Moderator : Zalsabilla
#BIODATA NARASUMBER#
Domisili : KotaJambi
Status : Singlelillah
Pendidikan : Saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Batanghari Jambi jurusan
Fakultas ilmu keguruan dan pendidikan bahasa inggris
Motto Hidup : "Visi hidup tertinggi seorang muslim yakni menerapkan syari'at islam secara
menyeluruh, misi kita membawa islam sebagai rahmatan lil alamin bagi seluruh alam. Hidup
berkah dalam syari'at kaffah"
Email : sebrinahendrizahir@gmail.com
Whatsapp No : 08117445799
“The Roman ruler Julius Caesar established January 1 as New Year‟s Day in 46 BC. The
Romans dedicated this day to Janus , the god of gates, doors, and beginnings. The month of
January was named after Janus, who had two faces – one looking forward and the other
looking backward.”
“Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru
semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada
Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil
dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya
menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.”
Tahun baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama
setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti
penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM.
Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang
ahli astronomi dari Iskkitariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan
mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun
dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar
menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari.
Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada
bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini.
Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis
dengan namanya, yaitu Julius atau Juli.
Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar
Augustus, menjadi bulan Agustus. Perayaan Tahun Baru Saat ini, tahun baru 1 Januari telah
dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun baru sudah
lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk
semua warga Dunia.
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak
bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi
dimulai pada tanggal 1 Januari.
Menurut catatan Encarta Reference Library Premium 2005, orang yang pertama
membuat penanggalan kalender Masehi adalah seorang kaisar Romawi yang terkenal
bernama Gaisus Julius Caesar. Itu dibuat pada 45 SM, jika menggunakan standar tahun yang
dihitung mundur dari kelahiran Yesus. Namun dalam perkembangannya, ada seorang pendeta
Kristen bernama Dionisius yang kemudian memanfaatkan penemuan kalender Julius Caesar
untuk diadopsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus.
Itulah sebabnya penanggalan tahun setelah kelahiran Yesus Kristus diberi tanda AD
(bahasa Latin: Anno Domini yang berarti in the year of our lord) alias Masehi.
Tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau
kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di
Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong
menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur
mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang
dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.
Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah
potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling
memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua
permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu
muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).
Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan
mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di
beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet.
Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan
pesta perayaan New Year‘s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan
pangan selama setahun penuh.
Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa , tahun baru masehi
dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering
Bagi orang Persia yang beragama Majūsî (penyembah api), menjadikan tanggal 1
Januari sebagai hari raya mereka yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus.
Penyebab mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari raya adalah, ketika Raja mereka,
‗Tumarat‘ wafat, ia digantikan oleh seorang yang bernama ‗Jamsyad‘, yang ketika dia naik
tahta ia merubah namanya menjadi ‗Nairuz‘ pada awal tahun. ‗Nairuz‘ sendiri berarti tahun
baru. Kaum Majūsî juga meyakini, bahwa pada tahun baru itulah, Tuhan menciptakan cahaya
sehingga memiliki kedudukan tinggi.
Kisah perayaan mereka ini direkam dan diceritakan oleh al-Imâm an-Nawawî dalam
bukuNihâyatul „Arob dan al-Muqrizî dalam al-Khuthoth wats Tsâr. Di dalam perayaan itu,
kaum Majūsî menyalakan api dan mengagungkannya –karena mereka adalah penyembah api.
Kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, mereka bercampur
baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka dengan air
dan khomr (minuman keras). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari sepanjang malam.
Orang-orang yang tidak turut serta merayakan hari Nairuz ini, mereka siram dengan air
bercampur kotoran. Semuanya dirayakan dengan kefasikan dan kerusakan.
Setelah kita mengetahui bahwa tradisi Perayaan 1 januari merupakan Perayaan yang
terkait dengan ritual keagamaan dan budaya dari kufar, dan adanya larangan untuk
menyerupai sebuah kaum. Maka sebaiknya kita tidak perlu ikut ikutan merayakannya apalagi
meniru budaya dari kaum kufar.
َٰٓ ۟
َ ِصَر َوٱلْ ُف َؤ َاد ُك ُّل أُولَئ
ك َكا َن َعْنهُ َم ْسُُٔ ًۭوَل ِ ِ َ َوََل تَ ْقف ما لَيس ل
َ َك بِهۦ ع ْل ٌم ۚ إِن ٱلس ْم َع َوٱلْب َ ْ َ ُ َ
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.”
، وهلم يومان يلعبون فيهما، قدم رسول هللا – ملسو هيلع هللا ىلص – املدينة:عن أنس بن مالك – هنع هللا يضر – قال
(إن هللا قد:– فقال رسول هللا – ملسو هيلع هللا ىلص. كنا نلعب فيهما يف اجلاهلية: قالوا، ما هذان اليومان:فقال
Dari Anas bin Mâlik radhiyallâhu ‟anhu beliau berkata : Rasūlullâh Shallâllâhu ‟alahi wa
Sallam tiba di Madînah dan mereka memiliki dua hari yang mereka bermain-main di
dalamnya. Lantas beliau bertanya, ‖dua hari apa ini?‖. Mereka menjawab, ‖Hari dahulu kami
bermain-main di masa jahiliyah.‖ Rasūlullâh Shallâllâhu ‟alaihi wa Sallam mengatakan :
‖Sesungguhnya Allôh telah menggantikan kedua hari itu dengan dua hari yang lebih baik
bagi kalian, yaitu hari idul adhhâ dan idul fithri.‖ [Shahîh riwayat Imâm Ahmad, Abū Dâwud,
an-Nasâ`î dan al-Hâkim.]
،فوجه الدَللة أن اليومني اجلاهليني مل يقرمها رسول هللا – ملسو هيلع هللا ىلص – وَل تركهم يلعبون فيهما على العادة
إذ َل، واإلبدال من الشيء يقتضي ترك املبدل منه،بل قال إن هللا قد أبدلكم هبما يومني آخرين
”Sisi pendalilan hadîts di atas adalah, bahwa dua hari raya jahiliyah tersebut tidak
disetujui oleh Rasūlullâh Shallâllâhu ‟alaihi wa Sallam dan Rasūlullâh tidak meninggalkan
(memperbolehkan) mereka bermain-main di dalamnya sebagaimana biasanya. Namun beliau
menyatakan bahwa sesungguhnya Allôh telah mengganti kedua hari itu dengan dua hari raya
lainnya. Penggantian suatu hal mengharuskan untuk meninggalkan sesuatu yang diganti,
karena suatu yang mengganti dan yang diganti tidak akan bisa bersatu.”
وتشبه هبم حىت ميوت وهو كذلك ُح ِشر معهم يوم، من بىن ببالد األعاجم وصنع نريوزهم ومهرجاهنم
القيامة
”Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kâfir, meramaikan peringatan hari
rayanairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal
dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.”
[Sunan al-Baihaqî IX/234].
: فاصُعٕا كم: قال. يا أييز انًؤيُيٍ ْذا يٕو انُيزٔس: يا ْذا ؟ قانٕا: فقال. بٓدية انُيزٔس-ُّرضي هللا ع- أُتي عهى
َيزٔس: كزِ أٌ يقٕل: قال أساية. ً يٕو فيزٔسا
‘‘Alî radhiyallâhu ‟anhu diberi hadiah peringatan Nairuz (Tahun Baru), lantas beliau berkata
: ‖apa ini?‖. Mereka menjawab, ‖wahai Amîrul Mu‘minîn, sekarang adalah hari raya Nairuz.‖
‘Alî menjawab, ‖Jadikanlah setiap hari kalian Fairuz.‖ Usâmah berkata : Beliau (‘Alî
mengatakan Fairuz karena) membenci mengatakan ‖Nairuz‖. [Sunan al-Baihaqî IX/234].
”Ucapan (‟Alî) ini menunjukkan bahwa beliau membenci mengkhususkan hari itu sebagai
hari raya karena tidak ada syariat yang mengkhususkannya.”