Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH NATAL

Disusun Oleh:
Ruth Marganda Napitupulu
155100907111012

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

Dalam kita merayakan suatu peristiwa yang mulia, yaitu kelahiran Yesus, di mana Allah
telah menjadi manusia, kadang-kadang kita diperhadapkan dengan tuduhan bahwa Natal adalah
perayaan kafir. Apakah hal itu benar dan apakah kita harus meniadakan perayaan Natal dan pohon
terang dan hal-hal lain berkaitan dengan Natal itu?
Dalam artikel ini, pertama, saya mau menjelaskan sedikit tentang latar belakang historis perayaan
Natal dan kedua, tentang makna Natal bagi kita dimasa kini.
Latar Belakang Historis Perayaan Natal
Ada tiga sumber asalnya perayaan Natal yang kemudian dipersatukan dalam perayaan Natal
yang kini umum di seluruh dunia:
1. Seorang sejarahwan Roma, namanya Sextus Julius Africanus, telah mengemukakan teorinya pada
abad Ke-2 M bahwa tanggal penciptaan langit dan bumi adalah 25 Maret. Ini adalah berdasarkan
tanggal itu dianggap Winter Solstice, yaitu hari di mana siangnya terpendek dan malamnya
terpanjang dalam setahun. Itu terjadi pada musim dingin di belahan utara bumi. Sextus Julius
Africanus juga mengemukan teori bahwa tanggal 25 Maret adalah tanggal di mana terjadi
pembuahan Yesus dalam kandungan Maria. Maka sembilan bulan kemudian adalah 25 Desember.
Maka Sextus Julius Africanus menentukan tanggal 25 Desember itu sebagai tanggal kelahiran
Yesus.
2. Sumber kedua adalah kebiasaan merayakan Sol Invictus (Matahari yang tak terkalahkan) dalam
Kerajaan Roma sampai Abad ke-4 yang telah dirayakan pada tanggal 25 Desember. Sekaligus di
minggu sebelumnya ada perayaan Saturnalia 17-25 Desember, ketika masyarakat berpesta dan
saling menukar hadiah. Mereka telah memilih satu orang untuk menjadi korban yang sangat disiksa
dan dihina selama minggu itu lalu diakhiri dengan pengorbanannya pada tanggal 25 Desember.
Selama minggu itu tak ada yang dilakukan orang yang dianggap sebagai dosa sehingga semua orang
boleh berpesta pora mabuk, jalan telanjang di jalan, mencuri, memperkosa, dan segala jenis dosa
lainnya dan tidak akan dihakimi. Umat Kristen telah mengemukakan bahwa Yesus adalah Matahari
yang tak terkalahkan itu yang sudah dinubuatkan dalam Maleakhi 4:2, Tetapi kamu yang takut
akan nama-Ku, bagimu akan terbit Surya Kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya.
3. Tanggal 25 Desember juga adalah tanggal lahir dewa Indo-Eropa, yaitu, Mithra, ilah terang, dan
adalah populer antara para laskar Roma. Umat Kristen kemudian menerangkan bahwa Yesus adalah
Terang Dunia yang sejati sehingga dijelaskan bahwa kelahiran Yesus membawa terang Allah ke
dalam dunia yang gelap. Maka, tanggal itu dikristenkan seperti hal-hal yang di atas.
Gabungan dari ketiga sumber itu yang semuanya jatuh pada tanggal 25 Desember telah menjadi
dasar pemberitaan Injil dan kelahiran Yesus ke dalam dunia. Setelah Kaisar Konstantin menjadi
Kristen pada tahun 332 M, Kekristenan menjadi agama resmi Kerajaan Roma, maka tanggal 25
Desember diambil sebagai tanggal perayaan kelahiran Yesus mulai tahun 336 M. Namun tanggal itu
tidak diterima dari semua kalangan Kristen menjadi perayaan umum Natal hingga Abad Ke-9.

Akhirnya, Umat Kristen telah mengadopsi dan mengubah pesta-pesta kafir sebagai usaha
memenangkan bangsa-bangsa kafir menjadi Kristen. Di abad-abad awal orang-orang Kristen sudah
tahu itu bukan tanggal lahir Yesus, hanya tanggal perayaannya sebagai usaha memenangkan dunia
kafir, sehingga pesta kafir menjelma (metamorphosis) menjadi Hari Natal. Masa kini, sebaliknya,
kebanyakan Umat Kristen beranggapan bahwa itu adalah tanggal sesungguhnya Yesus lahir.
Professor Joseph A Fitzmyer, Profesor Emeritus Penyelidikan Alkitab Universitas Katolik America
setelah menyelidiki semua catatan sejarah dan Alkitab telah mengambil kesimpulan yang kini
diterima secara umum oleh para ahli sejarah dan Alkitab bahwa Yesus telah lahir pada tanggal 11
September sekitar tahun 3 atau 4 sM.
Kejahatan dalam Perayaan Natal dalam Sejarah
Pada tahun 1466, Paus Paulus Ke-2, untuk menyenangkan masyarakat Roma telah
menghidupkan kembali tradisi Perayaan Saturnalia, pesta kafir itu, tetapi secara khusus untuk
menghina masyarakat Yahudi yang harus lari telanjang di jalan raya di depan Kota Vatikan. Orangorang Yahudi itu dipaksa makan banyak sekali makanan sebelum lari sehingga mereka sangat
kesakitan lalu masyarakat, termasuk Paus, mengejek mereka dan ketawa dengan gembira waktu
melihat orang-orang Yahudi dihina dan jatuh kesakitan.
Hal ini dilanjutkan oleh Gereja Katolik pada Abad Ke-18 sampai Abad Ke-19 di mana para Rabi
Yahudi harus mengenakan pakaian seorang badut dan mereka diejek, dilempari dan disiksa. Pada
tahun 1836, masyarakat Yahudi mengirim surat yang meminta Paus menghentikan praktek itu,
tetapi dia menolak permintaan mereka. Pada tahun 1881, di Polandia, 12 orang Yahudi dibunuh
dalam penghinaan acara Natal dan banyak sekali rumah dan toko Yahudi dibakar. Secara khusus,
penghinaan terhadap masyarakat Yahudi telah berhenti di Eropa setelah Hitler membunuh enam juta
orang Yahudi pada waktu Perang Dunia Ke-2.

Asalnya Pohon Natal dan Pemberian Hadith


Pohon Natal berasal dari penyembahan berhala kultus Asheira, di mana masyarakat Eropa
telah mengambil pohon pinus kecil dan membawanya ke dalam rumah mereka untuk
menyembahnya sebagai dewa. Mereka telah menghiasinya untuk membuat pohon mereka lebih
indah. Pada waktu suku-suku itu diinjili, tradisi mereka dikristenkan pula dan dijadikan gambaran
kehidupan baru dan dihiasi dengan lampu-lampu untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah pohon
terang yang menyinari seluruh bumi.
Pemberian hadiah seperti di perayaan Saturnalia dikristenkan karena Santo Nikolaus (270-345
M) telah punya tradisi memberi hadiah. Dia dikuduskan sebagai Santo pada Abad Ke-19 dan ini
asalnya Santo Nikolaus atau Santa Claus. Lalu, hadiah-hadiah yang mau diberikan biasanya
diletakkan di bawah pohon Natal lalu dibagikan pada pagi hari pada tanggal 25 Desember itu.
Arti Natal yang Sejati

Walaupun Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember dan tanggal itu adalah gabungan
berbagai perayaan kafir, tanggal tersebut dan perayaan Natal bisa saja kita terima sebagai tanggal
perayaan di seluruh dunia untuk merayakan kedatangan Juruselamat ke dalam dunia. Pada waktu
bulan Desember kita memiliki kesempatan luar biasa menjadi saksi Yesus dan untuk memberitakan
Injil. Tanggalnya tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah kesempatan dan kebebasan
pemberitaan Injil itu.
Kita melihat dalam pelayanan Rasul Paulus di Athena, ia menggunakan prinsip yang sama. Dalam
Kisah 17:23, Paulus berkata kepada masyarakat Yunani, ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan
melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada
Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan
kepada kamu. Paulus menggunakan kata theos yang adalah kata untuk dewa dalam bahasa
Yunani untuk menjelaskan bahwa Yesus adalah theos (dewa atau ilah) yang benar. Dengan
demikian, Paulus membawa bangsa Yunani yang percaya kepada satu Allah, bukan ratusan dewa
sehingga mereka menjadi percaya kepada Yesus.
Dalam cara yang sama, kita merayakan Natal, bukan sebagai tanggal yang sesungguhnya, tetapi
sebagai tanggal perayaan agar dunia mengenal kasih Allah. Bahwa Sang Juruselamat telah lahir ke
dalam dunia yang gelap dengan membawa kasih dan terang Allah kepada semua manusia. Yesus
adalah hadiah Allah kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai