Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

URGENSI BERMADZHAB

Oleh Dosen Pengampu:


H. ADIB KHOIRUZZAMAN, S.Ag., M.Pd.

Nama Kelompok 4:
Fikrotussyuhud - 211110003061
Fina Amelia - 211110003035
Rizkiyansyah Muhammad Fahrezi - 211110003004
Rizki Salam Nohadian - 211110002998

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FALKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., Karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberikan kesempatan untuk membuat makalah yang berjudul ‘’Urgensi
Bermadzab’’. Terimakasih kami ucapkan kepada H.ADIB KHOIRUZZAMAN,S.Ag.,
M.Pd. dosen pembimbing yang telah memberikan tugas kepada kami dalam
penyelesaian makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
penulis yang menjadi sumber informasi dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini
di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ahlussunnah
Waljamaah semester satu program studi Manajemen di Universitas Islam Nahdlatul
Ulama (UNISNU). Kami menyadari bahwa makalah ini banyak ketidak sempurnaan,
maka kami mengharapkan ide, masukan dan kritikan dari pembaca. Akhirnya,
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi dan para pembaca. Dan mudah-
mudahan dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca.

Jepara, 23 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar isi.................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

1. Latar belakang .............................................................................4


2. Rumusan masalah ........................................................................4
3. Tujuan ..........................................................................................4

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Bermadzhab................................................................5
B. Sejarah Bermadzhab ....................................................................6
C. Urgensi mengikuti madzhab empat.............................................7,8
D. Sikap Dalam Bermadzhab.............................................................9

BAB III Penutup

A. Kesimpulan.................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................10

Daftar Pusaka ........................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dua sikap fanatik yang berkembang dalam masyarakat islam yaitu
fanatik dalam bermadzhab dan fanatikanti madzhab. Orang yang fanatik
dalam bermaadzhab memandang bahwa hanya bermadzhab yang dianutnya
yang benar, sedangkan madzhab yang lain adalah salah. Atau seserang tetap
berpegang pada madzhabnya walaupun dia mengetahui bahwa dalil yang
dipakai madzhabnya lemah, sedangkan dalil yang dipakai oleh madzhab yang
lain lebih shahih. Atau yang berpandangan bahwa talfiq (berpindah madzhab)
hukumnya haram. Disamping itu kelompok ini sangat mengkultuskan imam
panutanya sampai pada level melecehkan imam lainnya.

Mayoritas umat islam didunia ini masih tetap berpegang teguh kepada
fatwa-fatwa dan pendapat-pendapat Imam Madzhab yang empat dalam
urusan furu’iyyah. Sebagian umat islam juga ada yang menganut selain
madzhab empat tersebut, namun terdapat pula umat islam yang melepaskan
dirinya dari madzhab-madzhab itu, dalam pengertian yang lain mereka tidak
mengikuti salah satu madzhab.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian bermadzab?
2. Tahukah kalian kenapa kita harus bermadzhab?
3. Bagaiman sejarah bermadzhab?
4. Mengapa urgensi mengikuti empat madzhab?

C. TUJUAN
1. Utuk mengentahui pengertian bermadzab
2. Untuk mengetahui sejarah bermadzhab
3. Untuk mengetahui urgensi mengikuti empat madzhab

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. PENGERTIAN BERMADZHAB

Secara bahasa (etimologi),madzhab berarti jalan,aliran ,pandapat atau


paham.Sedangkan secara istilah (termology), madzhab adalah metode dan
hukum tentang berbagai masalah yang dilakukan,diyakini,dan dirumuskan
oleh Mujtahid (orang yang melakukan ijtihad).
Bermadzhab adalah mengikuti jalan berpikir salah seorang Mujtahid
dalam mengeluarkan hukum (istinbat) dari Nash,berupa dari Al-Qur’an dan
Hadist.Atau bisa juga dikatakan bahwa bermadzhab adalah mengikatkan
agama (ad-din) pada salah satu imam madzhab dalam mengamalkan syariat
Islam berdasarkan fatwa atau pendapat imam yang tersebut.Para imam
madzhab yang popular adalah Abu Hanifah,imam Malik,imam Syafi’i dan
imam Ahmad Ibnu Hanbal. Keempat imam madzhab tersebut sangat layak
disebut Mujtahid.
Perlu diketahui bahwa tidak semua orang boleh melakukan
ijtihad,terdapat beberapa syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh Mujtahid
hasil ijtihadnya bisa dipertanggung jawabkan.Oleh karena itu,bagi seseorang
yang tidak mampu berijtihad,maka harus menyandarkan pendapatnya kepada
para Mujtahid (keempat imam madzhab).Dengan kata lain orang yang belum
mampu mencapai tingkat maujtahid, maka secara langsung ia harus
bermadzhab.
Dengan bermadzhab maka hukum Islam akan stabil,tidak berubah-
ubah tanpa ketentuan yang pasti.kenyataanya,selama ini belum ada hukum
Islam yang dihasilkan oleh orang yang tidak bermadzhab.Kalaupun misalkan
ada,tidak akan seluas dan sebanyak orang yang bermadzhab dan tidak rinci
pembahasannya.
Kita harus mengakui bahwa kemampuan kita dalam memahami dan
menggali hukum dari Al-Qur’an sangatlah kurang.sebab untuk memahami Al-
Qur’an harus menguasai ilmu bahasa Arab,asbabun Nuzul,manteq,balaghah
dan ilmu pendukung lainnya.Hal ini juga menjadi alasan mengapa kita harus
bermadzhab.Serta dalam bermadzhab hendaknya memilih madzhab yang
muktabar dan terkenal, yaitu midzhab Hanafi,Maliki, Syafi’i dan Hambali.

B. SEJARAH BERMADZHAB

5
Islam bertumbuh dan berkembang bukan atas dasar madzhab pada
awalnya. Namun, pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW, umat islam telah
mengikuti pendapat ulama tertentu dalam menjalankan ajaran Islam
terutama dalam bidang fiqih. Keadaan seperti ini terjadi semenjak masa
sahabat. Kondisi tersebut bisa dilihat dari munculnya istilah madzhab ‘Aisyah
r.a., madzhab Abdullah ibn Mas’ud (Mustofa,2013). Wahbah al-Zuhaili
mengartikan madzhab adalah semua hukum yang di dalamnya terkandung
berbagai hal, baik ditinjau dari cara yang mengantar pada kehidupan secara
keseluruhan maupun dimensi hukum yang menjadi pedoman hidup (Al-
Zuhaili,1989). Dengan demikian madzhab berarti kumpulan hukum Islam
yang dihasilkan seorang mujtahid dan juga dapat berarti ushul fiqih yang
menjadi jalan yang ditempuh mujtahid tersebut dalam menggali dan
mengeluarkan hukum Islam (Abdillah,2014).
Kehadiran madzhab tidak terlepas dari setting politik dan teologi.
Dalam perspektif politik, terjadi proses saling mempengaruhi antara peristiwa
politik dengan perkembangan fikih pada abad ke-2 sampai abad ke-3 Hijriyah.
Dalam perjalanannya, madzhab mengalami perkembangan. Sepeninggal
Rasulullah SAW (570-632 M), kepemimpinan islam dilanjutkan oleh
khulafaurrasyidin (11 s.d 41 Hijriyah), yaitu Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin
khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib (Sou’yb,1979).
Dibawah kekuasaan mereka, Islam menyebar ke berbagai daerah.
Pada akhir periode khulafaurrasyidin ini, umat islam terpecah menjadi tiga
kelompok besar, yaitu pengikut Mu'awiya’, Syi,ah dan Khawarij. Masing-
masing kelompok ini memiliki karakteristik pemikiran hukum Islam/fikih yang
berbeda. Periode berikutnya adalah periode daulah Umayyah (41-132 H/661-
750 M).

C. URGENSI MENGIKUTI MADZHAB EMPAT

6
Ada empat madzhab besar dalam konstruksi hukum Islam
1. Madzhab Hanafi. Madzhab ini dinisbatkan kepada Imam Abu Hanifah,
Beliau lahir pada tahun 80 Hijriyah di Kufah dan meninggal dunia pada
tahun 150 Hijriyah di Bagdad. Metode istinbath hukum yang dilakukan
oleh Imam Abu Hanifah, yaitu : al-Quran, sunnah Rasulullah SAW, dan
atsar yang shahih serta telah masyhur dikalangan ulama, fatwa sahabat,
qiyas dan istihsan.
2. Madzhab Maliki, Madzhab ini di nisbahkan kepada Imam Malik bin Anas.
Beliau lahir pada tahun 93 Hijriyah di Madinah dan meninggal dunia pada
tahun 173 Hijriyah di kota kelahirannya Madinah. Adapun metode
pengambilan hukum Imam malik adalah al-Quran, sunnah, amal ahl
Madinah, qiyas dan mashlahah mursalah.
3. Madzhab Syafi’i. Madzhab ini dinisbahkan kepada Imam Syafi’i. Beliau
lahir pada tahun 150 Hijriyah di Madinah dan meninggal dunia pada tahun
203 Hijriyah di Mesir. Adapun ciri madzhab Syafi’i dalam mengambil
hukum adalah dengan mengedepankan al-Quran sebagai sumber
pertama, kemudian sunnah dan tidak mengharuskan “kemasyhuran”
sebagaimana yang berlaku pada madzhab Hanafi.
4. Madzhab Hambali, Madzhab ini dinisbahkan kepada Imam Ahmad bin
Hambal. Beliau lahir di Madinah pada tahun 163 Hijriyah dan meninggal
dunia di Baghdad pada tahun 241 Hijriyah. Adapun cara pengambilan
hukumya adalah an-nushus baik al-Quran maupun sunnah, kemudian
fatwa sahabat, memilih fatwa sahabat yang paling dekat dengan nash.,
menggunakan hadist mursal dan hadist dlaif, dan yang terakhir adalah
qiyas.

Bermadzhab adalah sebuah keharusan. Interprestasi terhadap alqur’an


dan hadist merupakan keniscayaan terlebih pada masa milenial ini. Dimasa
ini,permasalahan hukum islam semakin komplek dan beragam baik dari
kuantitas maupun kualitasnya. Berbagai permasalahan baru dan aktual
bermunculan. Jika beberapa waktu lampau, hukum islam dihadapkan pada
permasalahan yang di anggap baru pada masanya seperti bayi tabung,
transplatasi anggota tubuh,kloning,akad nikah lewat telepon,dan sebagainya,
maka saat ini permasalahan itu semakin berkembang. Misalnya issu tentang
hoax,terorisme,traficking dan sebagainya.

Umat islam diwajibkan untuk menggali dan mengeluarkan hukum


langsung dari sumber utamanya,yaitu al-Qur’an dan sunnah. Namun faktanya
tidak semua orang islam mampu melakukanya, yaitu menggali dan
mengambil hukum (istinbath) hukum secara langsung dari kedua sumber
tersebut karena keterbatasan ilmu. Pada umunya, ulama menyepakati bahwa
orang yang mampu melakukan istinbath hukum secara langsung dari alQu’an
dan sunnah wajib berpegang teguh kepada pendapatnya dan wajib baginya

7
untuk mengamalkan sesuai dengan hasil ijtihadnya. Al-Ghazali mengatakan
bahwa para ulama’ ushul bersepakat bahwa apabila seorang telah berijtihad
dan telah memperoleh suatu hukum, maka dia tidak diperbolehkan untuk
mengikuti pendapat dari mujtahid lainnya yang menyalahi hasil ijtihad atau
pendapatnya tersebut. Bagi yang tidak mampu berijtihad, ada dua pandangan
pertama, segolong ulama ushul berpendapat bahwa bermadzhab itu dilarang.
Semua umat islam harus mengikuti apa yang ada di dalam al-Qur’an dan
sunnah. Kedua, jumhur ulama ushul berpendapat bahwa bermadzhab bagi
orang awam dalam beragama maka bermadzhab ituwajib baginya.
Terlepas dari perbedaan kedua pandangan mengenai keharusan dan
ketidak bolehan bermadzhab tersebut diatas, para ulama yang memiliki
kualifikasi mujtahid dituntun bekerja keras untuk menyelesaikan
permasalahan hukumislam kontempore. Sementara mayoritas umat islam
dituntun yang notabene adalah awam dalam hukum islam, maka mengikuti
madzhab nampaknya menjadi pilihan yang tepat.

8
D. SIKAP DALAM BERMADZHAB
Penganut paham Ahlussunah Waljamaah berpandapat bahwa bermadzhab
merupakan pilihan yang harus dilakukan setiap muslim. Tentu yang dimaksud
muslim disini adalah muslim yang tidak berstatus Mujtahid mutlak.
Sebagaimana diketahui bahwa didalam Islam ada dua sistem untuk mempelajari
dan mendapatkan ajaran Islam yang murni,yaitu sistem ijtihad dan sistem taklid.
Bermadzhab tidaklah bertentangan dengan kedua sistem tersebut, tetapi justru
meng kombinasikan keduanya secara indah dan sesuai proporsinya.
Harus kita pahami bahwa tidak setiap muslim mampu mencapai derajat Mujtahid.
Karena untuk mencapai derajat Mujtahid diperlukan persyaratan yang sangat ketat.
Sebaiknya,tidak mungkin seseorang melakukan taklid jika tidak ada madzhab buang
diikutinya. Oleh karena itu,bagi penganut Ahlussunah Waljamaah, bermadzhab
sangat perlu dilakukan dalam memahami dan memperoleh ajaran Islam secara
sempurna.
Ahlussunah Waljamaah berpandangan bahwa ada empat madzhab yang
muktabar, yang dikenal dengan nama “Al-Madzahibul Arba’ah”. Keempat madzhab
ini diikuti oleh mayoritas umat Islam di dunia. Dan secara tegas keempat madzhab
ini membela dan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Hasil pemikiran
para imam madzhab tersebut saling melengkapi tanpa meninggalkan Nash aslinya.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Madzhab adalah metode dan hukum tentang berbagai masalah yang
telah dilakukan, diyakini, dan dirumuskan oleh Mujtahid (orang yang
melakukan ijtihad).
2. Bermadzhab adalah mengikuti jalan berpikir salah seorang Mujtahid
dalam mengeluarkan hukum (istinbat)dari sumber Nas,berupa Qur’an
dan Hadist.
3. Dasar hukum yang digunakan para imam Mujtahid dalam berijtihad
adalah Al-Qur’an,Hadist,ijmak dan Qiyas
4. Madzhab yang muktabar (al-madzahibul arba’ah) merupakan madzhab
yang dipegang oleh NU,yaitu:Hanafi,Maliki, Syafi’i dan Hambali.
5. Sikap dalam bermadzhab dibagi menjadi sebagai berikut:
a. Bermadzhab bagi orang awam,tidak ada pilihan lain kecuali
bermadzhab secara qauli.
b. Bagi orang yang mempunyai perangkat keilmuan tetapi belum
mencapai tingkat maujtahid mutlak mustahil, bermadzhab
dilakukan dengan cara manhaji.
c. Madzhab digunakan sebagai pengangan dalam beribadah bagi
orang awam sehingga mereka tidak ada keragu-raguan dalam
beribadah.

B. SARAN
Penulisan tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan
masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kita harapkan sebagai bahan evaluasi
untuk lebih baik kedepanya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al Karim,Aneka Ilmu,Semarang,Tanpa Tahun.
Abdul Muchit Muzadi, NU dalam perspektif sejara dan ajaran,(Surabaya:Khalista
2006)
Aceng Abdul Aziz Dy, dkk,Islam Ahlussunah Waljamaah di Indonesia,
(Jakarta:Pustaka Ma’arif,2007)
Achmad Muhibbin Zuhri Pemikiran KH. M.Hasyim Asy’ari tentang Ahlussunah
Waljamaah,Khalista dan Lajnah Ta’lif Wan Nasyr PWNU Jawa
Timur,Surabaya,2010
Asy’ari,Hasyim, Risalah Ahl al-Sunnah wal Jama’ah fi Hafith Al Mawta wa Ashraf Al
Sa’ah wa Bayan Mafhum Al Sunnah wa al Bid’ah,Jombang,Maktabah Turats al
Islami,1415 H.
Departemen Agama RI,Syamil Al Qur’an Terjemah per kata,(Bandung:Syamil Cipta
Media,2007)
DR. H.Said Aqil Siradj MA, Ahlussunah Waljamaah dalam Lintas
Sejarah,LKPSM,Cetakan ll, Yogyakarta 1998.
H. Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan, S.Sos, Antologi Sejarah Istilah
Amaliyah Uswah NU, Khalista dan Lajnah Ta’lif WAN Nasyr (LTNU) Jawa Timur,
Surabaya.2008.
Jalaluddin As-Suyuthi,Al-Iklil f Istinbath Al-Tanzil,Kairo:Darul Kitab Al-‘Arabi, tanpa
tahun.
KH Marzuqi Mustamar, Dalil-Dalil Amaliyah Nahdliyah,Maura Progre- sif,Surabaya ,
2014
KH, Siradjuddin Abbas, Itiqad Ahlussunah Waljamaah, Pustaka
Tarbiyah,Jakarta,2006.
K.H. DR. Asep Saifuddin Chalim, MA Membumikan ASWAJAH Pegangan Para guru
NU,Khalista,Surabaya,2012.
KH.Abdul Muchith Muzadi,Mengenal Nahdlatul ulama,Khalista, Surabaya,2006.
KH. Drs. Masdar F. Mas’udi, MA, Tradisi Amaliyah NU dan Dalil-dalilnya,LTM-PBNU,
Jakarta,2012.
M.Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002)
Munawwir, A.w. Al-Munawwir Kamus Bahasa Arab-Indonesia. (Surabaya:Pustaka
Progresif,1997)

11
12

Anda mungkin juga menyukai