُ ‫َ فان َّم َد‬
‫ َوقال‬، ‫ابنوز اَل بِأَجل معلوم‬ُ‫أَّ ا َل َ ت‬ ‫عىلد اتَّفَُقوا‬
‫ َو ْق‬، ‫ةمعلوم َِّاجالراٌة‬ ‫ا‬
َ
ُْ َ ٍ َْ ٍ َ ُ‫ّن‬ َ َ َ َ َّ ‫ت َْ َ ن‬ َ ُ َّ
ِ
ِ ِْ ٍِ ِِ ِ ْ ِ َْ ِ ِ ِِ ْ ِ ْ
‫ب‬
‫من الَّل َغ من‬ ‫ُ زء‬ ‫والمزارعة المساقَاة‬
‫ِف قصة خَ َي ٌَل دلي عىل جواز‬: ‫المعادف زاد‬ ِ ‫الَقِّي‬
ْ ْ ْ َ َ ََِ ‫َب‬ َّ َ َ‫ي‬
َ ََُُ َْ َ ِ
‫ْل‬Bََْ ‫عامل َأه‬
َ ‫زرع‬ ‫أو‬ َ ‫َث‬
َ َ َ ‫خَي‬
َ َّ َِ َّ ُ‫مر فانَّه‬
َِ َِ
‫عىل ِذ َل واس تمر عىل ِذ َل اىل‬ ‫عليه‬
‫صىل اَّلل وس‬
َ َْ َ‫ب‬ َ ََ ‫ل‬ َّ َ َُّ َ َ ٍ
َّ َ ْ ََ ْ ٍِ ْ َْ
ِ ِ ْ ِ
‫(مشكل اآلثار للطحاوي‬ ‫ينُع ُسلْخ َألبتة واس تمر هَ ُخلفائ َعليه‬
‫الراشدين‬ َ‫حني وفاته‬ ِ ‫ولم‬
َ ِِ َِ ََ َ ْ َ ِ ِ
ْ َّ َّ َ َّ َ ْ ََ
ََ ْ ُ
171)‫ص‬6/ ‫ )ج‬-
Dalam syarah di atas ditegaskan bahwa musaqah dan
muzara’ah dapat digabungkan dalam satu kebun
dengan sebagian dikerjakan dengan musaqah dan
sebagiannya dikerjakan dengan muzara’ah , selain itu
pula, musaqah dapat dilakukan tanpa harus dibatasi
dengan waktu tertentu, karena hak untuk melanjutkan
dan memutuskan kontrak ada pada pihak pemilik
tanah. Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat
dikalangan ulama, Jumhur ulama berpendapat bahwa
musaqah dan muzara’ah harus ditentukan waktunya
sama dengan praktek
.ijarah, bila tidak maka tidak sah
Alimu
ddin 7

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
No. 1 Vol. 2
2017

Imam Daud berpendapat bahwa yang boleh di musaqah


adalah kurma, Syafi’I, yang boleh di musaqah adalah kurma dan
anggur, ini merupakan pendapat jadidnya sedangkan pendapat
qadim tidak membatasi pada dua hal saja. Hanafiah, semua
pohon yang memiliki akar ke perut bumi, Malik, musaqah
dibolehkan untuk semua pohon yang memiliki akar kuat. (Hendi
Suhendi: 2007.149 ). sedangkan Imam Hanbali dalam
berpendapat bahwa musaqah dibenarkan untuk semua pohon yang
buahnya dapat dimakan. Dalam teks kitab mazhab Hanbali
;disebutkan

َ ‫المساقا‬
َ ‫أرض وج‬
‫مأكولر (ُلٌَ َثمر‬
‫ش‬ ْ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ه‬ُ ‫ت‬‫ق‬ َّ
‫ش‬ َ ‫م‬ ‫ك‬ُ ‫وت‬ ‫أمره‬ ‫م‬ ُ ‫ظ‬ ‫َفيع‬ : ُ
ٍ ٍ ‫ع‬
َ ‫ف‬
ُْ ‫َد‬ ) ِ ِ ُ ‫َُ ث‬ َ َ ُْ ْ َُ‫ة‬
‫كشاف‬
‫َ ُْ ٌ القناع‬ ْ ْ
َ َ ََ َ ُ ُ َ َ
11 :405( . ‫عن متن اإلقناع‬
Hasil penelusuran terhadsap beberapa ,sumber
ditemukan beberapa perbedaan pendapat mengenai musaqah
dikalangan para ulama, sebagaimana penjelasan dari kitab
Bidayatul mujtahid, karangan Ibn Rusyd, dalam teksnya
;sebagaiberikut
‫ َل تكون املساقاة اَل ِف النخيل فقط وقال الشافعي‬: ‫واختلفوا ِف حمل املساقاة فقال داود‬
‫ني‬BB‫ان والت‬BB‫ل اثبت َكلرم‬BB‫ َتوز ِف ُك أص‬: ‫ِف النخل والكرم فقط وقال ماِل‬ :

‫ة‬BB‫ري الثابت‬BB‫ول غ‬BB‫ون ِف اِلص‬BB‫ورة وتك‬BB‫ري رض‬BB‫ه ِذل من غ‬BB‫ا أش ب‬BB‫ون وم‬BB‫والزيت‬

‫َكملقائث والبطيخ مع جعز صاحهبا عهنا وك ِذل الزرع َول َتوز ِف يشء من البقول‬

‫دة من‬BB‫ل فعم‬BB‫ل أن تس تغ‬BB‫ه اذا نبتت قب‬BB‫ا في‬BB‫ه أجازه‬BB‫ار فان‬BB‫ع اَل ابن دين‬BB‫د امجلي‬BB‫عن‬

‫ة‬BB‫قرصه عىل النخل أَّنا رخصة فوجب أن َل يتعدى ِبا حملها اذلي جاءت فيه الس ن‬

)Ibnu Rusyd - 1022:1(

Praktek Musaqah dalam 8


Masyarakat Sekitar Utara

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017 9

Teks di atas menjelaskan bahwa; Dikalangan


para ulama terjadi perbedaan pendapat menyangkut
dengan jenis tanaman yang boleh dilakukan musaqah,
Imam Daud berpendapat bahwa; Musaqah hanya
boleh dilakukan terhadap tanaman kurma, Imam
Syafi’I berpendapat; yang boleh dimusaqah adalah;
kurma dan anggur saja, sedangkan Imam Malik,
memperbolehkan terhadap beberapa tanaman dengan
syarat, memilki akar kuat ke tanah, seperti; delima, at-
tin, zaitun, dan jenis lainnya yang serupa.
Perbedaan pendapat ini dilandasi kepada
metode pemahaman nash yan didapatkannya, Imam
Daud dalam berpendapat melihat kepada zahir nash
dan praktek Rasulullah saw, Imam Syafi menempuh
metode bayani dan qiyas sedangkan Imam Malik
melihat kepada Ta’lili/ Burhani.
Penulis melihat bahwa; praktek Rasulullah
dalam melakukan musaqah di tanah khaibar
menunjukkan bahwa, musaqah merupakan suatu
konsep yang baik untuk diterapkan dikalangan muslim
dalam rangka menggerakkan roda perekonomian
dalam masyarakat dan hukumnya mubah bahkan
menjadi sunnat bila bertujuan membantu masyarakat
miskin dalam memenuhi kebutuhsn hidupnya dengan
system musaqah, praktek Rasulullah saw, merupakan
contoh juga sebagai landasan teori untuk berpendapat,
namun menyangkut dengan jenis tanaman tergantung
kepada daerah masing-masing, Rasul saw tidak
membatasi kepada jenis tertentu yang boleh di
musaqah.

Alimuddin 9

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017

3. Syarat dan Rukun Musaqah


a. Syarat
Setiap pekerjaan dalam muamalah agama mensyaratkan
adanya perjanjian/ kontrak yang jelas, apabila pekerjaan tersebut
dilakukan dalam masa waktu yang lama, ketentuan ini untuk
mengindari percekcokan di masa yang akan datang antara kedua belah
pihak, ketentuan ini dapat dipahami berdasarkan perintah al-Quran:2:
282.
Dalam perjanjian musaqah juga sangat dibutuhkan adanya
persyaratan-persyaratan sebagai berikut yaitu;
1. Kedua belah pihak yang melakukan transaksi harus orang
yang memiliki kecakapan hukum, (balig dan berakal, tidak
dibawah pengampuan, milik sendiri).
2. Obyek musaqah itu harus terdiri dari jenis tumbuhan yang
berbuah dan menghasilkan tidak harus terhadap pohon yang
memiliki akar kuat.
3. Lahan garapan diserahkan sepenuhnya kepada pihak
penggarap setelah jelas akadnya.
4. Pemilik tanah (lahan) diharapkan tidak ikut campurtangan.
5. Hasil garapan waktu panen merupakan hak bersama, sesui
dengan kesepakatan yang dibuat.
6. Memuat masa penggarapan secara jelas agar tidak terjadi
sengketa dikemuadian hari.(lihat. Haroen: 2007.284)

b. Rukun
Selain beberapa syarat yang telah disebutkan sebelumnhya,

10 Praktek Musaqah dalam


Masyarakat Sekitar Utara

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017 11

dalam musaqah juga memiliki rukun yang harus dipatuhi


sebagaimana perbuatan lainnya, Jumhur ulama sepakat bahwa yang
menjadi rukun musaqah adalah;
Sighat Ijab Qabul (persetujuan)
1. Dua pihak Pelaku aqad
2. Adanya Kebun dan tanaman yang di musaqah
3. Jelas pembagian hasil
Menurut ulama Hanafiyah adalah pohon-pohon yang berbuah,
seperti kurma. Menurut ulama Malikiyah adalah tumbuhan seperti
kacang, pohon yang berbuah dan memiliki akar yang tetap di tanah,
seperti anggur, kurma yang berbuah, dan lainnya dengan dua syarat:
a). Akad dilakukan sebelum buah tampak dan dapat diperjualbelikan.
b). Akad ditentukan dengan waktu tertentu. (Masjupri: 2013. 203).
Sebahagian ulama lainnya berpendapat; akad musaqah berakhir
apabila waktu yang disepakati dalam akad telah berakhir atau salah
satu pihak meninggal dunia, juga apabila penggarap atau salah satu
pihak tidak dapat melanjutkan perjanjian yang telah disepakati.
(Rahman, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq: 2012.112)
Sedangkan Dalam mazhab Syafi’I, menambah rukunnya satu lagi yaitu;
ditetapkannya masa kerja, namun penulis disini tidak memasukkannya sebagai
rukun, karena dalam hadits, Rasulullah saw, tidak membatasi waktunya,
kesimpulan ini dipahami dari kalimat berikut;
َ ْ ِ ْ ِ ِْ ِ َ ِ ِ ُ
ً َ َ ٌ ْ َ
َ َُّ
‫َُّم ل ُوهجم‬B ‫ةد‬
‫ك ال‬ْ ، ‫ناو‬
َ ‫ةعرازمالو تَن‬ َِّ Bَّ
‫ةِص لىع ليل َد انئش‬ ُ
‫ام لوقو ةاقاسمال‬
ْ
َ ُ َْ َََُ َ َُ َ َ َ ْ
ِ
Penjelasan hadis tersebut dapat juga dipahami bahwa;

Alimuddin 11
Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017

musaqah dan muzaraah memiliki persamaan. Dalam kamus istilah


ekonomi muzara’ah ialah akad kerja sama pengelolaan pertanian
antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan
menyerahkan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan imbalan tertentu (nisbah) dari hasil panen yang
benihnya berasal dari pemilik lahan; pemilik tanah menyerahkan
sekaligus memberikan modal untuk mengelola tanah kepada pihak
lain. Sedangkan mukhabarah adalah pemilik tanah
menyerahkan kepada pihak orang yang mengelola tanah, tetapi
modalnya ditanggung oleh pengelola tanah dengan pembayaran 1/3
atau ¼ hasil panen. (Muhammad sholahuddin:2011.116)
Kerjasama dalam bentuk muzara’ah ini merupakan
kehendak dan keinginan kedua belah pihak, oleh karena itu harus
terjadi dalam suatu akad atau perjanjian, baik secara formal
dengan ucapan ijab dan qabul, maupun dengan cara lain yang
menunjukkan bahwa keduanya telah melakukan kerja
sama secara rela sama rela. Dapat dijelaskan
bahwa muzara’ah merupakan kerjasama antara pemilik tanah dan
penggarap tanah dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya
menurut kesepakatan bersama, sedangkan benih (bibit) tanaman
berasal dari pemilik tanah. Bila bibit disediakan sipekerja, maka
kerjasama ini disebut al-mukhabarah. Al-muzara’ah adalah kerja
sama pengolahan pertanian antar pemilik lahan dan penggarap,
dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si
penggarap untuk di tanami dan dipelihara dengan imbalan bagian
tertentu (persentase) dari hasil panen. (Muhammad
12 Praktek Musaqah dalam
Masyarakat Sekitar Utara

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017 13

syafi’i Antonio:2001.99). penjelasan yang sama juga


ditemukan dalam fiqh sunnah III.173
Penggarap sesuai dengan kontrak kerja yang telah
dibuat dan disetujui, berkewajiban untuk mengurus kebun
yang telah diamanahkan, meliputi; menyiram,
membersihkan, merawat, dan hal-hal lain yang dibutuhkan
oleh pohon, agar memiliki buahnya yang sempurna.
Apabila penggarap tidak melaksanakan sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati atau penggarap sakit dan
lainnya, apabila pemilik kebun tidak merestuinya maka
perjanjian musaqah itu batal dan pekerja tidak berhak atas
hasil yang diperolehnya. Begitu juga halnya apabila
pengarap meninggal dunia sedangkan kebun yang di
amanahkan belum panen maka penggarap tidak
memperoleh apapun dari hasil dikemudian hari dan ahli
warisnya tidak dapat menggugat, kecuali hanya sekedar
upah kerja yang dihadiahkan oleh pemilik kebun.
Dalam udzur disini para Ulama berbeda pendapat:
Ulama Malikiyah: bahwa al-musaqah adalah akad yang
boleh diwarisi, jika salah satunya meninggal dunia dan
tidak boleh dibatalkan hanya karena ada udzur dari pihak
petani. Ulama Syafi’iyah: bahwa akad al-musaqah tidak
boleh dibatalkan meskipun ada udzur, dan apabila petani
penggarap mempunyai halangan, maka wajib petani
penggarap itu menunjuk salah seorang untuk melanjutkan
pekerjaan itu. Ulama Hanabilah: bahwa akad al-musaqah
sama, yaitu akad yang tidak mengikat bagi kedua belah
pihak. Maka dari itu masing-masing pihak boleh
membatalkan akad itu. Jika pembatalan itu dilakukan
setelah pohon berbuah, dan buah itu dibagi dua antara
pemilik dan penggarap sesuai dengan kesepakatan yang
telah ada.

Alimuddin 13

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017

4. Praktek Musaqah dalam masyarakat Sekitar


Dalam masyarakat Sekitar kususnya masyarakat Sekitar utara,
praktek musaqah, sudah menjadi suatu yang sering dilakukan oleh
para petani dalam pengelolaan kebunnya, terutama para pemilik yang
tidak sempat mengontrol lahannya baik karena sibuk, jauh tempat
tinggal maupun alasan lainnya. Bila kondisi itu terjadi maka pemilik
kebun menyerahkan perawatan kebunya kepada pekerja untuk dijaga
dan dirawat sesuai keperluan dengan tujuan memperoleh hasil yang
diinginkan, dari hasil tersebut dibagi sesuai dengan perjanjian
sebelumnya. Kebiasaan persentase pembagian yang ditempuh adalah;
50% untuk pengelola dan 50% untuk pemilik, namun ada juga yang
membaginya, 40% Untuk pengelola dan 60% untuk pemilik kebun.
Praktek ini pada umumnya dilakukan secara lisan dan tidak
menempuh jalur formal atau catatan notaris, lahan yang sering
dipekerjakan meliputi; sawit, pinang, coklat, rambutan, dan lainnya,
dalam memilih calon pengelola, biasanya melalui kekerabatan, kepala
desa atau informasi lain dari masyarakat mengenai karakter pengelola,
pemilihan criteria ini relative menurut pertimbangan masing-masing.
Sebagai penjelasan tambahan, selain dari kebun, praktek
musaqah dalam masyarakat Sekitar(Khususnya Sekitar Utara), juga di
praktekkan dalam mawah (Bahasa Sekitar), terhadap ternak,
lembu,kambing, kerbau, ayam, bebek dan lainnya. Untuk kasus ternak
ini pembagian dilakukan dengan menyerahkan ternak betina,

14 Praktek Musaqah dalam


Masyarakat Sekitar Utara

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017 15

ketika telah memiliki anaknya maka untuk pemelihara


diberikan satu kaki untuk setiap lahir anak, maka apabila
ternak telah melahirkan 4 anak maka hak pemelihara
menjadi satu ternak secara utuh.
Ketika musaqah ini berakhir maka induk ternak
dikembalikan kepada pemilik dasar. Bila terjadi penjualan
anak ternak tersebut maka diberikan harganya
sebagaimana jatah yang diterimanya oleh si pemelihara.
Praktek musaqah dengan ternak sudah di praktekkan pada
masa Rasulullah saw, oleh Ali Ibn Abi Thalib ketika
memberikan unta zakat kepada seorang wanita miskin.
Berdasarkan dalil dan praktek Nabi saw, yang
dapat diukur melalui hadits sebelumnya, bahwa praktek
masyarakat Sekitar dalam system Musaqah, tidak
menyimpang dengan ketentuan Nash (sesuai dengan
Hukum Islam) dengan kata lain, Adat masyarakat Sekitar
dalam Musaqah telah melanjutkan pola ekonomi Islam
sebagaimana dipelopori oleh Nabi saw.
Penulis melihat bahwa pola ini sangat mendukung
terhadap perkembangan ekonomi masyarakat dan menjalin
sikap tolong-menolong, membantu untuk meringankan
beban saudaranya yang lain serta menciptakan lapangan
kerja bagii masyarakat, berfungsi pula dalam mengatasi
pengangguran yang berakibat kepada perampokan,
pencurian sehingga meresahkan masyarakat. Usaha dan
pola pertanian, adat seperti ini perlu untuk diberdayakan
dan ditumbuh kembangkan dalam masyarakat Sekitar
karena system ini dapat mendatangkan hikmah yang
sangat besar bagi masyarakat, dimana mereka saling
tolong menolong dalam kehidupan sosial, yang lemah
dapat tebantu oleh kelompok yang kaya, sebaliknya yang
kayapun tertolong dengan adanya penggarap tanah yang

Alimuddin 15

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017
dimilikinya. Perintah ini merupakan anjuran agama sebgaimana yang
terdapat dalam al-Quran surat al-ashri, dengan kalimat watawasau bil
haqqi,watawasau bissabri. Selain itu juga terwujudnya kerja sama
yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak dalam hal.
Terjalinnya silaturrahmi sesame menghilangkan jurang pemisah antara
orang kaya dengan orang miskin. Dapat membantu menyediakan
lapangan pekerjaan kepada orang yang tidak memiliki lahan.
terjadinya pemerataan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

C. Kesimpulan/ Penutup
1. Dasar Hukum Musaqah, terkonsentrasi pada praktek Nabi saw,
dalam pertanian di tanah khaibar dengan seorang yahudi.
2. Dibenarkan memadukan Musaqah dengan muzara’ah.
3. Dalam masyarakat Sekitar, Musaqah sering dikenal dengan
Mawah, prakteknya meliputi; kebun dan ternak
4. Praktek Musaqah dalam masyarakat Sekitar terutama Sekitar
Utara sesuai dengan konsep Hadits dan Pengembangan
ekonomi Islam.

DAFTAR PUSTAKA
A. Rahman I. Doi. Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah
(Syariah), Jakarta: Raja Grafondo Persada, 2002
Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedi Hukum Islam, Ichtiar baru Van
Hoeve, Jakarta,1996
Abdul Wahhab Khallaf. Kaidah-kaidah Hukum Islam, Rajawali
Press,

16 Praktek Musaqah dalam


Masyarakat Sekitar Utara
Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017 17

Jakarta: 2002
Abdurrahman Al-Jaziry, Fiqh ala Mazahibil arba’ah, 1996
Abudrrahman al-Jarizi. al-Fiqhu ‘ala Madhahibi al-Arba ‘ah, Juz IV,
Cet
III. al-Maktabah al-Tijariyyah al-Kubra, Mesir: 578H
Ahmad Ar-Rasaini Muhammad Jamal Barut, al-Ijtihad an-Nash, al-
Waqi, al-
Alaiddin. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, Raja Grafindo Persada
Jakarta:
2004
Al-Buwayti. Muhadarati fi al-Fiqh al-Muqarin, Dar al-Fikr, al-
Mu’assir, Bairut:1993
Al-San’ani. Subulu-al-Salam, Juz III, al-Babi al-Halabi, Mesir:
tt) Azhariah, 1972
Busthanul Arifin. Azas-azas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam
Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Gaya Media Pratama,
Jakarta: 2001
CD maktabah Syamilah, )171 ‫ يواحطلل راثآلا لكشم‬- (‫ ج‬6 / ‫ص‬
………………, 1022 )‫ دهتجمال ةيادب‬- (‫ ج‬1 / ‫ص‬
………………, Qalyubi wa Umayra
Depag RI, Al- Qur’an dan Terjamahannya, Bandung: Gema Insani
Press, 1992
Elsi Kartina Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta:
Graasindo, 2007
Faisal bin Abdul Aziz, Bustanul Akhbar Mukhtasur Nailul Autar,
jilid.II, Terj: Muammal Hamidi, dkk, Surabaya: Bina Ilmu,
1993
Fiqh Mazhab Hanbali, 405 ‫انقال فاشك‬BB‫ع ع‬BB‫انقإلا نتم ن‬BB‫ ع‬- (‫ ج‬11 / ‫ص‬
Hasan.al-Turagi. Fiqih Demokratis, Arasy Mizan, Bandung:
2003

Alimuddin 17

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017

Hasbi Ash Shiddeqy. Pengantar Hukum Islam, Jilid I. Bulan


Bintang:
1980
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada 2007.
____________. Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Pres 2003
Ikhtiar Baru Van Houve. Ensklopedi Hukum Islam, cet .I,
Jakarta:
Ikhtiar Baru
Imam Ahmad Ibn Hanbal. Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal, Juz 1
Dar al-Fikr, Bairut:1978
Imam al-Bukhari. Sabih al-Bukhari, Juz II, Dar al-Maktab al-Sya’bi,
Mesir:tt
Imam Muslim. Sahih Muslim, Dar al-Fikr, Bairut: tt
Kamal Pasha Mustafa. Fiqh Sunnah, Citra Karya Mandiri,
Yogyakarta:
2003
M. Ali Hasan. Masail Fiqhiyah Al- Haditsah, Jakarta: Rajawali Pers,
2003
Mahmud Muhammad Syaltut. Muqaranatu al-Madhahib Fi al-Fiqh,
Matba’ah Muhammad ’ali Sibbi, Mesir: 1953
Moh Rifa’i. Ilmu Fiqh Islam Lengkap, Toha Putra Semarang: 1978
Muhammad Daud Ali. Pengantar Ilmu hukum dan tata Hukum Islam
di
Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2006
Muhammad fuad Abdul Baqi. Al-Lu’Lu’ Wal Marjan,terj, Bina Ilmu,
Surabaya: 2003
Sirajuddin ’Abbas. 40 Masalah Agama, Juz I, Pustaka Tarbiyah,
Jakarta:1993
Wahbah al-Zuhayli. Tafsir al-Manar fi al-’Aqidah wa al-Syari’at wa
al-Minhaj, Juz I Dar-al Fikr al-Ma’asir, Beirut: tt

18 Praktek Musaqah dalam


Masyarakat Sekitar Utara

Al – Mabhats
Jurnal Penelitian Sosial Agama
Vol. 2 No. 1 2017 19

Yusuf Qardawi. Hukum Zakat, Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta:


2007
Alimuddin

19

Anda mungkin juga menyukai