AKAD SYIRKAH
Disusuh untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Fiqih Mu’amalah”
Dosen Pengampu:
Drs. Mashuri, M.H.I
Disusun Oleh:
Kelompok 9
1. Fajar Bagus Dwi Cahyono (1860101223269)
2. Fadila Karisma Dewi (1860101223276)
3. Winda Ayu Larasati (1860101223292)
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Akad Syirkah” dengan lancar dan tepat waktu. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing umatnya ke jalan yang diridhai Allah SWT. Dalam
proses penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas semester ganjil mata
kuliah Fiqih Mu’amalah. Pada kesempatan ini penyusun berterima kasih kepada :
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………2
C. Tujuan……………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….3
A. Definisi Syirkah…………………………………………………………...3
B. Dasar Hukum Syirkah……………………………………………………..5
C. Rukun dan Syarat Syirkah………………………………………………....6
D. Macam-Macam Syirkah…………………………………………………...7
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad merupakan bagian dari macam-macam tasharruf, yaitu segala yang
keluar dari seorang manusia dengan kehendaknya dan syara’ menetapkan
beberapa haknya. Akad mempunyai arti menyimpulkan atau mengikatkan.
Sedangkan menurut kompilasi hukum ekonomi syariah, akad adalah kesepakatan
dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak
melakukan perbuatan hukum tertentu.1 Dalam Fiqih Mu’amalah terdapat berbagai
macam akad, hal itu terjadi karena berlainan obyek, masyarakat atau Agama
sendiri telah memberikan nama-nama itu untuk membedakan yang satu dengan
yang lainnya. Berbagai macam akad tersebut dibagi dalam dua kelompok
yaitu Uqudun musammatun dan Uqud ghoiru musammah.
1
Mardani, Hukum Perikatan Syari’ah di Indonesia, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2013), Hal. 52
1
artinya “Hendaklah kalian saling tolong menolong dalam kebaikan”.2 Mengenai
hal tersebut, Berikut penulis akan memaparkan bentuk kerjasma berupa syarikat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Mengetahui definisi akad syirkah
b. Mengetahui dasar hukum akad syirkah
c. Mengetahui rukun dan syarat akad syirkah
d. Mengetahui macam-macam akad syirkah
2
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, ( Bandung :Diponegoro, 1984), Hal. 259
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi syirkah
Akad banyak macamnya dan berlain-lainan namanya, salah satu dari akad
tersebut adalah akad syirkah atau perkongsian yang menurut Bahasa ikhtilath
berarti campur atau percampuran.3 Akad percampuran ialah akad yang
mencampurkan aset menjadi satu kesatuan dan kemudian kedua belah pihak
menanggung resiko dari kegiatan usaha yang dilakukan dan membagi
keuntungan /pendapatan sesuai kesepakatan. Dalam definisi lain, akad
percampuran adalah akad persekutuan antara dua orang atau lebih dalam
menjalankan usaha untuk mendapatkan keuntungan. Melalui akad percampuran
masing-masing pihak yang bersekutu akan saling memberikan modal untuk
menjalankan usaha. Kemudian pembagian keuntungan yang diperoleh dari hasil
usaha didasarkan atas nisbah.4 Syirkah juga dapat didefinisikan sebagai :
ُ اَاْل ِ ْختِاَل طُ َأىْ خ َْلطُ َأ َح ِد ْال َمالَ ْي ِن بِاْاَل خَ ِربِ َحي
ِ ْث اَل يَ ْمتَزَ ا ِن ع َْن بَ ْع
ض ِه َما
“percampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta
lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanya”5
ِ َص ْي ِن فََأ ْكثَ َر َعلَى التَّ َعا ُو ِن فِ ْي َع َم ٍل اِ ْكتِ َسا بِ ٍّي َوا ْقتِ َس ِام اَرْ ب
اح ِه َ َع ْق ٌدبَ ْينَ َش ْخ
“akad yang berlaku untuk dua orang atau lebih untuk kerjasama dalam suatu
usaha dan membagi keuntungannya”6
Menurut istilah yang dimaksud dengan syirkah, para fuqaha berbeda
pendapat sebagai berikut :
a. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan syirkah ialah akad antara dua
orang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan.
3
Hendi suhendi, Fiqih Mu’amalah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), Hal. 125
4
Mardani, Hukum, Hal. 160
5
Rahmat syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), Hal. 183
6
Teungku Muhammad Hasbi, Pengantar Fiqih Muamalah, (Semarang : Pustaka Rizki Putra,
2001), Hal. 99
3
d. Menurut Imam Taqiyyudin Abi Bakr Ibn Muhammad Al-Husain yang
dimaksud syirkah adalah ibarat penetapan suatu hak kepada sesuatu yang satu
untuk dua orang atau lebih dengan cara yang telah diketahui.
h. Menurut Syafi’iyah ketetapan hak pada sesuatu yang dimiliki dua orang atau
lebih dengan cara yang masyhur (diketahui).
i. Menurut Hanafiyah ungkapan tentang adanya transaksi (akad) antara dua orang
yang bersekutu pada pokok harta dan keuntungan.8
Teori percampuran terdiri dari dua pilar, yaitu objek percampuran dan
waktu percampuran. Sebagaimana dalam teori pertukaran yaitu objek
percampuran dan waktu percampuran. Sebagaimana dalam teori pertukaran, fiqih
juga membedakan dua jenis percampuran yaitu ayn (real asset) berupa barang dan
7
Hendi, Fiqih, Hal. 125-126
8
Rahmat, Fiqih, Hal. 183-185
4
jasa dan dayn (financial asset) berupa uang dan surat berharga. Dari segi
waktunya : Naqdan (immediate delivery) yakni penyerahan saat itu juga dan
gehoiru naqdan (deferred delivery) yakni penyerahan kemudian. Dan dapat di
identifikasi tiga jenis percampuran : (1) percampuran ‘ayn dengan áyn; (2)
percampuran ‘ayn dengan dayn; (3) percampuran dayn dengan dayn. 9
B. Dasar hukum syirkah
“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi Muhammad, bahwa Nabi SAW
bersabda “sesungguhnya Allah SWT berfirman “Aku adalah yang ketiga dari dua
orang yang bersekutu selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati
temannya, aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila salah seorang
mengkhianatinya” (HR. Abu Dawud dan Hakim dan menyahihkan sanadnya).
5
“Kekuasaan Allah senantiasa berada pada dua orang yang bersekutu selama
keduanya tidak berkhianat”. (HR. Bukhari dan Muslim).12
c. Al-Ijma’
b.) Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta), dalam hal ini terdapat dua
perkara yang harus dipenuhi yaitu (a) bahwa model yang dijadikan akad syirkah
adalah dari alat pembayaran (nuqud), seperti junaih, riyal, dan rupiah; (b) yang
dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad syirkah dilakukan, baik jumlahnya
sama maupun berbeda.
6
objek akad disyaratkan syirkah umum, yakni pada semua macam jual beli atau
perdagangan.
D. Macam-Macam syirkah
1. perkongsian amlak
Perkongsian amlak adalah dua orang atau lebih yang memiliki barang tanpa
adanya akad. Perkongsian ini ada dua macam :
a.) perkongsian sukarela (ikhtiyar)
13
Hendi, Fiqih, Hal. 127-129
7
Perkongsian ikhtiyar ialah perkongsian yang muncul karena adanya kontrak
dari dua orang yang bersekutu. Contohnya dua orang yang membeli atau
memberi atau berwasiat tentang sesuatu dan keduanya menerima, maka jadilah
pembeli, yang diberi, dan yang berwasiat bersekutu antara keduanya, yaitu
perkongsian milik.
b.) perkongsian paksaan (ijbar)
Hukum kedua jenis perkongsian ini adalah salah seorang yang bersekutu
seolah-olah sebagai orang lain dihadapan yang bersekutu lainnya.oleh karena itu,
salah seorang diantara mereka tidak boleh mengolah (tasharruf) harta perkongsian
tersebut tanpa izin dari teman sekutunya, karena keduanya tidak mempunyai
wewenang untk menentukan bagian masing-masing.
2. perkongsian uqud
Perkongsian ini merupakan bentuk transaksi yang terjadi antara dua orang
atau lebih untuk bersekutu dalam harta dan keuntungannya. Pengertian ini sama
dengan pengertian perseroan yang telah dikemukakan oleh ulama Hanafiyah
diatas.
a.) perkongsian ‘inan
b.) perkongsian mufawidah
c.) perkongsian abdan
d.) perkongsian wujuh
e.) perkongsian mudharabah
8
Ulama Hanafiyah membaginya menjadi enam macam yaitu :
a.) perkongsian amwal
b.) perkongsian a’mal
c.) perkongsian wujuh
Secara umum fuqaha mesir, yang kebanyakan terdiri dari madzhab Syafi’I
dan Maliki, berpendapat bahwa perkongsian terbagi atas empat macam yaitu :
a.) perkongsian ‘inan
b.) perkongsian mufawidhah
c.) perkongsian abdan
d.) perkongsian wujuh.14
14
Rahmat, Fiqih, Hal. 186-188
9
BAB III
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11