Anda di halaman 1dari 17

Akad-akad dalam Kontrak Bisnis di Perbankan Syariah

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Kontrak Bisnis Syariah

Disusun Oleh :

Irma Mar’atussolihah 11170490000026

Deddy Dwi Suseno Putra 11170490000081

Dosen Pengampu :

Moch Bukhori Muslim M.A

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji serta syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Akad-akad dalam Kontrak Bisnis di Perbankan Syariah”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kontrak Bisnis Syariah.

Tersusunnya makalah ini tidak lepas berkat bantuan dari berbagai pihak-
pihak yang telah membantu. Untuk itu segenap kerendahan hati, penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.
Khususnya kepada Bapak Moch Bukhori Muslim, sebagai dosen pengampu
mata kuliah Logika dan Penalaran Hukum.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, dengan segala kerendahan hati penulis meminta kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Ciputat, 9 April 2019


PenuliBAB
I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akad yang dalam pengertian bahasa Indonesia disebut kontrak, merupakan


konsekuensi logis dari hubungan sosial dalam kehidupan manusia. Hubungan ini
merupakah fitrah yang sudah ditakdirkan oleh Allah ketika Ia menciptakan
makhluk yang bernama manusia. Karena itu ia merupakan kebutuhan sosial sejak
manusia mulai mengenal arti hak milik.

Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal memberikan aturan


yang cukup jelas dalam akad untuk dapat diimplementasikan dalam setiap masa.
Perbankan syariah merupakan wadah yang menampung transaksi akad yang
berkembang dimasyarakat itu. Salah satu cara terbaik untuk memahami perbankan
syariah adalah memperoleh pemahaman tentang akad-akad yang ada. Pengetahuan
tentang hal itu dapat kita peroleh salah satunya dalam tulisan ini. Akad dalam
perbankan syariah merupakan dimensi yang urgen, dan dapat menentukan apakah
bank tersebut murni menerapkan prinsip syariah atau tidak, sebagaimana yang
tertuang dalam SK Direksi BI No.32/34/KEP/dir TGL. 12 Mei 1999.

Untuk itu jelaslah sebagai akademisi yang konsen pada ekonomi Islam
perlu kiranya untuk memperdalam hal ini. Namun, tidak semua yang berkaitan
dengan akad ter-cover dalam tulisan ini. Penulis hanya memperdalam tentang
jenis-jenis akad yang ditinjau dari pertukaran dan percampuran yang dengan judul
“Akad-akad Perbankan Syariah: Pertukaran dan Percampuran”

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akad?

2. Apa saja macam-macam akad di Bank Syariah?

a. Akad Pertukaran
b. Akad Percampuran
c. Akad Jasa Perbankan

Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu akad.


2. Untuk mengetahui macam-macam akad di Bank syariah , seperti akad
pertukaran, akad percampuran, akad jasa perbankan dan implementasinya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad
1. Konsep Akad

Mufassir mengatakan bahwa yang dmaksud akad dalam Islam


adalah meliputi seluruh perkara yang diharuskan oleh Allah kepada
hamba-hambaNya dan yang Dia ikatkan kepada mereka berbagai beban
dan hukum-hukum agama. Sehingga perkara apa saja yang diakadkan
wajib dipenuhi.

Akad yang dilakukan pada bank syariah memiliki konsekuensi


duniawi dan ukhrawi karena akad berdasarkan hukum Islam. sedangkan
akad pada bank konvensional hanya memiliki konsekuensi duniawi saja.
Apabila nasabah bank konvensional melanggar kontrak yang telah
dilakukan maka hukumannya hanya berdasarkan hukum positif belaka,
tapi bila nasabah bank syariah melanggar akad maka ia bertanggung jawab
di dunia dan akhirat.1

Setiap akad dalam perbankan syariah harus memenuhi ketentuan


akad, yakni rukun dan syarat. Rukun akad ada tiga, yakni; pelaku akad,
objek akad, dan shighat atau pernyataan pelaku akad berupa ijab dan
kabul.

Sedangkan syarat ada empat jenis yaitu;

1) syarat in’iqãd (berlakunya akad),

2) Syarat shihãh (sahnya akad),

3) Syarat nafãdz (realisasi akad),

4) Syarat luzûm (terjadinya akad).

Syarat in’iqãd ada yang umum dan khusus. Syarat umum harus
selalu ada pada setiap akad, seperti syarat yang harus ada pada pelaku
akad, objek akad dan shigah akad, akad pada sesuatu yang dihalalkan
syara’, dan akad pada sesuatu yang bermanfaat. Sementara itu, syarat
khusus merupakan sesuatu yang harus ada pada akad-akad tertentu, seperti
syarat minimal dua saksi pada akad nikah.
1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007). Hlm 52
Syarat shihãh, yaitu syarat yang diperlukan secara syariah agar
akad berpengaruh, seperti dalam akad perdagangan harus bersih dari cacat.
Seperti nafãdz ada dua, yaitu kepemilikan dan wilayah.

Syarat luzûm, yaitu bahwa akad harus dilaksanakannya apabila


tidak ada cacat.2

2. Akad Pada Bank Syariah

Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan


lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di
sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau
lainnya) berdasarkan prinsip Syariah. Sehingga bebas dari bunga (riba),
bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian
(maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar),
bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang
sebagai alat tukar.3

Aplikasi akad dan wa’ad dalam perbankan syariah berbeda. Wa’ad


adalah janji (promise) antara satu pihak dengan pihak lainnya, sementara
akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu
pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan
kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul
kewajiban apa-apa terhadap pihak lainya. Bila pihak yang berjanji tidak
memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya adalah lebih
merupakan sanksi moral.4

Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling


bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan
kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu.
Dalam akad, bila salah satu atau kedua belah pihak yang terkait dalam
kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibanya, maka ia atau mereka
menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad.

Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil diperolehnya, kontrak/


akad dapat dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu:

a) Natural Certainty Contracts (NCC) Adalah kontrak /akad dalam


bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi
jumlah (amount) maupun waktu (timing)- nya. Dalam kontrak jenis
ini pihak-pihak yang bertransaksi saling mempertukarkan assetnya
(baik real asset maupun financial asset). Jadi masing-masing pihak
2
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007) Hlm. 53-54.
3
Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Hlm. 66
4
Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001 Hlm. 63
tetap berdiri sendiri (tidak saling bercampur membentuk usaha baru),
sehingga tidak ada pertanggungan risiko bersama. Kontrak-kontrak
natural certainty ini dapat diterangkan dengan sebuah teori umum
yang diberi nama teori pertukaran (the theory exchange).
Transaksi di perbankan syariah yang termasuk kedalam kategori ini
adalah kontrak-kontrak jual beli, upah–mengupah, sewa-menyewa.
Secara spesifiknya adalah;
a) Al-bai’ adalah bertransaksi saling mempertukarkan asset baik real
asset maupun financial asset, jadi masing-masing pihak saling
berdiri sendiri.
b) Salam adalah jual beli dimana uang diserahkan sekaligus dimuka
sedangkan barangnya diserahkan diakhir periode pembiayaan.
c) Istishna’ adalah akad salam yang pembayaran atas barangnya
dilakukan secara cicilan selama periode pembiayaan.
d) Ijarah adalah memberi penyewa kesempatan untuk mengambil
pemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu
dengan membayar upah.
e) Ijarah muntahia bittamlik (IMBT) adalah jual beli tangguh dimana
menjual sesuatu dengan disegerakan penyerahan barang yang
dijual kepada pembeli dan ditagguhkan pembayaranya.

b) Natural Uncertainty Contracts (NUC) NUC adalah akad/kontrak dalam


bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari
segi jumlah (amount) maupun waktu (timing)- nya. Yang termasuk
akad jenis ini adalah akad-akad investasi yang tidak menawarkan
return tetap dan pasti. NUC ini dapat diterangkan pula dalam sebuah
teori percampuran (the theory of venture).

Yang termasuk kedalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak


investasi. Contoh-contohnya ; 1.Musyarakah (wujuh, inan, abdan,
muwafadah, mudharabah). 2.Muzara’ah, 3. Musaqah, 4. Mukhabarah.
Dalam makalah ini kedua teori umum ini yang akan dibahas secara
komprehensif.5

B. Macam-Macam Akad
1. Akad Pertukaran
Pengertian dari pertukaran (al-bai’) ialah mempertukarkan suatu (harta
benda) untuk tujuan kepemilikan. Dalam kehidupan modern, pertukaran
barang sering dilakukan dengan cara jual beli melalui perantaraan uang
sebagai alat tukar (medium of change). Dengan cara pertukaran, hasil

5
Muhammad Asro dan Muhammad Kholid, Fiqh Perbankan. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
.
terjadinya akad dapat diketahui secara langsung baik dari segi objek maupun
waktu penyerahan.6
Teori pertukaran dibagi dari dua pilar yaitu:
a. Objek Pertukaran Fiqh membedakan dua jenis objek pertukaran,
yaitu: 1) ‘ayn (real assets) berupa barang dan jasa.
2) Dayn, istilah dayn secara bahasa utang.
Namun secara fiqh, dayn selain utang dapat diartikan sebagai
asset financial. Objek pertukaran dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu pertama dayn berupa uang; dan kedua dayn berupa surat
berharga. Perbedaan antara uang dengan surat berharga terdapat
pada jangkauan fungsinya. Kalau uang dinyatakan sebagai alat tukar
resmi oleh pemerintah sehingga berlaku secar umum. Sedangkan
keberadaan surat berharga hanya terbatas pada kalangan tertentu
saja yang menggunakannya.
b. Waktu Pertukaran Fiqh membedakan dua waktu pertukaran, yaitu:

1) Naqdan (Immediate delivery) yang berarti penyerahan saat itu


juga.
2) Ghairu Naqdan (Deferred delivery) yang berarti penyerahan
kemudian.
Secara garis besar ada dua jenis asset yang dapat digunakan
sebagai sarana investasi yaitu:
a). Real asset yaitu investasi yang dilakukan dalam asset-
asset yang berwujud nyata seperti: emas, real estate dan

karyaseni.
b). Financial asset yaitu investasi yang dilakukan pada
sektor-sektor financial, seperti: deposito, saham,
obligasi, reksadana.
Berinvestasi di financial asset bisa dilakukan dengan 2
cara yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung artinya investor
membeli asset-asset keuangan perusahaan, tidak langsung membeli
saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio asset-
asset keuangan dari perusahaan lain.7
Dari segi objek pertukaran, dapat diidentifikasi tiga jenis
pertukaran,yaitu:
a) Pertukaran Real Assets (‘ayn) dengan real assets (‘ayn)
Bila jenisnya berbeda (misalnya upah tenaga kerja yang
dibayar dengan sejumlah beras) maka tidak ada masalah

6
AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH; PERTUKARAN DAN PERCAMPURAN oleh Putri Apria Ningsih,
SE.I., MA diunggah pada 28 Juni 2013
7
Akad-akad dalam perbankan syariah. Diunduh dari www.badilag.net
atau dibolehkan. Namun bila jenisnya sama, fiqih
membedakan antara real assets yang secara kasat mata
tidak dapat dibedakan mutunya. Contoh, pertukaran kuda
dengan kuda diperbolehkan karena secara kasat mata
dapat dibedakan mutunya. Satu-satunya kondisi yang
membolehkan pertukaran antara sejenis dan secara kasat
mata tidak dapat dibedakan mutunya adalah15:
• Sawa-an bi sawa-in (sama jumlahnya)
• Mitslan bi mistlin (sama mutunya)
• Yadan bi yadin (sama waktu penyerahanya)

b) Pertukaran ‘ayn (real assets) dengan dayn (financial


assets) Dalam pertukaran ‘ayn dengan dayn, maka yang
dibedakan adalah jenis ayn-nya. Jika ayn-nya adalah
barang maka pertukaran ‘ayn dengan dayn itu disebut
jual beli (al bai’). Sedangkan bila ‘ayn-nya adalah jasa,
maka pertukaran itu disebut sewa-menyewa/upah-
mengupah (al-ijarah).
Dari segi metode pembayaranya Islam
membolehkan jual beli dilakukan secara tunai, atau
secara tangguh serah. Lebih jelas dapat dituangkan
dalam bentuk skema berikut ini:8

8
Basri, Ikhwan Abidin. Teori Akad Dalam Muamalah, Artikel tahun 2000
c) Pertukaran Dayn dengan Dayn
Dibedakan antara dayn yang berupa uang dengan
dayn yang tidak berupa uang (surat berharga).
Pertukaran uang dengan uang dibedakan menjadi
pertukaran uang sejenis dan pertukaran uang yang tidak
sejenis.17 Perbedaan ini menimbulkan akibat hukum
yang berbeda pula.
Pertukaran uang sejenis hanya diperbolehkan jika
memenuhi syarat (1) kesamaan kuantitas (sawaan bi
sawa-in); dan (2) kesamaan waktu penyerahan (yadan bi
yadin). Misalnya pertukaran uang Rp 100.000 dengan
dua lembar uang Rp 50.000 yang diserahkan pada waktu
yang bersamaan.
Pertukaran uang yang tidak sejenis dalam fiqh
dapat dikategorikan sebagai sharf. 18 Penerapan akad ini
di lembaga perbankan dikenal dengan istilah money
changer, yaitu suatu tempat dimana valuta asing
diperjualbelikan. Misalnya ketika nasabah ingin
menukarkan mata uang rupiah (Rp) dengan mata uang
dolar ($). Agar sesuai dengan ketentuan syariah maka
harus dilakukan secara tunai (spot).
Jual beli surat berharga pada dasarnya tidak
dibolehkan. Namun bila surat berharga dilihat lebih
rinci, dapat dibedakan menjadi dua yaitu surat berharga
yang merupakan representasi dari ‘ayn dan surat
berharga yang tidak merupakan representasi dari ‘ayn.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hanya surat
berharga yang merupakan representasi dari ‘ayn saja
yang dapat diperjual belikan.9
2. Akad Percampuran
Selain menggunakan metode pertukaran seperti jual beli (albai’),
cara lain yang dapat digunakan untuk menjalankan akad tijarah ialah
dengan cara mengadakan persekutuan. Persekutuan merupakan bentuk
kerjasama dalam rangka menjalankan usaha untuk mendapatkan
keuntungan. Persekutuan disyariatkan Allah karena tidak semua usaha
dapat dijalankan melalui pertukaran. Persekutuan dalam istilah fiqh
dikenal dengan nama syirkah.10

Pengertian syirkah secara bahasa adalah berarti persekutuan atau


percampuran.

Setiap akad persekutuan harus memenuhi beberapa prinsip dan


persekutuan sebagai berikut:

a. Masing-masing pihak yang berserikat berwenang melakukan tindakan


hukum atas nama persekutuan dengan izin pihak lain. Segala akibat
dari tindakan tersebut, baik keuntungan maupun kerugian ditanggung
secara bersama-sama.

b. Sistem pembagian keuntungan harus ditetapkan secara jelas, baik dari


segi nisbah (%) maupun periode pembagiannya. Misalnya 60%:40%,
30%:70% dalam periode per triwulan atau per tahun dan lain-lain sesuai

kesepakatan.

c. Sebelum dilakukan pembagian sleuruh keuntungan merupakan milik


bersama. Tidak boleh sejumlah keuntungan tertentu yang dihasilkan
salah satu pihak dipandang sebagai keuntungannya. Teori percampuran
juga terdiri dari dua pilar yaitu:11

1) Objek Percampuran

Tidak jauh beda dengan teori pertukaran objeknya juga dua


yaitu ay’n (real asset) berupa barang dan jasa, dan dayn (financial
asset) berupa uang dan surat berharga.

2) Waktu Percampuran

9
AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH; PERTUKARAN DAN PERCAMPURAN oleh Putri Apria Ningsih,
SE.I., MA diunggah pada 28 Juni 2013
10
M. Abdul Mannan, Teori dan Prakrek Ekonomi Islam, Yogyakarta; Dana Bhakti Wakaf, 1997.
11
Acep, Pola Pembiayaan Usaha Melalui Bank Syariah, Artikel Tazkia Journal On-Line, 2001
Juga membedakan waktu percampuran menjadi dua yaitu
naqdan yakni penyerahan saat itu juga dan ghairu naqdan
penyerahan kemudian atau tangguh.

Dari segi objek percampurannya dapat diidentifikasi tiga


jenis percampuran, yaitu;

a. Percampuran ‘ayn (real asset) dengan ‘ayn (real asset) Dapat


terjadi mislnya dalam kasus dimana ada seorang tukang kayu
bekerjasama dengan tukang batu untuk membangun sebuah
rumah. Baik tukang kayu dan tukang batu kedua-duanya sama-
sama menyumbangkan tenaga dan keahlianya (jasa) dan
mencampurkan jasa mereka berdua untuk membuat usaha
bersama yakni membangun rumah.

Dalam hal ini yang dicampurkan adalah ‘ayn dengan


‘ayn. Bentuk percampuran seperti ini disebut syirkah abdan.

b. Percampuran ‘ayn dengan dayn Pecampuran ‘ayn (real asset)


dengan dayn (financial asset) dapat dibagi ke dalam tiga bentuk;

1) Syirkah Mudharabah

Dalam kasus ini, uang yang dicampurkan dengan jasa. Hal


ini terjadi ketika ada seorang pemilik modal (A) yang bertindak
sebagai penyandang dana, memberikan sejumlah dana kepada
seseorang yang memiliki kecakapan berbisnis (B). Disini A
memberikan dayn (uang), sementara si B memberikan keahlian
(jasa).

2) Syirkah Wujuh

Terjadi percampuran antara ‘ayn dengan dayn. Seorang


penyandang dana (A) memberikan sejumlah dana tertentu untuk
dipakai sebagai modal usaha dana menyumbangkan reputasi/ nama
baiknya.

3) Percampuran dayn dengan dayn

Bila terjadi percampuran antara uang dengan uang dalam


jumlah yang sama ( Rp. X dengan Rp. X ), hal ini disebut syirkah
mufawadhah. Namun bila jumlah uang yang dicampurkan berbeda
( Rp. X dengan Rp. Y ), hal ini disebut syirkah ‘inan. Percampuran
ini juga bisa berupa kombinasi antar surat berharga.

Gambar dibawah ini memberikan ikhtisar mengenai


pembagian teori percampuran dan teori pertukaran dilihat dari
objeknya dan waktunya. Pada dasarnya pembagian objek dan
waktu dalam teori percampuran sama dengan teori pertukaran.

Dari gambar diatas memberikan gambaran tentang ikhtisar


pembagian teori percampuran dan teori pertukaran, dilihat dari ob -
jeknya dan juga waktuya. Pada dasarnya, pembagian objek dan
waktu dalam teori percampuran sama dengan teori pertukaran. Dari
segi waktunya, baik dalam teori percampuran maupun pertukaran
dapat dibedakan menjadi dua: naqdan (penyerahan saat itu juga),
dan muajjal (penyerahan kemudian). Sementara itu dari segi
objeknya, dalam kedua teori ini dapat dibedakan menjadi dua pula:
‘ayn (real asset, barang dan jasa) dan dayn ( financial asset,uang
dan non uang).12

3. Akad Jasa Perbankan

"Produk jasa perbankan lainnya yaitu layanan perbankan di mana


bank syariah menerima imbalan atas jasa perbankan diluar fungsi
utamanya sebagai lembaga intermediasi keuangan,"13

Berikut jenis-jenis produk perbankan syariah lainnya :

Wakalah
Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian atau
12
Muhammad Asro dan Muhammad Kholil. Fiqh Perbankan. Bandung: Pustaka Setia. 2011. Hlm.
88
13
Prof HA Djazuli dan Drs Yadi Janwari, MAg.,Lembaga Lembaga Perekonomian Ummat, Radja
Jakarta, Grafindo Persada, 2002. Hlm. 175
pemberian mandat. Yakni bank diberikan mandat oleh nasabah untuk
melaksanakan suatu perkara sesuai dengan amanah/permintaan nasabah.
Secara teknis perbankan, wakalah adalah akad pemberi wewenang/kuasa
dari lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain
(sebagai wakil, dalam hal ini bank) untuk mewakili dirinya melaksanakan
urusan dengan batas kewenangan dan dalam waktu tertentu. Segala hak
dan kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang
memberi kuasa. Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad
pemberian kuasa harus cakap hukum.

Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada


pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dalam pengertian lain kafalah berarti mengalihkan
tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggungjawab orang lain sebagai penjamin (QS. Yusuf 12:72). Secara
teknis perbankan, kafalah merupakan jasa penjaminan nasabah dimana
bank bertindak sebagai penjamin (kafil) sedangkan nasabah sebagai pihak
yang dijamin (makfullah). Prinsip syariah ini sebagai dasar layanan bank
garansi, yaitu penjaminan pembayaran atas suatu kewajiban pembayaran.

Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana


untuk fasilitas ini sebagai jaminan. Atas dana tersebut bank dapat
memperlakukannya denagn prinsip wadiah. Dalam hal ini bank
mendapatkan imbalan atas jasa yang diberikan.

Sharf

Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf.
Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilakukan
pada waktu yang sama berdasarkna kurs jual atau kurs beli yang berlaku
pada saat itu juga (transaksi spot).

Jenis layanan berdasarkan transaksi spot adalah : today, tomorrow, dan


spot.Bank syariah tidak melayani transaksi forward, swap, dan option yang
dalam transaksinya diterapkan hedging sebagaimana telah dijelaskan di
atas. Karena transaksi ini penyerahannya dilakukan pada masa yang akan
datang dan mengandung unsur spekulasi.

Qardh

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian
pinjaman dari bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan
mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk
pinjaman yang bersifat konsumtif.

Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai


kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan
dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus. Bank dapat
meminta jaminan atas pinjaman ini kepada peminjam (QS al-Hadid 57:11).

Rahn

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad rahn adalah untuk
memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam
memberikan pembiayaan. Secara sederhana rahn adalah jaminan hutang
atau gadai. Biasanya akad yang digunakan adalah akad qardh wal ijarah,
yaitu akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai
dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang
diserahkan
Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria, yaitu milik nasabah
sendiri; memiliki nilai ekonomis sehingga bank memperoleh jaminan
untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya; harus jelas
ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; dapat
dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan bank.

Hiwalah

Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik


perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank
mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan utang. Untuk mengantisipasi
risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas
kemampuan pihak yang berhutang dan kebenaran transaksi antara yang
memindahkan piutang dengan yang berhutang.

Katakanlah seorang supplier bahan bangunan menjual barangnya kepada


pemilik proyek yang akan dibayar dua bulan kemudian. Karena kebutuhan
supplier akan likuiditas, maka ia meminta bank untuk mengambil alih
piutangnya. Bank akan menerima pembayaran dari pemilik proyek.

Ijarah

Akad ijarah selain menjadi landasan syariah untuk produk pembiayaan,


yaitu sewa cicil, juga menjadi prinsip dasar pada jasa perbankan lainnya,
antara lain layanan penyewaan kotak simpanan atau SDB (safe deposit
box). Bank mendapat imbalan sewa atas jasa tersebut.

Al-Wadiah

Akad al-wadiah selain menjadi landasan syariah produk tabungan,


termasuk giro, juga menjadi prinsip dasar layanan jasa tata laksana
administrasi dokumen (custodian). Bank mendapatkan imbalan atas jasa
tersebut.14

BAB III

Penutup

14
Adiwarman karim. Bank Islam Analisis Figh dan Keuangan.( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004)
Hlm. 154
Dasar akad perjanjian dapat dibagi menjadi dua yaitu adanya Teori
Pertukaran dan Teori percampuran. Dimana Teori Pertukaran dibagi lagi menjadi
pertukaran uang dengan uang (valas/sharf) dan pertukaran antara surat berharga
(wesel, cek, bilyet giro, surat berharga Bank Indonesia dan surat berharga pasar
uang).

Kemudian pada teori Percampuran yaitu meliputi syirkah mufawadha dan


syirkah ‘inan. Akad dayn bi dayn ini adalah akad-akad yang diperbolehkan dan
halal dalam perspektif fiqh muamalah dan ekonomi Islam yang sedang
dikembangkan saat ini karena tata cara dan landasannya telah diatur menurt al-
Qur;an dan Hadis Nabi.

Teori pertukaran dan percampuran merupakan pilar penting. Kalaupun


transaksi itu melibatkan dayn dan dayn, maka dayn tersebut haruslah merupakan
bukti kepemilikan atas ‘ayn.

Dengan demikian kompleksnya transaksi perbankan, maka diperlukan


keahlian untuk mendesain akad yang sesuai syariah. Dilakukanya seluruh
transaksi perbankan oleh suatu instansi mengakibatkan diperlukan beberapa akad
fiqh untuk satu transaksi perbankan modern.

Tidak hanya pada perekonomian Islam pada sektor lembaga keuangan saja
dasar akad ini dapat dipakai tetapi bisa juga diaplikasikan pada perekonomian
negara Indonesia atau sector perekonomian rakyat yang lainnya sebab akad ini
memiliki banyak keuntungan baik dari financial maupun dari segi kenyamanan
bermualamahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Rosyidin, Ahmad Dahlan. 2004. Lembaga Mikro dan Pembiayaan Mudhorobah,
Yogyakarta. Gobal Pustaka Utama,

Al-zuhaily, Wahbah. al-Fiqh al-Islamy wa adillatuh, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, Jil.
IV.

Antonio, Syafi’i. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press,
2001

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007)

Asro, Muhammad dan Kholid, Muhammad. 2011. Fiqh Perbankan. Bandung:


Pustaka Setia.

As-Sabatin, Yusuf. Bisnis Islami dan Kritik atas bisnis kapitalis, (Bogor: Al Ahzar
Press, 2009)

Hulwati. Ekonomi Islam: Teori dan Prakteknya dalam Perdangan Obigasi Syariah
di Pasar Modal Malaysia Dan Indonesia.(Jakarta: Ciputat Press Group, 2009)

Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Figh dan Keuangan.( Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2004)

M. Abdul Mannan, Teori dan Prakrek Ekonomi Islam, Dana Bhakti Wakaf,
Yogyakarta, 1997.

Prof HA Djazuli dan Drs Yadi Janwari, MAg.,Lembaga Lembaga Perekonomian


Ummat, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2002

Majalah/Artikel

Acep, Pola Pembiayaan Usaha Melalui Bank Syariah, Artikel Tazkia Journal On-
Line, 2001

Akad-akad dalam perbankan syariah. Diunduh dari www.badilag.net

AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH; PERTUKARAN DAN


PERCAMPURAN oleh Putri Apria Ningsih, SE.I., MA diunggah pada 28 Juni
2013

Basri, Ikhwan Abidin. Teori Akad Dalam Muamalah, Artikel tahun 2000

Perwataatmaja, Karnaen. diunggah pada 2 Mei 2002. Upaya Memurnikan


Pelayanan Bank Syariah, Khusus Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah di
Indonesia, Jakarta

Sakti, Ali, Implikasi Bunga Bank dalam Perekonomian, Tazkia Journal OnLine,
2003

Anda mungkin juga menyukai