BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi
bertujuan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa agar sebagai calon tenaga
pendidikan khusus pendidikan agama islam menjadi pendidikan yang sesuai dengan
apa yang kita harapkan yaitu pendidikan yang profesional selesai dengan
bidangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
semua proses berpikir disebut filsafat. Pemikiran manusia dapat dipelajari dalam 4
(empat) golongan. Yaitu:
Filsafat merupakan ilmu yang tertua dan menjadi induk ilmu pengetahuan yang lain.
Sebagaimana diungkapkan oleh John S. Brubacher sebagai berikut:
Philosophy was, as its eymologv from the Greek words Pilos and Sopia, suggest love
of wisdom or learning. More over, it was loe of learning in general, it subsumed
under one, heading what to day we call scince as well as what we now call
philospohy It is for the reason that philosophy is often referred to us the mother as
well as. the qreen of the, scince.
Artinya:
Filsafat berasal dan perkataan Yunani yaitu Philos dari Sopia yang berarti rinto
kebijaksanaan atau belajar. Lebih dan itu dapat diartikan cinta belajar pada
umumnnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan. filsafat.
Untuk alasan inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu
ilmu pengetahuan.
Dan bila diperhatikan maka anti sebenarnya dan filsafat tersebut mengandung citacita yang mulia, yaitu orang yang belajar filsafat berusaha untuk memiliki mutiaramutiara kebijaksanaan tersebut sebagai pedoman dan pegangan hidup, sehingga
filsafat mengandung sesuatu yang ideal bagi manusia. Dan filsafat dianggap
sebagai induk ilmu pengetahuan karena pada mulanya sebagian besar ilmu yang
berkembang dewasa ini berasal dan filsafat. Cabang-cabang ini. tadi memisahkan
diri dan filsafat, karena memiliki objek yang berbeda dan filsafat. Filsafat menjawab
semua persoalan tentang hidup dan kehidupan yang kesimpulannya bersifat hakiki.
Ada filsafat manusia, filsafat ketuhanan, filsafat ekonomi, filsafat sosial, filsafat
pengetahuan, filsafat pendidikan, dan lain-lain, sehingga nampak filsafat berperan
sebagai induk atau rain dan ilmu pengetahuan.
Kemudian pengertian filsafat menurut Dr. Sondang P. Siagian, M.PA. adalah cinta
kepada kebijaksanaan. Untuk menjadi bijaksana seseorang harus berusaha
mendalami hakikat sesuatu. Dengan kata lain bahwa berfilsafat berarti berusaha
untuk mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai
hakikat adanya sesuatu. fungsinya, ciri-cirinya, kegunaannya, masalah-masalahnya,
dan pemecahannya terhadap masalah-masalah tersebut.
Dan selanjutnya menurut Prof. Dr. Imam Barnadib, MA. bahwa filsafat berasal dari
bahasa Yunani yang merupakan rangkaian dua pengertian: philos berarti cinta,
dan sophia berarti kebajikan. Yang dimaksud dengan kebajikan di sini ialah
kebajikan manusia. Dan dengan dasar pengetahuan yang filosofis itu diharapkan
orang dapat memberikan pendapat dan keputusan yang serba bijaksana. Ungkapan
yang paling sederhana terhadap kata filsafat seperti yang dikemukakan oleh Prof.
Dr. Hasan Langgulung adalah cinta hikmah (kebijaksanaan). Dan orang yang cinta
hikmah kebijaksanaan selalu mencari dan meluangkan waktu untuk mencapainya,
mempunyai sikap positif terhadapnya dan terhadap hakikat sesuatu, berusaha
menghubungkan sebab-sebab dengan akibatnya, dan juga berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman kemanusiaan. Jadi, bijaksana bukan saja orang yang
paling banyak dan tinggi pengetahuannya, tetapi juga memiliki kemantapan
pandangan dan tinjauan yang jauh kedepan di mana pengetahuan itu sendiri tidak
sanggup mencapainya.
Jadi, dari uraian tentang pengertian filsafat yang ditinjau dari segi arti bahasanya
dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah:
Ketiga pengertian tersebut tidaklah hanya diperlukan oleh seorang flosof umum
saja, tetapi juga diperlukan oleh setiap individu yang baik yang memiliki pemikiran
terutama pendidik dan guru yang harus bersikap bijaksana. Sosok pendidik atau
guru yang sanggup menilai situasi dan kondisi dalam segala segi; memiliki
kesanggupan bertindak dengan baik, mengambil kesimpulan terhadap sesuatu
secara tepat, berusaha menghubungkan sebab akibat, mengkritik dan menganalisis
serta mengembalikan pendapat pada motif-motif yang menyebabkannya, Kemudian
mempertahankan pendapat tadi dengan argumentasi dan penalaran yang tepat.
Dan jika filsafat ditinjau dari segi istilah menurut para ahli dapat dikemukakan
antara lain :
Apa yang disebut bijaksana menurut Plato (427 542 SM). Seorang filosot Yunani
yang terkenal (murid Socrates dan guru Aristoteles) dalam teori etika
kenegaraannya meliputi empat budi, yaitu: penguasaan diri (perwira), keberanian,
kebijaksanaan, dan keadilan. Budi kebijaksanaan dimiliki oleh pemerintah atau
filosof. Tugas mereka ialah membuat undang-undang, mengawasi pelaksanaannya,
memperdalam filosofi dan ilmu pengetahuan tentang ide kebaikan. Membuat
undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya adalah menjadi tugas
pemerintahan atau filosof, sekaligus menunjukkan kelebihan mereka sebagai pihak
yang mampu menatap dan menapak jauh ke depan dan berbuat serta bertindak
dengan penuh perhitungan. Artinya bahwa itu berada dalam dua bidang, yaitu
kebijaksanaan berbuat dan berpikir. Kebijaksanaan berbuat adalah tasawwuf dan
kebijaksanaan berpikir adalah filsafat. Berpikir dan berbuat dianggap sempurna
kebenarannya jika telah terpenuhi adanya keseimbangan antara dasar atau alasan
kenyataan dan tujuan, atau mengandung tiga dimensi waktu dengan
memperhitungkan masa lalu dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Tanpa
memperhatikan dan memperhitungkan dimensi-dimensi waktu maka pikiran dan
perbuatan tersebut berjumlah dianggap sebagai sesuatu yang bijaksana dan benar.
Salah satu contoh dalam kebijaksanaan perbuatan misalnya yang selalu
berhubungan dengan ketiga aspek tadi meliputi sifat-sifat misalnya; jujur contoh
keadilan, puas contoh keperwiraan, waspada contoh perpaduan keperwiraan dan
kebijaksanaan, sabar contoh keberanian dan keperwiraan. Sifat-sifat utama tersebut
menurut Prof. Hamka adalah berhubungan dengan kesucian jiwa sebagaimana yang
diuraikan beliau dalam bahasannya tentang kesucian macam-macam kesehatan
jiwa meliputi: Sjajaah (berani), iffah (perwira), hikmah (bijaksana) dan adalah
(keadilan). Apa yang diungkapkan Hamka dalam materi yang terdapat dalam
tasawwuf. Dan di sini nampak pula adanya keselarasan antara pendapat Hamka dan
Plato dalam bahasan tentang kebijaksanaan atau filsafat.
Al Kindi (Abu Jusuf Yakub bin Isa Al Kidi, 796-874 M), sebagai ahli pertama dan
filsafat Islam dan yang mengawali pengertian skolasik Islam di irak, memberikan
pengertian filsafat di kalangan umat Islam dalam tiga lapangan : (1) Ilmu Fisika
meliputi tingkatan alam nyata, terdiri dan benda-benda kongkret yang dapat di
tangkap pancaindera. (2) Ilmu Matematika, yang berhubungan dengan benda,
Pemikiran tentang alam semesta, manusia dan apa yang ada. Dibalik alam,
semesta, masalah ketuhanan dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat berpikir
dengan insaf, yaitu berpikir dengan teratur menurut aturan-aturan yang telah
dengan pasti ditentukan. Atau dengan kata lain ; cara kerja filosof berpikir secara
sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas dan menganalisis
sesuatu secara mendalam, sampai pada akar-akar persoalannya sehingga hasil
sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) Jiwanya
kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk
kemanfaatan tanah air.
Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas
Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk
pengenalan dan pengakuan tempat-tempat. yang benar dan segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenaan dan
pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
Menurut Prof. Dr. Hasan Lananggulun.
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi yaitu:
1) Menyiapkan generasi muda untuk :memegang peranan-peranan tertentu dalam
masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan
kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
2) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan
tersebut dan generasi tua kepada generasi muda.
3) Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan
masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu
masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity)
dan kesatuan (integratio,2) suatu masyarakat maka kelanjutan hidup tersebut tidak
akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan menyebabkan kehancuran
masyarakat itu sendiri.
Hasil Seminar pendidikan Islam se Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 Met 1960
di Cipayung Bogor menyatakan
Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani
menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Dan uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli pendidik
islam berbeda pendapat mengenai rumusan pendidikan Islam. Ada yang menitik
beratkan pada segi pembentukan akhlak anak, adapula yang menuntut pendidikan
teori dan praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan
lain-lain. Perbedaan tersebut diakibatkan hal yang pentingnya dan masing-masing
ahli tersebut.
Namun, dari perbedaan pendapat tersebut terdapat titik persamaan yang secara
ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada
terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian Islam.
Jika direnungkan. syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau
hanya diajarkan saja, tetapi harus didirikan melalui proses pendidikan. Nabi telah
mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran
Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dan satu segi kita pelihat bahwa
pendidikan Islam lebih: banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental Yang akan
.terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan din sendiri maupun orang
lain. Di segi lainnya pendidikan Islam tidak .hanya bersifat teoretis saja. tetapi juga
praktis. Ajaran islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh.
Oleh karena itu pendidikan Islam merupakan sekaligus pendidikan amal. Dan karena
ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat
menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama maka orang pertama yang
ber-tugas mendidik masyarakat adalah pada Nabi dan Rasul, selanjutnya para
ulama dan cerdik pandai sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.
Lahirnya agama islam yang dibawa Rasulullah SAW. menimbulkan suatu tenaga
penggerak yang luar biasa yang pernah dialami oleh umat manusia, Islam sebagai
landasan spiritual dan sosial memiliki struktur ajaran moral dan program hidup
praktis yang tidak terpisahkan. semua bagian-bagiannya merupakan kesatuan yang
terpadu secara harmonis, sating mengisi dan sating menunjang. Sebagai suatu
ajaran, Islam memberikan jaminan hubungan metafisik antara manusia dengan
Tuhan dan hubungan duniawi antara individu dan Lingkungan masyarakatnya serta
lingkungan alamnya. Tujuan dan segala kegiatan praktis ini haruslah merupakan
penciptaan dan pemeliharaan syarat-syarat perorangan dan sosial yang bermanfaat
bagi perkembangan tingkat moral yang berasaskan nilai-nilai keagamaan atau yang
mempunyai nilai dan sifat ibadah dalam din manusia dengan kesadaran tanggung
jawab moral. Pengetahuan moral sudah tentu secara otomatis mengharuskan
tangung jawab moral atas manusia. Moralita hidup dan mati bagi manusia
merupakan perjuangan untuk menegakkan kejayaan moralita itu sendiri di atas
muka bumi.
Dalam sejarah. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang
zaman dalam pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Dengan pengalamanpengalaman yang naik turun, maju mundur dan berliku-liku. ia telah berhasil
memberi dan menerima pengaruh-pengaruh dan lingkungan yang dijumpainya.
Perubahan-perubahan fundmental telah terjadi berkat pokok-pokok ajaran Islam
yang kenyal dan mengandung falsafah yang menyeluruh dalam kenyal dan
mengandung filsafat yang menyeluruh dalam segi-segi kehidupan umat manusia.
Perkembangan masyarakat Islam mempunyai hubungan timbal balik dengan
perkembangan pendidikan Islam. Keduanya menggunakan landasan spiritual dan
sosial yang berasaskan Islam.
Peranan pendidikan dalam membina umat sangat besar dalam usaha menciptakan
kekuatan-kekuatan yang mendorong ke arah tercapainya tujuan yang dikehendaki
Sebagaimana dimaklumi bahwa
islam bukanlah hanya sekadar suatu kepercayaan agama yang membawa serta
membina masyarakat yang merdeka, yang memiliki sistem pemerintahan, hukum
dan lembaga-lembaga. Semua ini dasar-dasarnya telah dipancangkan sejak semula
oleh Rasulullah SAW. Yang diikuti terus menerus secara berkesinambungan oleh
generasi-generasi berikutnya.
Hal tersebut merupakan problema hidup dan kehidupan manusia. Jadi, merupakan
problema pendidikan. Menurut konsep pendidikan dalam Islam (Tarbiyah Islamiyah)
bahwa pada hakikatnya manusia sebagai khalifah Allah di alam; manusia
mempunyai potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merencanakan
pemecahan problema hidup dan kehidupannya. Manusia bertanggung jawab untuk
memecahkan problema hidup dan kehidupannya sendiri: Dengan kata lain, Islam
menghendaki agar manusia melaksanakan pendidikan din sendiri secara
bertanggung jawab agar tetap berada dalam kehidupan yang Islami, kehidupan
yang selamat, sejahtera, sentosa, yang diridai Tuhan.
Musthafa Abd. Al-Raziq menyatakan bahwa al-ijitihadu bi al-ra yi huwa bidayatu alnadhari al-aqli, ijtihad dengan menggunakan daya kemampuan akal merupakan
dasar dan terbentuknya pola pikir rasional.
Metode ijtihad sebagai metode khas filsafat Islam memang telah mengalami
perkembangan dan para ulama serta filosof Islam menggunakannya secara
bervariasi Pada dasarnya ijtihad bersumber pada Al-Quran sebagai wahyu Allah dan
Al-Sunah sebagai penjelasan dan penjabarannya, tetapi para ulama dan filosof
Islam berbeda-beda dalam cara penggunaannya sebagai sumber pemikiran dan
ijtihadnya.
Perbedaan tersebut pada hakikatnya bersumber dan perbedaan dasar filosofis yang
mendasari nya. Ulama dan filosof dan kalangan mutazilah misalnya, berpandangan
bahwa hakikat Al-Quran adalah makhluk, baru, sebagaimana alam lainnya. Alam
berkembang, berubah dan kebenaran-kebenaran yang diperoleh manusia dari alam
pun merupakan kebenaran yang relatif Demikian pula kebenaran dan pengetahuan
yang didapatkan dari Al-Quran pun merupakan kebenaran yang relatif Al-Sunah
sebagai pengabaian dan kebenaran Al-Quran penafsiran) menunjukkan kebenaran
dan kesesuaian dengan zaman nya.
Oleh karena itu, penafsiran terhadap Al Quran pun dapat berkembang. Sedangkan
kalangan Ahlu al-Sunah pada umumnya berpandangan bahwa hakikat Al-Quran
adalah kalamullah yang qadim (abadi). Dengan demikian, kebenaran-kebenaran
yang terdapat di dalamnya adalah kebenaran yang abadi, kebenaran yang tak
tersentuh akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai konsekuensinya, penafsiran AlQuran dengan menggunakan akal pikiran merupakan masalah yang tabu dan
dilarang.
Ijtihad hanya diperbolehkan selama tidak menyentuh hal-hal yang sudah tercantum
dalam Al-Quran dan sudah dijelaskan dalam Al-Sunah. Di kalangan ulama dan filosof
dalam hidang faqh pun berbeda-beda sistem ijthadnya, sehingga menghasilkan
kesimpulan hukum yang berbeda-beda pula. Demikian pula di kalangan ahli
tasawwuf, penggunaan sistem ijtihad yang berbeda, menghasilkan terikat yang
berbeda-beda pula.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa dalam filsafat Islam telah berkembang
metode-metode filosofis dan aliran-aliran filsafat yang beraneka ragam, yang
kesemuanya memberikan arah dan mempengaruhi jalannya pertumbuhan dan
perkembangan umat Islam, baik secara individual maupun. secara ijtimai (dalam
arti umat islam).
Dengan kata lain, metode dan sistem serta aliran filsafat Islam tersebut
mempengaruhi, bahkan mengarahkan jalannya pendidikan di kalangan umat Islam.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang
pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalahmasalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan manusia Muslim dan Umat Islam.
Di samping itu, filsafat Pendidikan Islam juga merupakan studi tentang penggunaan
dan penerangan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika
pendidikan umat Islam, dan selanjutnya memberikan arab dan tujuan yang jelas
terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.
Jadi, filsafat pendidikan Islam bersifat tradisional dan kritis. Hal ini sejalan dengan
paham yang dikemukakan oleh Imam Barnadib dalam Filsafat. pendidikannya,
bahwa filsafat pendidikan itu mempunyai dua corak. yaitu filsafat tradisional dan
kritis. filsafat tradisional adalah filsafat sebagaimana adanya sistematika, serta
aliran nya sebagaimana dijumpai dalam sejarah. Tadi, kalau diajukan pertanyaanpertanyaan maka jawaban yang diperlukan ada dan melekat pada masing-masing
jenis dan aliran tersebut. Lain halnya dengan filsafat kritis, pertanyaan-Pertanyaan
yang diajukan dapat disusun dan dilepaskan dan ikatan waktu (hicroris) dan usaha
mencari jawaban yang diperlukan dapat memobilisasikannya sebagai aliran yang
ada, dan mencari dan masing-masing aliran, serta mengambilnya dari jenis
masalah yang bersangkutan)
Sejak dilahirkan, umat manusia telah diwarisi intuisi beragama dan intuisi serba
ingin tahu. Dalam perkembangannya kedua intuisi ini kadang-kadang menimbulkan
benturan-benturan antara pikiran dan perasaan yang mengakibatkan timbulnya
pertentangan batin. Adapun wujud dan kedua intuisi ini adalah akal dan budi.
Dengan akalnya, orang akan memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bahan
pertimbangan secara lahiriah. Dengan budinya orang akan memperoleh dasar
pertimbangan yang mempunyai latar belakang kebaikan dan kebajikan walaupun
kadang-kadang tanpa pengertian.
Penggunaan akal budi yang serasi akan menghidupkan sikap ajrih dan asih yang
timbul dan dorongan batinnya dengan kesadaran hati nuraninya. ajrih dan asih
adalah. gambaran kehidupan iman, yang menuju ke arah kehidupan yang
berdasarkan takwa. Dan inilah gambaran dan insan kamil. Ia senantiasa berusaha
menjaga hubungan baik antara dia sendiri dengan Allah dan antara sesamanya
dengan alam sekitarnya.
Petunjuk dari Allah SWT melalui Al Quran bahwa Pencipta segala sesuatu itu adalah
Allah sendiri tanpa bantuan dari selain-Nya. Manusia diciptakan dan segumpal
darah melalui proses pertumbuhan menurut hukum yang telah ditetapkan Allah.
Allah menyatakan diri-Nya bahwa Dialah Yang Maha Pemurah, sehingga bukan
untuk ditakuti apalagi dijauhi. Akan tetapi harus (didekati dan diikuti segala
kehendaknya, demi kepentingan dan kebaikan umat manusia sendiri. Dialah Maha
pendidik Yang Bijaksana mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan diri dengan
menulis dan membaca.
Petunjuk ini berarti bahwa manusia harus bisa membaca dalam arti yang
sesungguhnya dan dalam arti majazi (kiasan). Arti sesungguhnya adalah membaca
apa yang ditulis, berupa huruf Arti majazi adalah membaca diri sendiri dan alam
sekitarnya serta latar belakang dari keduanya itu (metafisika). Jadi, yang
dikehendaki Allah ialah agar manusia mampu membaca apa yang tersurat dan apa
yang tersirat, hingga benar-benar mengenal dirinya dan bertindak sesuai dengan
pengenalannya itu.
Mengenal diri sendiri bukanlah suatu hal yang mudah, pada ilmumnya manusia
baru dalam taraf mengetahui akan dirinya, masih dalam taraf pertama. Taraf
selanjutnya adalah mengerti dan memahami kemudian mengenal dan menghayati.
Setelah itu, meningkat pada taraf mencintai yang akan mendorongnya untuk
melakukan suatu tindakan yang baik dan terpuji bagi dirinya.
Firman Allah tersebut mengandung makna yang sangat luas dan mendalam. Untuk
keperluan pembahasan ini, kita fokuskan pada permasalahannya, yakni masalah
filsafat pendidikan. Maka kita akan memperoleh kesimpulan bahwa firman tersebut
merupakan pernyataan dan Allah SWT. bahwa kodrat alam manusia secara pribadi
adalah:
Dalam Al-Quran, Allah sering menberikan anjuran-anjuran yang keras agar manusia
menggunakan akalnya secara efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Jadi,
selain kita diharuskan mengikuti petunjuk dari perintah Allah, juga diwajibkan
mematuhi petunjuk dan perintah dengan mencontoh Rasulullah SAW.
basil dan pendidikan anak-anaknya, dan mereka bertanggung jawab atas hasil
usaha mendidik anaknya itu kepada Allah SWT, dan akan merasakan hasil lebih
payahnya itu.
Petunjuk tersebut mengandung makna kandungan filsafat yang luas, yang harus
dipikirkan dan dikembangkan hingga memperoleh jawaban mengenai hakikat
kebenaran dan pendidikan dan dapat dilaksanakan dengan baik dan praktis.
Jelasnya, Al-Quran dan Sunah adalah dasar dan landasan bagi filsafat pendidikan
Islam, menjadi standar kebenaran bagi basil pemikiran filosofis manusia untuk
diamalkan dalam kehidupan. Dasar-dasar tersebut tidak akan menyimpang atau
menyalahi UUD 1945 dan falsafah Pancasila, bahkan menunjang dan memberikan
isinya. Usaha pengisian ini adalah kebutuhan utama bagi kepentingan umat Islam
Indonesia. Jaminan hukum, untuk ini telah baik dalam UUD 1945 maupun dalam
falsafah Pancasila.
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Dengan demikian, bagaimanapun sederhana nya peradaban masyarakat, di
dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu, sering
dinyatakan bahwa pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Artinya;
Pendidikan sebagai proses timbal balik dan tiap pribadi manusia dalam penyesuaian
dirinya dengan alam, dengan sesama, dan dengan alam semesta. Pendidikan juga
merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dan semua potensi-
potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian
individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun
semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah
proses, di mana potensi-potensi (kemampuan, kapasitas) manusia Yang mudah
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaankebiasaan yang baik. oleh alat/ media yang disusun Sedemikian rupa dan dikelola
oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Dalain hal ini, tim Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan
adalah:
Kedudukan itu secara tidak langsung telah menetapkan pendidikan sebagai bagian
yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia. John dewey
mengemukakan bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup (a necessity
of life), salah satu fungsi sosial (a social function) sebagai bimbingan (as direction),
sebagai sarana pertumbuhan (as growth), yang mempersiapkan dan membukakan
serta membentuk disiplin hidup transmisi baik dalam bentuk informasi, formal
maupun non formal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Di dalam zaman globalisasi ini teknologi begitu maka marilah kita mengamalkan
bersama-sama tujuan pendidikan islam baik lewat pendidikan formal maupun non
formal
3.2. Saran
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia karena itu sebagai calon
pendidik marilah kita mengamalkan tujuan pendidikan islam secara ikhlas baik
lewat pendidikan formal.