Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan, karena filsafat mendorong orang
untuk berfikir secara menyeluruh untuk mengungkap hakikat dari sesuatu. Dengan berfikir
secara berfilsafat tentang sesuatu atau ilmu kata dapat menghasilkan suatu metode atau ilmu
baru yang merupakan turunan dari ilmu yang telah ada. Jadi sangat wajar bila para filofof
dapat memahami hakikat sesuatu atau ilmu dan dapat memunculkan teori-teori baru
disamping teori yang telah ada.

Proses sejarah masa lalu, tidak dapat dielakan begitu saja bahwa pemikiran filsafat
islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Para filosof islam lebih banyak mengambil
pemikiran Aristoteles dan banyak tertarik terhadap pemikiran Plotinus. Sehingga banyak teori
filosof Yunani diambil oleh filosof islam.

Salah satu diantara para filosof islam tersebut adalah Ibnu Bajjah pada masa kejayaan
islam di Spanyol. Dalam suasana perkembangan ilmu seperti tersebut diatas munculah
seorang filosof Andalus bernama Abu Bakar Muhammad bin Yahya Ibn Bajjah, terkenal
dengan nama julukan Ibnul-Sha’igh ( anak tukang emas di Eropa yang terkenal dengan nama
Avenvace). Selain itu Ibnu Bajjah adalah ahli yang mnyadarkan pada teori dan praktik pada
ilmu-ilmu matmatika, astronomi, musik, mahir ilmu pngobatan, dan studi-studi spektakulatif
sprti logika, filsafat alam dan metafisika sebagaimana yang dikatakan oleh De Boer dalam the
history of philosophy in islam, bahwa dia benar-benar sesuai dengan al-farabi dngan tulisan-
tulisannya logika dan secara umum setuju dengannya, bahkan dengan doktrin-doktrin fisika
dan metafisikanya.

B. Rumusan Masalah

- Siapakah Ibnu Bajjah ?


- Bagaimana Pemikiran Ibnu Bajjah ?
- Apa saja karya-karya Ibnu Bajjah?
- Bagaimana pandangan filosofis Ibnu Bajjah ?

1
C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan pembuatan makalah ini diantaranya adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Agama-Agama, Mengetahui biografi Ibnu Bajjah, mengtahui karya-
karya Ibnu Bajjah dan mengetahui lebih dalam pengaruh berfilsafat Ibnu Bajjah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi dan Latar Belakang Ibnu Bajjah

Ibnu Bajjah (‫(ابن باجة‬ atau lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-
shayigh (‫(ابؤ بك محمد يحي بن اصايغ‬ merupakan filsuf dan dokter muslim Andalusia yang
dikenal di Barat dengan nama latinnya, Avempace. Ia lahir pada abad ke- 5 H di Saragossa di
tempat yang kini bernama Spanyol dan meninggal pada tahun 533 H/1138 M di Fez. Tanggal
klahirannya tidak diketahui semua orang. Ibnu Bajjah terkenal sebagai salah seorang filosof
muslim Arab terbesar di Spanyol. Bahkan Ibnu Khaldun menyejajarkan namanya dengan
Ibnu Rusyd, Al-Farabi, dan Ibnu Sina. Ibnu Khaldun juga menyebutnya sebagai salah
seorang ahli ilmu eksakta, musikus, komposer Lagu-lagu pop dan seorang penyair.1

Ia berkecimpung dalam dunia politik dan selama dua puluh tahun bekerja sebagai
penguasa daerah Granada dan Saragoza dibawah Yusuf al Murabithi (raja daulat Al-
Murabithin, Yusuf). Setelah itu ia prgi ke fez ( di Maroko) dan wafat disana karena diracun
musuh-musuhnya yang menuduhnya telah menjadi kafir. Demikianlah yang dikatakan olh
Al-Fath Ibn Khaqan yang menganggap Ibnu Bajjah sbagai filosof penganut aliran Ta’thil
(aliran filsafat yang mengingkari sifat-sifat dan af’al Tuhan). Kata Al-Fath “ ia (Ibn Bajjah)
lebih mengutamakan buku-buku pelajaran, selalu memikirkan planet-planet di cakrawala dan
batas-batas perubahan musim serta menolak kitab Allah yang Maha Bijaksana....dan
seterusnya”.

Selama Ibnu Bajjah mendalam ilmu alam, ilmu matematika, ilmu astronomi, dan
musik. Ia banyak menulis uraian dan penjelasan tentang filsafat Aristoteles, dengan demikian
ia membuka pintu bagi Ibn Rusyd. Dari buku-buku Ibnu Bajjah, Ibnu Rusyd banyak
mengambil intisari pemikirannya bahkan dalam batas-batas tertentu ia terpengaruh olehnya.

Ibnu Thufail mmuji Ibnu Bajjah dengan pernyataannya: “ Di kalangan para filosof
zaman belakangan, Ibnu Bajjah adalah paling cerdas fikirannya,paling tepat pandangannya
dan paling benar pendapatnya”. Akan tetapi, katanya lebih lanjut, “ia berkcimpung didalam
soal-soal keduniaan. Hingga ia wafat, semua perbendaharaan ilmunya dan simpanan
hikmahnya (filsafatnya) belum sempat diterbitkan. Sebagian buku-buku yang ditulisnya tidak

1
M. Najsir Arsyad,Op.Cit,hlm.202.

3
lengkap dan beberapa bagian akhirnya hilang dan rusak, seperti bukunya Fin-Nafsi (tentang
jiwa) dan Tadbirul Mutawahhid).2

Pernyataan Ibnu Thufail itu memang benar, Ibnu Bajjah tidak sempat menulis buku
filsafat. Tidak seperti Ibnu Sina, sekalipun ia sibuk bekerja sebagai wazir,namun ia sanggup
menyelesaikan dua buah bukunya yang terbesar, yaitu asy-syifa dan al-Qanun. Ibnu Bajjah
masih beruntung karena buku-bukunya Tadribul-Mutawahhid3, Fin Nafsi, dan Risalatul
Ittishal telah selesai dicetak.

Tadribul Mutawahhid adalah sebuah buku tentang moral dan politik yang disusun
menurut buku al-madinatul-fadhilah karya al-farabi. Kesimpulan pendapat Ibnu Bajjah dapat
dilihat dari buku itu sendiri. Yang dimaksud dengan mutawahhid ialah manusia yang hidup
menyendiri, hidup didalam menara gading, merenungkan berbagai ilmu teoritis.

Dengan cara begitu ia dapat berhubungan dengan al-aqlul-fa’al (full force mind). Memang
benar bahwa hidup mengasingkan diri sepenuhnya berlawanan dengan tabiat manusia sebagai
makhluk yang beradab menurut kodratnya. Akan tetapi Ibnu Bajjah berpendapat bahwa hidup
memencilkan diri pada hakekatnya lebih baik. Baiklah kita kutip saja yang dikatakan
olehnya: “ untuk itu orang yang hidup menyendiri, dalam beberapa segi kehidupannya
sedapat mungkin harus menjauhkan diri dari orang lain kecuali dalam keadaan mendesak atau
sekedar menurut keperluan, atau ia pergi pergi hijrah ke tempat yang banyak terdapat ilmu
pengetahuan kalau ada.sikap sedemikian itu tidak bertentangan dengan apa yang disebut
dengan nama ilmu peradaban, dan tidak bertentangan pula dengan apa yang tampak jelas di
dalam ilmu alam. Telah jelas bahwa manusia adalah berada menurut kodratnya. 4 Ilmu
peradaban mengatakan bahwa hidup mengasingkan diri itu sama sekali tidak baik. Jika
memencilkan diri dengan “dzat “ fisiknya, itu memang baik, tetapi kalau memencilkan diri
dengan ‘aradh’ (sifat,mental) nya itu adalah baik, sebagai sering tampak pada tabiat
manusia.5

B. Pemikiran Ibnu Bajjah

Betapa pun sedikitnya informasi mengenai akivitas kefilsafatan dan keilmuan yang terjadi
di Andalus,abad ke-11 tak pelak telah menjadi saksi atas muncunya sejumlah ilmuan yang

2
Dr. Ahmad Fuad Al-ahwani, Filsafat Islam, Jakarta : Pustaka Firdaus 1995, cetakan ketujuh.hlm.98.
3
Tadribul mutawahhid diterbitkan olh Prof. Issin Belaseus
4
Dr. Ahmad Fuad Al-ahwani, Filsafat Islam, Jakarta : Pustaka Firdaus 1995, cetakan ketujuh.hlm.99.
5
Tadbirul-Mutawahhid, halaman 78.

4
meletakkan dasar bagi sebuah revolusi ilmiah dan fiosof yang genuine. Dan puncak dari
revolusi tersebut ialah hidupnya kembali aristotelianisme dan tersebarnya fisafat Yunani-
Arab ke dunia barat.

Sejak semulaIbnu Bajjah menempatkan dirinya ditengah arus utama tradisi Neoplatonik-
paripaterik yang mula-mula diperkenalkan ke alam pikiran islam oleh Al-Farabi, bagi Ibnu
Bajjah, Al Farabi adalah adalah satu-satunya guru logika, politik dan metafisika yang berasal
dari timur6filsafat Ibnu Bajja banyak terpengaruh oleh pemikiran islam dari kawasan di
Timur seperti Al Farabi dan Ibnu Sina.

1. Metafisika (Ketuhanan)

Menurut Ibnu Bajjah segala yang ada terbagi dua : yang bergerak dan tidak
bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya finite (terbatas) gerak terjadi
dari perbuatan yang menggerakkan terhadap yang digerakkan. Gerakan ini digerakkan
pula oleh gerakan yang lain, yang akhir rentetan gerakan ini digerakkan oleh penggerak
yang tidak bergerak, dalam arti penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan jisim
(materi). Penggerak ini disebut azali. Gerakjisim mustahil timbul dari substansinya
sendiri sebab ia terbatas. Oleh karena itu, gerakan ini mesti berasal dari gerakan yang
infinite (tidak terbatas) yang oleh Ibnu Bajjah disebut dengan ‘aql.

Kesimpulannya, gerakan alam ini- jisim yang terbatas- digerakkan oleh aql (bukan
berasal dari aql atau substansi sendiri ) sedangkan yang tidak bergerak ialah ‘aql,
iamenggerakkan alam dan ia sendiri tidak bergerak. ‘aql iniah yang disebut dengan Allah
_’aql, ‘aqil, dan ma’qul), sebagaimana yang dikemukakan oleh oeh Al Farabi dan Ibnu
Sina.

2. Materi dan Bentuk


Menurut Ibnu Bajjah materi dapat bereksistensi tanpa harus ada bentuk (ash-
shurat) pernyataan ini menolak asumsi bahwa “materi itu tidak bisa bereksistensi
tanpa ada bentuk, sedangkan bentuk bisa bereksistensi dengan sendirinya, tanpa harus
ada materi.” Ibnu Bajjah berargumen jika materi berbentuk, ia akan terbagi menjadi
“materi” dan “bentuk” dan begitu seterusnya. iIbnu Bajjah menyatakan bahwa
“bentuk pertama” merupakan suatu bentuk abstrak yang bereksistensi dalam materi
yang dikatakan sebagai tidak mempunyai bentuk.

6
Majid Fakhry, Sejarah....,hlm.99-100.

5
Bentuk-bentuk yang berkaitan dengan aktif oleh Ibnu Bajjah dinamakan
bentuk-bentuk kejiwaan umum, sedangkan bentuk-bentuk yang berkaitan dengan akal
sehat dinamakan bentuk-bentuk kejiwaan khusus. Pembedaan ini dilakukan karena
bentuk-bentuk kejiwaan umum hanya memiliki satu hubungan dan hubunganitu
adalah dengan yang menerima, sedangkan bentuk-bentuk kejiwaan khusus memiliki
dua hubungan-hubungan khusus dengan yang berakal sehat dan hubungan umum
dengan yang terasa. Semisal, seorang manusia, ingat akan bentuk Taj Mahal kalau
benda itu berada di depan mata, selain memiiki hubungan khusus, juga hubungan
dengan wujud umum yang terasa, sebab banyak orang melihat Taj Mahal.7

3. Jiwa
Menurut Ibnu Bajjah setiap manusia mempunyai satu jiwa, jiwa ini tidak
mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi
manusia.jiwa digerakkan dengan dua jenis alat : alat-alat jasmaniah dan alat-alat
rohaniah.alat alat jasmaniah diantaranya ada berupa buatan dan ada pula yang berupa
alamiah, seperti kaki dan tangan. Alatalat alamiah ini lebih dahulu dari dari alat
buatan, yang disebut juga oleh Ibnu Bajjah dengan pendorong naluri atau roh insting.
Ia terdapat pada setiap makhluk yang berdarah.
Jiwa menurut Ibnu Bajjah bajjah adalah jauhar rohani, akan kekal setelah mati.
Di akhirat jiwalah yang akan menerima pembalasan, baik balasan kesenangan (surga)
maupun balasan siksaan (neraka). Akal daya berfikir bagi jiwa,adalah satu bagi setiap
orang yang berakal. Ia dapat bersatu dengan ‘aqal fa’al yang diatasnya dengan jalan
ma’rifat filsafat.filsafat Ibnu Bajjah tentang jiwa pada prinsipnya didasarkan pada
filsafat Al-Farabi dan Ibnu Sina.

4. Akal dan Makrifat

Menurut Ibnu Bajjah akal merupakan bagian terpenting yang dimiiki oleh manusia. Ia
berpendapat bahwa ma’rifat (pengetahuan) yang benar dapat diperoleh lewat akal. Akal ini
merupakan satu-satunya sarana yang mealuinya. Kita mampu mencapai kemakmuran dan
membangun kepribadian. Ibnu Bajjah percaya pada kemajemukan akal dan mengacu pada
akal pertama dan akal kedua. Ia berpendapat, akal manusia paling jauh adalah akal pertama,

7
Dedi Supriyadi, pengantar filsafat islam konsep, filsuf, dan ajarannya, Bandung:Pustaka Setia,2009,hal 202-
203.

6
lebih jauh ia menjelaskan tingkatan-tingkatan akal dengan mengatakan bahwa sebagian akal
secara langsung berasal dari akal pertama. Sebagian lain berasal dari akal-akal lain, hubungan
antara yang diperoleh dan tempat asal akal yang diperoleh itu sama dengan hubungan cahaya
matahari yang ada di dalam rumah dan cahaya matahari yang ada di haaman rumah.

5. Politik

Dia menerima pendapat Al Farabi yang membaginegara menjadi negara sempurna


dan negara tidak sempurna. Dia juga setuju dengan Al Farabi yang beranggapan bahwa
individu yang berbeda dari sebuah bangsa memiliki watak yang berbeda pula, sebagian
mereka lebih suka memerintah dan sebagian lain lebih suka diperintah. Api Ibnu
Bajjahmemberikan tambahan bahwasannya seorang Mutawwahid sekalipun harus senantiasa
berhubungan denga masyarakat,tetapi hendaklah seseorang mampu menguasai diri dan
sanggup mengendalikan hawa nafsu, tidak terseret ke dalam arus perbuatan rendah
masyarakat. 8

Daam Risalah al-Wada Ibnu Bajjah memberikan dua fungsi alternatif negara: (1)
untuk menilai perbuatan rakyat guna membimbing merekamencapai tujuan yang mereka
inginkan. (2) merancang cara-cara mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam sistem Al Farabi
dan Ibnu Bajjah konstitusi harus disusun oleh kepala Negara.

6. Tasawuf

Ibnu Bajjah mengagumi Al Ghazali dan menyatakan bahwa metode Al Ghazali


memampukan orang memperoleh pengetahuan tentang Tuhan. Dan bahwa metode ini
didasarkan pada ajaran-ajaran Nabi Suci. sang Sufi menerima cahaya didalam hatinya. Ibnu
Bajjah menjunjungpara wali Allah (auliya allah) dan menempatkan mereka dibawah para
nabi menurutnya, sebagian orang dikuasai oleh keinginan jasmaniah belaka, mereka berada di
tingkat paling bawah, dan sebagian lagi dikuasai oleh spiritualitas, kelompok ini sangat
langka.

8
Ibid,Hasyimsyah Nasution,filsafat islam.hal101.

7
C. Karya-karya Ibnu Bajjah

Dalam buku para filosof muslim, M.M. Syarif menyebutkan beberapa karya Ibnu
Bajjah sebagai berikut :

 The Bodleian MS., Arabic pcocke, No. 206, berisi 220 folio ditulis pada bulan Tsani
547H/1152 M di Qus.

 The Berlin MS No. 5060 (lihat Ahwardt:cataloge), hilang pada masa perang dunia II.

 The Escurial MS.No.612 hanya berisi risalah-risalah yang ditulis oleh Ibnu Bajjah
sebagai penjelasan atas risalah-risalah Al-Farabi dalam masalah logika. Karya itu
ditulis tahun 667 H/1307 M di Seville.

 The Khediviuah MS. Ahloq no. 290 tlah diterbitkan oleh Dr. Omar Farrukh dalam
bukunya Ibnu Bajjah Wal-Falsafah al-Maghribiyyah. Sebagai perbandingan dapat
dikatakan bahwa buku tersebut merupakan ringkasan dari tadbir al mutawahhid dalam
arti buku itu membuang sebagian besar buku aslinya, tetapi tetap mempertahankan
kata-kata pengarangnya sendiri.

 Brockelman menyatakan Th Brlin Library memiliki sebuah syair pujian karya Ibnu
Bajjah berjudul Tardiyyah.

 Karya-karya yang disunting olh Asin Palacios dengan terjemahan bahasa spanyol dan
catatan yang diperlukan :

1. Kitab Al- Nabat, Al Andalus Jilid V.1940.


2. Risalah Ittisal al-Aql bi al-Ihsan, Al Andalus Jilid VII,1942.
3. Risalah al-Wada, Al Andalus, Jilid VII,1943.
4. Tadbir al-Mutawahhid berjudul El Regimen Del Solitario,1946.

 Karya-karya yang disunting olh Dr. M. Shahir Hasan al- Ma’sumi :

8
1. Kitab al-nafs dngan catatan dan pendahuluan dalam bahasa Arab, majallah al-
majma’al al-ilm al-Arabi, Damaskus,1958.
2. Risalah al-Ghayah al-insaniyah dengan terjemahan bahasa inggris, Journal of
Asiatic Society of Pakistan, jilid II,1957. 9

D. Pandangan Filosofis Ibnu Bajjah

a. Hakikat Manusia

Menurut Ibnu Bajjah, perbedaan yang mendasar antara manusia dengan hewan
terletak pada akal yang dimiliki oleh manusia. Dengan akalnya, manusia dapat menjadikan
dirinya sebagai makhluk yang dapat memperoleh pengetahuan dan berperadaban.10

Ibnu Bajjah lalu membagi perbuatan-perbuatan manusia kepada dua bagian. Bagian
pertama, perbuatan hewani yang timbul dari motif dan naluri. Kedua, perbuatan kemanusiaan
yang timbul dari pemikiran yang lurus dan kemauan yang bersih dan tinggi. Pangkal
perbedaan antara kedua bagian tersebut menurut Ibnu Bajjah bukan pada perbuatan itu sendiri
melainkan pada motifnya. Ia mengemukakan contoh seorang yang tersandung batu sehingga
ia berliku-liku, lalu ia melemparkan batu itu. Kalau ia melemparkan batu itu alasan
melukainya, maka ini adalah perbuatan hewani yang didorong oleh nalurinkehewaninya,
tetapi kalau ia melemparkan batu itu agar batu tersebut tidak mengganggu orang lain, bukan
kepentingan dirinya, maka perbuatan itu adalah pekerjaan kemanusiaan.11

b. Kebenaran

Ibnu Bajjah merupakan salah seorang pelopor filsafat skolastik dalam islam. Filsafat
sebelum Ibnu Bajjah cenderung berpikir secara mistik (tasawuf).NAMUN Ibnu Bajjah
menggeser orientasi filsafat tersebut denganmengatakan bahwa manusia dapat memperoeh
kebenaran melalui kebenaran itu sendiri dan manusia dapat mencapai tingkat tersebut melalui
filsafat murni. Dengan berpikir filosofis, manusia dapat membersihkan dirinya dari pengaruh-
pengaruh luar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengasingkan dirinya sebab untuk
memperoeh kebenaran manusia harus meleburkan dirinya dengan akal fa’al. Tingkatan
tersebut akan dicapai apabila pengaruh masyarakat yang kotor dibersihkan. Jadi manusia

9
M. M Syarif,Op.Cit,hlm.155.
10
Miska Muhammad Amin, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Mizan,1986),hal,46.
11
Ahmad Hanafi, Op,Cit.,Hal.47.

9
dapat memperoleh kebanaran melalui pikirannya sendiri (mandiri) seteah ia berhasil
melepaskan diri dari sifat-sifat hewani. Tingkatan ini oleh Ibnu Bajjah disebut dengan istilah
mutawwahid. Mutawwahid dapat diartikan sebagai penyendirian (uzlah) mutawwahid disini
berarti hidup menyendiri sambil merenungkan berbagai ilmu teoritis. Dengancara begitu, ia
berhubungan dengan al-aql alfa’al.

c. Metode

Ibnu Bajjah menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan menggunakan


metode eksperimen (percobaan) pecobaan dilakukan dengan indra tetapi dilain pihak Ibnu
Bajjah menyatakan bahwa pengamatan indrawi semata-mata belumcukup untuk mendapatkan
kebenaran dan harus ditingkatkan lebih lanjut ketingkat pengamatan akal (rasio).

Menurut Ibnu Bajjah tuhan dapat diketahui manusia melalui pemikiran


filsafat.manusia dengan berfilsafat akan dapat memahami makrifat tentang akal yang
tertinggi yaitu Tuhan yang maha kuasa.12 Dengan demikian, pemikiran ibnu bajjah
merupakan kombinasi atau paduan antar perasaan (intuisi) dengan akal.sementara itu, dalam
masalah pengetahuan indrawi, dia mempergunakan metode rasional dan empiris, tetapi
mengenai keberadaan tuhan dia mempergunakan filsafat. Kebenaran-kebenaran itu sendiri
dapat diperoleh manusia apabila manusia menyendiri (uzlah).

12
Hasbullah Bakry,disekitar Filsafat Skolastik Islam, cet.III , Jakarta: Tinta Mas,1973 )hlm. 58

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibnu Bajjah (‫(ابن باجة‬ atau lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-
shayigh (‫(ابؤ بك محمد يحي بن اصايغ‬ merupakan filsuf dan dokter muslim Andalusia yang
dikenal di Barat dengan nama latinnya, Avempace. Ia lahir pada abad ke- 5 H di Saragossa di
tempat yang kini bernama Spanyol dan meninggal pada tahun 533 H/1138 M di Fez. Ia
berkecimpung dalam dunia politik dan selama dua puluh tahun bekerja sebagai penguasa
daerah Granada dan Saragoza dibawah Yusuf al Murabithi (raja daulat Al- Murabithin,
Yusuf). Setelah itu ia prgi ke fez ( di Maroko) dan wafat disana karena diracun musuh-
musuhnya yang menuduhnya telah menjadi kafir. Demikianlah yang dikatakan olh Al-Fath
Ibn Khaqan yang menganggap Ibnu Bajjah sbagai filosof penganut aliran Ta’thil (aliran
filsafat yang mengingkari sifat-sifat dan af’al Tuhan). Kata Al-Fath “ ia (Ibn Bajjah) lebih
mengutamakan buku-buku pelajaran, selalu memikirkan planet-planet di cakrawala dan
batas-batas perubahan musim serta menolak kitab Allah yang Maha Bijaksana....dan
seterusnya”.

B. Saran

Sebaiknya kita lebih sering membaca dan mendalami tokoh fiosof muslim sehingga kita
mampu menggunakan akal pikirnya secara mendalam agar mengungkap hakikat segala
sesuatu yang ada. Dan bisa mengambil teladan dari para ilmuan islam seperti ibnu bajjah
yang dapat menguasai berbagai disiplin ilmu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tadribul Mutawahhid diterbitkan oleh Prof. Issin Belaseus

Fuad ahmad Al-ahwani, Filsafat Islam,


Jakarta : Pustaka Firdaus 1995, cetakan ketujuh

Amin, Miskan Muhammad, 1983, Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Ilmu


Pengetahuan Islam,UI Press, Jakarta

Hasbullah Bakry disekitar Filsafat


Skolastik Islam cet.III , Jakarta: Tinta Mas,1973

Ibid,Hasyimsyah Nasution,filsafat islam

Dedi Supriyadi, pengantar filsafat islam konsep filsuf,


dan ajarannya, Bandung:Pustaka Setia,2009

12

Anda mungkin juga menyukai