Oleh:
NURUL JAMILA
NIM: 2016763100023
2019/2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial. Oleh karenanya,
(wadhi’ah yad ad- dhamanah dan wadhi’ah yad amanah) pola pinjaman seperti,
mudharabah dan musyarakah dan pola lainnya seperti wakalah, kafalah dll.
Salah satu produk yang berbasis bagi hasil adalah Musyarakah. Musyarakah
adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu urusan tertentu,
Rumah adalah pembiayaan yang diberikan bank kepada nasabah yang mengajukan
musyarakah mutanaqishah yaitu akad kerja sama dua pihak atau lebih dalam
kepemilikan suatu aset, yang mana ketika akad ini telah berlangsung aset salah satu
bertahap. Bentuk kerja sama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak
kepada pihak lain, sehingga dengan kerja sama ini akan sangat menguntungkan
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
Mutanaqishah
BAB II
PEMBAHASAN
kepemilikan aset (barang) atau modal salah satu pihak berkurang disebabkan
pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya. Dengan demikian, di ujung akad ini
satu pihak, yaitu nasabah akan memperoleh kepemilikan sempurna terhadap suatu
aset atau modal. Dalam akad ini bank syariah wajib berjanji menjual aset yang
Musyarakah Mutanaqishah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk kepemilikan suatu barang dan aset. Dimana kerja sama ini akan
mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak, sementara pihak yang lain bertambah
atas hak kepemilkan yang lain. Bentuk kerja sama ini berakhir dengan pengalihan
hak salah satu pihak kepada pihak lain. Hal serupa juga dijelaskan oleh Oni Sahroni
aset atau modal salah satu pihak berkurang disebabkan pembelian secara bertahap
akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan
menurut pada akhir masa akad menjadi pemilik penuh usaha tersebut (Wiroso,
2011:395).
kerja sama antara dua pihak (Bank dengan Nasabah), dalam kepemilikan suatu aset
5
yang mana ketika akad ini telah berlangsung aset salah satu kongsi dari keduanya
ini dapat disandarkan pada akad musyarakah (kemitraan) dan ijarah (sewa). Karena
“ dan sesungguhnya kebanyakan dari orang yang bersyukur itu sebagian dari
mereka berbuat zhalim kepada sebagian lain, kecuali orang yang beriman dan
“Apabila salah satu dari dua yang bermitra (syarik) membeli porsi (bagian)
b. Ibn Abidin dalam kitab Raddul Muhtar juz III hal. 365.
“apabila salah satu dari dua orang yang bermitra (syarik) dalam
(kepemilikan) suatu bangunan dan menjual porsinya kepada pihak lain, maka
akad.
LKS) wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-nya secara bertahap dan
b. Syarik adalah mitra, yakni pihak yang melakukan akad syirkah (musyarakah).
c. Hishshah adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah yang
nilai dan tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara fisik (Fatwa DSN MUI
e. Pokok pekerjaan, setiap perserikatan harus memiliki tujuan atau kerngka kerja
pekerjaan ini tentu saja pihak-pihak yang ada harus memasukkan barang
saling bekerjasama.
b. Antar pihak harus saling memberikan rasa percaya dengan yang lain.
lain.
g. Kadar atau ukuran atau bagian atau porsi kepemilikan aset musyarakah syarik
suatu kerjasama pembiayaan antara pihak bank dan pihak calon nasabah sesuai
yang dilakukan oleh pihak bank dalam pembiayaan KPR dengan akad musyarakah
dalam proses pembiayaan KPR sesuai dengan fatwa yang telah ditetapkan oleh
bekerjasama dan keadilan, baik dalam berbagi keuntungan maupun resiko kerugian,
sehingga dapat menjadi alternatif dalam proses kepemilikan aset (barang) atau
modal. Dan dijelaskan pula dalam ketentuan umum bahwa musyarakah adalah
bank berkongsi dalam pengadaan suatu barang (biasanya rumah atau kendaraan),
misalnya 30% dari nasabah dan 70% dari pihak bank. Untuk memiliki barang
tersebut, nasabah harus membayar kepada bank sebesar porsi yang dimiliki bank.
pun berkurang secara proporsional sesuai dengan besarnya angsuran. Barang yang
telah dibeli secara kongsi tadi baru akan menjadi milik nasabah setelah porsi
Rp.30.000.000,00. Karena kedua belah pihak (bank dan nasabah) telah berkongsi,
bank memiliki 70% saham rumah, sedangkan nasabah miliki 30% kepemilikan
rumah. Dalam syariah islam, barang milik perkongsian bisa disewakan kepada
siapapun, termasuk kepada anggota perkongsian itu sendiri, dalam hal ini adalah
nasabah.
10
hakikatnya pemilik rumah itu, uang sejumlah Rp.300.000,00 itu dijadikan sebagai
pembelian saham dari porsi bank. Dengan demikian, saham nasabah setiap bulan
akan semakin besar dan saham bank semakin kecil. Pada akhirnya, nasabah akan
memiliki 100% saham dan bank tidak memiliki lagi saham atas rumah tersebut.
mutanaqishah.
11
BAB III
KESIMPULAN
Musyarakah mutanaqishah adalah akad kerja sama antara dua pihak (Bank
dengan Nasabah), dalam kepemilikan suatu aset yang mana ketika akad ini telah
berlangsung aset salah satu kongsi dari keduanya akan berpindah ke tangan kongsi
QS. Al-Maidah [5]: 1, sedangkan menurut Ibnu Qudamah Al-Mughni, [Bayrut: Dar
al Fikr, juz 5, hal, 173]: “ apabila salah satu dari dua yang bermitra, membeli porsi
dari syarik lainnya, maka hukumnya boleh, karena ia membeli milik pihak lain”.
Pekerjaan.