Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SYIRKAH DAN MUDHARABAH

Mata Kuliah Fiqh Muamalah

HTN 2B

Disusun Oleh:

1. Rahmad Wijaya ( 21671021 )


2. Nofi Hinanda ( 21671037 )

Dosen Pengampu:

LENDRAWATI, S.Ag,. S.Pd,. MA

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik
hidayah serta nikmat sehat sehingga dapat menyusun makalah Fiqh Muamalah untuk
memenuhi tugas yang telah di beri. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Semoga makalah ini dapat membantu, memberikan manfaat serta berguna bagi
khayalak umum dan tidak lupa kami memohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata maupun isi dari keseluruhan
makalah ini. Kami sebagai penulis makalah sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna.

CURUP, 7 JUNI 2022

Penyusun..
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………..………………..

Kata Pengantar …………………………………………………….……...……………

Daftar isi ……………………………………………………………….…..…………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………..….…...


B. Rumusan Masalah ………………………………………………..………...
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………………..………....

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Syirkah …………………………………………………………


B. Macam-Macam dan Hikmah Syirkah ……………………………………...
C. Pengertian, Rukun dan Syarat Mudharabah ……………………………….
D. Penerapan Akad Mudharabah Pada Perbankan Syariah …………………...

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………...
B. Saran ……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masyarakat sejak dahulu tidak terlepas dari proses jual-beli dan kerjasamadalam bidang
perekonomian. Dalam ilmu fiqih tersapat macam-macam kerja samadalam perekonomian yang
memang penting untuk di pelajari untuk kemaslahatanmasyarakat atau umat. Dan apa bila akan ada
beberapa orang yang akan berserikatdalam kerjasama ini,maka tergantung ingin berkerja sama
dengan cara yang di inginkan dan sesua dengan kemampuan individu masing-masing dan ketentuan
ketentuanya.
Syirkah merupakan salah satu kerjasama antara pemilik modal dan seorangpekerja dannanti
keuntugannya di bagi menurut akadnya yang dilandasi oleh rasatolong menolong. sebab ada orang
yang mempunyai modal, tetapi tidak mempunyaikeahlian dalam menjalankan roda perusahaan.
Sistem ini telah ada sejak jamansebelum islam karena megandung nilai-nilai positif dan telah
dikerjakan oleh NabiSAW.( Sebelum diangkat menjadi Rosull) dengan megambil modal dari
khodijahsewaktu berniaga kesam (Syiria). Terdapat beberapa bentuk kerja sama dalampandagan
islam, yaitu Syirkah, mudarabah atau qiradh, musaqah, mujaraah, danmuhabarah.Untuk mengetahui
kejelasan dari bentuk-bentuk atau macam-macamkerjasama di atas maka diperlukan kajian yang
seksama. Untuk itu, akan dibahas lebih jelas khususnya syirkah dan mudarabah.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis


mengidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apa itu Pengertian Syirkah ?


2. Apa saja Macam-Macam dan Hikmah Syirkah ?
3. Apa itu Pengertian, Rukun dan Syarat Mudharabah ?
4. Bagaimana Penerapan Akad Mudharabah Pada Perbankan Syariah ?
C.Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1. Untuk Mengetahui Pengertian Syirkah


2. Untuk Mengetahui Macam-Macam dan Hikmah Syirkah
3. Untuk Mengetahui Pengertian, Rukun dan Syarat Mudharabah
4. Untuk Mengetahui Penerapan Akad Mudharabah Pada Perbankan Syariah
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Syirkah

Secara etimologi syirkah atau perkongsian berarti percampuran, yakni


bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainya , tanpa dapat di bedakan
antara keduanya. Sedangkan, Menurut terminologi ulama’ fiqih beragam pendapat
dalam mengklasifikasikannya, antara lain:1

1. Menurut malikiyah:
“perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta
yang di miliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya
saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik
keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk tasharruf”
2. Menurut hanabilah:
“perhimpunan adalah hak (kewenangan) atau pengolahan harta
(tasarruf)”.
3. Menurut syafi’iyah:
“ketetapan hak pada sesuatu yang dimiliki dua orang atau lebih dengan
cara yang masyhur (diketahui)”

Dasar  hukum syirkah (perseroan) terdapat dalam al-qur’an, al-hadist, dan


ijma’, berikut ini:

a. Al-qur’an
“ mereka bersekutu dalam yang sepertiga”. (QS. An-Nisa’ ayat 12).
b. Al-hadist
“ Dari abu huraira yang di rafa’kan kepada Nabi SAW , bahwa Nabi SAW
bersabda, “ sesungguhnya allah SWT . berfirman, “aku adalah yang ketiga
1
Sayid Sabid, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Al Ma‟arif, 1998), h. 111
pada dua orang yang bersekutu, selama salah seorang dari keduanya tidak
menghianati temanya, aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila
salah seorang menghianatinya”.(HR. Abu Dawud dan Hakim dan
menyahitkan sanadnya).

B.Macam-Macam dan Hikmah Syirkah

Bahwa para ulama membagi syirkah ke dalam bentuk-bentuk dijelaskan di


bawah ini:2

1. Syirkah Amlak
Syirkah amlak ini adalah beberapa orang memiliki secara bersama-
sama sesuatu barang, pemilikan secara bersama-sama atas sesuatu barang
tersebut bukan disebabkan adanya perjanjian di antara para pihak (tanpa ada
akad atau perjanjian terlebih dahulu), misalnya pemilikan harta secara
bersama-sama yang disebabkan/ diperoleh karena pewarisan.
2. Syirkah Uqud
Syirkah uqud ini ada atau terbentuk disebabkan para pihak memang
sengaja melakukan perjanjian untuk bekerja sama atau bergabung dalam suatu
kepentingan harta (dalam bentuk penyertaan modal) dan didirikannya serikat
tersebut bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk harta benda.
Menurut ulama‟ Hanabilah, yang sah hanya empat macam, yaitu: syirkah
inan, syirkah abdan, syirkah mudharabah, dan syirkah wujuh. Mazhab Hanafi
memboehkan semua jenis syirkah di atas, apabila syaratsyarat terpenuhi.
Mazhab Maliki memboloehkan semua jenis syirkah, kecuali syirkah wujuh.
Asy Syafi‟i membatalkan semua, kecuali syirkah inan dan syirkah
mudharabah.

Ada beberapa Hikmah Syirkah sebagai berikut:

2
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Sinar Grafika Offset; 2010).
1. Terciptanya kekuatan dan kemajuan khususnya di bidang ekonomi
2. Pemikiran untuk kemajuan perusahaan bias lebih mantap karena hasil
pemikiran dari banyak orang
3. Semakin terjalinnya rasa persaudaraan dan brasa solidaritas untuk kemajuan
bersama
4. Jika usahanya berkembang dengan baik berarti jangkauan operasionalnya
semakin meluas maka membutuhkan tenaga kerja yang banyak.

C.Pengertian, Rukun dan Syarat Mudharabah

Mudharabah atau qiradh termasuk salah satu bentuk akad syirkah atau


perkongsian. Istilah mudharabah digunakan oleh orang irak, sedangkan orang hijaz
menyebutnya dengan istilah qiradh. Dengan demikian, mudharabah atau qiradh
adalah dua istilah untuk maksud yang sama.
Menurut bahasa, qiradh diambil dari kata qordhu yang berarti potongan,
sebab pemilik memberikan potongan dari hartanya untuk diberikan  kepada 
pengusahah agar  mengusahakan  harta tersebut, dan  pengusaha akan  memberikan
potongan dari laba yang diperoleh. Bisa juga diambil dari kata muqaradhah yang
berarti kesamaan, sebeb pemilik modal dan pengusaha memiliki hak  yang sama 
terhadap laba.3

Rukun mudharabah adalah ijab dan qobul yang dilakukan oleh orang yang


layak yang  melakukan akad. Akad  mudharabah tidak disyaratkan adanya lafadz
tertentu, akan tetapi dapat diungkapkan dengan bentuk apapun yang menunjukkan
makna mudharabah. Akad dinilai dari tujuan dan maknanya, bukan lafadz dan
ungkapan verbal.4

Syarat–syarat mudharabah ada 3 macam, sebagai berikut:5


3
Helmi Karim, Fiqih Muamalah, cetakan pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm 16
4
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, cetakan ke 2, Kencana, Jakarta, 2013, hlm 196
5
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, cetakan 9, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm 135
1. Syarat Aqidani (dua orang yang akan akad)
Disyaratkan orang yang akan melakukan akad, yakni pemilik modal
dan pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil, sebab
mudharib mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil. Namun
demikian, tidak disyaratkan harus muslim. Mudharabah dibolehkan dengan
orang kafir dzimmi atau orang kafir yang dilindungi di Negara islam.Adapun
ulama malikiyah memahruhkan mudharabah dengan kafir dzimmi jika mereka
tidak melakukan riba dan melarangnya jika meraka melakukan riba.
2. Syarat Modal
a. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya.
b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran.
c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak berarti harus ada di
tempat akad.
Modal harus di berikan kepada pengusaha. Hal itu di maksudkan agar
pengusaha dapat mengusahakanya, yakni menggunakan harta tersebut
sebagai amanah.
3. Syarat Laba
a. Laba harus memiliki ukuran.
b. Laba harus berupa bagian yang umum (masyhur).

D. Penerapan Akad Mudharabah Pada Perbankan Syariah

Perkembangan sistem perbankan syariah dalam kerangka Dual Banking


System memberikan alternatif lain dalam perbankan yang semakin lengkap bagi
masyarakat Indonesia. Salah satu prinsip syariah adalah adanya prinsip bagi hasil.
Penerapan prinsip bagi hasil  atau pembiayaan mudharabah pada bank syariah
didasarkan pada kesepakatan antara nasabah yang bertindak
sebagai mudharib dengan pihak bank sebagai shahibul maal dalam penetapan nisbah
bagi hasil atas suatu usaha yang dibiayai oleh bank. Kesepakatan ini dituangkan
dalam bentuk perjanjian pembiayaan dengan tetap memperhatikam ketentuan yang
terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana implementasi akad mudharabah pada bank syariah
dihubungkan dengan Pasal 1338 KUH Perdata . Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif yang bertujuan untuk menemukan asas-asas hukum
positif dan doktrin-doktrin hukum positif dan bersifat   deskriptif analitis.
Implementasi akad mudharabah pada bank syariah didasarkan pada pola  
kemitraan, yaitu terdapatnya kesepakatan antara pihak bank syariah sebagai shahibul
maal dengan nasabah sebagai mudharib, hal ini sesuai   dengan ketentuan yang
terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yaitu keduanya berpotensi menimbulkan
sanksi yang dapat dipaksakan bagi pihak yang tidak mentaatinya.6

BAB III

PENUTUP

6
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm 167
A.Kesimpulan

Berdasarkan seluruh uraian yang sudah di bahas di atas, maka kami dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Syirkah secara etimologi berarti percampuan, sedangkan menurut terminologi


ulama’ fiqih beragam pendapat. Seperti halnya menurut malikiyah
“perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharuf) harta yang
dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya
saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik
keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk tasharuf”.
2. Pengertian mudharabah sama halnya dengan qiradh yang berarti potongan.
Dasar hukum mudharabah ada empat, yakni: Al-qur’an, As-sunah, ijma’, dan
qiyas. Syarat mudharabah ada tiga, yakni: syarat aqidani, syarat modal, syarat
laba. Rukun mudharabah adalah ijab dan qobul. Macam-macam mudharabah
ada dua, yakni: mudharabah muthlaqoh dan mudharabah muqoyyadah.

B.Saran

Setelah disusunnya makalah mengenai Agama Islam II ini, diharapkan dapat


menambah wawasan pembaca khususnya di mata kuliah Agama Islam II. Disamping
itu kami juga menyadari bahwa pada makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami menerima kritik maupun saran yang membangun agar dalam
pembuatan tugas selanjutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Sayid Sabid. 1998. Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Al Ma‟arif).


Ahmad Wardi Muslich. 2010. Fiqh Muamalat, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset).

Helmi Karim. 1997. Fiqih Muamalah, (cet 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta).

Mardani. 2013. Fiqih Ekonomi Syariah, ( cet ke 2, Kencana, Jakarta ).

Hendi Suhendi. 2014. Fiqih Muamalah, ( cet ke 9, Raja Grafindo Persada,


Jakarta).

Fathurrahman Djamil. 2013. Penerapan Hukum perjanjian dalam Transaksi


di Lembaga Keuangan Syariah,( Sinar Grafika, Jakarta ).

Anda mungkin juga menyukai