IBNU BAJJAH
DISUSUN OLEH:
Kelompok 10
Nurul Achmad
Ruslan Efendi
Robiatul Adawiyah
GALIS BANGKALAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah FILSAFAT ISLAM,
Penulis berharap, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Dan kami pribadi berharap agar makalah ini bermanfaat dan bias di
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibnu Bajjah adalah salah seorang tokoh filosaf yang namanya sudah tak asing
lagi di telinga kita. Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Muhamad ibn Yahya ibn
al-Sha’igh al-Tujibi al-Andalusi al-Samqusti ibn Bajah. Selain sebagai filsuf, Ibn
Bajah dikenal sebagai penyair dan komponis. Ibn Bajah sebagai seorang filosof
mengemukakan teorinya yakni al-Ittishal, yaitu bahwa manusia mampu berhubungan
dan meleburkan diri dengan Akal Fa’al atas bantuan ilmu dan pertumbuhan kekuatan
insaniyah. Berkaitan dengan teori ittishal tersebut, Ibn Bajah juga mengajukan satu
bentuk epistemologi yang berbeda dengan corak yang dikemukakan oleh al-Ghazali di
Dunia Islam Timur. Kalau al-Ghazali berpendapat bahwa ilham adalah sumber
pengetahuan yang lebih penting dan lebih dipercya, maka Ibn Bajah mengkritik
pendapat tersebut, dan menetapkan bahwa sesungguhnya perseorangan mampu
sampai kepada puncak pengetahuan dan melebur kedalam Akal Fa’al, bila ia telah
bersih dari kerendahan dan keburukan masyarakat. Kemampuan menyendiri dan
mempergunakan kekuatan akalnya akan dapat memperoleh pengetahuan dan
kecerdasan yang lebih besar. Pemikiran insani dapat mengalahkan pemikiran hewani,
sekaligus pikiran inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Lebih jauh, Ibn
Bajah menjelaskan bahwa masyarakat umum bisa mengalahkan Perseorangn.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ibnu Bajjah
2. Apa saja karya Ibnu Bajjah
3. Apa saja pemikiran Ibnu Bajjah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ibnu Bajjah
1. Biografi
Ibnu Bajjah adalah filsuf muslim pertama dan utama dalam sejarah
kefilasafatan di andalus. Nama lengkapnya Abu Bakr Muhammad bin Yahya Ibnu
Baijah yang terkenal dengan nama julukan ibnul-Sha igh (Anak Tukang Emas),
sedangkan di Eropa terkenal dengan nama (4venpace). Beliau lahir di Saragosa
pada abad ke-5 H dan wafat' pada 1533 H/1138 M. Tanggal kelahirannya tidak
diketahui orang.
Menurut Leo Africanus, yang dikutip Lenn E. Goodman,nu Bajjah adalah
seorang dokter, musisi, penulis lagu dan puisi popułer dengan bala lirik yang
mengagumkan". Pada 504 H/1110 M, Saragosa jatuh ke tangan Al-Murabithun,
revivalis Muslim dari Afika Utaa. Pada saat itu Ibnu Bajjah tetap tinggal di kota
itu dan, masih dalam usia dua puluhan, ia diangkat sebagai wazir Gubernur
Berber, Ibnu Tifalwith, ipar laki-laki Pangeran A- Murabithun, Ali. Ketika diutus
menjadi duta kepada mantan penguasa yang masih merdeka, ibnu bajjah malahan
dipenjara, diduga karena ia dianggap menyerahkan nasibnya kepada para
penakluk. Beberapa bulan setelah dibebaskan, ia melakukan perjalanan ke
Valencia, tempat ia mendapat informasi tentang kematian Ibnu Tifalwith pada 510
HiTI7M dan takluknya Saragosa pada 512 H/1118 M oleh Alphonso dari Aragon.
Selama melakukan perjalanan ke Seville, ià menampilkan diri sebagai seorang
dokter, kemudian berpindah ke Granada, tempat ia menjadi terkenal berkat
ilmunya. Saat ia melakukan perjalanan ke Jativa, ia ditahan oleh penguasa Al-
Murabithun, Ibrahim Ibnu Yusuf ibn Tasyfin, karena dugaan bid ah. Là
dibebaskan berkat campur tangan qadhi setempat, ayah atau kakek tiisul Ibnu
Rusyd (Ayerroes), yang tahu betul tentang apa yang dimaksud Ibnu Bajjah dengan
upayanya menarik garis demarkasi yangjelas dan tegas antar klaim-klaim
keimanan dan tujuan-tujuan filsuf$ Menurut Tbnu Thufail, Tbnu Bajjah adalah
pemikir kreatif, seorang penyulut "pemberontakan Andalusia", yang menjalankan
observatorium miliknya sendiri dan memberikan kontribusi orisinal pada teori
fisika, denga uraiannya tentang gerak proyektil (gerak peluru). la menyamakan
kecepatsebuah proyektil dengan selisih antara "gaya dorong" dan gaya hambat
(resistansi) yang dialaminya yang di dailamnya Aristoteles menetapkankecepatan
berbanding lurus dengan gaya dorong dan berbanding terbalik dengan "gaya
hambat Dibela oleh Aquinas dan Scotus, pandangan itu ditolak oleh Ibnu Rusyd
(Averroes) dan Albertus Magnus. Akan tetapi, Galileo menggunakannya dalam
kritik awalnya atas pandangan Aristotelian. Sebagai seorang Neoplatonis sejati,
Ibnu Bajah memandang gravitasi sebagai gaya atau kekuatan spiritual. Dengan
dernikian, iamenyingkirkan batas penghalang antara langit dan bumi", seperti
dikemukakan oleh Nasr, bukan dengan pembumian alam, seperti yang dilakukan
oleh Galileo, tetapi dengan mencari pengaruh-pengaruh spiritual dalam setiap
peristiwa alam, sebuah pendekataan yang disandarkan pada Ibnu Thufail,
Maimonides, dan lain-lainnya Wawasan pengetahuan Al-Bajjah selaras ketika
selama hidup Ibnu Bajjah selalu mendalami ilmu alam, ilmu matematika, ilmu
astronomi, dan musik. la banyak menulisuraian dan penjelasan tentang filsafat
Aristoteles. Dari buku-buku Ibnu Bajjah, Ibnu Rusyd banyak mengambil intisari
Pemikirannya, bahkan dalam batas-batas tertentu ia terpengaruh olehnya. Para ahli
sejarah memandang Ibnu Bajjah sebagai orang yang bepengetahuan luas dan
mahir dalan berbagai ilmu. Fath ibn Khaqan, yang elah menuduh Ibnu Bajjah
sebagai ahli bid'ah dan mengecamnya dengan pedas dalam karyanya Dala 'id Al-
Iqyan, pun mengakui keluasan pengetahuannya dan o tidakmeragukan
kepandaiannya. Karena menguasai Dastra, tata babasa dan filsafat kuno, tokoh-
tokoh sezamannya menyamakan kedudukan Ibnu Bajjah dengan Asy-Syaikh Ar-
Rais Ibnu Sina.
Sebagai gambaran karya Ibnu Bajah, penulis sajikan intisari kitab induk karya
Ibnu Bajjah seperti Tadbir Al-Mutawahhid dan Risalah Ittishal Al- Aql bi Al-Insan.
Menurut lbnu Bajjah, kata bentuk dipakai untuk mencakup berbagai arti: jiwa,
sosok, kekuatan, makna, dan konsep. Menurut pendapatnya, bentuk suatu tubuh
memiliki tiga tingkatan:
1) Bentuk jiwa umum atau bentuk intelektual
2) bentuk kejiwaan khusus
3) bentuk fisik.
3. Teori Ittishal
Seperti halnya Al-Farabi dan lbnu Sina, Ibnu Bajjah percaya bahwa
pengetahuan tidak diperoleh semata-mata melalui indra. Pertimbangan-pertimbangan
universal dan niscaya, isi ilmu yang prediktif dan eksplanantif serta landasan bagi
penalaran apodeiktik (aphodeitictic) tentang alam hanya dapat dicapai dengan bantuan
akal aktif (aql Faal) inteligensi yang mengatur.
Teori ini dapat dilihat dari kemungkinan wahyu kenabian dan pengetahuan
khusus orang-orang yang dekat dengan Tuhan, yaitu para wali auliya, yang di
antaranya ia sebutkan para sahabat Nabi (shahabat). Melalui interaksi khusus antara
akal dan imajinasi, orang-orang itu memperoleh dari malaikat, yaitu, menurut bahasa
para ilsuf, mereka memperoleh dari inteligensí-inteligensi tak mewujud yang
mengatur bola-bola langit, suatu"penglihatan hati", demikian Ibnu Bajah
menyebutnya yang menggemakan ungkapan Socrates tentang mata hati.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori ittishal lbnu Bajjah, yaitu
tentang hubungan manusia dengan akal aktif. Tujuan teori ini adalah bagaimana cara
mencapai, mengenal, dan mengetahui Tuhan,: yaitu dengan cara mengetahui
perbuatan-perbuatan tuhan memahami sesuatu melalui gagasan gagasan universalnya.
sebab setiap perbuatan ada tujuannya, baik perbuatan manusia maupun tuhan. baik
bersifat jasmani maupun rohani.
Sebagaimana dalam tulisan Abdul Hadi tentang Tbnu Bajjah diuraikan bahwa
“Perbuatan manusia memiliki sejumlah yang berbeda tingkatannya. Ada perbuatan
untük tujuan jasmani, seperti makan dan minum, memakai pakaian, atau membuat
rumah sebagai tempat tinggal. Ada pula perbuatan dengan tujuan rohani, yang
meliputi sejumlah tingkatan yang juga berbeda seperti, perbuatan memakai pakaian
yang indah dan serasi, yang menimbulkan kenikmatan pada indra batin, dan perbuatan
yang menimbulkan kenikmatan pada daya khayal”
“seseorang bisa hidup dengan baik di dunia, mengurus urusan- urusannya, tetap sehat,
dan memiliki rumah dan harta-benda, tetapi tak satu pun di antara semua itu sama
dengan kehormatan atau kemuliaan, dan kita tidak bisa meyakinkan diri bahwa hal-hal
tersebut merupakan puncak dari sejenis kehidupan yang mengagumkan. mereka hanya
tujuan bagi jiwa yang dangkal. hanya lazim bagi binatang tak rasional dan karenanya
bersifat kebinatangan."
Ibnu Bajjah berpendapat bahwa "Hanya ketika bertindak secara rasionallah,
kita menjadi bebas." Tujuan kita yang sebenarnya adalah pengetahuan spiritual,
berhubungan dengan akal aktif dan dengan Tuhan"