Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KELOMPOK 14

Biografi Singkat Ulama Hadits dan Al Kutub Al Sittah


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits
Dosen Pengampu: Dr. Mohammad Ali Wafa M.Ag

Disusun Oleh

Ismi Nadia Khaeriyah ( 11200440000095 )

Ivan Nurholis ( 11200440000096 )

Mutiara Ananta ( 11200440000135 )

Sarip Hidayatullah ( 11200440000136 )

JURUSAN HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Biografi Singkat Ulama
Hadits dan Al Kutub Al Sittah” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Dr.
Mohammad Ali Wafa M.Ag. pada Mata Kuliah Ulumul Hadits. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Biografi Singkat Ulama Hadits dan Al Kutub
Al Sittah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Mohammad Ali Wafa M.Ag. yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami
mengenai Biografi Singkat Ulama Hadits dan Al Kutub Al Sittah.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Tangerang Selatan, 01 Desember 2020

Kelompok 14

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Manfaat Penulisan 5
BAB II Pembahasan 6
2.1 Pengertian Biografi Ulama Hadits 6
2.2 Alasan Biografi Ulama Hadits di Tulis 6
2.3 Biografi Singkat Ulama Hadits Pada Zaman Sahabat 7
2.4 Biografi Singkat Para Ulama Hadits Pada Zaman Pengkodifikasian Hadits 13
2.5 Biografi Singkat Para Ulama Al Kutub Al Sittah 18
2.6 Penulis Hadits Terbanyak 23
2.7 Ulama Pentadwin Hadits 23
BAB III Penutup 24
3.1 Kesimpulan 24
3.2 Saran 24
Daftar Pustaka 25

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mempelajari hadits kita tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkenaan
dengan hadits saja, tetapi kita juga perlu mempelajari tokoh-tokoh yang telah berjasa besar
dalam memelihara dan menyebarluaskan hadits-hadits Nabi yang merupakan sumber ajaran
Islam setelah Al-Qur’an. Berkat jasa merekalah hadits-hadits Nabi saw sampai di tangan kita.
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai biografi singkat ulama hadits sejak zaman
sahabat sampai puncak pembukuan hadits. Karena mengetahui biografi ulama hadits itu
penting maka ada suatu ilmu yang membicarakan hal ihwal dan biografi ulama hadits, dan
ilmu tawarihi’r-ruwah membahas tentang kapan dan dimana seorang rawi dilahirkan, dari
siapa ia menerima hadits, siapa orang yang pernah mengambil hadits daripadanya dan
diterangkan pula dimana dan kapan ia wafat.

Ilmu ini berkembang bersama dengan berkembangnya ilmu riwayah. Perhatian para
ulama dalam membahas ilmu ini didorong oleh suatu maksud untuk mengetahui dengan
sebenarnya hal ihwal para rawi hadits. Atas motif tersebut mereka menanyakan kepada para
rawi yang bersangkutan mengenai umur dan tanggal kapan mereka dilahirkan, dimana
domisili mereka dan kapan mereka menerima hadits. Mengetahui tanggal lahir dan wafatnya
para rawi sangat penting untuk menolak pengakuan seorang rawi yang mengaku pernah
bertemu dengan Nabi.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan judul makalah ini “Biografi Singkat Para Ulama Hadits Dan Al Kutub Al
Sittah”, maka rumusan masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Apa pengertian biografi ulama hadits ?


2. Mengapa biografi ulama hadits ditulis ?
3. Bagaimana biografi para ulama hadits pada zaman sahabat ?
4. Bagaimana biografi para ulama hadits pada zaman pengkodifikasian hadits ?
5. Bagaimana biografi para ulama Al Kutub Al Sittah ?

4
6. Siapakah ulama penulis hadits terbanyak ?
1. Siapakah ulama pentadwin hadits ?

1.1 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian biografi ulama hadits.
2. Untuk mengetahui alasan mengapa biografi para ulama hadits ditulis.
3. Untuk mengetahui biografi para ulama hadits pada zaman sahabat.
4. Untuk mengetahui biografi para ulama hadits pada zaman pengkodifikasian hadits.
5. Untuk mengetahui biografi para ulama Al Kutub Al Sittah.
6. Untuk mengetahui ulama penulis hadits terbanyak.
7. Untuk mengetahui ulama pentadwin hadits.

1.2 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk lebih memperluas wawasan dan
pengetahuan mengenai biografi para ulama hadits zaman sahabat, zaman pengkodifikasian
hadits, ulama Al Kutub Al Sittah, ulama penulis hadits terbanyak, dan ulama pentadwin
hadits bagi para pembaca dan penulis.

5
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Biografi Ulama Hadits

Biography adalah riwayat hidup.1 Biografi ulama hadits adalah riwayat hidup seorang
ulama atau yang ahli dalam ilmu hadits. Riwayat hidup seorang ulama ditulis oleh orang lain,
disini yang disebut sebagai ulama hadits adalah seseorang yang menguasai ilmu hadits atau
bahkan menjadi seorang perawi, penghafal ataupun penyusun hadits. Sebagaimana diketahui
bahwa sanad itu ialah rawi-rawi hadits yang dijadikan sandaran oleh pentakhrij hadits dalam
mengemukakan suatu matan hadits.2

2.2 Alasan Biografi Ulama Hadits di Tulis

Nilai suatu hadits, sangat dipengaruhi oleh hal-hal, sifat-sifat, tingkah laku, biografi,
mazhab-mazhab yang dianutnya dan cara-cara menerima dan menyampaikan hadits dari para
rawi. Mengetahui hal-hal tersebut, perlu sekali dan memberi faedah yang sangat berguna.
Seorang penuntut ilmu hadits belum dianggap sempurna, jika belum mendalami ilmu-ilmu
yang berhubungan dengan sanad, tidak hanya itu mengetahui biografi ulama hadits juga
sangat penting.

Banyak ulama hadits yang membuat buku-buku tentang biografi ulama hadits. Contohnya
kitab Jarhiwat-ta’dil. Salah satu aspek apakah hadits itu shahih atau dhaif dilihat dari
rawinya, apakah rawi tersebut cacat akhlaknya, dari segi intelektualnya, latar belakangnya.
Oleh karena itu sangat penting mengkisahkan ulama hadits.

Kemudian karena banyaknya hadits-hadits yang palsu yang dibuat demi kepentingan
sebagian pihak. Maka para ulama mulai menciptakan suatu formula yang dapat menyaring
hadits-hadits tersebut. Hinggga terciptalah apa yang disebut dengan ilmu hadits. Karena
hadits itu berasal dari Nabi maka taraf mengkaji hadits sudah dimulai sejak Muhammad

1
Jhon Echol, Hasan Sadily. Kamus Bahasa Inggris. Jakarta: Gramedia. t.thn. Hal. 65
2
Maslani, Ratu Suntiah. Ikhtisar Ulumul Hadits. Bandung: Sega Arsy. Hal. 126

6
diangkat sebagai Nabi. Bahkan berdasarkan definisi para ahli hadits sudah dimulai dari
sebelum kenabian. Maka para ulama hadits sudah ada dan teramat banyak untuk disebutkan.

2.3 Biografi Singkat Ulama Hadits Pada Zaman Sahabat

Berikut ini adalah biografi singkat para Ulama Hadits Pada Zaman Sahabat :

1.   Abu Hurairah (21 SH-59 H = 602 M - 679 M)


Nama asal abu hurairah adalah abdurahaman bin shakr Ad-Dawsi (salah satu
kabilah di Yaman), nama Islam yang diberikan Nabi, sebagai pengganti nama masa
Jahiliya, yaiti Abdusysyams bin shakhr kemudian dipanggil Abu  Hurairah oleh
Rasulullah juga yang berarti “bapaknya kucing” pada saat beliau melihatnya
membawa kucing kecil.3 Hal itu memang karena sikapnya yang sangat menyayangi
kucing peliharaannya.4
Abu Hurairah masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriyah pada tahun Perang
Khaibar. Dia adalah komandan penghuni Shuffah, yang menghabiskan waktunya
untuk beribadah. Shuffah  adalah suatu tempat berlindung  para sahabat yang zahid di
Masjid Nabawi. Abu Hurairah adalah adalah salah seorang sahabat yang mendapat
doa dari Ras ulullah agar dapat menghafal apa yang ia dengar.5
Ia pernah diangkat menjadi gubernur Bahrain pada masa Umar bin Al-
Khaththab.6 akan tetapi ia kemudian diberhentikan karena kebiasaannya yang terlalu
banyak meriwayatkan hadis. Kebiasaan ini bertentangan dengan kebijaksanaan Umar
Ibn Al-Khattab yang pada saat itu sedang memperketat izin periwayatan Hadits.7
Abu Hurairah adalah salah seorang sahabat yang terbanyak dalam hal
periwayatan hadis. Menurut Baqi’ bin Mukhallad sebanyak 5.374 buah hadis. Ia
mngambil hadis dari sekitar 800 orang para sahabat dan tabi’in. Kemudian di
riwayatkan oleh para prawi dalam buku induk 6 hadis dan Imam Malik dalam Al-
Muwaththa’ dan Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya.Imam Al-Bukhari
meriwayatka darinya sebanyak 93 bua hadis dan Muslim sebanyak 189 buah hadis.
Abu Ishak Ibrahim bin Harb Al-‘Askari (w. 282 H) menghimpun hadis-hadis yang

3
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 280.
4
Hal ini berdasarkan pada riwayat Al-Tirmidzi.
5
Abdul Majid Khon, Op. Cit, hlm. 281.
6
Ibid.
7
Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 211.

7
diriwayatkan Abu Hurairah dala Musnadnya dan naskahnya masihh ada di
perpustakaan Turki sebgaimana di sebukan Tarikh Al-Adab Al-Arabi.8
Ada beberapa faktor banyaknya periwayatan yang diperoleh Abu Hurairah,
antara lain sebagaia berikut:
a. Rajin menghadiri majelis-majelis Nabi.
b. Selalu menemani Rasulullah karena sebagai penghuni shuffah  di Masjid
Nabawi
c. Kuat ingatanya karena ia salah salah seorang sahabat yang mendapat doa dari
Nabi sehingga hafalannya kuat dan tidak pernah lupa apa yang ia dengar dari
Rasulullah.
d. Banyak berjumpa dengan para sahabat senior, sekalipun Nabi telah wafat. Ia
berusia cukup panjang, yaitu 78 tahun dan masih hidup 47 tahun setelah Nabi
wafat.9
Abu Hurairah wafat di Madinah pada tahun 57 dalam usia 78 tahun. Segala
waktunya dihabiskan untuk berkhidmah pada hadis Rasulullah.10

2.   Abdullah bin Umar  (10s.H. - 74 H = 618 M - 694 M)


Abdullah bin Umar (disebut dengan "Ibn Umar") lahir pada tahun 10 sebelum
hijriyah. Ia masuk Islam bersama ayahnya pada usia 10 tahun. 11 Ia anak Khalifah
kedua Umar bin Al-Khaththab dan saudara Hafshah Umm Al-Mu’minin. Meskipun
ayahnya menjad Khalifah yang sangat luas kekuasaanya, namun ia idak puna ambisi
kedudukan atau kekhalifahan. Hal ini disebakan disamping sikap ayahnya yang tidak
nepotis, ia selalu mencurahkan segala perhatiannya untuk mencari ilmu dan
beribadah.12
Abdullah bin Umar termasuk seorang sahabat yang tekun dan berhati-hati
dalam periwayatan hadis. Bahkan sebagai ulama berpendapat bahwa Ashahhu Al-
Asanid (sanad yang paling shahih) yang disebut Silsilat Adz-Dzahab adalah hadis
yang diriwayatkan dari Malik dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar.13

8
Al-Maliki, Al-Manhal Al-Lahif fi Ushul Al-Hadts Asy-Syarif  (Jiddah: Sihr, 1982). Dalam buku Abdul
Majid Khon, hlm. 282.
9
Ibid, hlm. 283.
10
Ibid.
11
Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 216.
12
Abdul Majid Khon. Op.cit, hlm. 283-284.
13
Shubhi Ash-Shalih, Ulumu Al-Hadits wa Mushthalahuh (Beirut: Dar Al-Ilm Li Al-Malayin, 1969).
Dalam buku Abdul Majid Khon. Ibid.

8
Ia seorang sahabat yang banyak meriwayatkan hadis. Jumlah hadis yang
diriwaatkannya sekitar 2.630 buah hadis. Ia meriwayatkankan hadis dari Nabi dan
dari para sahabat, di antaranya dari ayahnya sendiri Umar, pamanya Zaid, saudara
kandungnya Hafshah, Abu Bakar, Umar, ali, Bilal, Ibnu Mas’ud, Abu Dzarr, dan
Mu’adz. Imam AL-Bukhari meriwayatkan sekirat 81 buah hadis darinya, Muslim
meriwayatkan darinya sekitar 31 buah hadis, dan yang disepakati antara keduannya
sebanyak 1.700 buah hadis.14
Ada beberapa faktor banyaknya periwayatan yang diperoleh Abdullah bin
Umar, antara lain sebagaia berikut:
a. Ia tergolong sahabat pendahulu masuk Islam dan berusia panjang, mencapai
87 tahun.
b. Selalu hadir di majelis-majelis Nabi dan mempunyai hbungan dekat degan
beliau, karenamenjadi iparnya Nabi.
c. Tidak punyaambisi kedudukan atau jabatan dalam pemerintahan da tidak
melibatkan diri dalam berbagai konflik politik di kalangan sahabat.
Ia meninggal dunia di Mekah pada tahun 73 H/693 M dalam usia 87 tahun.15

3.        Anas bin Malik (10s.H. - 93 H = 612 M - 912 M)


Anas bin Malik adalah khadim (pelayan) Nabi, yang dipersembahkan oleh
ibunya Ummu Sulaim pada usia 10 tahun. Ayahnya bernama Malik Ibnu Al-
Nadhar.16 Rasul SAW sendiri memperlakukannya dengan sangat bijaksana, bukan
sebagai seorang tuan kepada pembantunya. Kepribadiannya yang dikenal dikalangan
para sahabat adalah ketakwaan dan kewaraan. Abu Hurairah pernah berkomentar:
"Aku tidak pernah melihat seorangpun yang sholatnya menyerupai Rasul SAW,
kecuali Ibnu Sulaim (Anas bin Malik)".17 Ia di besarkan di tengah-tengah keluarga
Nabi selama 9 tahun dan beberapa bulan sehingga ia mengetahui banyak hal tentang
Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, dan pengakuan beliau.
Hadis-hadis yang diterimanya, selain langsung dari Rasul SAW, juga dari
sahabat lainnya seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Fatimah Al-Zahra, Tsabit ibn
Qais, dll. Jumlah hadis yang diriwayatkan Anas mencapai 2.286 buah hadis. Imam

14
M. Hasbi Ash-Shiddie, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1980). Cet. Ke-6,
hlm. 280
15
Ibid.
16
Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 218.
17
Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 286.

9
Al-Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 83 buah hadis dan Muslim sebanyak 71
buah hadis. Sanad yang paling shahih adalah hadis yang diriwayatkan dari Malik dari
Az-Zuhri dari Anas bin Malik.
Pada akhir hayatnya ia berpindah ke Basrah dan salah seorang yang terakhir
wafatnya di Basrah. Wafat pada tahun 93 H dalam usia lebih 103 tahun.18

4.        Siti ‘Aisyah Al-Shiddiqiah (9 s.H - 58 H = - 668 M)


Siti Aisyah adalah istri Rasul SAW, putri Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia lahir dua
tahun setelah Nabi di utus menjadi Rasul.  Ia merupakan satu-satunya istri Rasul yang
banyak meriwayatkan hadits.19 Selain jenius, ia memiliki kemauan yang keras untuk
mengetaui hukum-hukum agama, juga sebagai istri Nabi yang sangat intim
hubungannya dengan Nabi sehingga banyak dan luas pengetahuannya tentang ilmu
agama yang bersumberkan dari Al-qur’an dan hadis. Ia juga menjadi tempat bertanya
berbagai persoalan agama dikalangan sahabat. Ia masih hidup selama 39 tahun setelah
Nabi wafat.20
Tentang kelebihan ilmunya, Ibn Syihab Al-Zuhri pernah memberikan
penilaian, "Jika ilmu istri-istri Rasul SAW dikumpulkan ditambah ilmu wanita-wanita
lainnya, tentu tidak akan mengungguli ilmu Aisyah. Penghargaan yang sangat tinggi
juga disampaikan di antaranya oleh ayah Hisyam. Menurutnya, tidak ada sahabat
yang sepandai Aisyah dalam hal mengetahui diturunkannya ayat-ayat Al Quran, hal-
hal yang diwajibkan dan disunnahkan, peristiwa-peristiwa penting silsilah keturunan
dan banyak hal lainnya.
Jumlah hadis yang diriwayatkan Aisyah sebanyak 2.210 buah hadis, Imam
Al-Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 54 buah hadis dan Muslim meriwayatkan
darinya sebanyak 68 buah hadis. Dia banyak meriwayatkan hadis dari para shabat
seperti dari bapaknya sendiri Abu Bakar, Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaidi bin
Khudhair, dll. Ia meninggal pada tahun 57 H/668 M pada bulan Ramadhan sesudah
melakukan shalat witir.

5.        Abdullah bin Abbas  (3 s.H - 68 H = 616 M - 687 M)

18
Ibid, hlm. 287.
19
 Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 219.
20
Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 287.

10
Abdullah bin Abbas adalah saudara sepupu Rasulullah SAW. Ia lahir 3 tahun
sebelum Hijriyah dan ia baru berumur 13 tahun pada waktu Nabi wafat. ia salah
seorang yang mendapat doa dari Nabi dan dikabulkan Allah hingga ia dikenal sebagai
ilmuwan, ahli fiqh, fatwa, dan periwayatan. Dia duduk satu hari mengajar fiqh, satu
hari untuk tafsir, satu hari tentang peprangan, satu hari tentang syair dan satu hari
tentang hari-hari Arab. Aku tidak melihat seorang alim yang duduk di hadapannya
melainkan tunduk hormat kepadanya dan tidak ada seorang penanya melainkan
mendapat ilmu darinya.21
Jumlah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas sebanyak 1.660 buah
hadis. Imam Al-Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 120 buah hadis dan Imam
Muslim sebanyak 49 buah hadis. Beliau banyak menerima hadis dari Rasulullah dan
dari para sahabat.  Diantara para sahabat ialah ibunya sendiri Al-Fadhil, bibinya
Maimunah, dll. Dan para tabi’in ialah  Abu Umamah bin Sahl, Sa’ad bin Al-
Musayyab, Abdullah bin Harts, dll.22 Beberapa faktor yang menyebabkan ia banyak
meriwayatkan hadis adalah sebagai berikut:
a. Hubungan keluarga dengan Nabi sangat dekat.
b. Keras kemaunnya untuk menuntut ilmu-ilmu agama terutama hadis dari
Rasulullah.
c. Rajin menemui para sahabat untuk mendapatkan hadis-hadis dari Rsaulullah.
d. Mendapat doa dari Rasulullah: “Ya Allah ajarkan ia akan hikmah”.
e. Sesudah Nabi wafat, ia masih hidup dalam tempo waktu yang lama, yaitu 58
tahun.23
Ia meninggal dunia di Thaif pada tahun 68 dalam usia 71 tahun setelah terkena
sakit mata beberapa waktu sebgaimana ayah dan kakeknya.24

6.        Jabir bin Abdullah (16 s.H - 78 H = 604 M - 698 M)


Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram Al-Anshari. Ia dilahirkan Pada tahun
16 sebelum hijrah. Ayahnya adalah Abdullah Ibn Amr Ibn haram Ibn Tsa-labah Al-

21
Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 289.
22
Ibid
23
Ibid
24
Ibid, hlm. 290.

11
Khazraji Al-Anshari Al-Salami. 25 Ia adalah salah seorang di antara sahabat yang
paling kecil pada waktu itu. Ia juga banyak menghadiri peperangan bersama
Rasulullah sebanyak 19 kali, terkecuali Perang Badar dan Uhud, di karenakan di
larang oleh ayahnya. Tetapi setelah ayahnya terbunuh dalam Perang Uhud, ia tidak
pernah ketingalan dalam satu perang apapaun. 26
Ketika ayahnya meninggal dunia, ayahnya meninggalkan juga anak
perempuan yang masih kecil dan utang yang banyak. Namun ia dapat meyelesaikan
semua tanggung jawab itu berkat perhatian Nabi. Jabir banyak menghadiri majelis-
majelis Nabi dan banyak bertemu para sahabat senior, di samping usiannya yang
panjang setelah wafat Nabi sehingga memungkinkan untuk mendapatkan banyak
hadis dari Nabi.27 Ia menerima hadis-hadisnya disamping dari Rasul SAW sendiri,
juga dari para sahabat lainnya, seperti Abu Bakar, Umar, Ali dan Abu Ubaidah,
Thalhah, Muadz Ibn Jabal.28
Jumlah hadis yang diriwayatkan Jabir sebanyak 1.540 buah hadis. Al-Bukhari
dan Muslim sepakat meriwayatkan darinya sebanyak 60 buah hadis. Al-Bukhari
sendiri meriwayatkan sebanyak 126 buah hadis.29 Ia wafat di Madinah pada tahun 74
H dalam usia 94 tahun dn ia adalah sahabat yang terakhir meninggal di Madinah.
Hadis yang paling shahih sanad-nya adalah hadis yang diriwayatkan dari penduduk
Mekah melalui jalur Sufyan bin Uyaynah dari Amr bin Dinar dari Jabir bi Abdullah.30

7. Abu Sa’id al-Khudri (12 Seb. H-74 H)


Dia adalah Sa’ad ibn Malik ibn sinan ibn ‘Ubaidibn Tsa’labah ibn ‘Ubaid ibn
al-Abjar, yaitu Khudrah ibn ‘Auf Ibn al-Harits ibn al-Khazraj al-Anshari. Pada usia 13
tahun, dia dibawa serta oleh ayahnya menghadap Rasul saw agar dijinkan untuk turut
dalam peperangan Uhud, tetapi Rasulullah saw menganggapnya masih terlalu muda
untuk berperang ketika itu, dan selanjutnya beliau menyarankan untuk dibawa pulang
kembali. Dalam peperangan berikutnya , dia telah dibenarkan untuk berpartisipasi
sehingga selama hidupnya dia telah mengikuti sejumlah 12 kali peperangan.

25
Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 222.
26
Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 290.
27
Ibid, hlm. 291.
28
Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 223.
29
Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 291
30
Ibid.

12
Selain langsung dari Rasulullah saw, Abu Sa’id al-Khudri mendapatkan hadis
melalui ayahnya, yaitu Malik ibn Sinan, dari saudara seibunya, yakni Qatadah ibn
Nu’man, dari Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Zaid ibn Tsabit, Abu Qatadan al-
Anshari, ‘Abd Allah ibn Salam, Ibn Abbas, Abu Musa al-Asy’ari, Mu’awiyyah, Jabir
ibn ‘Abd Allah, dan lain-lain. Hadis-hadis koleksi ibn Sa’id selanjutnya diriwayatkan
oleh anaknya, ‘Abd al-Rahman, istrinya yakni Zainab binti Ka’ab ibn Ajrah, ibn
Abbas, Ibn ‘Umar, Jabir, Zaid ibn Tsabit, Abu ‘Umamah ibn Sahal, Ibn Musyayab,
Tharib ibn Syihab dan lain-lain.
Dari 1170 hadis yang merupakan koleksi Abu Sa’id al-Khuduri, sejumlah 111
hadis diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, 43 hadis disepakati oleh keduanya, 16
hadis diriwayatkan oleh Bukhari saja dan 52 hadis diriwayatkan oleh Muslim saja.
Hadis-hadisnya yang lain dijumpai dalam Ak-Kutub al-Sittah. Abu Sa’id al-Khudri
meninggal dunia pada tahun 74 H di Madinah, dalam usia 86 tahun.31
Ulama mutaqaddimin adalah para ulama yang hidup pada abad ke 2 dan ke 3
Hijriyah yang telah menghimpun hadits-hadits Nabi SAW. Di dalam kitab 3 mereka
yang mereka dapatkan melalui kunjungan langsung ke guru-guru mereka. Periode ini
adalah setelah wafatnya Nabi dan para sahabat besar. Pada masa inilah ilmu hadits
mulai mengkaji rawi dan matan. Karena pada masa inilah dimulainya
pengkodifikasian hadits yang di gagas oleh Umar ibn Abdul Aziz, Bukhari, Muslim
dan masih banyak lagi para ulama hadits pada masa ini.

2.4 Biografi Singkat Para Ulama Hadits Pada Zaman Pengkodifikasian Hadits
Berikut ini adalah biografi singkat para Ulama Hadits pada zaman pengkodifikasian
hadits :
1. Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz (61 – 101 H)

Dia adalah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz ibn Marwan ibn al-Hakam ibn Abi
al-‘Ash ibn Umayyah ibn ‘Abd Syams al-Quraisy al-Umawi Abu Hafsh al-Madani
al-Dimasyqi, Amir al-Mu’minin. Ia adalah seorang khalifah yang mempunyai
perhatian cukup besar terhadap hadits Nabi saw. Beliau secara langsung
menuliskan hadits-hadits yang didengar dan diminatinya. Dorongan untuk
menuliskan dan memelihara hadits selain karena dikhawatirkan akan lenyapnya
31
Sohari Sahrani. Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Hal. 215-225.

13
hadis bersama meninggalnya para penghafalnya, juga dikarenakan
berkembangnya kegiatan pemalsuan hadits yang disebabkan oleh terjadinya
pertentangan politik dan perbedaan madzhab di kalangan umat Islam. Ia
menginstruksikan kepada para ulama dan penduduk Madinah, “Perhatikanlah
hadits-hadits Rasul saw dan tuliskanlah, karena aku mengkhawatirkan lenyapnya
hadis dan perginya para ahlinya.” Ia juga mengirim surat kepada para penguasa di
daerah-daerah agar mendorong para ulama setempat untuk mengajarkan dan
menghidupkan sunnah Nabi saw. Karena prakarsa dan inisiatif pembukuan hadits
itu para ulama hadis memandang bahwa pada masa pemerintahan khalifah ‘Umar
ibn ‘Abd al-Aziz, yaitu pada akhir abad pertama dan awal abad kedua Hijriah,
pembukuan hadits secara resmi dimulai.32

2. Muhammad ibn Syihab al-Zuhri (50 – 124 H)

Dia adalah Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn ‘Ubaid Allah ibn
Syihab ibn ‘Abd Allah ibn Muslim bin Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah al-Quaraisyi
al-Zuhri al-Madani. Ia terkenal sebagai seorang ulama yang cepat serta setia dan
teguh hafalannya. Dia dapat menghafal Al-Qur’an hanya dalammasa 80 hari. Ia
orang pertama yang memenuhi himbauan Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz untuk
membukukan hadits, sehingga dia telah berhasil menghimpunnya dalam beberapa
kitab. Ia telah berhasil mengumpulkan sejumlah tertentu dari hadits Nabi saw
yang tidak diriwayatkan oleh para perawi lain, sehingga menyelamatkan hadits-
hadits Nabi saw dari kepunahan.33

3. Muhammad ibn Hazm (w. 117 H)

Dia adalah Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm al-Anshari al-
Khazraji al-Najjari al-Madani al-Qadhi. Tahun lahirnya tidak diketahui. Ia adalah
seorang ulama besar dalam bidang hadits dan ia juga terkenal ahli dalam bidang Fiqh
pada masanya, dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Madinah dan sekaligus sebagai
ulama hadits, dia pernah diminta oleh Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz untuk
menuliskan hadits-hadits Nabi saw.34
32
M. Agus Solahudin. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 2013. Hal. 227.
33
M. Agus Solahudin. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 2013. Hal. 228.
34
M. Agus Solahudin. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 2013. Hal. 229.

14
4. Al-Ramahurmuzi (265 H – 360 H)

Ia adalah Abu Muhammad al-Hasan ibn ‘Abd al-Rahman ibn Khallad al-
Ramahurmuzi. Ia adalah seorang imam hafiz, seorang muhaddits non-Arab, dia
menulis, menyusun, dan melahirkan berbagai karya ilmiah mengikuti jejak para ulama
hadits sebelumnya. Di samping itu ia juga seorang akhbari, sejarahwan, dan juga ahli
syi’ir. Pada aba keempat Hijriah, bermunculanlah ilmu-ilmu yang mandiri, di
antarnya ialah bidang ilmu Musthalah al-Hadits. Dalam bidang itu, yang pertama
menulis kitabnya adalah al-Ramahurmuzi dengan judul al-Muhaddits al-Fashil bayn
al-Rawi wa al-Wa’i.35

5. Bukhari (194 – 256 H)

Ia adalah Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-
Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi (al-Ja’fai) al-Bukhari. Bukhari mulai mempelajari
hadits sejak sebelum usianya mencapai 10 tahun. Ia memiliki kecerdasan dan
kemampuan menghafal yang luar biasa. Dalam rangka memperoleh informasi yang
lengkap mengenai suatu hadits, ia melakukan perlawatan ke berbagai daerah, seperti
ke Syam, Mesir, al-Jazair, Basrah, Hijaz, Kufah dan Baghdad. Ia adalah orang yang
pertama menghimpun hadits-hadits Shahih saja di dalam karyanya yang terkenal,
yaitu Shahih al-Bukhari. Bukhari sangat selektif dalam menerima hadits, bahkan
dalam rangka kehati-hatiannya dia terlebih dahulu mandi dan menunaikan shalat dua
rakaat sebelum menuliskan suatu hadits ke dalam kitabnya tersebut.36

6. Imam Muslim (204 – 261 H)

Ia adalah Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Nisaburi. Dia


mulai mempelajari hadits sejak usia sekitar 15 tahun. Diawali dengan mempelajri
hadits dari guru-guru yang ada di negerinya, selanjutnya ia melakukan perlawatan ke
luar daerahnya. Di antar guru yang ditemuinya adalah Imam Bukhari, Imam Ahmad
ibn Hanbal, Ishaq ibn Rahawaih, Zuhair ibn Harb, dan lainnya yang jumlahnya
35
Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 291.
36
Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 292.

15
mencapai ratusan orang. Dia meninggalkan lebih dari 20 karya dalam bidang hadits
dan disiplin ilmu lainnya. Karyanya yang paling terkenal adalah al-Musnad al-Shahih
al-Mukhtashar min al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an Rasul Allah. Seperti
halnya Imam Bukhari, ia juga sangat ketat dalam menilai dan menyeleksi hadits yang
diterimanya.37

7. Imam Abu Daud (202 H – 275 H)

Ia adalah Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishak as-Sijistany. Sama
halnya dengan Imam Bukhari dan Imam Muslim, ia senantiasa berkelana berkeliling
negeri-negeri tetangga, untuk mencari hadits dan ilmu-ilmu lain. Ia seorang yang
hafiz, Bahrul Ulum, muhadditsin yang terpercaya, intelektual yang tinggi dalam
segala disiplin ilmu pengetahuan keagamaan, terutama yang berkenaan dengan hadits.
Beliau menyusun kitab yang dikenal dengan nama Sunan Abu Daud dan kitab ‘Ilalul
Hadits.38

8. Imam At-Tirmuzi (200 H – 279 H)

Ia adalah Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah. Ia adalah seorang murid
Imam Bukhari di bidang ilmu hadits dan ilmu Fiqh. Ia adalah seorang muhadditsin,
seorang imam penghafal hadits yang terkenal dabith dan teguh hafalannya. Ia telah
menyusun kitab Suanan Turmudzi yang lazim disebut Jami’ul-Turmudzi. Ia juga
mengarang asy-Syamailul Muhammadiyah.39

9. Imam Nasa’I (215 H – 303 H)

Ia adalah Abu Abdurrahman ibn Syu’aib ibn Ali al-Khurasani an-Nasa’i. Ia


seorang muhadditsin yang kadar intelektualnya tinggi, hafiz dan wara’. Sebagimana
imam hadits lainny, ia seorang yang gemar mengembara mencari hadits Nabi ke kota-

37
Mahmud Ath-Thahan, Tasyir Mushthalah Al-Hadis (Beirut: Dar Ats-Tsaqafah Al-Islamiyah), cet. Ke-
7. Dalam buku Abdul Majid Khon. Ibid.

38
Mushthafa AlA’zhami, Studies In Hadis Methodology and Leterature. Terj. A. Yamin (Jakarta:
Pustaka Hidayah). Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 296
39
Mushthafa AlA’zhami, Studies In Hadis Methodology and Leterature. Terj. A. Yamin (Jakarta:
Pustaka Hidayah). Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 296

16
kota besar, antara lain Khurasan, Hijaz, Irak dan Mesir. Ia menyusun 15 buah karya
besar, semuanya di bidang hadits. Salah satu karyanya yang terkenal ialah Sunan
Nasa’i.40

10. Imam Ibnu Majah (207 H – 273 H)

Ia adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Jazid al-Qaswini. Beliau telah belajar
ilmu hadits dengan mengunjungi beberapa negeri seperti Irak, Hijaz, Mesir, Syam,
dan beberapa negeri lain. Ia mempunyai tingkatan yang tinggi dalam bidang hadits
yaitu ketelitiannya dalam meriwayatkan hadits. Karangannya yang termasyhur ialah
Sunan Majah.41

11. Imam Ahmad ibn Hambal (164 H – 241 H)

Ia adalah Abu Abdullah Ahmad ibn Hambal. Seorang pembangun dan pendiri
madzhab Hambali. Beliau pernah berguru pada Imam Syafi’I dan beliau mengembara
ke Syam, Hijaz, Yaman dan negeri-negeri lainnya. Karyanya ialah Musnadul Kabir.42

12. Imam Syafi’I (150 H – 204 H)

Ia adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Idris. Ia sejak usia 7 tahun telah hafal
Al-Qur’an. Ia berangkat ke Baghdad untuk menemui murid-murid Imam Hanafi,
berdiskusi masalah ilmu hadits dan Fiqh dan melahirkan pendpat Qaulun Qadim.
Kemudian ke Mesir dan melahirkan pendapat Qaulun Jadid. Beliau belajar pada
ulama-ulama di Mekkah di bidang Fiqh dan Hadits. Karena keahliannya di bidang
Fiqh ia diangkat menjadi Mufti di Masjidil haram selam 9 tahun. Penduduk Mekkah
menggelarinya Nashirul Hasits (penolong pemahamamn hadits). Karyanya banyak
sekali, antara lain al-Musnad, Mukhtaliful Hadits, as-Sunan, al-Umm dan ar-Risalah.43

40
Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 248.

41
Ibid.

42
Ibid.
43
Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 255.

17
13. Imam Malik ibn Anas (93 H – 179 H)

Ia adalah Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn al-Haris. Dalam satu
riwayat bahwa beliau berada dalam kandungan ibunya selama 3 tahun dan dilahirkan
di kalangan rumah tangga yang ahli dalam bidang ilmu hadits dan hidup dalam
masyarakat yang berkecimpung tentang hadits Nabi dan atsar. Beliau menghafal Al-
Qur’an sejak masa kanak-kanak. Beliau seorang muhadditsin yang sangat dihormati
oleh masyarakat Madinah. Sebelum memberi pelajaran hadits ia terlebih dahulu
berwudhu’. Karyanya ialah Muwaththa’.44

2.5 Biografi Singkat Para Ulama Al Kutub Al Sittah

Kutubus Sittah dalam Bahasa Indonesia berarti 'Enam Kitab', adalah sebutan yang
digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadits dalam Islam. Keenam kitab
ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul hadits yang kredibel. Kitab-
kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh umat muslim dalam merujuk kepada perkataan
Nabi Muhammad Saw.

1. Imam Bukhari (194 H/810 M-256 H/870 M)


Nama Al-bukhari (putera daerah Bukhara) adalah Abu abdullah Muhammad
bin Isma’il bin Ibrahim bin Bardizhbah Al-Yafi’i Al-Bukhori. Beliau dilahirkan pada
hari Jum’at, 13 Syawal 194 H (810 M) di sebuah kota bernama Bukhara.45
Beliau mulai beaja hadis sejak di bawah usia 10 tahun pada tahun 210 H dan
medengarnya lebih dari 1.000 orang guru. Beliau hafal sebanyak 100.000 buah hadis
shahih dan 200.000 hadis yang tidak shahih.46Beliaulah yang pertama kali
menghimpun hadis shahih kedalam buku yang diberi nama A-l-Jami Ash-Shahih li
Al-Bukhari. Buku ini ditulis selama 16 tahun yang beliau dengar lebih dari 70.000
perawi melalui penelitian yang tekun dan behati-hati. Setiap akan menulis hadis
beliau mandi dan shalat istikharah 2 rakaat terlebi dahulu.
44
 Ibid, hlm. 287.
45
Ibid.
46
Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 292.

18
Diantara kelebihan daya ingat (Dhabith) dan kecerdasarn Imam Al-Bukhari
mampu mengembalikan dan menrapkan kembali 100 pasangan sanad hais pada matan
yang sengaja diacak oleh 10 ulama Baghdad dalam rangka menguji kapilitas daya
ingat dan intelektual Al-Bukhari dala hal periwayatn hadis.47Semua itu dapat dijawab
oleh Al-Bukhai dengan lugas dan dikembalikan sessuai dengan proporsinya semula.
Para ulam yang mengambil hadis darinya antara lain, yang populer adalah
AtTirmidzi, Muslim, An-Nasai, Ibrahim, dll. Beliau meninggal dunia 1 Syawal 256
H/31 Agustus 870 M pada hari Jum’at malam Sabtu malam Hari Raya Idul Fitri
dalam usia 62 Tahun kurang 13 hari diSamarkand.48
Karya-karnyanya antra lain, Al-Jam’ Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtasr min
Umur Rasulillah wa Sunanih wa Ayyamihi, BirruAl-Walidain, Al-Tarikhu Al-Ausath,
dll.

2. Imam Muslim (204 H/820 M-261 H/875 M)


Nama lengkapnya adalah Abu Husain Muslim bi Al-Hajaj Al-Quraysyi An-
Naisaburi. Beliau dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/820 M, yaitu kota kecil
yang terletak di negara Iran. Sejak kecil beliau belajar hadis ke beberapa guru di
berbagai negara antaranya Hijaz, Syam, Irak, dll. Beliau seorang yang snagat berhati-
hati, teguh pendirian, wara’, dan makrifah.49
Buku yang ia tulis adalah Shahih Muslim berisikan 4.000 hadis yang
merupaka hasil penyeleksian dari 12.000 hadis yang dihitung secara berulang. 50Buku
itu disusun selama 12 tahun. Para ulama berpendapat bahwa kedua Shahih Al-Bukhari
dan Shahih Muslim keduanya merupakan kitab yang paling shahih setelah Alqur’an.
Ada juga yang berpendapat bahwa Shahih AL-Bukhari lebih shahih, sedangkan
Shahih Muslim lebih indah sistematika penulisannya. 51 Karya-karyanya anatara lain:
Shahih Muslim, Al-Musanad Kabir, AL-Jami’ Al-Kabir, Muhadlramin, dll.52Beliau
meninggal di Naisabur pada tahun 261 H/875 M dalam usia 55 tahun.

47
Izzat Athiyah et. Al., A’lam Al-Muhadditsin wa Manahijuhum fi Ar-Riwayah wa Al-Adab wa Ad-
Dirayah, (Cairo: tp., 2000). Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm 293.
48
Ibid.
49
Ibiid, hlm. 294.
50
Mahmud Ath-Thahan, Tasyir Mushthalah Al-Hadis (Beirut: Dar Ats-Tsaqafah Al-Islamiyah), cet. Ke-
7. Dalam buku Abdul Majid Khon. Ibid.
51
Ibid.
52
Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 241.

19
3. Abu Dawud (202 H/817 M-275 H/889 M)
Nama lengkapnya Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq As-
Sijistani. Sijistan adalah suatu daerah yang terletak antara Iran dan Afghanistan,
tempat kelahiran beliau pada tahun 202 H/817 M. Samahalnya Al-Bukhari dan
Muslim beliau juga berkelana mencari ilmu dan beruru hadis dari beberapa ulama
hadis. Diantaranya Khurasan, Ravy, Harat, dll.
Abu Dawud bukan hanya sebagai perawi, penghimpun, dan penyusun hadis
tetapi juga sebagai seorang yang ahli hukum yang handal dan kritikus hadis yang
baik.53
Di anatara karyanya Sunan Abi Dawud di dalamnya banyak mengandung
pembahasan fiqh. buku ini berisikan 5.724 buah hadis yang secara berulang-ulang dan
kemudian diseleksi lagi menjadi 4.800 buah hadis. Di dalamya terdapat hadis shahih,
hasan, dan dhaif, namun ia jelaskan semua kedudukan hadis trsebut. Beliau meninggal
di Bashrah pada tanggal 16 Syawal 275 H/889 M.54

4. At-Tirmidzi (200 H/824 M-279 H/892 M)


Nama lengkapnya Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah di lahirkan di
Tirmidz, sebuah kota kecil di pinggir utara Sungai Amudaria, sebelah utara Iran.
Beliau lahir di kota tersebut pada bulan Dzulhijah 200 H/824 M. Beliau banyak
meriwayatkan hadis dari ulama hadis pada masanya, di antaranya Al-Bukhari,
Muslim, ddan Ismail bin Musa As-Sudi.55
Di antara karyanya adalah kitab Sunan atau yang di sebut Jami At-Tirmidzi,
menurut penelitian Ahmad Muhammad bin Syakir, kitab ini memmuat sekitar 3.956
hadis. Di dalam kitab ini ia mengklasifikasikan kulitas hadis menjadi shahih, hasan
dan ddha’if.
Buku-bukua karya lainnya seperti’ Al-‘Ilal, Asy-Syamail, Asma’ Ash-
Shahabah, dll. Beliau meninggal dunia pada taun 279 H/ 892 M bulan Rajab di
Tirmidz setelah sakit mata pada akhir hayatnya.56

53
Mushthafa AlA’zhami, Studies In Hadis Methodology and Leterature. Terj. A. Yamin (Jakarta:
Pustaka Hidayah). Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 296
54
Ibid.
55
 Ibid, hlm. 297.
56
Ibid.

20
5. An-Nasa’i (215/839 M-303 H/ 915 M)
Nama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Amir bin Amru bin Al-
Harits. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa’ yang masih termasuk
wilayah Khurasan. Ia mulai mengembara untukk mempelajari hadis dari usia lima
belas tahun.57
Di antar karyanya Al-Muwatha. Beliau himpun 100.000 hadis dari lebih 1.000
ahli hadis selama 40 tahun dan dipersentasikan 70 ulama ahli fiqh di Madinah.
Sebagai muhaddisni menilai, bahwa beliau lebih hafidh dan lebi inggi
pengetahuannya dibanding dengan Imam Muslim di bidang hadis. Guru guru beliau
antara lain Qutaiban bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim dan Imam-imam hadis dari
Khurasan, Hijaz, Irak, dan Mesir.58 Beliau meninggl pada tahun 179 H/798 M di
Madinah.59

6. Imam Ibnu Majah


Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i
Al-Qazwini. Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah terkenal kejujuran dan
akhlak mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah
dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula
Rab’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan menekuni bidang ilmu Hadis
pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali bin Muhammad At-Tanafasi.
Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar.60 Hal inilah yang membuat Ibnu
Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari, mengumpulkan, dan
menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Basra,
Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir dan Hijaz. Ia menerima Hadist dari para
ulama Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya diantaranya dari Abu Bakar bin
Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin
Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik
serta Al-Lays.Juga dari Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-
Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya. 61

57
Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 248.
58
Ibid.
59
Ibid, hlm. 300.
60
Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 252.
61
Ibid.

21
Melalui pertemuannya dengan berbagai ulama Hadist di berbagai tempat
inilah, Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan Hadis dari
sumber-sumber yang dipercaya kesahihannya.62 Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu
Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam bidang Hadist, sejarah, fikih, maupun
tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis Tafsir Al-Qur’anul Karim. Di bidang
sejarah, At-Tariikh, yang memuat biografi para perawi Hadist sejak awal hingga ke
masanya. Adapun karyanya yang paling monumental dan populer di kalangan
Muslim dan literatur klasik adalah kitab di bidang Hadist berjudul Kitab Sunan Ibnu
Majah.63
Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li
Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah Hadist dalam kitab Sunan Ibnu Majah
berjumlah 4.241 buah Hadis. Kontribusinya di bidang ilmu-ilmu Islam itu, khususnya
bidang ilmu Hadis, banyak mendapat pujian dari para ulama besar lainnya. Ibnu
Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M, di tanah kelahirannya,
Qazwin, Irak.64

2.6. Penulis Hadits Terbanyak


Para tokoh atau ulama yang banyak meriwayatkan hadits disebut Al-Muktsirun fi Al-
Riwayah. Para ahli hadits telah mengurutkan kelompok ini mulai dari rawi yang paling
banyak meriwayatkannya, yakni:
1.      Abu Hurairah (5.347 buah hadits)
2.      Abdullah ibn Umar (2.630 buah hadits)
3.      Anas ibn Malik (2.286 buah hadits)
4.      Siti Aisyah (2.210 buah hadits)
5.      Abdullah ibn Abbas (1.660 buah hadits)
6.      Jabir ibn Abdillah (1.540 buah hadits)
7.      Abu Said Al-Khudri (1.170 buah hadits)65

62
Ibid, hlm. 302.
63
Ibid, hlm. 303.
64
Ibid.
65
Munzier Suparta. Ilmu Hadis. Jakarta: Raja Grafindo Persada .

22
2.7 Ulama Pentadwin Hadits
Pentadwin hadist adalah mengumpulkan,menulis,membukukandan mengumpulkan
serta menerbitkannya. Pentakhrij adalah periwayat hadis.Diantara para pentadwin dan
pentakhrij hadist adalah:
1.      Umar ibn Abd al-Aziz (61 H – 101 H)
2.      Abu Bakr ibn Muhammad ibn Hazm.( w. 117 H )
3.      Ibnu Syihab al-Zuhri (50 H – 125 H)
4.      Al-Ramahurmuzi. ( 265 H – 360 H )
5.      Imam Malik ibn Anas. ( 93 H- 179 H = 712 M- 798 M )
6.      Imam Al-Syafi’i. ( 150 H – 204 H )
7.      Imam Ahmad ibn Hanbal ( 164 H – 241 H )
8.      Imam Bukhari ( 194 H- 256 H )
9.      Imam Muslim ( 204 H – 261 H )
10.  Imam Muslim ( 204 H – 261 H )
11.  Imam Abu Daud. ( 202 H – 275 H )
12.  Imam Al-Tirmidzi (200 H- 279 M = 824 M- 892 M )
13.  Imam Al-Nasa’i. ( 215 H- 303 H)
14.  Imam ibnu Majah.( 207 H- 273 H )66
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah yang telah dipaparkan diatas mengenai biografi ulama
hadits dapat disimpulkan bahwa biografi ulama hadits adalah riwayat hidup seorang ulama
atau yang ahli dalam ilmu hadits. Riwayat hidup seorang ulama ditulis oleh orang lain, disini
yang disebut sebagai ulama hadits adalah seseorang yang menguasai ilmu hadits atau bahkan
menjadi seorang perawi, penghafal ataupun penyusun hadits.

Alasan mengapa biografi ulama hadits di tulis karena perlu sekali dan memberi faedah
yang sangat berguna. Seorang penuntut ilmu hadits belum dianggap sempurna, jika belum

66
Munzier Suparta. Ilmu Hadis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

23
mendalami ilmu-ilmu yang berhubungan dengan sanad, tidak hanya itu mengetahui biografi
ulama hadits juga sangat penting.

Selain Itu, kami menyimpulkan bahwa sifat dan perilaku para ulama saat itu sudah
tepat untuk dijadikan perawi hadis karena kelebihan-kelebihan yang mereka miliki.

3.2 Saran

Bahwa kita terutama para kaum muda muslim dan muslimat, jangan pernah malu
untuk mempelajari ilmu tentang hadis ataupun menghapalnya, karena banyak pelajaran yang
kita dapat jika kita mempelajarinya. Salah satu pelajarannya yaitu mengenai sejarah
pengembangan ilmu keislaman tentang hukum syara yang di keluarkan oleh Rasulullah
sebagai pemimpin umat islam terdahulu, agar kita dapat mencontoh sifat dan cara pandang
beliau menghadapi permasalahan. Selain itu yang terpenting kita dapat mengetahui lebih
dalam ilmu keislaman dari hadis, agar kita dapat membedakan mana perbuatan yang dilarang
dan diperbolehkan dalam sudut pandang Islam.

Daftar Pustaka

Majid Khon, Abdul. 2012. Ulumul Hadis. Jakarta. Amzah

Suparta, Munzier. 2008.  Ilmu Hadis .Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Suparta, Munzier. 2014.  Ilmu Hadis (Ed. Revisi) .Jakarta .Rajawali Pers

Ash-Shiddie, M. Hasbi. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta. Bulan Bintang

Ash-Shiddieqy, T. M. (2010). Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: Pustaka Rizki

Putra.

Echol, J., & Sadily, H. (t.thn.). Kamus Bahasa Inggris. Jakarta: Gramedia.

24
Iwan. (2012). Kitab 9 Imam.  (t.tmpt).  Lidwa Software.

Khon, A. M. (2013). Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah.

Maslani, & Suntiah, R. (2010). Ikhtisar Ulumul Hadits. Bandung: Sega Arsy.

Munzier, S. (2003). Ilmu Hadis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sahrani, S. (2010). Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia.

Soetari, E. (2008). Ilmu Hadits Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung: Mimbar Pustaka.

Solahudin, M. A., & Suyadi, A. (2008). Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.

Suntiah, R., & Maslani. (2011). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Insan Mandiri.

25

Anda mungkin juga menyukai