Anda di halaman 1dari 9

Resume Filsafat Islam


Materi 10 :
Riwayat Hidup Dan Pemikiran Filsafat Ibnu Bajjah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam

Dosen Pengampu : Dr. Hasan Basri, M.Ag.

Disusun Oleh :
Alya Azzahra Furqon
NIM : 1182020024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
A. Biografi Ibnu Bajjah
Ibnu Bajjah nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Al
Sha‟igh At Tujibi As Sarakusti gelarnya Ibnu Bajjah artinya anak emas sebab bapaknya
tukang emas. Orang Eropa menyebutnyaAvenpace. Lahir di Saragossa (Spanyol) pada akhir
abad ke 5 H/ abad ke 11 M. Ia pernah menempuh pendidikan di Saragoss, dan saat pergi ke
Granada ia telah menjadi seorang sarjana Bahasa dan Sastra Arab yang menguasai 12 macam
ilmu pengetahuan. Bahkan Fath Ibnu Khaqan yang telah menuduhnya sebagai ahli bid‟ah,
mengecamnya dengan pedas dalam karyanya Qala’ide al Iqyan pun mengakui
kepandaiannya. Karena Ibnu Bajjah menguasai sastra, tata bahasa dan filsafat kuno, oleh
tokoh-tokoh sezamannya ia telah disejajarkan dengan al Syaikh al Rais Ibnu Sina. Menurut
beberapa literatur, Ibnu Bajjah bukan hanya seorang filosof an sinch, tetapi ia juga
merupakan seorang saintis yang menguasai beberapa disiplin ilmu pengetahuan seperti
kedokteran, astronomi, fisika, musikus dan matematika. Hal ini diterima karena pada masa
filsafat Yunani belum terjadi pemisahan dalam suatu buku antara sains dan filsafat, sehingga
seseornag yang mempelajari salah satunya terpaksa bersentuhan dengan yang lain.
Keahliannya di bidang musik ada yang bilang bahwa lagu nasional Spanyol sekarang
gubahan awal notasinya dari Ibnu Bajjah.
Ibnu Bajjah hidup di Saragossa dan diusir dari Saragossa karena berbagai macam fitnah
lalu pindah ke Sevilla. Dan di Sevilla pun ia di pindah ke Granada karena ia masih sering di
fitnah. Di Andalus era ini rezim penguasanya banyak ahli fikih yang anti filsafat maka disini
banyak yang mengejar-ngejarnya. Lalu dari Granada ia dikejar-keajar juga dan lari ke Afrika
Utara, yang pada saat itu sedang dikuasai oleh Dinasti Al Muraafiqun. Di Afrika Utara pada
abad 11-12 ada 2 dinasti besar Islam yang menjalani peradaban Islam, yaitu dinasti Al
Muraafiqun dan Dinasti Al Muwafiiqun keduanya didirikan oleh wali. Dinasti Al
Muwafiiqun pendirinya disebut Imam Mahdi dan AL Muraafiqun didirikna oleh Syekh
Abdullah Yaasid, pada awalnya ini adalah kelompok thaariqat. Namun Al Muraafiqun pada
akhirnya runtuh karena saling mengkafirkan lalu ditaklukan oleh muridnya Al Ghozali yaitu
Muhammad bin Abdullah bin Tumad.
Menurut Ibnu Thufail, Ibnu Bajjah adalah seorang pemikir kreatif yang menyulut
“pemberontakan Andalusia” yang menjalankan obervatorium miliknya sendiri dan masih
banyak lagi. Semasa hidupnya beliau selalu mendalami ilmu alam, matematika, astronomi
dan musik. Ia banyak menuris uraiandan penjelasan tentang filsafat Aristoteles. Ibnu Bajjah
merupkan guru dari Ibnu Rusyd yang juga banyak mengambil banyak intisari pemikirannya,
bahkan dalam batas0batas tertentu ia terpengaruhi olehnya. Ibnu Bajjah pun aktif dalam
1
dunia politik, ia diangkat menjadi wajir oleh Abu Bakar Ibnu Ibrahim Al Sahrawi, yang
merupakan Gubernur Saragossa Daulat Al Murabbith. Ibnu Bajjah pada saat Al Muraafiqun
di ambang kehancuran, beliau banyak menulis karya namun dianggap provokator sehingga
beliau wafat diracun pada umur 40 tahun pada umur 401 tahun.

B. Karya Ibnu Bajjah


RasailIbnu Bajjah Al Ilahiyyah adalah salah satu karya terbesarnya yang di edit oleh
Majid Fakhy professo dari Lebanon, merupakan kumpulan karya Ibnu Bajjah yang terdiri
dari 6 judul ;
1. Tadbir al Mutawahhid
2. Fi al Ghayah al Insaniyyah, tujuan hidupnya manusia.
3. Al Wuquf „Ala al‟Aql al „Fa‟al, hidup berdiam pada akal fa‟al yaitu akal yang aktif.
4. Risalat al Wada‟, berisi surat.
5. Qawl Yatlu Risalat al Wada‟
6. Ittisal al „Aql bi al Insan
Selain itu, karyanya yang paling populer adalah Risalah al-Wida. Dalam kitab itu, Ibnu
Bajjah menceritakan tentang ketuhanan, kewujudan manusia, alam, dan uraian mengenai
bidang perobatan. Karya Ibnu Bajjah lainnya yang berpengaruh adalah Kitab Tadbir al-
Mutawahhid. Kitab itu mengungkap pandangannya dalam bidang politik dan filsafat. Ia lebih
menekankan kehidupan individu dalam masyarakat yang disebut Mutawahhid.
Risalah Tadbir al-Mutawahhid itu diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol. Karya lainnya
adalah risalah al-Ittisal al-Aql Bi al-Insan. Karya yang satu ini mengupas secara detail
tentang hubungan akal dengan manusia.
Ibnu Bajjah juga telah menulis sebuah buku yang berjudul, Al-Nafs, yang membicarakan
persoalan jiwa. Kitab itu juga menerangkan persoalan yang berkait tentang jiwa manusia
dengan Tuhan dan pencapaian manusia yang tertinggi daripada kewujudan manusia yaitu
kebahagiaan. Pembicaraan itu banyak dipengaruhi oleh gagasan pemikiran filsafat Yunani,
seperti Aristoteles, Galenos, Al-Farabi, dan Al-Razi.
"Perpustakan Berlin menyimpan 24 risalah manuskrip karangan Ibnu Bajjah. Di
antaranya ialah Tardiyyah (syair-syair) Risalah al-Akhlaq, Kitab al-Nabat,dan Risalah al-
Ghayah al-Insaniyyah," ujar Carra dew Vaux. Ibnu Bajjah merupakan ilmuwan yang hebat
dan sangat dihormati sepanjang sejarah. "Kedudukan Ibnu Bajjah setara dengan Ibnu Rusyd,
Ibnu Sina dan Al-Farabi," kata Ibnu Khaldun.

2
C. Filsafat Ibnu Bajjah
Banyak terpengaruh oeleh pemikiran Islam dari kawasan Timur, seperti Al Farabi dan
Ibnu Sina. Filsafat Ibnu Bajjah berdasarkan tulisan, logika, serta doktrin fisika, dan
metafisikanya secara umum banyak diilhami oleh pemikiran-pemikiran Al Farabi. Ibnu
Bajjah telah memberikan corak baru terhadap filsafat Islam di negeri Islam Barat dalam teori
makrifat (epipstimologi) yang berbeda dengan corak Al Ghozali. Ibnu Bajjah menolak teori
ilham Al Gozali dan menetapkan bahwa seseorang dapat mencapai puncak malrifat dan
meleburkan diri pada akal faal, jika ia dapat terlepas dari keburukan-keburukan masyarakat,
menyendiri serta dapat memakai kekuatan pikirannya untuk memperoleh pengetahuan dan
ilmu sbeesar mungkin. Ia memenagkan pikiran dirinya atas pikiran hewaninya. Jadi,
seseorang dapat mencapai tinfkat kemuliaan setinggi-tingginya melalui pemikiran dan
menghasilkan makrifat yang tidak akan terlambat, apabila akal pikiran dapat menguasai
perbuatan-perbuatan seseorang dan mengabdikan diri untuk memperolehnya.
Ibnu Bajjah menaruh besar perhatian pada fungsi akal karena dnegan akal manusai
mampu membedakan mana yang hak dan batil. Hal ini sejalan dengan istilah filsafat sendiri
yang difersonifikasikan sebagai sosok manusia mampu membedakan sendiri yang
difersonifikasikan sebagi sosok manusai bijaksana. Pemikrian Ibnu Bajjah sangat kontradiktif
dengan pemikiran Al Ghozali yang menganggap akal itu lemah dan terkadang menipu, oleh
sebab itu akal tidak akan menghantarkan manusia pada sebuah kebenaran sejati. Bagi Al
Ghozali, hanya melalui tasawuf sejati itu akan tercapai, sehingga manusai bisa makrifat
kepada Tuhan.
1. Filsafat Ketuhanan
Berdasarkan tesis yang dimunculkan M.M Syarif dan dalam pandanagan De Boer
bahwa filsafat fisika, metafisika dan logika Ibnu Bjjah sejalan dengan Al Farai, namun ia
tidak menyalin dan menerima semua yang dituturkan Al Farabi, tetapi ia telah
memberikan sejumlah besar tambahan dalam filsafatnya dan menggunakan metode
penelitian filsafat yang hanya didasarkan pada nilai semata. Menurut Ibnu Bajjah segala
yang ada/Al Mauzudat terbagi menjadi 2, yaitu; yang bergerak, adlah jism/materi yang
sifatnya terbatas. Gerak terjadi dari perbuatan yang menggerakan terhadap yang
digerakan. Gerakan ini digerakan oleh gerakan yang lain, yang akhir rentetan ini
digerakan oleh penggerak yang tidak bergerak dalam arti penggerak yang tidak berubah
yang berbeda dengan jism/materi, penggerak ini bersifat azali. Gerak jism mustahil timbul
dari substansinya sendiri sebab ia terbatas oleh sebab itu gerakan ini mesti berasal dari
gerakan yang infinite/tidak terbatas, yang oleh Ibnu Bajjah disebut ‘aql. Jadi,
3
kesimpulannya, gerakan alam ini jism yang terbatas digerakan oleh ‘aql (bukan berasal
dari substansi alam sendiri). Dan yang kedua adalah yang tidak bergerak yaitu „aql, ia
menggerakan alam dan ia sendiri tidak bergerak. „Aql ini disebut dengan Allah („aql,
‘aqil dan ma’uqul) sebagaimana yang dikemukakan oleh Al Farabi dan Ibnu Sina
sebelumnya.
Pada umumnya ahli filasafat menganggap akal serupa dengan jiwa sehingga roh ada 3
macam, yaitu ; roh untuk berfikir, roh jiwa untuk menggerakan dan roh tabiat untuk
merasakan dan mengindra. Dalam teori Al Farabi-Aristoteles tentang jiwa negatif, jiwa
sensitif dan jiwa akali yang ketiganya merupakan satu kesatuan ruhani manusia. Akal
merupakan segi rohani manusia yang melebihkan derajatnya dari tumbuhan dan hewan.
Dalam kitab Risalatul Wada’, Ibnu Bajjah menjelaskan bahwa manusia denagn
berfikir/berfilsafat sendiri akan sanggup memahami dirinya sendiri dan dapat memahami
makrifat tertinggi, yaitu Tuhan yang maha kuasa.
Salah satu kekuatan berfikir Ibnu Bajjah adlah menjelaskan kajian filsafat
ketuhanan/metafisika dengan menggunakan kajian fisika. Ibnu Bajjah menjelaskan
sesuatu yang abstrak melalui sesuatu yang empirik. Corak berfikirnya sama dengan
Aristoteles. Filsafat ketuhanan Ibnu Bajjah, yang telah mengislamkan filsafat ketuhanan
Aristoteles, Ibnu Bajjah menyimpulkan bahwa penggerak pertama adalah Allah swt.
2. Materi dan Bentuk
Materi/al hayula tidak mungkin ada tanpa bentuk/al shurat. Sementara bentuk tidak
bisa ada dengan sendirinya tanpa materi. Jika tidak secara pasti kita tidak mungkin dapat
menggambarkan adanya modifikasi/perubahan-perubahan pada benda. Perubahan-
perubahan tersebut adlah suatu kemungkinan dan inilah yang dimaksud denagn
pengertian bentuk materi. Pandanagn Ibnu Bajjah dipengaruhi oelh Aristoteles dan Plato.
Menurut Aristoteles materi adalah sesuatu yang menerima bentuk yang bersifat
potensialitas dan dapt berubah sesuai bentuk dan menurut Plato, bentuk adalah nyata dan
tidak membutuhkan sesuatupun untuk bereksistensi. Menurut Plato, bentuk terdapat di
luar benda yang mencakup jiwa, daya, makna dan konsep. Bentuk hanya dapat ditangkap
dengan akal dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera . bentuk pertam menurut Ibnu
Bajjah muali dari yang terendah adalah bentuk materi pertama dan yang paling tinggi
adalah bentuk akal pemisah/al aql al mufariq. Dari bentuk yang paling rendah sampai
bentuk yang paling tinggi terjalin seperti mata rantai. Akal manusawi dapat mencapi
kesempurnaannya dengan melewati rantai tersebut dengan berfilsafat. Jiwa seperti ini

4
ddapat berhubungan dengan akal aktif. Menurut Ibnu Bajjah seuatu tubuh/materi
memilliki 3 tingkatan, yaitu ;
1. Bentuk jiwa umum atau bentuk intelektual
2. Bentuk kejiwaan khusus
3. Bentuk fisik
Ibnu Bajjah membagi bentuk kejiwaan menjadi;
1. Bentuk-bentuk tubuh sirkular hanya memiliki hubungan sirkular dengan materi,
sehingga bentuk-bentuk itu bisa membuat kejelasan materi dan menjadi smepurna.
2. Kejelasan materi yang bereksistensi dalam materi
3. Bentuk-bentuk yang berinteraksi dalam indra-indra jiwa akal sehat, indera khayali,
ingatan dan sebagainya. Dan yang berada diantara bentuk-bentuk kejiwaan dan
kejelasan materi.
Bentuk-bentuk yang berkaitan dnegan akal aktif dinamakan bentuk kejiwaan umum
yang hanya memiliki satu hubungan yaitu hubungan menerima dan bentuk-bentuk
kejiwaan khusus yang berkaiatn dnegan akal sehat memiliki 2 hubungan yaitu hubungan
khusus yang berakal sehat dan hubungan umum dengan yang terasa.
3. Jiwa
Pandangan Ibnu Bajjah akan jiwa banyak diilhami oleh Aristoteles, yang mendasarkan
kajian jiwa pada kajian fisika. Ibnu Bajjah menyatakan bahwa tubuh baik yang alamiah
maupun yang tidak alamiah tersusun dari materi dan bentuk. Bentuk merupakan perolehan
permanen atau kenyataan tubuh dan jiwa adalah bentuk yang membuat nyata sebuah tubuh
alamiah.
Menurut pendapat Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai satu jiwa, jiwa ini tidak
mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia.jiwa
digerakan dengan 2 jenis alat, yaitu jasmaniah dan rohaniah. Menurut Ibnu Bajjah, alat-alat
jasmaniah ini ada yang berupa buatan dan almiah, dan yang alamiah ini speerti kaki dan
tnagan ada terlebih dahulu dibanding dengan alat buatan yang disebut dengan pendorong
naluri/al harr al gharizi atau roh insting. Jiwa menurut Ibnu Bajjah adalah jalur rohani, akal
kekal setelah mati. Di akhirat jiwa lah yang menerima balasan siksa neraka atau kebahagiaan
surga. Akal, daya berpikir bagi jiwa adlah satu bagi setiap yang berakal. Iai dpat bersatu
dengan akal yang fa‟al yang di atasnya dengan jalan ma‟rifat filsafat..
4. Akal dan Ma‟rifat
Menurut Ibnu Bajjah, akal merupakan bagian terpenting manusia. Menurutnya akal terdiri
dari 2 jenis, yaitu ; akal teoritis yang diperoleh hanya berdasarkan pemahaman terhadap
5
sesuatu yang konkrit dan abstrak dan kedua akal praktis yang dapat diperoleh melalui
penyelidikan/eksperimen sehingga menemukan ilmu pengetahuan. Ibnu Bajjah pun membagi
ilmu pengetahuan menjadi 2 jenis, yaitu yang dapat dipahami tetapi tidak dapat dihayati dan
yang dapat dipahami juga dihayati. Dengan kinerja kedua akal ini secara optimal Ibnu Bajjah
yakin manusia akan mampu mencapai akal aktif sehingga mampu bermukasyafah dengan
Allah.
Berbeda dengan Al Ghozali, menurut Ibnu Bajjah manusai dapat mencapai puncak
makrifat dnegan akal semata, bukan dnegan jalan sufi melalui al qalb atau al zauq. Manusia
kata Ibnu Bajjah, setelah bersih dari sifat kerendahan dan keburukan masyarakat akan dapat
bersatu dengan akal aktif dan memperoleh puncak makrifat karena limpahan dari Allah.
Dalam buku Tadbir al Mutawahid, Ibnu Bajjah mengkritik konsep uzlah tasawuf Al Ghozali
sebab pengasingan total dari masyarakat manusia bertentangan dnegan tabiat manusia yang
sebagai makhluk sosial.
Bagi Ibnu Bajjah, yang tepat adalah uzlah falsafi, yakni tetap hidup dan berhubungan
dengan masyarakat namun wajib meninggalkan segala sifat yang tercela dari masyarakat dan
sanggup mengendallikan diri sehingga tidak terseret ke dalam perbuatan rendah masyarakat.
Penyendiri hanya bergaul dengan para alim saja, jika tidak ada orang yang alim mesti uzlah
total dengan arti hanya bergaul ddenagn masyarakat terbatas pada hal-hal yang tidak dapat
dihindari. Karena tiap-tiap orang dengan uzlah mampu menempuh jalan tersebut dan tidak
ada yang menghambatnya kecuali peremehannya terhadap dirinya sendiir dan ketundukannya
terhdap keburukan-keburukan masyarakat. Jika sekiranya tiap-tiap orang bisa meninggalkan
sikap tersebut, tentu bisa mencapai kesempurnaan dan menurut Ibnu Bajjah, hanya
penyendiri saja yang dapat mencapai tingkat akal mustafad, yaitu akal yang sudah menerima
pengetahuan dari akal faal.
Dari segi ini, penyendirinya Ibnu Bajjah mirip dengan orang bijaksananya Al Farabi yang
dapat berhubungan dengan akal fa‟al. proses pencapaian manusai pada tingkat akal mustafad
ini, dikenal dikalanagan para filosof dengan teori ittishal nya Ibnu Bajjah. Cara palig baik
untuk mencapai makrifat adalah tasawuf. Uzlah dalam konsep Ibnu Bajjah kita masih bisa
bersosialisasi dnegan masyarkat namun tidak mencapai keburukan yang dilakukan
masyarakat.
5. Akhlak dan Tasawuf
Ibnu Bajjah membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan hewani dan manusiawi.
Perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan hawa nafsu. Sementara itu, perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang
6
didasari atas pertimbnagan rasio dan kemauan yang bersih dan luhur. Perbuatan bermotifkan
hawa nafsu tergolong pada jenis perbuatan hewani dan berbuatan bermotifkan rasio/akal
dinamakan perbuatan manusiawi. Dalam pandangan Ibnu Bajjah, setiap orang yang hendak
menundukan segi hewani pada dirinya ia harus memulai dengan melaksanakan segi
kemanusiaannya. Dalam keadaan demikianlah maka segi hewaninya akan tunduk pada
ketinggian kemanusiaan dan seseorang menjadi manusia dengan tidak ada kekurangannya
karena kekurangan tersebut tunduk pada naluri yang berlandaskan pada motif hawa nafsu.
Dengan demikian, Ibnu Bajjah yakin bahwa manusia yang mendasarkan perbuatannya
pada keinginan/iradah dan akal budi yang sehat akan mampu mengantarkan manusia pada
puncak kebahagiaan. Sebagaimana hadis Rasul, “segala sesuatu tergantung pada niatnya”.
Ibnu Bajjah secara ringkas membagi tujuan perbuatan manusia kedalam 3 yaitu, tujuan
jasmaniah, tujuan rohaniah khusus dan tujuan rohaniah umum. Dalam kajian akhlak, Ibnu
Bajjah melahirkan teori filsafat Al Insan al Munfarid/manusia penyendiri, adalah slah satu
teori filsafat Ibnu Bajjah yang paling populer di kalangan filosofis muslim yang kemudian
menjadi karya monumental Tadbir al Mutawahid. Istilah tadbir artinya yaitu aturan yang
sempurna, yakni aturan yang mnegatur perbuatan-perbuatan manusia untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Sedangkan yang dimaksud dengan Al Mutawahid secara etimologi adalah
manusia penyendiri. Artinya manusia yang mengasingkan diri masing-masing, tidak
berhubungan dengan orang lain karena dikhawatirkan akan terpengaruh oleh
perbuatan/lingkungan yang tidak baik. Sedangkan Al Mutawahid menurut Ibnu Bajjah adalah
seorang filosof atau beberapa filosof yang hidup dengan mengasingkan diri dari perbuatan-
perbuatan masyarakat yang kurang baik, di salah satu negeri yang kacau balau tidak
beraturan, atau tidak sempurna.
Filsafat Ibnu Bajjah mirip dengan ajaran tasawuf yakni agar manusia meniru sifat-sifat
Allah. Yang unik dari tasawufnya Ibnu Bajjah adalah uzlah aqliyah yang berbeda denagn
uzlah sufi pada umumnya yang dikemukakan Al Ghozali. Walau tujjuannya sama tetapi
caranya berbeda. Ibnu Bajjah hampir menyatakan dirinya seorang fatalis. Dalam konsep
Tuhan ia mengacu pada pandanagn Al Ghozali yang dinyatakan pada bagian akhir karyanya
Miskat al Anwar.

Referensi :
Hermawan, Heris. dan Sunarya, Yaya. 2011. Filsafat Islam. Bandung : CV. Insan Mandiri.
https://youtu.be/ie6SKndJ3hk. Diakses pada, Rabu 9 Desember 2020. Pukul 05.27.

7
https://republika.co.id/berita/oztczy313/karyakarya-ibnu-bajjah. Diakses pada, Rabu 9
Desember 2020. Pukul 05.40.

Anda mungkin juga menyukai