Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini penuntut ilmu hadis semangkin banyak dan
bertambah, di setiap negara kita melihat banyak Universitas
yang membuka khusus jurusan hadis sehingga setiap tahunnya
dapat mengeluarkan puluhan bahkan ratusan sarjana hadis,
tetapi yang jadi permasalahan adalah, kenapa begitu banyak
sarjana keluaran hadis tidak mencapai derajat Muhaddis dan
al-Hafizh tetapi cendrung selalu menjadi pengikut utama dan
setia Syeikh Nasiruddin Albani dalam segala sohehnya dan
do`ifnya, padahal beliau sendiri belum mencecah tahap alHafizh, sebesar mana kefantikkan muridnya kepada Albani tetapi
mereka tidak ada yang mampu mengatakan bahwa Albani itu
seorang al-Hafizh.
Apakah faktor-faktor yang menyebabkan pelajar ilmu hadis
tidak mempu naik ke tahap yang lebih tinggi,dari pengamatan
penulis sebab-sebab pelajar tidak memiliki kemampuan yang
handal dan mencapai gelaran yang lebih tinggi adalah karena
tidak mengikuti cara dan adab-adab menuntut ilmu hadis, coba

pikirkan, penulis pernah berbicara dengan seorang mahasiswa


yang telah menyelesaikan studynya didalam jurusan hadis,
penulis hanya sekedar bertanya apakah beliau pernh membaca
sohih Bukhari kepada seorang Syeikh atau guru, beliau dengan
bangga mengatakan itu nggak perlu, sebab itu sistem pengajian
hadis pada masa dahulu, jawaban ini memang tidak profesional,
mana kehebatan ulama-ulama hadis pada zaman sekarang jika di
bandingkan dengan ulama-ulama dahulu, jika jelas Muhaddis
dahulu lebih hebat maka semestinya kita mengikuti cara dan
etika mereka, apakah kebanggaan ketika kita cuma mengatakan,
: telah mensohihnyannya Albani di dalam Jami` Sohih, telah
mendho`ifkannya Albani di dalam Silsilatu Do`ifah mengikuti
beliau dengan taklid buta dan menyerang ulama hadis zaman
dahulu karena kefanatikkan yang berlebihan terhadap Albani, jika
sesorang mengkritik Albani maka sudah jelas dia sesat karena
berani mengkritik Albani, tapi jika Albani mengkritik al-Hafizh
Ibnu Hajar, maka mereka akan mengatakan, oh itu biasa, Ibnu
Hajar kan manusia mungkin salah mungkin benar, yang jadi
permasalahan, apakah Albani bukan manusia dan juga mungkin
berbuat kesalahan, tapi kenapa kebal kritikkan, kebalnya itu
disebabkan fanatik yang berlebih-lebihan.

Dengan begitu tahulah kita sebab kelemahan kita bermula


dari cara dan etika kita yang salah dan tidak mengikuti prosedur
yang telah di tetapkan oleh para ulama hadis, para pelajar ilmu
hadis tidak menjaga adab-adab menuntut ilmu hadis, sebab itu
penulis ingin menyebutkan sebahagian adab-adab yang patut di
laksanakan oleh seorang pelajar ilmu hadis:
B. Rumusan Masaklah
1 bagaimanakah Aadab-adab penuntut ilmu hadis?
2 Apa saja gelar para ulama/ahli hadis?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Adab-Adab Penuntut Ilmu Hadis
1 Berniat ikhlas
Penuntut ilmu hadis mesti berniat ikhlasa, niat yang ikhlas
didalam belaja ilmu hadis merupakan kunci keberhasilan
mendapatkan ilmu yang berkat dan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat, pelajar mesti berniat bahwa tujuaannya untuk belajr
ilmu hadis adalah karena Allah s.w.t,bukan disebabkan agar
orang memanggilnya Muhaddis, bukan disebabkan dunia,
bukan disebabkan untuk berbangga-bangga dan selainnya..
2 Memperbaiki akhlak dan adabnya
Bagi penuntut ilmu hadis mesti memperbaiki akhlak dan
adabnya, tidak berlaku kasar, berbicara benar, tawadhu`,
rendah diri, lambat marah, sopan santun, menghornati yang
tua dan mengasihi yang muda, menjauhi perkara-perkara yang
haram, tidak menzolimi orang lain, berlaku adil, menjauhkan
hal-hal yang menjatuhkan harga diri, sebab ilmu hadis
merupakan

ilmu

yang

sangat

tinggi

dan

mulia,

sudah

seharusnya bagi penuntut ilmu hadis memiliki akhlak yang


baik dan berbudi pekerti yang tinggi.
3 Memulai penuntutan ilmu hadis dari negeri sendiri.

Bagi penuntut ilmu hadis semestinya memulai menuntut


ilmu dari negeri sendiri, mencari ulama hadis yang memiliki
sanad yang tinggi dan keilmuan yang luas, yang masyhur dan
kuat beragama, sebagaimana yang telah di lakukan oleh
seluruh imam-imam ahli hadisn seperti Imam Bukhari yng
memulai pengajian hadisnya di kampung sendiri Bukhara,
kemudian berpindah ke Naisaburi, seterusnya ke Baghdad,
kemudian melanjutkan perantauan menuntut hadis ke Makkah
dan Madinah dan mengakhirinya ke Mesir.
4 Merantau menuntut ilmu hadis
Bagi pelajar ilmu hadis yang sudah mengaji dan menuntul
ilmu hadis di negerinya sediri, maka sebaiknya memulai
perantauan dan pengembaraan untuk menuntut ilmu hadis
kenegeri-negeri yang masyhur dengan ulama-ulama hadis,
seperti Makkah, Madinah, Yaman, Syam ( sekarang meliputi
Syiria, Yordania, Palestina, Lubanan ) dan Mesir, kota-kota ini
dahulu telah di lewati oleh pembesar-pembesar ulama hadis di
dunia seperti Imam Syafi`i, Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Daud dan lain-lainnya, sementara Imam
Malik hanya menuntut ilmu di kota Madinah, sebab beliau tidak
ingin meninggalkan kota Madinah yang penuh dengan berkah
dan ketika di Madinah ulama-ulama yang fakar didalam ilmu

hadis banyak sekali sehingga tidak di perlukan untuk keluar


dari kota Madinah.
Berkata Imam al-Khatib al-Baghdadi : Tujuan mengenbara
ada dua perkara :
1 Agar mendapatkan sanad yang tinggi dan mendengar
hadis ( dari seorang al-Hafizh ).
2 Agar bertemu dengan ulama-ulama yang telalh bertarafkan
al-Hafizh, sambil bermuzakaroh dan mengabil pengajaran
dari mereka.
Jika dua perkara ini ada di negerinya sendiri dan tidak ada
di negeri yang lain maka tidak ada gunanya mengadakan
pengembaraan, dan jika dua perkara itu ada di negerinya dan
negeri yang lain maka mulailah dari negerinya kemudian baru
menjalankan pengembaraan di negeri orang lain.
5 Menghapal dan mengamalkan hadis
Bagi penuntut ilmu hadis semestinya menghapal dan
mengamalkan segala hadis yang telah didingarkannya di
gurunya,

sebab

dengan

mengamalkan

hadis

dapat

memudahkan bagi pelajar menghapal hadis tersebut.


6 Menghormati gurunya
Smestinya bagi pemumtut ilmu hadis menghormnati
gurunya dan memuliyakannya, selalu mencari keridhaannya,
dan tidak membuatnya marah, sebab dengan begitu termasuk

telah memuliakan ilmu, dengan menghormati ilmu dan guru


akan mendatangkan keberkatan didalam menuntut ilmu, berdiri
ketika watu guru berdiri, mencium tangan guru sebagaimana
yang dibuat oleh sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas.
7 Terus mencari ilmu tanpa malu
Bagi penuntut ilmu dianjurkan agar terus menuntut ilmu
dan

menanyakkan

permasalahan-permasalahan

kepada

gurunya tanpa ada rasa takut, malu dan rasa sombong, sebab
dengan banyak bertanya akan menghasilkan ilmu yang banyak
dan mampu memahami permasalahan yang sulit.
8 Rajin menulis dan mencatat maklumat
Sudah semestinya penuntut ilmu rajin mencatat seluruh
maklumat

yang

dia

dengar

dari

gurunya,

mendengar

keterangan guru dengan teliti, memahami seluruh apa yang


disampaikan, mengetahui mana yang sohih dan mana yang
do`if, memperhatikan sebutan teks hadis, nama-nama perawi
dan i`rab kalimat.
Ini sebahagian adab-adab penuntut ilmu hadis, jika anda ingin
keterangan yang lebih lanjut maka silahkan merujuk kepada
buku-buku yang lebih luas dalam memaparkan permasalahan ini.
B. Tingkatan Ulama Hadits
Para Ulama telah menetapkan kriteria yang ketat agar
hanya benar-benar orang yang memang memenuhi kriteria

sajalah

yang

layak

menyadang

gelar

ini

seperti

yang

diungkapkan oleh Imam Sakhowi tentang siapa Ahli Hadits


(muhaddits) itu sebenarnya?
Para Imam Hadits mendapat gelar keahlian dalam bidang
Imam Hadits sesuai dengan keahlian, kemahiran, dan kemampuan
hafalan ribuan Hadits beserta ilmu-ilmunya. Gelar keahlian itu ialah :

1 { } Amirul Muminiin fil Hadits


Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para khalifah setelah
Khalifah Abu Bakar radhiyallahu anhu. Para khalifah diberikan gelar
demikian mengingat jawaban Nabi shallahu alaihi wasallam atas
pertanyaan seorang sahabat tentang Siapakah yang dikatakan
khalifah?, bahwa khalifah ialah orang-orang sepeninggal Nabi yang
sama meriwayatkan haditsnya. Pada Muhadditsiin pada masa itu
seolah-olah berfungsi khalifah dalam menyampaikan sunnah. Mereka
yang memperoleh gelar ini antara lain : Syubah Ibnu al-Hajjaj. Sufyan
ats-Tsauri.Ishaq bin Rahawaih ( Rohuyah).Ahmad bin Hambal.alBukhari, ad-Daruquthni dan Imam Muslim.
2

{ } Al-Hakim
Al-Hakim yaitu, orang yang menguasai seluruh ilmu-ilmu

hadits, sehingga tidak ada yang tertinggal darinya.Yaitu, suatu gelar


keahlian bagi imam-imam hadits yang menguasai seluruh hadits yang
marwiyah

(diriwayatkan),

baik

matan

maupun

sanadnya

dan

mengetahui tadil (terpuji) dan tarjih (tercelanya) rawi-rawi. Setiap


rawi diketahui sejarah hidupnya, perjalanannya, guru-guru dan sifatsifatnya yang dapat diterima maupun yang ditolak. Ia harus dapat

menghafal hadits lebih dari 300.000 hadits beserta sanadnya. Para


muhadditsiin yang mendapat gelar ini antara lain : Ibnu Dinar
(meninggal 162 H).al-Laits bin Saad.Seorang mawali yang menderita
buta di akhir hayatnya meninggal 175 H).Imam Malik (179).dan Imam
Syafii (204 H).
3

{
} Al-Hujjah
Yaitu, gelar keahlian bagi para Imam yang sanggup menghafal

300.000 hadits,baik matan, sanad, maupun perihal si rawi tentang


keadilannya, kecacatannya, biografinya (riwayat hidupnya). Para
muhadditsiin yang mendapat gelar ini antara lain ialah :Hisyam bin
Urwah (meninggal 146 H).Abu hudzail Muhammad bin al-Walid
(meninggal 149 H).dan Muhammad Abdullah bin Amr (meninggal 242
H).
4

{ } Al-Hafizh
Ialah gelar untuk ahli hadits yang dapat menshahihkan sanad

dan matan hadits dan dapat men-tadil-kan dan men-jarh-kan


rawinya. Seorang al-hafidh harus menghafal hadits-hadits shahih,
mengetahui rawi yang waham (banyak purbasangka), illat-illat hadits
dan istilah-istilah para muhadditsiin. Menurut sebagian pendapat, alhafidh itu harus mempunyai kapasitas hafalan 100.000 hadits. Para
muhadditsiin

yang

mendapat

gelar

ini

antara

lain

al-Iraqi,

Syarifuddin ad-Dimyathi.Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Ibnu Daqiqi


al-Iegd.
5

{
} Al-Muhaddits

10

Menurut muhadditsiin-muhadditsiin mutaqaddimin, al-hafidh


dan al-muhaddits itu searti. Tetapi, menurut mutaakhiriin, al-hafidh
itu lebih khusus daripada al-muhaddits. Kata at-Tajus Subhi, almuhaddits ialah orang yang dapat mengetahui sanad-sanad, illat-illat,
nama-nama rijal (rawi-rawi), ali (tinggi), dan naazil (rendah)-nya
suatu hadits, memahami kutubus sittah, Musnad Ahmad, Sunan alBaihaqi, Majmu Thabarani, dan menghafal hadits sekurang-kurangnya
100 hadits. Muhadisin yang mendapat gelar ini antara lain : Atha bin
Abi Rabbah (wafat 115 H).Ibnu Katsir dan Imam az-Zabidi
6

{ } Al-Musnid
Yaitu, gelar keahlian bagi orang yang meriwayatkan sanadnya,

baik menguasai ilmunya maupun tidak. al-musnid juga disebut


dengan at-Thalib, al-Mubtadi, dan ar-Rawi.

a. Ulama yang telah mencapai Gelar gelar tersebut


Guru Mulia Alhabib Umar bin Hafidh telah mencapai derajat
Al-hafidh dan Al-musnid, di Indonesia yg mencapai derajat Al
Hafidh

adalah

Abdulqadir

almarhum

Balfaqih,

Al

Hafidh

ALmarhum

Alhabib

Alhabib

Salim

Abdullah
bin

bin

jindan,

Almarhum Alhafidh Al Musnid ALhabib Ali bin Abdurrahman


ALhabsyi kwitang.Gelar Alhafidh, ribuan dimasa para Imam Imam
madzhab hingga tak terdata, dan kini hanya tinggal beberapa
orang saja.
Diatas itu adalah Hujjatul Islam, diantaranya Imam Ghazali,
Imam Nawawi, Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy, dan banyak lagi.

11

Diatas

itu

adalah

para

Imam

Muhadditsin,

puluhan

jumlahnya, mereka adalah para pengumpul hadits, dan dari


puluhan itu terpilihlah 7 besar, yg dikenal dengan nama
Imamussabah (Imam yg tujuh), yaitu Imam Ahmad bin Hanbal,
Imam Abu Dawud, Imam Attirmidziy, Imam Annasai, Imam Ibn
Majah, Imam Muslim dan Imam Bukhari.
Tentunya Imam Muhaddits puluhan jumlahnya, diantaranya
Imam Daruqutni, Imam Hakim, Imam Baihaqiy dll, namun derajat
riwayat hadits mereka kalah kuat oleh Imam tujuh, dikarenakan
kejelian Imam Tujuh atas periwayat periwayat hadits.
Dari Imam Tujuh ini disaring lagi menjadi enam Imam saja,
dikenal dg nama Kutubussittah, yaitu 7 imam diatas namun gugur
Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ahmad bin Hanbal adalah pada
peringkat ketujuh, yg terendah dari 7 imam tersebut, padahal ia
hafal 1 juta hadits dg sanad dan hukum matannya, lalu kalau
Imam yg hafal 1 juta hadits ini sudah diperingkat ketujuh, maka
bagaimana kedahsyatan 6 imam diatasnya?, dan dari 6 Imam ini
disaring lagi menjadi dua bagian, yaitu kutubul Arbaah, yaitu 4
imam : Imam Nasai, Imam Tirmidziy, Imam Ibn Majah, dan Imam
Abu Dawud., diatas empat imam ini adalah dua Imam besar yg
digelari Syaikhain, (dua maha guru) yaitu Imam Muslim dan Imam
Bukhari, dan dua kitab riwayat hadits mereka disebut Shahihain.
Dan dari dua Maha Guru ini maka yg tertinggi adalah Imam
Bukhari, (Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari)

12

Ketika Imam Muslim dan Imam Bukhari hidup sezaman,


maka orang orang saling ingin tahu mana diantara mereka yg
lebih jaya dalam ilmu hadits, maka para ahli hadits berkata : Jika
kita menemukan masalah dalam periwayat hadits, sudah pasti
masalah itu sudah terjawab oleh Imam Muslim, dan jika kita
berpuluh puluh tahun memperdalam hadits, belum akan mampu
mengejar keluasan ilmu Imam Muslim., suatu hari Imam Muslim
mendapat satu kendala dalam masalah hadits yg tak ia temukan
jawabannya, ia sudah merasa mustahil ada seorang pun yg tahu
jawabannya, maka orang orang menyarankannya kunjung ke
Bukhara, yaitu kepada Imam Bukhari, ketika Imam Muslim
sampai, dan menanyakan masalah yg tak pernah bisa terjawab
oleh ulama dimasa itu, maka Imam Bukhari menjawabnya dg
lancar dan mudah bagaikan mudahnya orang membaca surat Al
Ikhlas.., maka menyungkurlah imam muslim di kaki Imam Bukhari
sambil menangis dan berkata : Izinkan aku mencium kedua
kakimu wahai Raja Ahli Hadits.. (Sayyidul Muhadditsin)
Sebagaimana Imam Bukhari sudah hafal 600 ribu hadits dg
sanad dan hukum matannya pada usia 16 tahun, dan suatu saat
orang mengeluh padanya tentang suatu masjid disuatu wilayah
yg siapa saja orang asing masuk kesana maka ia akan dihujani
pertanyaan tentang dalil dalil shalat serta rukun2nya, maka Imam
Bukhari

berkata

Jika

aku

sampai

kepada

mereka,

akan

kukeluarkan 10 ribu hadits shahih dalam Bab shalat saja, semoga


mereka bisa berubah dari kejahatannya itu.

13

Imam Syafii adalah Guru dari Imam Ahmad bin Hanbal, dan
Imam Malik adalah guru dari Imam Syafii, dan Imam Malik hidup
sezaman dg Imam Hanafi, dan keduanya berguru kepada Imam
Nafi, yg langsung berjumpa dg para sahabat Rasul saw, dan
tentunya para sahabat Rasul saw dari Rasulullah saw.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

adab-adab yang patut di laksanakan oleh seorang pelajar


ilmu hadis di antaranya adalah:

Berniat ikhlas
Memperbaiki adab dan akhlaknya
Memulai dari negri sendiri
Merantau menuntut ilmu hadis
Menghapal dan mengamalkan hadis
Menghormati gurunya
Terus mencari ilmu tanpa malu
Rajin menulis dan mencatat maklumat

Para ulama telah memberikan gelar-gelar kepada para


Imam Ahli Hadits, karena kemampuan mereka dalam menguasai
hadits dan ilmu hadits serta sebagai penghormatan kepada
mereka. Adapun gelar para ahli hadits ada enam yaitu:
1. Amir al-Muminin, yaitu gelar tertinggi untuk ahli hadits dan
mereka yang memenuhi syarat seolah-olah berfungsi sebagai
khalifah yang akan meriwayatkan atau menyampaikan haditshadits Nabi.
2. Al-Hakim, yaitu orang ini harus menghafal dengan baik lebih dari
300.00 hadits Nabi lengkap dengan urutan-urutan sanadnya,
seluk beluk periwayatannya dan sebagainya.
3. Al-Hujjah, yaitu orang ini sanggup menghafal 300.000 hadits,
baik sanad, matan maupun perihal periwayatnnya mengenai
keadilan dan cacatnya.
4. Al-Hafiz, yaitu orang ini sanggup menghafal 100.000 hadits, baik
sanad, matan, maupun seluk beluk periwayatnya, serta mampu
mengadakan tadil dan tajrih terhadap para periwayatnya.

15

5. Al-Muhaddis, yaitu orang ini sanggup menghafal 1.000 hadits,


baik sanad, matan, maupun seluk beluk periwayatnya, jarh dan
tadil-nya, tingkatan haditsnya serta memahami hadits-hadits
yang termaktub.
6. Al-Musnid, yaitu orang yang menerima gelar ini ulama hadits
yang meriwayatkan hadits beserta sanadnya, baik menguasai
ilmunya maupun tidak.

Anda mungkin juga menyukai