Anda di halaman 1dari 17

MODUL 3

MUSYARAKAH DAN PENERAPANNYA DI LEMBAGA


KEUANGAN SYARIAH
Mata Kuliah: Fikih Muamalah
Dosen Pengampu: Dr. Dede Abdul Fatah, SHI., M.Si

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH

JURUSAN AKUNTANSI

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 2


BAB I ............................................................................................................................................ 3
BAB II ........................................................................................................................................... 4
1. Pengertian Musyarakah ........................................................................................................ 4
2. Landasan Hukum Musyarakah .............................................................................................. 4
3. Rukun dan Syarat Musyarakah ............................................................................................. 5
4. Jenis-jenis Musyarakah ......................................................................................................... 6
5. Skema dan aplikasi dalam Perbankan Syariah .................................................................... 12
6. Fatwa terkait Musyarakah ................................................................................................... 14
BAB III........................................................................................................................................ 15
1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 15
2. Saran.................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Sebagai ajaran yang
komprehensif, Islam meliputi tiga pokok ajaran, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak.
Hubungan antara aqidah, syari’ah dan akhlak dalam sistem Islam terjalin sedemikian
rupa sehingga merupakan sebuah sistem yang komprehensif. Syariah Islam terbagi
kepada dua yaitu ibadah dan mu’amalah. Ibadah diperlukan untuk menjaga ketaatan
dan keharmonisan hubungan manusia dengan khaliq-Nya. Mu’amalah dalam
pengertian umum dipahami sebagai aturan mengenai hubungan antar manusia. Salah
satu aspek penting yang terkait dengan hubungan antar manusia adalah ekonomi. Ajaran
Islam tentang ekonomi memiliki prinsip-prinsip yang bersumber al-Qur’an dan Hadist.
Prinsip-prinsip umum tersebut bersifat abadi, seperti prinsip tauhid, adil, maslahat,
kebebasan, dan tanggung jawab, persaudaraan, dan sebagainya. Prinsip-prinsip ini
menjadi landasan kegiatan ekonomi di dalam Islam yang secara teknis operasional
selalu berkembang dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan
peradaban yang dihadapi manusia.

Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu prinsip yang
sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat mendukung aspek keadilan.
Keadilan merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam. Penetapan suatu hasil
usaha didepan dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat
memberatkan salah satu pihak yang berusaha, sehingga melanggar aspek keadilan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Musyarakah
Syirkah seakar kata dengan musyarakah yang berasal dari bahasa arab “syaraka” yang
bermakna bersekutu, meyetujui, atau perkongsian berarti “Percampuran”, yakni
bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya, tanpa dapat dibedakan
antara keduanya.1 Secara istilah, musyarakah adalah akad yang digunakan dalam suatu
kegiatan ushaa antara dua pihak yang masing-masing berkontribusi dalam pendanaan
dimana salah satu pihak atau keduanya bisa jadi pengelola dana. Pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah yang di sepakati dua pihak dan apabila terjadi kerugian di tanggung
semua pemilik modal berdasarkan posisi modal masing-masing.2

2. Landasan Hukum Musyarakah


A. Al-Qur’an

ِ ُ‫فَ ُه ْم ش َُر َكا ٓ ُء فِى الثُّل‬


…‫ث‬

Artinya:“ ….maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga…” (Qs. An-
Nisa: 12)

ِ ‫ص ِل ٰح‬
‫ت‬ ٍ ‫ض ُه ْم ع َٰلى بَ ْع‬
ّٰ ‫ض ا ََِّّل الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا َوع َِملُوا ال‬ َ ‫َواِ َّن َكثِ ْي ًرا ِم َن ا ْل ُخ َلـ‬
ُ ‫طا ِٓء لَيَ ْب ِغ ْي بَ ْع‬
ۗ ‫َوقَ ِل ْي ٌل َّما ُه ْم‬

Artinya: “Dan banyak di antara orang-orang yang berserikat itu berbuat zalim kepada
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya
sedikitlah mereka yang begitu”3

Kedua ayat diatas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah SWT. akan adanya
perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam surah An-Nisa: 12 perkongsian

1
Mohamad Mufid, Kaidah Fikih Ekonomi dan Keuangan Kontemporer (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019), 117.
2
Wiroso, Produk Perbankan Syariah (Jakarta: LPFE Usakti, 2011), 295.
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syariah dari teori ke praktik (Jakarta: Gema Insani, 2017),
90.

4
terjadi secara otomatis (jabr) karena waris, sedangkan dalam surah Sadd: 24 terjadi atas
dasar akad (ikhtiyari).

B. Al-Hadist

,‫ مالم يخن أحدهما صاحبه‬,‫ أ نا ثالث الشركين‬: ‫ الله يقول‬: ‫ رفعه قال‬,‫عن أبي هريرة‬
)‫فاذا خانه خرجت من بينهما(رواه أبوا داود والحاكم عن أبي هريرة‬

“Dari hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. telah
Bersabda, “Allah swt. telah berkata kepada saya; menyertai dua pihak yang sedang
berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak menghianati yang lain, seandainya
berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut” (HR. Abu Dawud no.2936, dalam
kitab al-Buyu, dan Hakim).4

C. Ijma

Ibnu Qudama dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata: ”kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat
perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya”.5

3. Rukun dan Syarat Musyarakah


Rukun syirkah diperselisihkan oleh para ulama, menurut ulama hanafiyah, bahwa rukun
syirkah ada dua, yaitu ijab dan kabul sebab ijab kabul (akad) yang menentukan adanya
syirkah. Musyarakah memiliki beberapa rukun, antara lain:

a. Ijab-qabul (sighat) adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak


yang bertransaksi.
b. Dua pihak yang berakad (‘aqidani) dan memiliki kecakapan melakukan
pengelolaan harta.
c. Objek aqad (mahal), yang disebut juga ma’qud alaihi, yang mencakup
modal atau pekerjaan.
d. Nisbah bagi hasil.6

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syariah dari teori ke praktik (2017), 91.
4

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syariah dari teori ke praktik (2017), 91.
5
6
Trimulato,”Analisis Potensi Produk Musyarakah terhadap Pembiayaan Sektor Riil Umkm”,
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan (2012): 47.

5
Adapun yang menjadi syarat syirkah adalah sebagai berikut7:
a. Tidak ada bentuk khusus kontrak, berakad dianggap sah jika diucapkan
secara verbal/tertulis, kontrak dicatat dalam tulisan dan disaksikan.
b. Mitra harus kompeten dalam memberikan/diberikan kekuasaan perwalian.
c. Modal harus uang tunai, emas, perak yang nilainya sama, dapat terdiri dari
asset perdagangan, hak yang tidak terlihat (misalnya lisensi, hak paten, dan
sebagainya).
d. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan adalah sebuah hukum dasar dan tidak
diperbolehkan bagi salah satu dari mereka untuk mencantumkan tidak
ikut sertanya mitra lainnya. Namun porsi melaksanakan pekerjaan tidak perlu
harus sama, demikian pula dengan bagian keuntungan yang diterima.

4. Jenis-jenis Musyarakah
Secara garis besar syirkah terbagi kepada dua bagian8:

1. Syirkah Al-Amlak
2. Syirkah Al-Uqud

1. Syirkah Al-Amlak

Syirkah al-amlak (syirkah milik) adalah ibarat dua orang atau lebih memilikkan
suatu benda kepada yang lain tanpa ada akad syirkah9.Dari definisi tersebut, dapat
dipahami bahwa syirkah milik adalah suatu syirkah dimana dua orang atau lebih
bersama-sama memiliki suatu barang tanpa melakukan akad syirkah. Contoh, dua orang
diberi hibah sebuah rumah. Dalam contoh ini rumah tersebut dimiliki oleh
dua orang melalui hibah, tanpa akad syirkah antara dua orang yang diberi hibah
tersebut.

7
Abdul Ghafar Anshori, Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (konsep, regulasi, dan
implementasi), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), 119.
8
Jaih Mubarok & Hasanudin. Fikih Mu'amalah Maliyyah: Akad Syirkah dan Mudharabah
(Bandung: Simbiosa Rekatama, 2017),2.
9
Maulana Hasanudin & Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musyarakah (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2012), 22.

6
Dalam syirkah al-amlak, terbagi dalam dua bentuk, yaitu:

a. Syirkah al-jabr

Berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan suatu benda karena adanya
peristiwa alami, seperti kematian10.

Contoh : Ani baru saja ditinggalkan Bapaknya yang meninggal dunia. Warisan
yang didapat oleh Ani dan Keluarga merupakan bentuk Syirkah al-jabr.

b. Syirkah Ikhtiyariyah

Yaitu suatu bentuk kepemilikan bersama yang timbul karena perbuatan


orang-orang yang berserikat atau terjadi secara sukarela.

Contoh : Dua orang yang bekerja sama secara sukarela untuk mengelola sebuah
restoran, dengan perhitungan laba dibagi dua setelah dikurangi modal.

2. Syirkah Al-Uqud

Syirkah al-uqud (contractual partnership), dapat dianggap sebagai kemitraan yang


sesungguhnya, karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan
untuk membuat suatu perjanjian investasi bersama dan berbagi untuk dan risiko11.

Syirkah al-‘Uqud bagi menjadi 5 jenis, yaitu:

a. Syirkah Mufawwadah

Merupakan akad kerja sama usaha antar dua pihak atau lebih, yang masing-
masing pihak harus menyerahkan modal dengan porsi modal yang sama dan
bagi hasil atas usaha atau risiko ditanggung bersama dengan jumlah yang
sama12. Dalam syirkah mufawwadah, masing-masing mitra usaha memiliki
hak dan tangung jawab yang sama.

10
Maulana Hasanudin & Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musyarakah (2012), 23.
11
Syirkah al-Uqud, http://eprints.walisongo.ac.id/7308/3/BAB%20II.pdf
12
Jaih Mubarok & Hasanudin. Fikih Mu'amalah Maliyyah Akad Syirkah dan Mudharabah
(2017),16.

7
Contoh : A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur
teknik sipil, yang sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing berkonstribusi
kerja. Kemudian B dan C juga sepakat untuk berkonstribusi modal, untuk
membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang (D) kepada
mereka.

b. Syirkah Inan

Merupakan akad kerja sama usaha antara dua orang atau lebih, yang masing-
masing mitra kerja harus menyerahkan dana untuk modal yang porsi
modalnya tidak harus sama13. Pembagian hasil usaha sesuai dengan kesepakatan,
tidak harus sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. Dalam syirkah
inan, masing-masing pihak tidak harus menyerahkan modal dalam bentuk
uang tunai saja, akan tetapi dapat dalam bentuk asset atau kombinasi antara
uang tunai dan asset atau tenaga.14

Contoh : A dan B insinyur teknik sipil. A dan B sepakat menjalankan bisnis


properti dengan membangun dan menjualbelikan rumah. Masing-masing
memberikan konstribusi modal sebesar Rp 500 juta dan keduanya sama-sama
bekerja dalam syirkah tersebut.

c. Syirkah Al-‘Amal

Syirkah al-‘amal adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaaan
itu. Misalnya kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah
proyek atau kerjasama, dua orang penjahit untuk menerima order
pembuatan seragam sebuah kantor. Musyarakah ini kadang disebut dengan
syirkah abdan atau sanaa’i. 15

d. Syirkah Al-Wujuh

13
Jaih Mubarok & Hasanudin. Fikih Mu'amalah Maliyyah Akad Syirkah dan Mudharabah
(2017),16.
14
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2011), 177- 178.
15
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syariah dari teori ke praktik (2017), 92.

8
Yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise
yang baik serta ahli dalam bisnis, mereka membeli barang secara kredit dari
suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka
membagikan berdasarkan jaminan kepada penyedia barang yang disiapkan
oleh setiap rekan kerja.

Contoh : A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B ber-
syirkah wujuh, dengan cara membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C)
secara kredit. A dan B bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang
dibeli. Lalu keduanya menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua,
sedangkan harga pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang). Hal ini dapat
berlangsung karena adanya unsur kepercayaan dari si penyedia modal (pedagang).

Sayyid Sabiq memberikan definisi syirkah al-wujuh yaitu dua orang atau lebih
membeli suatu barang tanpa modal, melainkan semata berdagang kepada
nama baik dan kepercayaan pada pedagang kepada mereka. Syirkah ini
disebut juga syirkah tanggung jawab tanpa kerja dan modal.16

e. Syirkah Mudharabah

Merupakan kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih yang mana satu
pihak sebagai shahibul maal yang menyediakan dana 100% untuk keperluan
usaha, dan pihak lain tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai pengelola
atas usaha yang dijalankan, disebut mudharib.17

Contoh : A sebagai pemodal (shahib al-mal/rabb al-mal) memberikan modalnya


sebesar Rp 10 juta kepada B yang bertindak sebagai pengelola modal
(‘amil/mudharib) dalam usaha perdagangan umum (misal, usaha toko kelontong).

Ada dua bentuk lain sebagai variasi syirkah mudharabah.18 Pertama, dua pihak
(misalnya, A dan B) sama-sama memberikan konstribusi modal, sementara pihak
ketiga (katakanlah C) memberikan konstribusi kerja saja. Kedua, pihak pertama

16
Mardani. Hukum Bisnis Syariah. (Jakarta: Prenada Media, 2017), 144.
17
Ismail, Perbankan Syariah, (2011), 179.
18
Sri Dewi Anggdini, "Analisis Implementasi Syirkah pada Koperasi ", Jurnal Riset Akuntansi
(2014): 105.

9
(misalnya A) memberikan konstribusi modal dan kerja sekaligus, sedangkan
pihak kedua (misalnya B) hanya memberikan konstribusi modal, tanpa konstribusi
kerja. Kedua bentuk syirkah ini masih tergolong syirkah mudharabah.

3. Musyarakah Mutanaqishah
Musyarakah Mutanaqishah (MMq) adalah salah satu produk pengembangan dari
produk berbasis akad Musyarakah berdasarkan prinsip syirkah ‘inan, dimana porsi
modal (hishshah) salah satu syarik (mitra) yaitu Bank berkurang disebabkan oleh
pembelian atau pengalihan komersial secara bertahap (naqlul hishshah bil ‘iwadh
mutanaqishah) kepada syarik (mitra) yang lain yaitu Nasabah. Dari definisi
pemahaman tersebut, konsep akad musyarakah mutanaqishah dijadikan sebuah
konsep dalam pembiayaan perbankan syariah, yaitu kerjasama antara bank syariah
dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang yang mana asset
barang tersebut jadi milik bersama. 19 Adapun besaran kepemilikan dapat
ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam
kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya pihak nasabah akan membayar
(mengangsur) sejumlah modal atau dana yang dimiliki oleh bank syariah. Jumlah
modal bank syariah semakin lama semakin kecil, berbanding terbalik dengan
jumlah modal nasabah yang semakin bertambah karena pembayaran angsuran
pada setiap bulan. 20 Pada akhir masa pembiayaan, jumlah modal bank telah
diambil alih 100% oleh nasabah sehingga kepemilikan atas rumah dialihkan
menjadi atas nama nasabah. Oleh karena itu, MM dapat digunakan untuk berbagai
macam keperluan dan produk perbankan syariah. Baik seperti misalnya:
refinancing, working capital, take over, gabungan take over dan top up
(refinancing), pengalihan hutang dari bank syariah ke bank syariah, restrukturisasi
pembiayaan (konversi akad), capital expenditure (investasi), reimbursement, dan
pembiayan konsumtif untuk KPRS.21

19
Wiroso, Produk Perbankan Syariah ,(2011), 316.
20
Ahmad Ifham, Ini Lho Bank Syariah!: Memahami Bank Syariah dengan Mudah (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2015), 171.
21
Putri Dona Balgis, “Akad Musyarakah Mutanaqisa: Inovasi Baru Produk Pembiayaan Bank
Syariah”, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia (2017): 16.

10
Ketentuan Umum berdasarkan Fatwa DSN No 73/DSN-MUI/XI/2008
tentang Musyarakah Mutanaqishah22 :
 Musyarakah Mutanaqishah adalah Musyarakah atau Syirkah yang
kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang
disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya;
 Syarik adalah mitra, yakni pihak yang melakukan akad syirkah
(musyarakah)
 Hishshah adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah
yang bersifat musya’
 Musya’ (‫ )مشاع‬adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan
musyarakah (milik bersama) secara nilai dan tidak dapat ditentukan batas-
batasnya secara fisik.

Ketentuan Akad23

1. Akad Musyarakah Mutanaqishah terdiri dari akad Musyarakah/ Syirkah dan Bai’
(jual-beli).
2. Dalam Musyarakah Mutanaqishah berlaku hukum sebagaimana yang diatur dalam
Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah, yang
para mitranya memiliki hak dan kewajiban, di antaranya:
a. Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan pada saat akad.
b. Memperoleh keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati pada saat
akad.
c. Menanggung kerugian sesuai proporsi modal.
3. Dalam akad Musyarakah Mutanaqishah, pihak pertama (salah satu syarik, LKS)
wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-nya secara bertahap dan pihak
kedua (syarik yang lain, nasabah) wajib membelinya24.

22
Fatwa DSN MUI Musyarakah Mutanaqishah, https://tafsirq.com/fatwa/dsn-mui/musyarakah-
mutanaqishah
23
Fatwa DSN MUI Musyarakah Mutanaqishah, https://tafsirq.com/fatwa/dsn-mui/musyarakah-
mutanaqishah
24
Putri Dona Balgis, “Akad Musyarakah Mutanaqisa: Inovasi Baru Produk Pembiayaan Bank
Syariah”, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia (2017): 20.

11
4. Jual beli sebagaimana dimaksud dalam poin 3 dilaksanakan sesuai kesepakatan.
5. Setelah selesai pelunasan penjualan, seluruh hishshah LKS –sebagai syarik--
beralih kepada syarik lainnya (nasabah).

5. Skema dan aplikasi dalam Perbankan Syariah

Nasabah Bank Syariah

Proyek Usaha

Nisbah Y%
Nisbah X%

Pendapatan

Bagi Hasil Keuntungan Sesuai Porsi


Kontribusi Modal (Nisbah)

Skema Musyarakah dengan Revenue Sharing

Skema tersebut menjelaskan pembiayaan musyarakah dengan revenue sharing dilakukan


dengan cara menggabungkan dua modal baik dari pihak nasabah dan pihak bank syariah
untuk melakukan suatu usaha/proyek, pendapatan dan kerugian dari hasil usaha atau
proyek tersebut kemudian dibagi sesuai dengan porsi dalam nisbah yang telah disepakti
bersama. 25 Mekanisme revenue sharing dalam perbankan syariah masih diterapkan
karena untuk mengikat nasabah penabung dan penyimpan dananya di bank syariah.
Pendekatan ini dilakukan semata-mata ditunjukkan untuk meraih pasar. 26 Keuntungan
revenue sharing dalam pembiayaan musyarakah adalah jika usaha yang dibiayai
mengalami kerugian bank tidak akan mengalami bagi hasil hingga negatif, bagi hasil
terendah bank syariah hanya sebesar nol.27

25
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan dan Kaidah Hukum
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), 248.
26
Nunung Ghoniyah, “Pembiayaan Musyarakah dari Sisi Penawaran pada Perbankan Syariah di
Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Bisnis (2012): 53.
27
Nunung Ghoniyah, “Pembiayaan Musyarakah dari Sisi Penawaran pada Perbankan Syariah di
Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Bisnis (2012): 53.

12
Nasabah Bank Syariah

Proyek Usaha

Nisbah Y%
Nisbah X%

Keuntungan

Bagi Hasil Keuntungan Sesuai Porsi


Kontribusi Modal (Nisbah)

Skema Musyarakah dengan Profit Sharing

Skema tersebut menjelaskan pembiayaan musyarakah dengan profit sharing dilakukan


dengan cara menggabungkan dua modal baik dari pihak nasabah dan pihak bank syariah
untuk melakukan suatu usaha/proyek 28 , keuntungan (pendapatan setelah dikurangi
dengan biaya-biaya) dan kerugian dari hasil usaha atau proyek tersebut kemudian dibagi
sesuai dengan porsi dalam nisbah yang telah disepakati bersama. Keuntungan dibagi
sesuai dengan kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan penyertaan modal
masing-masing pihak. Kelemahan dari profit sharing bank syariah akan mendapatkan
bagi hasil hingga negatif jika usaha yang dibiayai itu mengalami kerugian.29

Implementasi musyarakah dalam perbankan syariah dapat dijumpai pada pembiayaan-


pembiayaan seperti30 :

a. Pembiayaan Proyek

Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek, dimana nasabah dan bank
sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut dan setelah proyek itu

28
Nunung Ghoniyah, “Pembiayaan Musyarakah dari Sisi Penawaran pada Perbankan Syariah di
Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Bisnis (2012): 54.
29
Nunung Ghoniyah, “Pembiayaan Musyarakah dari Sisi Penawaran pada Perbankan Syariah di
Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Bisnis (2012): 54.
30
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan dan Kaidah Hukum (2018),
247.

13
selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati
untuk bank.

b. Modal Ventura

Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan
perusahaan, musyarakah diaplikasikan dalam skema modal ventura31. Penanaman modal
dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap32.

6. Fatwa terkait Musyarakah


Fatwa DSN-MUI tentang Musyarakah diantaranya33 :

 Fatwa Nomor 08 tahun 2000 tentang Pembiayaan Musyarakah


 Fatwa DSN-MUI Nomor 50 Tahun 2006 tentang Akad Mudharabah-Musytarakah
 Fatwa DSN-MUI Nomor 51 Tahun 2006 tentang Akad Mudharabah-Musytarakah
pada Asuransi
 Fatwa Nomor 73 Tahun 2008 tentang Musyarakah-Mutanaqishah

31
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan dan Kaidah Hukum (2018),
247.
32
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syariah dari teori ke praktik (2017), 93.
33
Maulana Hasanudin & Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musyarakah (2012), 81-95.

14
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Musyarakah merupakan adalah akad yang digunakan dalam suatu kegiatan ushaa antara
dua pihak yang masing-masing berkontribusi dalam pendanaan dimana salah satu pihak
atau keduanya bisa jadi pengelola dana. Adapun akad kontemporer dari Musyarakah,
yaitu Musyarakah Muntanaqhisah. Bagi hasil yang terjadi pada akad musyarakah
berdasarkan profit sharing atau revenue sharing. Akad musyarakah di terapkan pada
keuangan dan perbankan syariah dalam pembiayaan proyek dan modal ventura. Adapun
produk Perbankan Syariah berbasis akad Musyarakah Muntanaqishah seperti pengalihan
hutang dari bank syariah ke bank syariah (Hiwalah) dan pembiayaan konsumtif untuk
KPRS. Baik Musyarakah atau Musyarakah Muntanaqishah ini sudah di atur ketentuannya
melalui Fatwa DSN-MUI.

2. Saran
Harapan kami, makalah “Akad bagi hasil Musyarakah” ini akan menambah pengetahuan
dan wawasan pembaca. Hal ini sangat penting agar para pendidik dapat memahami dan
pada gilirannya kelak terhadap dinamika pendidikan itu sendiri. Dan semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan tentang kerjasama yang diajarkan oleh Agama islam.
Demikianlah makalah kami yang berjudul “Akad bagi hasil Musyarakah” kami
menyadari makalah ini masih banyak kekuranganya, karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun kami terima. Semoga makalah ini sangat berguna bagi kita semua .
Aamiin

15
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal

Anggdini, Sri Dewi. "Analisis Implementasi Syirkah pada Koperasi ", Jurnal Riset
Akuntansi, (2014): 105
Balgis, Putri Dona. “Akad Musyarakah Mutanaqisa: Inovasi Baru Produk Pembiayaan
Bank Syariah.” Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia, Universitas Padjajaran,(2017):
16-20.

Ghoniyah, Nunung. “Pembiayaan Musyarakah dari Sisi Penawaran pada Perbankan


Syariah di Indonesia.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang ,(2012): 53-54.

Trimulato,”Analisis Potensi Produk Musyarakah terhadap Pembiayaan Sektor Riil


Umkm.” Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan , Universitas Muhammadiyah
Parepare (2012): 47.

Buku

Anshori, Abdul Ghafar. (2010). Hukum perjanjian islam di indonesia,(konsep, regulasi,


dan implementasi).Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Antonio, Muhammad Syafii. (2017). Bank syariah dari teori ke praktik. Jakarta: Gema
Insani.

Hasanudin, Maulana. & Mubarok, Jaih. (2012). Perkembangan akad musyarakah.


Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Hasanudin, Maulana. & Mubarok, Jaih. (2017). Fikih mu'amalah maliyyah : akad syirkah
dan mudharabah. Bandung: Simbiosa Rekatama.

Ifham,Ahmad. (2015), Ini Lho Bank Syariah!: Memahami Bank Syariah dengan Mudah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ismail. (2011). Perbankan syariah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Mardani. (2017). Hukum bisnis syariah. Jakarta: Prenada Media.

16
Mufid, Muhammad. (2019). Fikih ekonomi dan keuangan kontemporer. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Suadi, Amran. (2018). Penyelesaian sengketa ekonomi syariah: penemuan dan kaidah
hukum. Jakarta: Prenadamedia Group.

Wiroso. (2011). Produk perbankan syariah. Jakarta: LPFE Usakti.

Internet

Fatwa DSN MUI Musyarakah Mutanaqishah (Diakses 24 April 2020),


https://tafsirq.com/fatwa/dsn-mui/musyarakah-mutanaqishah

Macam-macam syirkah beserta contohnya (Diakses 24 April 2020),


http://hidayaheducation.blogspot.com/2011/03/macam-macam-syirkah-beserta-
contohnya.html

Syirkah al-Uqud (Diakses 24 April 2020), http://eprints.walisongo.ac.id/7308/3/BAB%20II.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai