Anda di halaman 1dari 1

Sebagai umat beragama, tentu setiap agama mempunyai hari besarnya masing-masing.

Contohnya seperti Umat Islam merayakan Idul Fitri, Umat Budha merayakan Waisak, Umat
Hindu merayakan nyepi, Umat Khonguchu merayakan Imlek, dan Umat Kristen dan Katolik
yang merayakan Natal. Kelima hari besar tersebut tentunya mempunyai waktu yang berbeda-
beda, Idul Fitri, Waisak, Nyepi, dan juga Imlek yang tidak mempunyai tanggal tetapnya, lalu
Natal yang mempunyai tanggal tetap, yaitu pada 25 Desember.
Berbeda dengan hari-hari besar lainnya, Natal sendiri sudah mutlak dan tidak bisa
diganggu gugat jatuh pada tanggal 25 Desember. Menurut para sejarawan, mereka percaya gereja
pada mulanya menganut paham bahwa tanggal ini dipilih untuk menghubungkan kelahiran Anak
Allah dengan “kelahiran kembali matahari”. Pandangan lain mendasarkan tanggal konsepsi
Yesus pada 25 Maret, saat titik balik musim semi, kemudian 25 Desember menjadi tanggal
kelahiran Yesus tepat sembilan bulan kemudian.
Perayaan natal pada 25 Desember pertama kali diperingati pada tahun 221 Masehi silam.
Tokoh di balik penentuan hari besar tersebut yakni Sextus Julius Africanus. Ia dikenal sebagai
seorang pengelana dan sejarawan Kristen Romawi yang hidup pada akhir abad ke-2 dan awal ke-
3 Masehi. Dia memiliki peran yang sangat penting terhadap semua penulis sejarah gereja, di
antara para Bapa gereja dan pada seluruh kelompok penulis tawarikh Yunani.
Namun, pada awalnya penetapan natal ini sempat menjadi polemik, terjadi banyak
perselisihan dan berbeda pendapat terkait kapan waktu yang tepat merayakan hari Natal.
Contohnya kala itu Armenia (negara pedalaman yang terletak di wilayah Kaukasus Selatan,
Eurasian) merayakan natal setiap tanggal 6 Januari, dan Ortodoks Timur merayakan natal pada
tanggal 7 Januari. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang terdapat pada Alkitab.
Dari empat versi Injil, hanya yang ditulis oleh Matius dan Lukas yang menyebut kelahiran-Nya,
itu pun tanpa referensi waktu yang spesifik.
Meskipun Lukas menyebut bahwa ada gembala-gembala yang tinggal untuk menjaga
kawanan ternak di malah kelahiran Yesus, sebagian justru mengaggap itu menjadi petunjuk
Yesus tidak dilahirkan di bulan Desember yang dingin, melainkan pada saat musim semi ketika
domba-domba berkiliaran di padang rumput luas.

Anda mungkin juga menyukai