Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Musyarakah

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Fikih Muamalah

DISUSUN OLEH:

LA IFA

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan khadirat Allah SWT.Karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat membuat makalah yang berjudul’’Musyarakah’’ .Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Agung Muhammad SAW.Karena perjuangan
beliau kita berangkat dari zaman jahiliah ke jaman yang penuh berkah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.Maka dari itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca dan pendengar sangat saya harapkan,agar saya
kedepannya dapat memenhuhi tujuan,fungsi,serta standar kompetensinya.

Akhirnya saya mengucapkann terimakasi yanng sebesar-besarnya kepada semua yang


telah membantu demi kelancaran makalah ini.Sehingga makalah ini dapat saya selesaikan tepat
pada waktunya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pendengar dan terutama para
pembaca.

Puwatu, 05 Desember 2023

LA IFA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Musyarakah adalah produk pembiayaan pada Bank Syariah yang berbasis kemitraan.
Pada pembiayaan Musyarakah, kedua belah pihak bersepakat untuk menanamkan modal
dalam jangka waktu tertentu. Adapun pembagian hasil keuntungan berdasarkan pada hasil
dari usaha yang dikelola dari usaha tersebut, dan prosentasenya sesuai dengan kesepakatan
yang telah tertuang dalam akad.

Akad merupakan keterikatan antara penawaran dan penerimaan kepemilikan. Begitu


pentingnya akad, sehingga apabila terjadi permasalahan dikemudian hari maka yang
menjadi acuan penyelesaian masalah berpedoman kepada Akad yang telah dibuat. Karena
itu dalam pembuatan akad harus benar-benar dimengerti apa yang tertulis dan tertuang
dalam akad tersebut, tidak langsung menandatangani akad tanpa memahami apa isi yang
terkandung didalam akad tersebut. Karena bila akad telah
ditandatangani, itu artinya pihak yang menandatangani sudah setuju dengan apa yang
tertuang dalam akad tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi aqad musyarakah ?

2. Apa dasar hukum aqad musyarakah ?

3. Apa saja rukun dan syarat aqad musyarakah ?

4. Apa saja bentuk-bentuk aqad musyarakah ?

5. Bagaimana pembagian syirkahnya ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui definisi, hukum, rukun syarat, bentuk-bentuk, dan pembagian syirkah
pada aqad musyarakah.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi musyarakah

Secara bahasa Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-ikhtilath
(percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit
dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau perserikatan usaha.1

Secara etimologis, musyarakah adalah penggabungan, percampuran atau serikat.


Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam bahasa Inggris disebut partnership. 2

Secara fiqih, dalam kitabnya, as-Sailul Jarrar III: 246 dan 248, Imam Asy-Syaukani
menulis sebagai berikut, “(Syirkah syar‟iyah) terwujud (terealisasi) atas dasar sama-sama
ridha di antara dua orang atau lebih, yang masing-masing dari mereka mengeluarkan modal
dalam ukuran yang tertentu. Kemudian modal bersama itu dikelola untuk mendapatkan
keuntungan, dengan syarat masing-masing di antara mereka mendapat keuntungan sesuai
dengan besarnya saham yang diserahkan kepada syirkah tersebut. Namun manakala mereka
semua sepakat dan ridha, keuntungannya dibagi rata antara mereka, meskipun besarnya
modal tidak sama, maka hal itu boleh dan sah, walaupun saham sebagian mereka lebih
sedikit sedang yang lain lebih besar jumlahnya. Dalam kacamata syariat, hal seperti ini tidak
mengapa, karena usaha bisnis itu yang terpenting didasarkan atas ridha sama ridha, toleransi
dan lapang dada.3

Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi di antara para pemilik modal (mitra
musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam
suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.4

B. Dasar hukum musyarakah

Musyarakah merupakan akad yang diperbolehkan berdasarkan Alqur‟an, sunnah, dan


ijma‟.

1. Al -- Qur‟an

- Q.S An Nisa ayat 12 yang artinya :


1
Ghufron A.Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet ke-1), 2002, h.191

2
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), h. 142

3
Naf‟an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, cet ke-1, 2014), h.96

4
Naf‟an, Pembiayaan Musyarakah dan...., h.95
“Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu”. Q.S An Nisa : 12)

-Q.S Shaad ayat 24 yang artinya :

“ Dari sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian


mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini”. (Q.S Shaad : 24)

2. Sunnah

-.Hadis Abu Hurairah

- Hadis As-Saib Al-Makhzumi

- Hadis Abdullah bin Mas‟ud

3. Ijma

‟ Ibnu Qudamahdalam kitabnya, al Mughni, telah berkata: “Kaum muslimin telah


berkonsensus terhadap legitimasi masyarakat secara global walaupun terdapat perbedaan
pendapat dalam beberapa elemen darinya”.5

C. Rukun dan syarat musyarakah

1. Musyarakah memiliki beberapa rukun, antara lain

a. Ijab-qabul (sighat) Adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang
bertransaksi.

b. Dua pihak yang berakad (‘aqidani) dan memiliki kecakapan melakukan pengelolaan
harta.

c. Objek aqad (mahal), yang disebut juga ma’qud alaihi, yang mencakup modal atau
pekerjaan.

d. Nisbah bagi hasil.6

2. Syarat Musyarakah

1. Sesuatu yang berkaitan dengan segala bentuk musyarakah, baik harta benda maupun
lainnya. Dalam hal ini ada dua syarat, yaitu:

5
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, cet ke-1, 2010), h.91

6
Naf‟an, Pembiayaan Musyarakah dan...., h.98.
• Yang berkenan mengenai properti harus dapat diterima sebagai perwakilan

• Yang berkenan mengenai laba, yaitu pembagian laba harus jelas dan diketahui
kedua belah pihak, misalnya separuh, ketiga, dst.

2. Sesuatu yang berkaitan dengan musyarakah mal (kekayaan), dalam hal ini ada hal-hal
yang harus dipenuhi yaitu:

• Modal yang tunduk pada perjanjian Musyarakah berasal dari pembayaran (nuqud)
seperti junaih, riyal dan rupiah

• Apa yang dijadikan modal (modal) ada pada saat akad musyarakah dibuat, terlepas
dari apakah jumlahnya sama atau berbeda.

3. Sesuatu yang terkait dengan bisnis Mufawadah diperlukan:

• Modal (pokok harta) Mufawadhah Syirkah harus sama,

• Bagi bersyikah ahli dalam kafalah

• Syirkah umum diperlukan dari mereka yang menjadi subjek kontrak yaitu dalam
segala jenis pembelian, penjualan atau bisnis.

D. Bentuk-bentuk aqad musyarakah

Secara garis besar syirkah terbagi kepada dua bagian:7

1. Syirkah Al-Amlak

2. Syirkah Al-„Uqud

1. Syirkah Al-Amlak

Syirkah al-amlak (syirkah milik) adalah ibarat dua orang atau lebih memilikkan suatu
benda kepada yang lain tanpa ada akad syirkah. 8

Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa syirkah milik adalah suatu syirkah
dimana dua orang atau lebih bersama-sama memiliki suatu barang tanpa melakukan akad
7
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, cet ke-1, 2010), h.344

8
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,( Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.129.
syirkah. Contoh, dua orang diberi hibah ssebuah rumah. Dalam contoh ini rumah tersebut
dimiliki oleeh dua orang melalui hibah, tanpa akad syirkah antara dua orang yang diberi
hibah tersebut.9Dalam syirkah al-amlak, terbagi dalam dua bentuk, yaitu:

a. Syirkah al-jabr Berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan suatu benda
secara paksa.10

b. Syirkah Ikhtiyariyah

Yaitu suatu bentuk kepemilikan bersama yang timbul karena perbuatan orang-orang
yang berserikat.11

2. Syirkah Al-‘Uqud

Syirkah al-uqud (contractual partnership), dapat dianggap sebagai kemitraan yang


sesungguhnya, karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk
membuat suatu perjanjian investasi bersama dan berbagi untuk dan risiko. Syirkah al-
Uqud dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

a. Syirkah Mufawwadah.

Merupakan akad kerja sama usaha antar dua pihak atau lebih, yang masing-masing
pihak harus menyerahkan modal dengan porsi modal yang sama dan bagi hasil atas usaha
atau risiko ditanggung bersama dengan jumlah yang sama. Dalam syirkah mufawwadah,
masing-masing mitra usaha memiliki hak dan tangung jwab yang sama.

b. Syirkah Inan

Merupakan akad kerja sama usaha antara dua orang atau lebih, yang masing-masing
mitra kerja harus menyerahkan dana untuk modal yang porsi modalnya tidak harus sama.
Pembagian hasil usaha sesuai dengan kesepakatan, tidak harus sesuai dengan kontribusi
dana yang diberikan. Dalam syirkah inan, masing-masing pihak tidak harus menyerahkan
modal dalam bentuk uang tunai saja, akan tetapi dapat dalam bentuk aset atau kombinasi
antara uang tunai dan asset atau tenaga.12

c. Syirkah Al-‘Amal
9
Muslich, Fiqh Muamalat...., h.344. 11Suhendi, Fiqh Muamalah...., h.130.

10
Muslich, Fiqh Muamalat...., h.344

11
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group), h.177- 178.

12
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Press, 2001, h.50 15Mardani, Hukum Bisnis Syariah....,
h.1
Syirkah al-‘amal adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaaan itu. Misalnya kerja
sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek atau kerjasama, dua orang
penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Musyarakah ini
kadang disebut dengan syirkah abdan atau sanaa’i.13

d. Syirkah Al-Wujuh

Yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prastise yang
baik serta ahli dalam bisnis, mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan
dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka membagikan berdasarkan jaminan
kepada penyedia barang yang disiapkan oleh setiap rekan kerja. Sayyid Sabiq
memberikan definisi syirkah al-wujuh yaitu dua orang atau lebih membeli suatu barang
tanpa modal, melainkan semata berdagang kepada nama baik dan kepercayaan pada
pedagang kepada mereka. Syirkah ini disebut juga syirkah tanggung jawab tanpa kerja
dan modal.14

e. Syirkah Mudharabah

Merupakan kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih yang mana satu pihak
sebagai shahibul maal yang menyediakan dana 100% untuk keperluan usaha, dan pihak
lain tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai pengelola atas usaha yang dijalankan,
disebut mudharib. 15

D. Pembagian Syirkah Musyarakah

Pembagian syirkah dalam musyarakah dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pihak-


pihak yang terlibat. Ada beberapa metode pembagian yang umum digunakan:

1. *Pembagian Proporsional (Musharakah Mutanaqisah):* Keuntungan dan kerugian dibagi


berdasarkan proporsi modal masing-masing pihak. Pihak yang menyediakan modal lebih
besar mendapatkan bagian yang proporsional lebih besar.

13
Mardani, Hukum Bisnis Syariah...., h.144-145.

14
Ismail, Perbankan Syariah...., h.179.

15
Mardani, Hukum Bisnis Syariah...., h.144-145.
2. *Pembagian Tetap (Musharakah Muthlaqah):* Pihak-pihak yang terlibat menetapkan
persentase tetap untuk pembagian keuntungan. Meskipun modal mungkin tidak seimbang,
pembagian tetap sesuai dengan kesepakatan.

3. *Pembagian Berjenjang (Musharakah Muqayyadah):* Pembagian keuntungan dapat


diatur secara berjenjang, di mana pihak yang menyediakan modal lebih besar mendapatkan
persentase yang lebih tinggi setelah mencapai ambang tertentu.

4. *Pembagian Berdasarkan Kontribusi Khusus:* Keuntungan dan kerugian dibagi


berdasarkan kontribusi atau keahlian khusus yang diberikan oleh masing-masing pihak.

Penting untuk dicatat bahwa kesepakatan pembagian syirkah harus jelas dan adil, dan hal ini
umumnya diatur dalam perjanjian musyarakah yang disepakati sebelum memulai usaha
bersama.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan teori dan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa musyarakah yang telah
dipraktekkan oleh Perbankan Syariah bila ditinjau dari akad dalam literatur fiqih sudah
terpenuhi yaitu adanya ijab dan qabul, akan tetapi pembiayaan musyarakah bukanlah hanya
dilihat dari akad saja melainkan juga dari segi praktek usaha itu sendiri, cara penentuan
nisbah bagi hasilnya, maupun mengenai tanggung jawab atas kerugian. di Perbankan
Syariah masih terdapat beberapa hal yang sama dengan bank konvensional, hal ini dapat
dilihat dari nisbah bagi hasil yang ditetapkan di awal dan sudah menjadi patokan yang tidak
ditawarkan serta nominal uang yang harus disetorkan nasabah kepada bank yang ditetapkan
diawal, resiko usaha dari akad pembiayaan tidak menjadi tanggung jawab dari kedua belah
pihak, sehingga nasabah menjadi pihak yang dirugikan.

Serta adanya jaminan, dan manajemen yang dipraktekkan oleh Perbankan Syariah yang
tidak sesuai dengan musyarakah perspektif fiqih, hal ini terlihat dari jaminan atau agunan
sebagai syarat mutlak dalam pembiayaannya pada nasabah. Karena adanya hal-hal di atas
maka pembiayaan musyarakah yang dilakukan di Perbankan Syariah terdapat unsur riba
dalam praktek musyarakah.

DAFTAR PUSTAKA
Aswati, L. (2021, Agustus 18). https://journal.iainkudus.ac.id. Retrieved from Jurnal Musyarakah:
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/download/727/pdf

Khan, A. (2020, Januari 13). https://eprints.walisongo.ac.id. Retrieved from Makalah Musyarakah:


https://eprints.walisongo.ac.id/7308/3/BAB%20II.pdf

Vito, Z. (2022, Maret 23). http://repo.iain-tulungagung.ac.id. Retrieved from Makalah Musyarakah:


http://repo.iain-tulungagung.ac.id/18734/4/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai