Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR JAWABAN

Nama : Muhammad Chamdani


NIM : 1794074016
Kelas : Karyawan
Semester : VI (Enam)
Prodi : Teknik Mesin
Mata Kuliah : Study Pemikiran Tokoh Pesantren

JAWABAN !

1. KH Hasyim Asy’ari Berjuang Melawan Penjajah

Sebagai ulama kharismatik dan tokoh umat, maka Hasyim Asy’ari mengelorakan
semangat perjuangan untuk menentang penjajahan Belanda terutama dikalangan anak
muda atau para santri. Beliau mengajak mereka untuk berjihad melawan penjajah dan
menolak kerjasama dengan penjajah tersebut. Gerakan perlawanan ini disambut umat
untuk membebaskan mereka dari ketertindasan yang menghinakan menuju kemulian
yang membahagiakan.
Demikian juga pada masa penjajahan Jepang, beliau tetap giat membangkitkan
semangat juang generasi muda dan ikut serta dalam perjuangan pada front terdepan. Hal
ini menyebabkan tentara Jepang marah besar dan menangkap Hasyim Asy’ari dan
dimasukkan kedalam penjara. Lalu diasingkan ke Mojokerto untuk ditahan bersama-
sama dengan pejuang lainnya. Berbulan-bulan lamanya beliau ditahan, namun tidak
menyurutkan semangat perjuangannya bahkan justru semakin menambah energi baru
dalam merebut kemerdekaan.

2. KH. A. Wahid Hasyim salah satu dari beberapa ulama yang turut berperan dalam
proses pembentukan dasar dan bentuk negara. Sebagai perwakilan kaum Islamis (dan
satu-satunya yang berasal dari kalangan pesantren), ide dan gagasannya memiliki
pengaruh yang signifikan dalam sidang pantia bentukan BPUPKI. Selain luwes dalam

1
lobi dan pembicaraan, sosoknya dikenal mampu mengimbangi pendapat dari para
koleganya di BPUPKI baik yang berasal dari kelompok nasionalis mau pun
non-Muslim. Karenanya, selain Ir. Soekarno dan yang lain, Wahid Hasyim juga
diyakini sebagai sosok determinan dalam hal bagaimana dasar dan bentuk negara
Indonesia akan disepakati kala itu.
Pemikiran Wahid Hasyim yang pada akhirnya menyetujui bahkan turut
menegosiasikan konsep “negara kesatuan” dengan perwakilan kaum Islamis lainnya
setelah sebelumnya terjadi perdebatan sengit antara anggota sidang BPUPKI.
Perdebatan tersebut masih masyhur hingga kini dengan berbagai versinya, yakni
tentang tujuh kata pada butir pertama Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Mohammad Hatta bahwa tujuh kata tersebut adalah
buah pemikiran Wahid Hasyim. Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa Wahid
Hasyim semula ingin mewujudkan Islam menjadi dasar negara.

Namun pada akhirnya, ada sebuah perubahan frame berpikir yang dilakukan
oleh Wahid Hasyim. Ditengah situasi yang genting serta mendesak, dalam rangka
pembentukan sebuah wadah persatuan dan kesatuan, para tokoh Islam khususnya
Wahid Hasyim melahirkan sebuah “ijtihad kebangsaan” dengan menerima bentuk
negara kesatuan, serta ideologi Pancasila tanpa tujuh kata pada butir pertama. Dikatakan
ijtihad karena pemikiran tersebut terlahir dari sebuah proses berpikir struktural
dengan subyektfitas maqashid as- syariah, tak terkungkung teks namun membumi
dengan konteks, kontra-konservatisme dan lebih dekat pada kemaslahatan yakni
persatuan dan kesatuan menuju bangsa yang tunggal. Disandingkan dengan kata
“kebangsaan” karena hasil ijtihad tersebut tak terbatas hanya pada kepentingan kaum
muslimin, namun seluruh anak manusia yang lahir dan hidup di atas bumi Indonesia.

3. Sejarah Singkat KH Wahab Hasbulloh Di Bidang NU


Dalam sejarah NU, KH Wahab Hasbullah juga amat terkait dengan kelahiran Gerakan
Pemuda Ansor (GP Ansor), yang diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme,
pembebasan, dan epos kepahlawanan. Kiai Wahab adalah “sesepuh pendiri” organisasi
itu. Seperti diketahui, GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan
pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit
keagamaan. Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser
(Barisan Serbaguna) sebagai bentuk perjuangan Ansor nyaris melegenda.
2
Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi “konflik” internal dan
tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisonal dan tokoh
modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak
di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Wahab
HasbuJJah yang berhaluan tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis,
akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat
untuk mendirikan organisasi kepemimpinan Islam.
Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH
Wahab Hasbullah -yang kemudian menjadi pendiri NU — membentuk wadah dengan
nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal
bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan
nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru
Nahdlatul Oelama (ANO).

Sejarah SIngkat KH Wahab Hasbulloh Di Bidang Pendidikan Islam


Nama KH Wahab Hasbullah amatlah terkenal dalam sejarah perkembangan Islam
di Indonesia modern. Kiai kharismatik ini adalah tokoh yang bersama KH Hasyim
Asy’ari dan sejumlah ulama mendirikan Nahdlatul Ulama, yang kini menjadi organisasi
massa Islam terbesar di Indonesia. Sebagai seorang kiai, ia juga dikenal sebagai
pengembang Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU), yang didirikan KH Abdus Salam,
seorang keturunan raja Majapahit, pada tahun 1838 M di desa Tambakberas, 5 km arah
utara kota Jombang Jawa Timur. Kiai Wahab sendiri adalah cicit Kiai Abdus Salam.
Perkembangan pondok pesantren ini mulai menonjol saat kepemimpinan
pesantren dipegang oleh KH Wahab Hasbullah, sang cicit Setelah kembali dari belajar di
Mekkah, ia segera melakukan revitalisasi pondok pesantren. Pertama kali yang didirikan
adalah madrasah yang diberi nama Madrasah Mubdil Fan. Ia juga membentuk kelompok
diskusi Tas wirui Afkar dan mendirikan organisasi Nahdlatul Wathon yang kemudian
dideklarasikan sebagai organisasi keagamaan dengan nama Nahdlatul Ulama (NU).
Deklarasi itu ia lakukan bersama dengan KH. Hasyim Asy’ari dan ulama lainnya pada
tahun 1926.
Nama Bahrul Ulum itu tidak muncul saat KH. Abdus Salam mengasuh pesantren
tersebut. Nama itu justru berasal dari KH Wahab Hasbullah. Ia memberikan nama resmi
pesantren pada tahun 1967. Beberapa tahun kemudian pendiri NU ini pulang ke
rahmatullah pada tanggal 29 Desember 1971. Sepeninggal KH Wahab Hasbullah,
3
pondok Bahrul Ulum mengalami perubahan. Mulai tahun 1987 kepemimpinan pondok
pesantren dipegang secara kolektif oleh Dewan Pengasuh yang diketuai oleh KH. M.
Sholeh Abdul Hamid. Mereka juga mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum
yang diketuai oleh KH. Ahmad Fatih Abd. Rohim. Para kiai yang mengasuh PP Bahrul
Ulum itu diantaranya, KH. M. Sholeh Abdul Ilamid, KH. Amanullah, KH. Hasib Abd.
Wahab.
4. Pemikiran Tasawuf Menurut KH Hasyim Asy’ari
Pemikiran sufi Hasyim Asy‟ari bertujuan untuk memperbaiki perilaku umat islam
secara umum, dan dalam banyak hal dipengaruhi oleh pemikiran imam Al-
Gazali.109Konsep Hasyim Asy‟ari tidak lepas dari pengaruh gerakan pembaharuan “neo
Sufi” yang berpusat di mekkah dan madinah pada akhir abad Ke-19 yang dilakukan oleh
Muhammad Abduh dalam usahanya untuk merumuskan doktrin-doktrin islam untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan modern yang dimaksudkan supaya islam dapat
memainkan kembali tanggung jawab yang lebih besar dalam lapangan politik, sosial dan
pendididkan. Dengan alasan tersebut Muhammad Abduh Melancarkan ide-idenya agar
ummat islam melepaskan diri dari keterikatan pada pola pikiran para madzhab dan agar
umat islam meninggalkan segala bentuk praktik tareka
Namun Hasyim Asy‟ari sendiri tidak setuju dengan gagasan yang ditawarkan oleh
Muhammad Abduh, beliau lebih menekan umat islam untuk tetap mengikuti madzhab
empat (Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafi‟ie). Dan menyepakati untuk tidak terikat pada
suatu golongan tarekat tertentu. Dalam pernyataannya Hasyim Asy‟ari mengutip
pendapat Suhrawardi, “Jalan kaum sufi adalah membersihkan jiwa, menjaga nafsu, dan
melepaskan diri dari berbagai sifat buruk, seperti ujub, takabur, riya‟ dan senang dunia.
Selain itu, menjalankan budi pekerti yang bersifat kerohanian, seperti ikhlas, tawadhu‟,
tawakal dan memperkenankan hati kepada setiap orang lain dan setiap kejadian ridha,
serta memperoleh ma’rifat dari Allah.

Pemikiran Tasawuf Menurut KH Ahmad Dahlan


Beberapa kandungan pidato yang pernah disampaikan KH Ahmad Dahlan dapat
disari sebagai berikut: (1). Mengamalkan ajaran Islam tidak cukup dari aspek shari’at
(eksoteris)nya saja, akan tetapi harus juga memperhatikan aspek batin (esoteris)nya; (2).
Setiap amalan dan segala bentuk perjuangan harus dilandasi hati yang suci, bersih (ikhlas)
semata karena Allah Swt; (3).Dalam hidup bermasyarakat tidak boleh mementingkan diri
sendiri, tetapi harus mengutamakan orang lain (itsar); (4). Setiap memegang jabatan atau
4
kekuasaan harus didasari dan disadari sebagai amanah dari Allah, karena tidak ada artinya
memegang jabatan yang tinggi jika tidak dilandasi hati yang suci, untuk mendapatkan
rid}aNya; (5). Setiap menghadapi kesulitan hidup harus selalu ingat kepada Allah (dhikr),
dan dengan pikiran yang cerdas; (6). Dalam usaha meraih kesuksesan dan kebahagiaan
hidup di dunia jangan sampai lupa bahwa hidup di dunia ini sifatnya sementara, masih
ada kehidupan yang kekal, yaitu di akhirat; (7). Dalam melakukan pendekatan diri kepada
Allah (taqarrub ila Allah), tidak perlu pakai perantara, karena di hadapan Allah semua
manusia itu sama, dan Allah sudah menyatakan bahwa Allah itu sangat dekat (qarib)
dengan hambaNya.
Dari tujuh hal yang disampaikan oleh KH.Ahmad Dahlan tersebut, agaknya
selaras dengan apa yang telah disampaikan oleh para tokoh shufi seperti al-Junaid yang
mengatakan bahwa tasawuf artinya engkau berada semata-mata bersama Allah tanpa
keterkaitan dengan apa pun; kemudian kata al-Mishri bahwa orang-orang shufi adalah
mereka yang mengutamakan Allah di atas segala-galanya.

Fiqih Menurut Pemikiran KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan


Saat itu di Makkah memang mayoritas bermadzhab Syafi’i dan berakidahkan
Asy’ari. Wajar, jika praktek ibadah sehari-hari KH. Ahmad Dahlan persis dengan guru-
gurunya di Tanah Suci. Seperti yang sudah dikutipkan di awal tulisan, semisal shalat
Shubuh KH. Ahmad Dahan tetap menggunakan Qunut, dan tidak pernah berpendapat
bahwa Qunut sholat subuh Nabi Muhammad Saw adalah Qunut Nazilah. Karena beliau
sangat memahami ilmu hadits dan juga memahami ilmu fikih.
Begitupula Tarawihnya, KH. Ahmad Dahlan praktek shalat Tarawihnya 20 rakaat.
Penduduk Makkah sejak berabad-abad lamanya, sejak masa Khalifah Umar bin Khattab
Ra., telah menjalankan Tarawih 20 rakaat dengan 3 witir, sehingga sekarang. Jumlah ini
telah disepakati oleh sahabat-sahabat Nabi Saw. Bagi penduduk Makkah, Tarawih 20
rakaat merupakan ijma’ (konsensus kesepakatan) para sahabat Nabi Shalallahu’alaihi
wasallam.
Sedangkan penduduk Madinah melaksanakan Tarawih dengan 36 rakaat.
Penduduk Makkah setiap pelaksanaan Tarawih 2 kali salaman, semua beristirahat. Pada
waktu istirahat, mereka mengisi dengan thawaf sunnah. Nyaris pelaksanaan shalat
Tarawih hingga malam, bahkan menjelang Shubuh. Di sela-sela Tarawih itulah
keuntungan penduduk Makkah, karena bisa menambah pahala ibadah dengan thawaf.

5
Maka bagi penduduk Madinah untuk mengimbangi pahala dengan yang di Makkah,
mereka melaksanakan Tarawih dengan jumlah lebih banyak.
Jadi, baik KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari tidak pernah ada
perbedaan di dalam pelaksanaan ubudiyah. Ketua PP. Muhammdiyah, Yunahar Ilyas
pernah menuturkan: “KH. Ahmad Dahlan pada masa hidupnya banyak menganut fiqh
madzhab Syafi’i, termasuk mengamalkan Qunut dalam shalat Shubuh dan shalat Tarawih
23 rakaat. Namun, setelah berdirinya Majelis Tarjih pada masa kepemimpinan KH. Mas
Manshur, terjadilah revisi-revisi, termasuk keluarnya Putusan Tarjih yang menuntunkan
tidak dipraktekkannya doa Qunut di dalam shalat Shubuh dan jumlah rakaat shalat
Tarawih yang sebelas rakaat.”

Anda mungkin juga menyukai