Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT IBNU BAJJAH

Mata Kuliah Filsafat Islam

HTN 2B

Disusun Oleh:

1. Rahmad Wijaya ( 21671043 )


2. Nofi Hinanda ( 21671037 )

Dosen Pengampu:

LENDRAWATI, S.Ag,. S.Pd,. MA

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) CURUP

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik
hidayah serta nikmat sehat sehingga dapat menyusun makalah Filsafat Islam untuk
memenuhi tugas yang telah di beri. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Semoga makalah ini dapat membantu, memberikan manfaat serta berguna bagi
khayalak umum dan tidak lupa kami memohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata maupun isi dari keseluruhan
makalah ini. Kami sebagai penulis makalah sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna.

CURUP, 7 JUNI 2022

Penyusun..
DAFATAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………………

Kata Pengantar …………………………………………………………………………

Daftar Isi ……………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………..


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….
C. Tujuan Pembahasan ………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup dan Karyanya ……………………………………………...


B. Keadaan Sosiokultural ……………………………………………………..
C. Filsafat Ibnu Bajjah
1. Metafisika ( Ketuhanan )
2. Materi dan Bentuk

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………...
B. Saran ……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ibnu Bajjah adalah salah seorang tokoh filosaf yang namanya sudah tak asing
lagi di telinga kita. Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Muhamad ibn Yahya ibn
al-Sha’igh al-Tujibi al-Andalusi al-Samqusti ibn Bajah. Selain sebagai filsuf, Ibn
Bajah dikenal sebagai penyair dan komponis.

Ibn Bajah sebagai seorang filosof mengemukakan teorinya yakni al-Ittishal,


yaitu bahwa manusia mampu berhubungan dan meleburkan diri dengan Akal Fa’al
atas bantuan ilmu dan pertumbuhan kekuatan insaniyah. Berkaitan dengan teori
ittishal tersebut, Ibn Bajah juga mengajukan satu bentuk epistemologi yang berbeda
dengan corak yang dikemukakan oleh al-Ghazali di Dunia Islam Timur.
Kalau al-Ghazali berpendapat bahwa ilham adalah sumber pengetahuan yang
lebih penting dan lebih dipercya, maka Ibn Bajah mengkritik pendapat tersebut, dan
menetapkan bahwa sesungguhnya perseorangan mampu sampai kepada puncak
pengetahuan dan melebur ke dalam Akal Fa’al, bila ia telah bersih dari kerendahan
dan keburukan masyarakat. Kemampuan menyendiri dan mempergunakan kekuatan
akalnya akan dapat memperoleh pengetahuan dan kecerdasan yang lebih besar.
Pemikiran insani dapat mengalahkan pemikiran hewani, sekaligus pikiran inilah yang
membedakan manusia dengan hewan. Lebih jauh, Ibn Bajah menjelaskan bahwa
masyarakat umum bisa mengalahkan perseorangan.

B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dari Ibnu Bajjah ?
2. Bagaimana pemikiran dari Ibnu Bajjah ?
3. Apa karya-karya dari Ibnu Bajjah ?
C.Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui biografi dari Ibnu Bajjah
2. Untuk Mengetahui pemikiran dari Ibnu Bajjah
3. Untuk Mengetahui karya-karya dari Ibnu Bajjah
BAB II

PEMBAHASAN

A.Riwayat Hidup dan Karyanya Ibnu Bajjah


Nama asli Ibnu Bajjah adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya al-Sha’igh.
Di dunia Barat ia dikenal dengan sebutan Avempace. Dia berasal dari keluarga Al-
Tujib. Karena itu ia dikenal sebagai al-Tujibi yang bekerja sebagai pedagang
emas (Bajah = emas). Ibnu Bajjah lahir pada abad 11 M atau abad V H, di kota
Sarahossa dan sampai besar. Dia dapat menyelesaikan jenjang akademisnya, juga di
kota Saragossa. Maka ketika pergi ke Granada, dia telah menjadi seorang sarjana
bahasa dan sastra Arab dan dapat menguasai dua belas macam ilmu pengetahuan. 1

Selain sebagai filsuf, Ibn Bajah dikenal sebagai penyair, komponis, bahkan
sewaktu Saragosa berada di bawah kekuasaan Abu Bakar ibn Ibrahim al-Shahrawi
(ibn Tifalwit) dari Daulah al-Murabithun, ibn Bajah dipercayakan sebagai wazir.
Tetapi, pada tahun 512 H Saragosa jatuh ke tangan Raja Alfonso I dari Arogan dan
ibn Bajah terpaksa pindah ke Sevilla. Di kota ini ia bekerja sebagai dokter, kemudian
ia pindah ke Granada dan dari sana ia pindah ke Afrika Utara, pusat Dinasti
Murabithun. Malang bagi Ibnu Bajah, setibanya di kota Syatibah ia ditangkap oleh
Amir Abu Ishak Ibrahim ibn Yusuf ibn Tasifin yang menuduhnya sebagai murtad dan
pembawa bid’ah, karena pikiran-pikiran filsafatnya yang asing bagi masyarakat Islam
di Maghribi yang sangat kental dengan paham sunni ortodoks. Atas jasa Ibnu Rusyd,
yang pernah menjadi muridnya, Ibnu Bajah dilepaskan. Kondisi masyarakat Baeber
yang belum bisa berpikir filosofis tersebut, menyebabkan ia melanjutkan
pengembaraannya ke Fez di Maroko.di sini ia masih dapat melanjutkan karirnya
sebagai ilmuan di bawah perlindungan penguasa Murabithun yang ada di sana.
Bahkan, hubungannya dengan pihak penguasa istana berjalan baik, sehingga ia

1Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam (cet 1, edisi 3; Semarang
2013),h. 252-253
diangkat sebagai menteri leh Abu Bakar Yahya ibn Yusuf ibn Tasifin untuk waktu
yang lama. Akhirnya, ia meninggal pada 533 H (1138 M) di Fez, dan dimakamkan di
samping makam Ibn ‘Arabi. Menurut satu riwayat, ia meninggal karena diracun oleh
seorang dokter bernama Abu Al-‘Ala ibn Zuhri yang iri hati terhadap kecerdasan,
ilmu dan ketenarannya. 2

Beberapa karya Ibnu Bajjah, baik dalam bentuk bahasa Arab atau bahasa Inggris
menjadi bukti sebuah pengakuan dari dunia luar atas karyanya diantaranya: 3

1.      Tardiyyah sebuah puisi yang ada di The Berlin Library.


2.      Karya-karya yang disunting oleh Asin Palacios dengan terjemahan bahasa
Spanyol dan catatan-catatan yang diperlukan: (i) Kitab An-Nabat, Al-
Andalus, jilid V, 1940; (ii) Risalah Ittishal Al-‘Aql bi Al-Insan, Al-Andalus,
jilid VII,1942; (iii) Risalah Al-Wada Al-Andalus, jilid VIII, 1943;(iv) Tadbir
Al-Mutawahhis berjudul El Regimen Del Solitario, 1946.
3.      Karya-karya yang disunting oleh Dr.M.Shaghir Hasan Al-Ma’sumi: (i) Kitab
An-Nafs dengan catatan dan pendahuluan dalam bahasa Arab, Majallah Al-
Majma’ Al-‘Ilm Al-‘Arabi, Damaskus, 1958; (iii) Risalah Al-Ghayah Al-
Insaniyyah berjudul Ibnu Bajjah on Human End, dengab terjemahan bahasa
Inggris, Journal of Asiatic Society of Pakistan, jilid II, 1957.

B.Keadaan Sosiokultural
Sebelum Islam masuk ke Andalus wilayah ini kosong dari  ilmu pengetahuan
dan filsafat. Tidak satu pun penduduknya memiliki ketenaran di bidang ilmu
pengetahuan. Di kala itu hanya baru ada monumen – monumen kuno yang dibangun
oleh raja – raja romawi. Dengan kata lain, sekalipun ada peradaban, boleh dikatakan
amat sederhana. Karena itu, pendapat Montgomery Watt dapat diterima ketika Ia
menyatakan bahwa pengaruh budaya Islam di Eropa terjadi setelah kaum Muslimi

2 Busyro, Dasar-dasar Filosofis Hukum Islam (Ponorogo: Wade, 2016), h. 62


3 Muhammad Syukri Albani Nasution, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2014), h. 173
menaklukan Spanyol dan Sisilia. Tepatnya kegiatan intelektual ini mulai
dikembangkan pada abad ke 9 H di bawah pemerintahan Muhammad ibnu Abdur
Rahman (852 – 886 H). 4

C.Filsafat Ibnu Bajjah


1. Metafisika (Ketuhanan)
Menurut Ibnu bajjah, segala yang ada (al-maujudat) terbagi dua: yang
bergerak dan yang tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang
sifatnya finite (terbatas). Gerak terjadi dari perbuatan yang menggerakkan
terhadap yang di gerakkan. Gerakan ini di gerakkan pula oleh gerakan yang
lain, yang akhir rentetan gerakan ini di gerakkan oleh penggerak yang tidak
bergerak; dalam arti penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan jisim
(materi). Penggerak ini bersifat azali. Gerak jisim mustahil timbul dari
subtansinya sendiri sebab ia terbatas. Oleh karena itu, gerakan ini mesti
berasal dari gerakan yang infinite (tidak terbatas) yang oleh ibnu bajjah
disebut dengan ‘aql. 5

Kesimpulanya, gerakan alam ini –jism yang terbatas- digerakkan oleh


‘aql (bukan berasal dari subtansi alam sendiri). Sedangkan yang tidak
bergerak adalah ‘aql, ia menggerakkan alam dan ia sendiri tidak bergerak. ‘aql
inilah disebut dengan Allah (‘aql, aqil, dan ma’qul) sebagaimana yang
dikemukakan oleh al-farabi dan ibnu sina sebelumnya.
2. Materi dan Bentuk
Menurut Ibn Bajjah, “Materi dapat bereksistensi tanpa harus ada
bentuk (ash-shurat).” Pernyataan ini menolak asumsi bahwa “ materi itu tidak
bisa bereksistensi tanpa ada bentuk, sedangkan bentuk bisa
bereksistensi dengan sendirinya, tanpa harus ada materi.” Ibn Bajjah

4 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997), h. 40


5 Muhammad Syukri Albani Nasution, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2014), h. 175-176
berargumen jika materi berbentuk, ia akan terbagi menjadi “materi” dan
“bentuk” dan begitu seterusnya. Ibn Bajjah menyatakan bahwa “Bentuk
Pertama” merupakan suatu bentuk abstrak yang bereksistensi dalam materi
yang dikatakan sebagai tidak mempunyai bentuk. 6

BAB III

PENUTUP
6 Fathurrahman Djamil, Filsafat hukum Islam, h. 56.
A.Kesimpulan

Ibnu Bajjah merupakan salah seorang dari filofof dunia barat yang berasal


dari islam, bahkan dia disebut sebagai avempace. Pada zamannya dia terkenal karena
bisa menguasai dua belas macam ilmu pengetahuan, meskipun telah banyak yang
mengecapnya sebagai orang yang selalu berbuat kebid’ahan namun namanya masih
tetap terkenang oleh umat muslim. Sehingga suatu hari dia diberi kepercayaan untuk
menduduki suatu jabatan tertentu pada saat itu hingga mencapai dua puluh tahun.
Diantara berbagai karya yang telah dihasilkannya adalah Kitab Tadbir al-
Mutawahhid, Risalat al-WadaI, Risalat al-IttishalI, Kitab al-Nafs, Tardiyyah, dan
sebagainya.

B.Saran
Setelah menelaah dan memahami materi dalam bab yang lalu dan berdasarkan
kesimpulan diatas maka penulis ingin memberikan saran – saran sebagai berikut:

1) Setiap orang hendaknya mampu menggunakan akal pikirnya secara mendalam


agar dapat mengungkap hakikat segala sesuatu ynag ada di hadapannya.

2) Setiap muslim hendaknya engambil teladan dari para ilmuan islam seperti
Ibnu Bajjah yang dapat menguasai berbagai disiplin ilmu.

3) Setiap muslim hendaknya menggunakan akal pikirannya yang rasional dan


jernih dalam memandang ajaran agama dan mengenal ayat-ayat tuhannya,
baik ayat kauliyah mapun ayat kauniyah.

DAFTAR PUSTAKA
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. 2013. Falsafah Hukum Islam, cet
1, edi 3; Semarang.
Fathurrahman Djamil. 2011. Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Muhammad Syukri Albani Nasution. 2014. Filsafat Hukum Islam, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, Semarang.
Busyro. 2016. Dasar-dasar Filosofis Hukum Islam, Ponorogo: Wade.

Anda mungkin juga menyukai