Anda di halaman 1dari 2

Hikmah: Generasi Rabbani

Oleh A Ilyas Ismail MA

Salah satu missi kenabian, menurut QS Ali Imran (97), adalah mendidik masyarakat
agar menjadi orang-orang yang memiliki kesadaran ketuhanan yang tinggi.
Yang dimaksud kesadaran ketuhanan di sini ialah kesadaran pada seorang bahwa Allah swt
selalu menyertai hidupnya dan menyertai semua kegiatan dan aktivitasnya.

Kesadaran seperti ini, jelas merupakan pangkal dari segala kebajikan. Amal saleh
dan keluhuran budi pekerti, (akhlaq al-Karimah) sesungguhnya lahir dan berakar dari
kesadaran ini. Sebaliknya, perbuatan dosa dan berbagai tindak kejahatan lainnya, timbul
dan terjadi ketika seorang lalai dan berpaling dari Allah swt.

Dalam bahasa Alquran, kesadaran ketuhanan itu disebut " rabbaniyah " dan
pemiliknya dinamai " Rabbaniyun " (kaum Rabbani).
Dalam Alquran terjemahan Departemen Agama, kata " abbaniyun " diberi arti orang-orang
yang Taqwa. Hal ini, kelihatannya karena kesadaran ketuhanan yang ada pada kaum Rabbani
itu sesungguhnya merupakan salah satu bentuk dan manifestasi dari iman dan ketakwaan
mereka.

Menurut Zamahsyari, pengarang kitab " al-Kasysyaf, sebutan " rabbaniyun " itu lebih
menunjuk pada orang-orang yang secara keras dan sungguh-sungguh berpegang teguh pada
agama Allah serta tunduk dan patuh kepada-Nya. Mereka, lanjut Zahsyari, pastilah orang-
orang yang berilmu ('alim), mengamalkan ilmunya ('amil) dan mengajarkan ilmunya itu
kepada orang lain (mu'allim). Kitab Al-kasysyaf, 1/400).

Dalam sejarah, Muhammad ibn al-Hanafiah, menurut riwayat yang dikutip Zamahsyari,
pernah memberikan gelar "Rabbani" ini kepada Abdullah bin Abbas, salah seorang sahabat
Nabi yang dikenal 'alim dan 'abid.
Ketika Ibn Abbas wafat, konon Ibn Hanafiah berkata, "Hari ini (kita) kembali kehilangan
salah seorang generasi Rabbani dari umat ini."
Kaum Rabbani, sejauh yang disebut dalam Alquran, memiliki beberapa ciri yang amat
menonjol.

Pertama, mereka merupakan generasi pecinta ilmu (Ali Imran, 79).


Untuk itu, menurut Rasyid Ridha, mereka selalu belajar dan mendalami Alquran serta
mengajarkannya kepada orang lain. Ilmu mereka benar-benar meresap dalam hati dan jiwa
mereka sehingga mereka bukan hanya bisa mengajar, tetapi juga mampu mendidik umat.
( Kitab Tafsir al-Manar, 3/348)
.
Kedua, mereka merupakan generasi pejuang (Ali Imran, 146).
Sebagai pejuang, kata Ridha, mereka memiliki semangat jihad yang amat tinggi. Mereka
tidak pernah merasa lesu atau lemah karena kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam
berjuang di jalan Allah. Semua kesulitan itu mereka hadapi dengan tabah dan sabar.
Ketiga, mereka merupakan generasi yang selain berjuang juga berdoa kepada
Allah swt. (Ali Imran, 147).
Dalam perjuangan, tulis Ridha, doa merupakan salah satu faktor penting. Doa dapat
memberi sugesti dan kekuatan kepada para pejuang (mujahid) dalam menghadapi berbagai
kesulitan yang mereka temui di medan juang. (Kitab Tafsir al-Manar, 4/171-172).

Eksponen generasi Rabbani tersebut, sejalan dengan perjalanan waktu dan


perkembangan zaman, tampaknya kini semakin berkurang dan langka, sementara tantangan
yang dihadapi umat tampak semakin berat. Dalam suasana seperti ini, kita semua tentu
mendambakan kehadiran Generasi Rabbani Baru yang akan menegakkan kebenaran dan
mengibarkan panji-panji Islam di tengah-tengah perubahan yang semakin cepat.

Anda mungkin juga menyukai