Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Kontrak Bisnis Syariah
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji serta syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Akad-akad dalam Kontrak Bisnis di Perbankan Syariah”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kontrak Bisnis Syariah.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas berkat bantuan dari berbagai pihak-
pihak yang telah membantu. Untuk itu segenap kerendahan hati, penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.
Khususnya kepada Bapak Moch Bukhori Muslim, sebagai dosen pengampu
mata kuliah Logika dan Penalaran Hukum.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, dengan segala kerendahan hati penulis meminta kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Latar Belakang
Untuk itu jelaslah sebagai akademisi yang konsen pada ekonomi Islam
perlu kiranya untuk memperdalam hal ini. Namun, tidak semua yang berkaitan
dengan akad ter-cover dalam tulisan ini. Penulis hanya memperdalam tentang
jenis-jenis akad yang ditinjau dari pertukaran dan percampuran yang dengan judul
“Akad-akad Perbankan Syariah: Pertukaran dan Percampuran”
Rumusan Masalah
a. Akad Pertukaran
b. Akad Percampuran
c. Akad Jasa Perbankan
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad
1. Konsep Akad
Syarat in’iqãd ada yang umum dan khusus. Syarat umum harus
selalu ada pada setiap akad, seperti syarat yang harus ada pada pelaku
akad, objek akad dan shigah akad, akad pada sesuatu yang dihalalkan
syara’, dan akad pada sesuatu yang bermanfaat. Sementara itu, syarat
khusus merupakan sesuatu yang harus ada pada akad-akad tertentu, seperti
syarat minimal dua saksi pada akad nikah.
1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007). Hlm 52
Syarat shihãh, yaitu syarat yang diperlukan secara syariah agar
akad berpengaruh, seperti dalam akad perdagangan harus bersih dari cacat.
Seperti nafãdz ada dua, yaitu kepemilikan dan wilayah.
B. Macam-Macam Akad
1. Akad Pertukaran
Pengertian dari pertukaran (al-bai’) ialah mempertukarkan suatu (harta
benda) untuk tujuan kepemilikan. Dalam kehidupan modern, pertukaran
barang sering dilakukan dengan cara jual beli melalui perantaraan uang
sebagai alat tukar (medium of change). Dengan cara pertukaran, hasil
5
Muhammad Asro dan Muhammad Kholid, Fiqh Perbankan. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
.
terjadinya akad dapat diketahui secara langsung baik dari segi objek maupun
waktu penyerahan.6
Teori pertukaran dibagi dari dua pilar yaitu:
a. Objek Pertukaran Fiqh membedakan dua jenis objek pertukaran,
yaitu: 1) ‘ayn (real assets) berupa barang dan jasa.
2) Dayn, istilah dayn secara bahasa utang.
Namun secara fiqh, dayn selain utang dapat diartikan sebagai
asset financial. Objek pertukaran dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu pertama dayn berupa uang; dan kedua dayn berupa surat
berharga. Perbedaan antara uang dengan surat berharga terdapat
pada jangkauan fungsinya. Kalau uang dinyatakan sebagai alat tukar
resmi oleh pemerintah sehingga berlaku secar umum. Sedangkan
keberadaan surat berharga hanya terbatas pada kalangan tertentu
saja yang menggunakannya.
b. Waktu Pertukaran Fiqh membedakan dua waktu pertukaran, yaitu:
karyaseni.
b). Financial asset yaitu investasi yang dilakukan pada
sektor-sektor financial, seperti: deposito, saham,
obligasi, reksadana.
Berinvestasi di financial asset bisa dilakukan dengan 2
cara yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung artinya investor
membeli asset-asset keuangan perusahaan, tidak langsung membeli
saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio asset-
asset keuangan dari perusahaan lain.7
Dari segi objek pertukaran, dapat diidentifikasi tiga jenis
pertukaran,yaitu:
a) Pertukaran Real Assets (‘ayn) dengan real assets (‘ayn)
Bila jenisnya berbeda (misalnya upah tenaga kerja yang
dibayar dengan sejumlah beras) maka tidak ada masalah
6
AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH; PERTUKARAN DAN PERCAMPURAN oleh Putri Apria Ningsih,
SE.I., MA diunggah pada 28 Juni 2013
7
Akad-akad dalam perbankan syariah. Diunduh dari www.badilag.net
atau dibolehkan. Namun bila jenisnya sama, fiqih
membedakan antara real assets yang secara kasat mata
tidak dapat dibedakan mutunya. Contoh, pertukaran kuda
dengan kuda diperbolehkan karena secara kasat mata
dapat dibedakan mutunya. Satu-satunya kondisi yang
membolehkan pertukaran antara sejenis dan secara kasat
mata tidak dapat dibedakan mutunya adalah15:
• Sawa-an bi sawa-in (sama jumlahnya)
• Mitslan bi mistlin (sama mutunya)
• Yadan bi yadin (sama waktu penyerahanya)
8
Basri, Ikhwan Abidin. Teori Akad Dalam Muamalah, Artikel tahun 2000
c) Pertukaran Dayn dengan Dayn
Dibedakan antara dayn yang berupa uang dengan
dayn yang tidak berupa uang (surat berharga).
Pertukaran uang dengan uang dibedakan menjadi
pertukaran uang sejenis dan pertukaran uang yang tidak
sejenis.17 Perbedaan ini menimbulkan akibat hukum
yang berbeda pula.
Pertukaran uang sejenis hanya diperbolehkan jika
memenuhi syarat (1) kesamaan kuantitas (sawaan bi
sawa-in); dan (2) kesamaan waktu penyerahan (yadan bi
yadin). Misalnya pertukaran uang Rp 100.000 dengan
dua lembar uang Rp 50.000 yang diserahkan pada waktu
yang bersamaan.
Pertukaran uang yang tidak sejenis dalam fiqh
dapat dikategorikan sebagai sharf. 18 Penerapan akad ini
di lembaga perbankan dikenal dengan istilah money
changer, yaitu suatu tempat dimana valuta asing
diperjualbelikan. Misalnya ketika nasabah ingin
menukarkan mata uang rupiah (Rp) dengan mata uang
dolar ($). Agar sesuai dengan ketentuan syariah maka
harus dilakukan secara tunai (spot).
Jual beli surat berharga pada dasarnya tidak
dibolehkan. Namun bila surat berharga dilihat lebih
rinci, dapat dibedakan menjadi dua yaitu surat berharga
yang merupakan representasi dari ‘ayn dan surat
berharga yang tidak merupakan representasi dari ‘ayn.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hanya surat
berharga yang merupakan representasi dari ‘ayn saja
yang dapat diperjual belikan.9
2. Akad Percampuran
Selain menggunakan metode pertukaran seperti jual beli (albai’),
cara lain yang dapat digunakan untuk menjalankan akad tijarah ialah
dengan cara mengadakan persekutuan. Persekutuan merupakan bentuk
kerjasama dalam rangka menjalankan usaha untuk mendapatkan
keuntungan. Persekutuan disyariatkan Allah karena tidak semua usaha
dapat dijalankan melalui pertukaran. Persekutuan dalam istilah fiqh
dikenal dengan nama syirkah.10
kesepakatan.
1) Objek Percampuran
2) Waktu Percampuran
9
AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH; PERTUKARAN DAN PERCAMPURAN oleh Putri Apria Ningsih,
SE.I., MA diunggah pada 28 Juni 2013
10
M. Abdul Mannan, Teori dan Prakrek Ekonomi Islam, Yogyakarta; Dana Bhakti Wakaf, 1997.
11
Acep, Pola Pembiayaan Usaha Melalui Bank Syariah, Artikel Tazkia Journal On-Line, 2001
Juga membedakan waktu percampuran menjadi dua yaitu
naqdan yakni penyerahan saat itu juga dan ghairu naqdan
penyerahan kemudian atau tangguh.
1) Syirkah Mudharabah
2) Syirkah Wujuh
Wakalah
Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian atau
12
Muhammad Asro dan Muhammad Kholil. Fiqh Perbankan. Bandung: Pustaka Setia. 2011. Hlm.
88
13
Prof HA Djazuli dan Drs Yadi Janwari, MAg.,Lembaga Lembaga Perekonomian Ummat, Radja
Jakarta, Grafindo Persada, 2002. Hlm. 175
pemberian mandat. Yakni bank diberikan mandat oleh nasabah untuk
melaksanakan suatu perkara sesuai dengan amanah/permintaan nasabah.
Secara teknis perbankan, wakalah adalah akad pemberi wewenang/kuasa
dari lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain
(sebagai wakil, dalam hal ini bank) untuk mewakili dirinya melaksanakan
urusan dengan batas kewenangan dan dalam waktu tertentu. Segala hak
dan kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang
memberi kuasa. Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad
pemberian kuasa harus cakap hukum.
Kafalah
Sharf
Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf.
Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilakukan
pada waktu yang sama berdasarkna kurs jual atau kurs beli yang berlaku
pada saat itu juga (transaksi spot).
Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian
pinjaman dari bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan
mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk
pinjaman yang bersifat konsumtif.
Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad rahn adalah untuk
memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam
memberikan pembiayaan. Secara sederhana rahn adalah jaminan hutang
atau gadai. Biasanya akad yang digunakan adalah akad qardh wal ijarah,
yaitu akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai
dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang
diserahkan
Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria, yaitu milik nasabah
sendiri; memiliki nilai ekonomis sehingga bank memperoleh jaminan
untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya; harus jelas
ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; dapat
dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan bank.
Hiwalah
Ijarah
Al-Wadiah
BAB III
Penutup
14
Adiwarman karim. Bank Islam Analisis Figh dan Keuangan.( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004)
Hlm. 154
Dasar akad perjanjian dapat dibagi menjadi dua yaitu adanya Teori
Pertukaran dan Teori percampuran. Dimana Teori Pertukaran dibagi lagi menjadi
pertukaran uang dengan uang (valas/sharf) dan pertukaran antara surat berharga
(wesel, cek, bilyet giro, surat berharga Bank Indonesia dan surat berharga pasar
uang).
Tidak hanya pada perekonomian Islam pada sektor lembaga keuangan saja
dasar akad ini dapat dipakai tetapi bisa juga diaplikasikan pada perekonomian
negara Indonesia atau sector perekonomian rakyat yang lainnya sebab akad ini
memiliki banyak keuntungan baik dari financial maupun dari segi kenyamanan
bermualamahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Rosyidin, Ahmad Dahlan. 2004. Lembaga Mikro dan Pembiayaan Mudhorobah,
Yogyakarta. Gobal Pustaka Utama,
Al-zuhaily, Wahbah. al-Fiqh al-Islamy wa adillatuh, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, Jil.
IV.
Antonio, Syafi’i. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press,
2001
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007)
As-Sabatin, Yusuf. Bisnis Islami dan Kritik atas bisnis kapitalis, (Bogor: Al Ahzar
Press, 2009)
Hulwati. Ekonomi Islam: Teori dan Prakteknya dalam Perdangan Obigasi Syariah
di Pasar Modal Malaysia Dan Indonesia.(Jakarta: Ciputat Press Group, 2009)
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Figh dan Keuangan.( Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2004)
M. Abdul Mannan, Teori dan Prakrek Ekonomi Islam, Dana Bhakti Wakaf,
Yogyakarta, 1997.
Majalah/Artikel
Acep, Pola Pembiayaan Usaha Melalui Bank Syariah, Artikel Tazkia Journal On-
Line, 2001
Basri, Ikhwan Abidin. Teori Akad Dalam Muamalah, Artikel tahun 2000
Sakti, Ali, Implikasi Bunga Bank dalam Perekonomian, Tazkia Journal OnLine,
2003