PENDAHULUAN
bagi orang Biak. “Karena perkawinan adalah bagian dari harga diri orang
yang ada di seluruh Papua, dewasa ini dipandang sebagai sesuatu yang tida
merugikan, dan juga sebagi hal penindasan hak asasi manusia, secara khusu
1
Heni V Rerey. Ketika Perempuan Papua Harus Memilih, Yogyakarta: Ombak, 2014. hl. 50
2
Lamek Ap. Budaya Masyarakat Suku Bangsa Biak di Kabupaten Biak Numfor, Jayapura: Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Irian Jaya, 2000. hl. 16
1
maskawin, sahnya perkawinan, akibat hukum perkawinan seperti kedudukan
factor yang menunjukan jati diri seorang perempuan Biak serta status
Suatu perkawinan bisa terjadi itu karena keinginan dari orang tua anak
laki-laki yang pergi untuk meminta anak perempuan dari keret/marga lain.
Dan orang tua dari pihak laki-laki yang harus membayar besar atau kecil
yang dipikul oleh keluarga laki-laki tidak dianggap sebagai beban yang
dikembalikan.
“Pada zaman dulu jumlah besar dan kecilnya maskawin ini dilihat dari
3
Endang Sumiarni. Hukum Adat Biak, Yogyakarta: Biro Hukum Sekretariat Daerah Propinsi
Papua, 2010. hl. 101
4
Anthon Rumbewas. Berteologi Menjawab Permasalahan Konteks, Jayapura: Sub Bagian Hukum
dan KUB Kanwil Kementerian agama Provinsi Papua, 2016. hl. 257
5
Ibid.,hl. 15
2
pekerjaan seorang anak perempuan”.6 Jika seorang anak perempuan ini
maskawin yang minta akan besar jumlahnya. Ini bisa membuat terjadi
konflik dalam kehidupan berumah tangga kedua anak tersebut, bisa terjadi
meskipun hal ini melanggar undang-undang dan hukum Tuhan, karena laki-
Namun sebaliknya jika maskawin yang diminta itu tidak terlalu besar
laki-laki, maka perempuan itu akan di hargai dan di sayangi dalam keluarga
orang Biak yang sekarang ini, yang mana orang Biak mulai memandang
Hal ini menjadi suatu masalah bagi keluarga Kristen dan berpengaruh pada
Untuk itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul di atas.
3
2.2 Pembatasan Masalah
4
1.5 Metodologi Penulisan
masalah manusia.
1) Interview
Maskawin.7
2) Studi Pustaka
penulis.
3) Menganalisis Data
data yang ada atau didapatkan menjadi suatu informasi, sehingga data
7
S. Winarno. Teknik-Teknik Penelitian, Jakarta: PT Gramedia, 1972. hl. 172
5
tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk menjadi solusi suatu
benda yang tinggal bersama dalam satu tempat”.8 Untuk itu populasi
yang penulis ambil adalah dari masyarakat suku biak. Dan “Sampel
ialah sebagian dari jumlah populasi yang ada untuk diambil datanya”. 9
Untuk itu sampel yang penulis ambil ialah beberapa orangtua Biak,
untuk membentuk kelurga baru, yang sesuai dengan budaya suku Biak.
8
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kopetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara.
2003. hl.53 -54
9
Loc ,cit.
6
1.7 Sistematika Penulisan.
Dalam penulisan ini penulis buat secara sitesis agar supaya mencapai
tujuan yang diharapkan, maka tersusun dalam (5) BAB sebagai berikut:
Bab I: PENDAHULUAN.
MASKAWIN.
7
BAB II
perbuatan dan karya manusia, dan juga sebagai kebiasaan perilaku yang
Adapun istilah Adat yang berasal dari bahasa arab “Adah” yang artinya
adalah kebiasaan, yaitu sesuatu yang sering berulang. Tetapi kebiasaan
dalam arti adat adalah kebiasaan yang normative yang telah berwujud
aturan tingkahlaku yang berlaku di dalam masyarakat dan dipertahankan
dalam masyarakat.10
pada saat-saat tertentu akan ulang dan harus dilaksanakan, apabila tidak
tidak turun-temurun.
Adat itu aturan yang dibuat untuk mengatur orang Biak supaya
hidup syowi11. Dalam lingkungan hidup orang Biak dimana saja dia
10
Hilman Hadikusumah. Pokok-Pokok Pengertian Hukum Adat, Bandung: Alumni, 1980. hl .16-
17
11
Hasil wawancara. Bapak. Frans Rumbrawer. Tanggal 23 Mei 2019, kel Rumbrawer, perumahan
Uncen Abepura
8
berada, baik dalam keluarga yaitu: di dalam rumah tangga, keret
(marga), kampung.
Dalam rumah tangga aturan adat ini di buat supaya syowi itu dapat
aturan dibuat agar keret tidak saling membenci, tidak saling menjatuhkan
keret satu dengan keret yang lain. Di dalam kampung aturan di buat agar
atau gotong royong sehingga syowi itu dapat terlihat dalam kampung.
Dan juga sebagai ketetapan leluhur, yaitu ketetapan yang dibuat oleh
pemuka adat dizaman purba, dimasa nenek moyang. Jadi ini merupakan
berubah.
Tingkat pertama adalah lapisan yang paling abstrak dan luas ruang
9
hukum (hukum adat dan tertulis) hukum sudah jelas mengenai
masyarakat yang sudah jauh lebih banyak dari pada jumlah norma yang
mempengaruhi hidupnya. Adat ini dilakukan oleh orang Biak saat ada hal
undang-undang Allah yang mengikat manusia, karena adat itu kudus dan
Adat adalah nilai dari kehidupan orang biak itu sendiri. Nilai adat
ciptaan.13
2.1.2 Maskawin
dan kawin. Kata emas atau mas mempunyai beberapa arti antara lain”
12
Koentjaraningrat.Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia, 1975, hl. 11-
12
13
Halis wawancara. Bapa Galvin Mofu. Pada tanggal 30 Desember 2018. Rumah, Kel. Mofu, Biak
Barat Kampung Ampombukor
10
logam mulia berwarna kuning yang dapat ditempa, dibentuk menjadi
menikah.
Ararem artinya suatu harta benda atau barang yang bernilai adat yang
diberikan dari pihak suami kepada pihak istri sebagi ganti rugi dan juga
sebagai pengganti posisi wanita yang bisa berupa harta dan juga berupa
Maskawin adalah symbol dari citra Allah dan nilai budaya dari
kehidupan orang Biak itu sendiri, ini maksudnya ialah maskawin yang
Jadi jika maskawin itu tinggi nilainya, tetapi anak laki-laki telah
14
Sigit Suryanto. Kamus lengkap bahasa Indonesia, Karisma Publishing Group, 2006. hl.155
15
Lamek Ap . Budaya Masyarakat Suku Bangsa Biak di Kabupaten Biak Numfor, Jayapura: Balai
Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Irian Jaya. 2000. hl. 15
16
Hasil wawancara. Bapak Galvein Mofu. Tanggal 30 Desember 2018. Rumah, Kel. Mofu, Biak-
Barat Kampung Ampombukor.
11
karena itu maskawin yang sesunggunya itu ialah perilaku orang Biak
tahu adat adalah mereka yang mampu membayar Ararem dan memberi
jawab yang besar bagi setiap orang yang akan melakukan suatu
dilakukan karena itu bagian dari harga diri perempuan Biak dan bukan
orang yang mampu dan tahu adat adalah mereka yang yang mampu
balik fan-fan dan ararem adalah harapan akan adanya restu dan rahmat
17
Lamek Ap. Budaya Masyarakat Suku Bangsa Biak di Kabupaten Biak Numfor, Jayapura: Balai
Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Irian Jaya, 2000. hl. 16.
12
dari sanak keluarga perempuan, terutama untuk tumbuh kembang dari
laki-laki. Maskawin ini ada dalam adat, sebab adat ialah wujud ideal dari
mama (ibu) si gadis dan tidak lebih dari itu. Misalnya gelang 5 buah,
piring antik 10 buah, samfar (gelang kulit kerang), babi, perahu itu harus
diminta. Mulai tahun 60-an baru muncul maskawin berupa uang. Mulai
tahun 1990-an maskawin ada yang sampai jutaan. Pada jaman dulu
maskawin berupa benda saja, seperti kulit penyu sisik, dan kulit penyu
sebagai orang besar (amber), maka permintaan maskawin bisa tinggi dan
bernilai ekonomi19.
18
Ibid,.hl. 58
19
Endang Sumiarni. Hukum Adat Biak, Yogyakarta: Biro Hukum Sekretariat Daerah Propinsi
Papua, 2010. hl. 103-104
13
Penulis melihat bahwa pembayaran maskawin adalah sebuah
suami kepada pihak istri sebagai ganti rugi dan juga sebagai pengganti
posisi perempuan, yang biasa berupa harta dan juga berupa perempuan.
Hal ini merupakan budaya bagi masyarakat Biak yang berada di Papua,
sebuah kebiasaan maka disebut sebagai suatu tradisi, untuk itu harus
dengan Farbuk Indaduwer yang artinya nikah gadis kembali. Pada zaman
dulu orang Biak mengenal ini sebagai suatu cara perkawinan berdasarkan
suatu relasi persekutuan yang baru antara individu dan komunitas yang
20
B. S. Nanlohi Dilemsa Adat Pembayaran Maskawin. dalam
Papualiberationtheologe. Blogspot. com/2010/11/dilema adat pembayaran maskawin_21.html
diundu pada tanggal 28 meI 2019 pukul 11:23 WIB
21
Hasil wawancara Galvein Mofu. Tanggal 30 Desember 2018. Rumah, Kel. Mofu, Biak Barat
Kampung Ampombukor.
14
merupakan salah satu syarat yang penting dan pantang dilarang oleh
lainnya dipikul oleh keluarga laki-laki tidak dianggap sebagai beban yang
pada arti dari sesuatu yang mempunyai maksud tertentu. Mengenai adat
kualitas itu tidak terdapat pada benda, barang material, tetapi pada
secara budaya serta melibatkan berbagai pihak, yang dapat ditinjau dari
22
Lamek Ap. Budaya Masyarakat Suku Bangsa Biak di Kabupaten Biak Numfor, Jayapura: Balai
Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Irian Jaya, 2000. hl. 13,15
15
menunjukkan jati diri seorang perempuan Byak serta status social laki-
awal belum diikuti pembayaran maskawin, maka secara adat antar kedua
dipandang drai siis adat. utang yang dimaksud di sini tidak idantik
maskawin, yakni dapat dikatakan sebagai alat penebus yang sah secara
Sebelumnya ada harta benda, orang Biak itu dulunya kawin dengan
cara menukar perempuan dengan perempuan.
“Akan tetapi dari catatan historis yang didapati sendiri oleh
Kamma pada orang Biak Numfor, seperti yang dikutip oleh L.
Jenbise dalam tulisannya bahwa sekitar abad 15, orang-orang Biak
pernah mengunjungi Tidore, Halmahera dan Seram Utara. Selaku
souvenir dari perjalanannya yang jauh itu mereka membawa pulang
harta benda berupa: piring - piring batu (porselin cina) yang mereka
23
Anthon Rumbewas. Berteologi Menjawab Permasalahan Konteks. Jayapura: sub Bagian
Hukum dan KUB Kanwil Kementrian Agama Prov. Papua, 2016. hl. 256-258
16
sebut;benbepon {piring dulu}, tekstil (kain timur-) dan sebagainya
yang kemungkinan besar ditukar (barter) atau dirampok. Lama
kelamaan barang-barang ini merupakan syarat pokok harta
Maskawin dan alat dagangan barter.”
dianggap dan dijadikan sebagai harta pusaka turun temurun yang dinamakan
harta maskawin24.
Namun benda atau barang yang digunakan pada jaman sekarang ini
yang disebut dalam bahasa Biak yaitu “Ben Bepon”. Piring-piring yang
bagian luar)
24
B. S. Nanlohi Dilemsa Adat Pembayaran Maskawin. dalam
Papualiberationtheologe. Blogspot. com/2010/11/dilema adat pembayaran maskawin_21.html
Diundu pada tanggal 28 meI 2019 pukul 11:30 WIB
17
c. Saramspa (piring rata pinggiran tebal)
d. More-more (guci)
g. Faramasi (campuran)
maskawin yang diminta oleh pihak kelurga. Dan harus sesuai dengan
1. Sarak
Gelang atau Sarak yaitu gelang yang terbuat dari logam perak
orang Biak. Dan gelang ini juga merupakan barang atau harta orang
Biak yang juga dipakai untuk membayar maskawin dan gelang ini
25
Endang Sumiarni. Hukum Adat Biak, Yogyakarta: Biro Hukum Sekretariat Daerah Propinsi
Papua, 2010. hl. 117
18
juga berfungsi sebagai suatu pengikat bagi kedua calon mempelai
2. Samfar
berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk
dan gambar tertentu.28 Untuk itu uang selalu di pakai untuk membeli
yaitu dari puluhan, ratusan, jutaan dan milyaran. Uang ini juga digunakan
pada uang. Sebab katanya uang kertas itu muda tercecer dan dapat
dibenlanjakan.
26
Hasil Wawancara. Bapak Yafet Bonggoibo. Tanggal 27 Mei 2019, Kel. Bonggoibo,Biak Barat
Kampung Mandender
27
Y Kapisa. Adat Istiadat Irian Jaya, Jayapura: Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Propinsi Daerah
Tingkat I Irian Jaya, 1978. hl. 3-4
28
Sigit Suryanto . Kamus lengkap bahasa Indonesia, Karisma Publishing Group,2006. hl. 621
19
Akan tetapi pada jaman dulu sebelum Pekabaran Injil (PI) ini
masuk dan Amber (orang cina) masuk ke papua, maskawin itu belum
budaya, seperti triton (benda tiup yang dari kulit bia besar), tiva, gelang,
dan piring. Begitu juga dengan bendera merah putih, namun bendera
bukanlah benda adat melainkan benda atau alat Negara. Namun yang
bendera merah putih itu tidak ada. Bendera ini digunakan hanya sebagai
factor keamanan saja, dan tidak memiliki nilai sama sekali untuk
minuman atau uang. Karena didalam adat orang Biak tidak ada istilah
bayar Benderah.
Kapak dan parang ini adalah sebuah alat yang tajam yang
Mgan dan parang disebut Sumber ini terbuat dari besi yang dibuat dengan
ukuran yang diinginkan dan bentuk yang tipis dan panjang. Kapak dan
parang ini juga dapat diberikan sebagai barang atau harta yang
29
Endang Sumiarni. Hukum Adat Biak, Yogyakarta Biro Hukum Sekretariat Daerah Propinsi
Papua, 2010. hl. 115
20
2.3.1 Ekonomi
Dalam hal uang pun, suami-isteri perlu berterus terang satu sama lain,
2.3.2 Sosial
yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Orang Biak sebagai salah
30
T. Gilarso. Membangun keluarga Kristen pembinaan Persiapan Berkeluarga, Yogyakarta:
Kanisius,1995. hl. 150
31
Anthon Rumbewas. Berteologi Transformatif Bebeoser: Desertasi Doktor Teologi UKIT, 2013.
hl. 59
21
apabila tidak memeiliki anak laki-laki, maka tidak akan mempunyai
harta pusaka keret yang berupa tanah keret, dusun dan piring porselin
batih/inti yaitu; suami, istri, dan anak-anak yang belum kawin), Rum
(keluarga luas yaitu; gabungan dari beberapa Sim yang merupakan suatu
kesatuan social yang sangat erat dan hidup tinggal bersama-sama dalam
satu rumah), dan (c) Klen yang disebut “keret” atau “er”34. Keret adalah
sebuah satuan sosial yang penting yang terdiri atas keluarga-keluarga inti
yang memiliki ikatan batin yang kuat satu sama lain. Keret juga sberarti
isteri dari luar keret sendiri.35 Pada orang Biak perasaan kekerabatan ini
begitu erat, sehinggah orang mendapat kesan bahwa orang Biak itu
32
Enos. Rumansara. Tradisi Wor, Jakarta: Konsultan Media, 2012. hl. 36
33
Lamek Ap. Budaya Masyarakat Bangsa Biak di Kabupaten Biak Numfor,Jayapura: Balai Kajian
Sejarah dan Nialai Tradisional Irian Jaya, 2000. hl. 19
34
Ibid., hl. 37
35
Ibid.,hl .10
22
akan membangun kekerabatan yang baik bagi kedua keret. 36 Jadi
yang berbeda secara etnis, budaya dan ini berlangsung dari dari
Untuk itu maskawin juga memiliki peran dalam kehidupan social atau
2.3.3 Politis
adalah sebagai duta atau perwakilan keret asalnya, dimana pada suatu
saat akan memasukkan harta kepada keret pihak suami dan sebaliknya
sebagai pusat kekuatan dan kekuasaan yang mengatur alam semesta ini
36
Enos Rumansara. Manggundi Sistem Religi Orang Biak, Jayapura: UNCEN Press, 2013. hl. 166
37
Ibid., hl. 40
38
Ibid., hl. 58-59
23
yang berkuasa itu keberadaannya lebih tinggi dari langit. Maksudnya
diketahui oleh setiap orang, baik orang Biak sendiri maupun yang bukan
sebagai tokoh sacral orang Biak yang berkenan pertemuan dan tawar
menawar mereka dengan Sang Bintang Timur (Kum/ Mak Mesri) yang
tetapi sang Mak Mesri ini balik menawarkan apa yang diinginkan oleh
itu berupa Buah Bintanggor dalam bahasa Biak disebut Buah Mars jika ia
air atau kali dimana perempuan itu sedang mandi. Ketika buah itu
39
Noak. Bonggoibi. Makna Wor Dalam Budaya Suku Biak: Skripsi Sarjana Teologi STFT GKI I.S.
Kijne Jayapura, hl. 45
24
Manamakeri. Dan Manarmakeri menyetuji tawaran yang diberikan oeh
40
Sang Mak Mesri.
Untuk itu sebelum Injil itu ada Orang Biak sudah lebih dulu
mengenal Tuhan. Tuhan yang orang Biak percaya dan sembah adalah
Tuhan yang diutus oleh Allah Bapa. Dalam kitab Yesaya 66:19, Yawan
Disamping itu juga orang Biak percaya bahwa jika adat maskawin tidak
meninggal, dan menjadi kutukan untuk keluarga itu. Karena orang Biak
2.3.5 Psikologi
perilaku manusia itu sendiri.42 Maskawin memiliki peran yang baik yang
tidak diberikan atau maskawin itu tinggi nilainya atau mahal jumlah akan
40
Lamek Ap. Budaya Masyarakat Suku Bangsa Biak di Kabupaten Biak Numfor, Jayapura: Balai
Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Irian Jaya, 2000. hl. 41, 44
41
Hasil wawancara .Bapak Frans Awon, Tanggal 05 Mei 2019. Kel. Awon, di Jayapura Besgi Pantai
42
R Suyoto. Kamus lengkap bahasa Indonesia,Karisma Publishing Group, 2006. hl .463
25
menimbulkan berbagai masalah yang akan membuat seorang perempuan
terkumpulkan melewati beberapa proses adat orang Biak dari sejak anak itu
apalagi jika ia adalah anak pertama dalam keluarga, ia anak mendapat kasih
sayang dari keluarganya, ia akan diberi harta seperti piring sebagai hadia
untuk persiapan ia lahir; piring yang diberikan untuk ia dimandikan dan juga
saat ia sudah mulai makan makanan, saat anak keluar dari kamar atau
biasanya disebut mencuci kamar dalam bahasa Biak disebut Payas Syos
Sim, ini juga akan ada harta seperti piring dan uang yang diberikan sebagai
hadia untuk anak itu, saat memotong rambut anak yang pertama dalam
bahasa Biak disebut Kapapnik, juga saat anak itu dibawah kegereja atau
masuk Gereja untuk pertama kali (Kadadwer), saat anak itu mulai berjalan
keluarga anak membuat adat lepas kain gendong dalam bahasa biak dibilang
43
Hasil Wawamcara. Bapa simon Baab. Tanggal 21 Mei 2019, kel. Arwam, di Jayapura Besgi
Pantai
26
Awowes Kapar, saat anak Berulang Tahun (Ras Jadi) dan ada juga saat anak
diberi hadia, sebagai rasa kasih sayang dari keluarganya. Semua ini
dilakukan dengan pemberian Harta dari pihak marga. Ararem inilah yang
Saat semua harta benda yang dimiliki (pribadi) dari anak laki-laki
oleh pihak keluarganya sendiri, pertama keluarga dalam rumah sendiri yaitu
bapa, mama, dan saudara-saudara kandung yang ada dalam rumah dan jika
masi belum cukup maka akan ditamba dari keluarga marga itu sendiri dan
juga dari kampung. Dan juga dari teman-teman, kerabat atau seluru orang
Semuanya akan dikumpulkan sesuai dengan jumlah yang diminta dari pihak
besar kecilnya maskawin ditentukan oleh jenisnya, seperti jumlah uang dan
Namun pada zaman dulu ada suatu benda yang dipakai untuk
27
gaba-gaba yang mana ditusuk dengan duri sagu. Dari banyaknya sagu yang
setiap duri sagu itu akan dicabut satu pertsatu dan akan di perhitungkan
dengan jumlah piring (ben) yang dimintah. Dan dari pihak laki-laki harus
mampu untuk mencabut banyaknya duri itu dan taruh disetiap harta
maskawin yang disiapkan. Bagitu juga jika gelang/ sarak yang diminta,
maka pihak perempuan akan mengikat tali pada bambu, banyaknya gelang
yang minta itu sebanyak tali yang di ikat juga pada gaba-gaba itu. Jadi
perempuan pada orang biak, bila proses peminangan telah berlangsung dan
cukup, lalu diberitahukan pula kapan mau diantar kepada pihak perempuan.
28
Maskawin itu dibawah atau diantarkan kepada kepihak perempuan dengan
diadakan arak-arakkan dalam bentuk barisan besar yang terdiri dari tiga
kelompok;
piring-piring kecil dan harta benda yang lainnya dengan jumlah yang sudah
disediahkan.
Kelompok ketiga ialah kelompok musisi atau penyanyi yang terdiri dari
nyanyian, alat musik serta tarian Yosim Pancar atau YOSPAN. Hal ini
memberikan suasana yang unik bagi kedua bela pihak yang akan
yang mengantar maskawin itu, jadi laki-laki punya saudara perempuan tiga
yang memegang piring antic (Ben Bepon) sebagai piring-piring kepala, dan
pintu rumah tidak ditutup harus tetap terbuka. Karena tidak ada yang
46
B. S. Nanlohi Dilemsa Adat Pembayaran Maskawin. dalam
Papualiberationtheologe. Blogspot. com/2010/11/dilema adat pembayaran maskawin_21.html
diundu pada tanggal 28 meI 2019 pukul 11:30 WIB
29
namanya istilah ketuk pintu. Keluarga pihak laki-laki yang mengantar
maskawin ini mereka membawa piring yang dibawah sebagai maskawin itu
lagi keluar dan masuk kembali lagi sebanyak tiga kali atau dari ketiga
saudara itu yang akan menggesek kakinya pada pintu rumah perempuan.
Dan pada kali yang ketiga itulah mereka akan menaruhnya di dalam rumah
perempuan ini berhubungan dengan tiga nama yaitu (Bapa, Anak dan Roh
Kudus) ini hubungan yang sangat sacral. Dan yang akan menerimah
maskawin itu ialah tanta atau Om tua dari pihak perempuan yang
yang diantar itu apakah sesuai dengan permintaan yang sudah ditentukan,
dengan menggunakan duri sagu yang ditusuk pada gaba-gaba, yang sewaktu
pihak perempuan meminta maskawin, dan setelah itu dari kedua belah pihak
atau pengantaran maskawin itu. Maka mereka keluar dan mengambil pinang
yang dikakes-kakes itu dan sambil makan-makan yang telah disiapkan oleh
47
kelurga perempuan itu selesai itu laki-laki dan sekeluarga itu pulang. cara
mengkakes juga tidak di kasih dengan piring, tetapi pinang itu di isi di
noken dan dari keluarga perempuan akan jalan membagi-bagi pinang itu.
47
Hasil wawancara Sumber , Bapak Frans Awom. Tanggal 07 Oktober 2018, Kel Awom di
Jayapura Besgi Pantai
30
Mengapa tidak di kasih dengan piring,? Karena dikasih dengan piring itu
Dan bendera yang di bawah sebagai tanda keanaman itu tidak boleh
dibayar dengan piring, tetapi itu di bayar dengan makan atau minuman atau
uang, mengapa tidak boleh membayar dengan piring,,? Karena itu bendera
bukan benda adat, dan jika dibayar dengan piring berarti maskawin itu
uang dan barang materialnya saja tetapi dilihat dari kebersamaan atau nilai
babe oser dari setiap orang atau keluarga yang ikut serta dalam
dua Oknum yang berperan yaitu ada yang sebagi pihak yang membayar dan
Orang Biak yang setiap kali melakukan adat Maskawin ini berarti
nilai dari perempuan biak itu sangat mahal. Semua keluarga yang merasa
punya kepedulian kepada anak itu, bahkan yang sudah janda, dudah, yatim-
piatu pun ikut serta karena nilai dari anak perempuan itu sangat mahal. Dari
mempelai (kaka dan adik) dan orangtua laki-laki (bapa) serta semua saudara
48
Hasil Wawamcara. Bapa simon Baab. Tanggal 22 Mei 2019, kel. Arwam, di Jayapura Besgi
Pantai
31
laki-laki dan perempuan dari bapa yaitu; bapa ade, mama ade, bapa tua,
mama tua, tante/tanta, om, tete, nenek, family laki-laki, family perempuan,
keponakan. dan dari orangtua perempuan (mama) serta semua saudara laki-
laki atau perempuan dari mama yaitu: bapa ade, mama ade, bapa tua, mama
tua, tante, om, tete, nenek, family laki-laki, family perempuan, keponakan.
Begitu juga dari pihak mempelai perempuan semua keluarga dari kedua
kelurga yang ada hubungan keturunan, orang yang bukan keluarga tetapi dia
Perempuan sebagai istri pada orang Biak, bila keluarga suaminya akan
tela dilepas dari keluar apa bila dalam kelurga asalnya akan membayar
maskawin maka diapun mesti telibat dalam pengumpulan harta benda itu.
Sebagai ibu perempuan pada orang Biak tidak mendapat apa-apa dari
Tanta dan Om tua. dan tiga orang saudara perempuan dari keluarga laki-
49
Lamek Ap . Budaya Masyarakat Suku Bangsa Biak di Kabupaten Biak Numfor, Jayapura: Balai
Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Irian Jaya, 2000. hl. 20
32
laki, yang adalah saudara kandung dari anak laki-laki yang membayar
maskawin itu.
dimasa depan. Untuk orang Biak maskawin tidak boleh lebih dari 100 juta,
batasnya 50 juta kebawah, itu baru disebut maskawin. karena jika sudah
lebih di atas 50 juta keatas itu bukan manusiawi lagi. Itu sudah dibilang
dibeli, atau menjual anak perempuan. Perempuan Byak tidak bisa dibeli,
Untuk itu ada sebutan Binsyowi. Laki-laki dan perempuan Biak, memilliki
Harga Maskawin juga sering dilihat dari pendidikan dari seorang anak
perempuan. Jika anak perempuan itu dia memiliki gelar sarja atau master
maka maskawin yang diminta dari keluarganya bias diatas seratu juta.
Karena dari keluarga perempuan melihat bahwa anak itu disekolahkan itu
dengan biaya yang cukup banyak mulai dari ia di sekolah dasar sampai
50
Hasil Wawancara. Bapak Yafet Bonggoibo. Tanggal 27 Mei 2019, Kel. Bonggoibo, Biak Barat
Kampung Mandender
33
anak perempuan itu berkeluarga dan mempunyai pekerjaan ia akan
Dan ada juga yang melihat dari segi ekonomi laki-laki. Jika laki-laki itu
PNS (Pegawai Negeri Sipil), maka maskawin yang diminta akan besar, atau
jika laki-laki nya sebagai nelayan atau swasta makan akan diminta sesuai
yang sering dilihat dari kelarga pihak perempuan, untuk meminta besarnya
maskawin itu.
yaitu jika maskawin ini tidak diberikan akan ada timbul persoalan dalam
keluarga mereka yaitu, ketika mereka sudah menikah dan hidup bersama,
seorang pemuda itu merasa malu kepada keluarga perempuan dan akan
selalu di tuntut oleh keluarga perempuan, dan keluraga perempuan bisa saja
maskawin itu belum diserahkan atau diberikan. Dan tidaka ada rasa
anak perempuan itu dan anak-anaknya akan diserahkan lagi kepada laki-
51
Hasil weawancara Bapak. Yason Arwam, Tanggal 22 Mei 2019. Kel Arwam di Jayapura: Besgi
Pantai
34
BAB III
PEMBAYARAN MASKAWIN DAN DAMPAKNYA
DALAM KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
3.1. Persiapan
35
Berkelanjutan pada tanggal 21-23 Mei 2019
3.2. Pengumpulan Data
Melaksanakan Pengamatan dan Wawancara dengan Responden
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan yaitu penulis mencoba lihat bagaimana
cara orang Biak melakukan Adat Pembayaran Maskawin. Yang saat itu di
lakukan oleh keluarga besar orang Biak di distrik Swandiwe Biak Barat
keluarga Mofu dan pihak kedua atau perempuan keluarga Rumbiak pada
maskawin yang di minta dari pihak keluarga perempuan itu tidak lebih dari
juga kasih sayang dari keluarga laki-laki. Harta benda bukanlah hal yang
adalah hal yang sangat berarti dalam sebuah keluarga, dan setiap manusia.
Wawancara
yaitu: Ibu. Lina Adadikam, Bapak. Galvein Mofu sebagai Ketua Dewan
36
o Apakah sampai saat ini orang Biak masih melestarikan adat
pembayaran maskawin?
yang melakukan adat ini, adalah orang Biak yang mengerti adat, mengerti
akan nilai adat yang sesunggunya dan yang memandang bahwa adat itu
adalah suatu hal yang harus dilakukan. Karena kita tidak bisa mengubah apa
yang sudah menjadi kebudayaan kita sendiri Samapai saat ini Orang Biak
orang Biak, baik positif maupun negatif yang sudah berkembang bersama-
sama dengan kekristenan orang biak, karena itu harus dikajikan secara
bahwa ada dampak negative yang sering terjadi apabila maskawin tidak
diberikan dan jumlah maskawin itu Besar, misalnya di atas 100 juta akan
maksudkan disini adalah jika maskawin tidak dapat diberikan kepada pihak
perempuan selalu akan menjadi tuntutan dari pihak perempuan kepada pihak
52
Hasil Wawancara, Bapa Frans Rumbrawer. Tanggal 23 Mei 2019, Kel. Rumbrawer, di Jayapura
Perumahan UNCEN Padang Bulan
37
laki-laki. Karena maskawin merupakan pembayaran yang dapat
Yang sering terjadi oleh kedua bela pihak yaitu perempuan dan pihak laki-
laki Byak, ketika tuntutun maskawin dari pihak perempuan sangat mahal
atau besar jumlahnya dan diberikan tanggun jawab kepada pihak laki-laki
dan jika pihak laki-laki melunasi tanggun jawab itu maka pihak perempuan
harus mengahargai (syowi) keluarga dari pihak laki-laki. Jika peran syowi
menyatukan dua pasangan atau kedua mempelai. Maka maskawin ini harus
diberikan dulu, karena jika maskawin belum diberika maka pernikahan akan
ditundah54. Namun kini maskawin tidak ada pengaruh yang buruk pada
pernikaha, karena sekarang ini orang Biak bisa menikah dulu baru
maskawin di diberikan. Ini sudah membuat bahwa orang Biak sudah ada
Ini tergantung pada perilaku suami isteri. maskawin itu adalah nilai yang
tidak bisa di ingkari atau kita menganggap bahwa hal yang biasa saja.
Karena maskawin itu ada jati diri kita. Sebenarnya nilai maskawin itu
53
Sumber. Ibu. Lina Adadikam. Tanggal 17 September 2018, Kel. Awom, di Jayapura Besgi Pantai
54
Hasil Wawancara, Bapak Yason Arwam. Tanggal 22 Mei 2019, kel. Arwam. Di Jayapura Besgi
Pantai
38
secara agama maskawin itu kudus. Maskawin secara adat itu merupakan
tangga (KDRT) ?
Dulu maskawin kalau dilunasi atau diberikankan dengan baik itu tidak
sekarang tidak, kalau pihak perempuan maskawin terlalu tinggi itu juga
aman. Karena jamam ini kadang-kadang orang minta maskawin itu tinggi
bertengkar dalam kadan suami tidak pahami itu laki-laki lemparkan bahasa
bilang ko punya maskawin itu terlalu tinggi baru kelakuan kamu itu tidak
baik, ini kebali ke perilaku. Orang Biak bilang kalau perempuan mempunyai
Tetapi juga kalau nilai maskawin itu tinggi perempuan selalu menjadi
omongan bagi orang lain. Padahal kalau perempuan baik dalam berbagai
aspek menjamin maskawin itu sangat baik. Tetapi maskawin itu tinggi lalu
sifat perempuan tidak baik itu mempengaruhi perempuan itu sendri. Tetapi
kalau sifat perempuan itu baik berarti dianggap bahwa perempuan itu
semua orang55.
39
Dampak dari sisi negatif.
Ada dampak negatif yang terjadi jika laki-laki itu merasa bahwa ia sudah
sebagai budak. dan juga tidak ada pembelaan dari pihak keluarga laki-laki,
maskwin yang telah diberikan dari orang tuanya kepada perempuan (isteri)
dan juga sebaliknya perempuan sehingga sifat saling menghargai itu dapat
keluarga58.
Mereka saling menjaga nilai dari maskawin itu, karena jika tidak
keluarga59.
Dari hasil wawancara yang penulis dapat ada kesamaan antara dua sumber
56
Hasil Wawancara Dengan Bapa Galvein Mofu. Tanggal 21 Mei 2019, Kel, Mofu. Biak Barat
Kampung Ampombukor
57
Hasil Wawancara Dengan Bapa Frans Rumbrawer. Tanggal 23 Mei 2019, Kel. Rumbrawer di
Jayapura Perumahan UNCEN Padang Bulan
58
Hasil Wawancara Dengan Bapa Galvein Mofu. Tanggal 21 Mei 2019, Kel. Mofu, Baik Barat
Kampung Am pombukor
59
Hasil Wawancara Dengan Bapa Frans Rumbrawer. Tanggal 23 Mei 2019, Kel. Rumbrawer, di
Jayapura perumaan UNCEN Padang Bulan
40
o Apakah maskawin berdampak pada pertumbuhan anak?
isteri, itu menjadi jaminan pertumbuhan keturunan. Anak itu hidup dalam
Menurut pengamatan dan analisa penulis adat orang Biak ini mulai
terkikis karena adanya pengaruh dari suku budaya dari luar atau dari suku-
suku yang ada di papua, karena sudah banyak orang Biak yang hidup
merantau, atau sudah tidak di tanah Biak lagi. Akan tetapi walaupun orang
Biak itu sudah hidupnya di tanah rantau, seharusnya itu bukan menjadi
suatu alasan untuk melupakan atau menghiraukan adat itu. Karena adat ini
sudah ada lebih duluh sebelum manusia itu ada atau di ciptakan.
dari luar Budaya Byak, seperti uang susu, dalam adat suku Biak tidak ada
yang namanya uang susu, maskawin yang diantar itu cukup untuk maskawin
itu saja tidak perlu di bagi lagi untuk di bilang uang susu, untuk itu
maskwin pun sekarang meninggkat tinggi atau besar jumlahnya. Dan tanpa
maskawin untuk suku Budaya Biak itu tidak lebih di atas 50 juta, Jika
seluruh orang Biak dapat atau bisa mengerti dan memahami arti maskawin
yang sebenarnya, maka jumlah maskawin itu tidak akan besar jumlahnya
41
dan tidak akan menjadi dampak dalam kehidupan rumah tangga nantinya
bagi Orang Biak. karena sebenarnya kehidupan orang Biak itu adalah salah
satu ciri dimana kita harus melihat nilai SYOWI nya kepada sesama
manusia, baik kepada sesama suku maupun kepada suku yang lain.
tersebut dari suami kepada istri, istri akan dicemaarkan. Perempuan itu bisa
dibenci oleh keluarga laki-laki atau bapa dan mama mantu, ipar-iparnya.
Dan juga bisa saja perempuan itu di tinggalkan atau diceraikan atau di
duakan, kecewa, jatuh sakit bahka strees. Anak-anaknya pun tidak berhasil
dalam pendidikan, tidak dapat diijinkan untuk baptis dan banyak masalah
lain yang akan terus ia hadapi dalam kehidupan rumah tangganya. Hal ini
yang ditinggalkan suaminya dan mencari perempuan lain. Dan ada banyak
anak-anak yang juga menjadi korban, akibat masalah yang terjadi dalam
rumah tangga.
Masalah ini sedang terjadi untuk zaman sekarang ini, banyak perempuan
42
rumah tangganya tidak bahagia dan utuh, rumah tangganya terpecah,
terkenah masalah yang tidak perna ada habisnya. Dan masalah ini yang
sekarang membuat orang Biak kehilangan jati dirinya sebagai orang Byak
lagi. Dan lupa akan adatnya yang sebenarnya, dan sudah mulai terpengaruh
suatu pelanggaran besar yang melanggar Hukum Tuhan dan juga Hukum
Negara. Akan tetapi hal ini sudah selalu terjadi dalam kehidupan rumah
BAB IV
tentang arti, nilai atau harga diri dari seorang perempuan. Maskawin ini
Maskawin menyatuhkan kedua belah pihak yang berbeda menjadi satu, dan
43
atau ras. Maskawin menjadi faktor yang menunjukkan jati diri seorang
perempuan Byak. Untuk itu maskawin harus diberikan atau dilakukan saat
ada yang hendak membentuk keluarga yang baru. Karena itu sebagai tanda
calon istri. Sebab perempuan itu yang akan memberikan keturunan bagi
keluarga laki-laki.
Namun jika maskawin tidak dilakukan, maka akan ada pengaruh yang
mengikat suatu perkawinan secara adat. Ini berarti maskawin bermakna dan
kekerabatan yang baru antara kedua belah pihak, yaitu antar marga baik
penerus keturunan dan pranata pertukaran ekonomi dan social yang penting.
Dan semuanya itu bermuara kepada harapan akan kesejahteraan lahir dan
batin dalam keluarga inti dan keret. Maskawin ini merupaka jaminan demi
dipakai 4 dan 6 kali) ialah: sesuatu yang disampaikan atau diteruskan dari
seseorang kepada yang lain, khususnya dari seorang guru kepada murid-
44
muridnya. Dengan maksud ‘ajaran Yahudi’ kata itu diterjemahkan’adat’
Kata itu tidak terdapat dalam PL, tapi pada zaman antar-Perjanjian.
Ajaran ini diteruskan dari Guru kepada murid, dan menjelang Zaman
Tuhan Yesus Tradisi Yahudi ini sudah dianggap sederajat dengan Kitab
suci. Hal menyamakan ulasan manusia ini dengan penyataan Allah dicela
oleh Yesus. Dengan Adat istiadat seperti itu Firman Allah “dilanggar”,
:3,6; Markus 7:8,9.13) ajaran adat itu ialah Perintah Manusia. Dimana
yang bagi kita “adat- istiadat nenek moyang” berarti kebiasaan yang
sudah lama berlaku dalam masyarakat, dan yang asal usulnya tidak
diketahui betul, dan yang mungkin berasal dari Zaman nenek moyang
yang orang kafir. Namun bagi orang Israel. Adat istiadat itu ialah
untuk tradisi Yahudi, namun pikiran itu ada dalam ajaran Tuhan Yesus.
Nya.
60
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid I A-L. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011.
hl. 10
61
J.J Heer. Tafsiran Matius pasal 1-22. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. hl. 39
45
4.2.2 Maskawin dari Sudut Pandang Alkitab
laki-laki.
yang menulis tentang harta benda, seperti dalam kitab Matius 2:11b “
Emas artinya adalah logam yang pertama disebut dalam Alkitab (kej
2:11) sesudah itu dihubungkan secara erat dengan perak yaitu, logam
mulia yang satu lagi zaman kuno. Perak sering didapai dicampur dengan
emas, ini dipakai sebagai hiasan. Emaas sangat lunak muda ditempa dan
dibentuk dan tidak bias kegilangan kilauannya. Sifta ini yang membuat
emas sangat digemari sebagi perhiasan. Emas dipakai pada alat-alat yang
paling utama di Kemah Suci (kel 25) dan di Bait Suci bangunan
macam pohon tertentu yang tumbuh di Arab. Bubuk bernilai tinggi yang
62
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid 2 M-Z. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011. hl. 443
46
diproduksi dari getah tersebut berbauh harum dan biasa digunakan dalam
ibadat orang Yahudi yang menjadi salah satu ukupan yang Kudus (Kel
Mur adalah getah berwarna merah tua , berasal dari sejenis semak yang
tumbuh di Arab dan Afrika. Bauhnya sangat kuat dan rasanya pahit.
keluarga itu membentuk satu Rumah tangga sendiri, ada aturan secara
63
Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Edsisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2012. Hl.
1564
64
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid 1 A-L. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011. hl. 543
65
Loc. Cit.
66
Regina Samon. Maskawin sebagai tantangan dalam Pernikahan . Skripsi Sarjana Teologi STT
GKI I.S. Kijne Jayapura, hl. 9
47
atau seorang laki-laki yang ingin untuk mengambil seorang perempuan
untuk menjadi istrinya, dimana dapat dilihat dalam cerita Alkitab dari
oleh Laban sampai tujuh tahun lalu Laban memberikan anaknya yang
tertua yakni Lea kepada Yakub akan tetapi Yakub tidak suka kepada Lea,
karena ia lebih suka kepada Rahel adiknya Lea, untuk Itu Laban
Yakub sebagai istri yakub, Maka Yakub pun lalukan seperti yang
sebagai istrinya. Jadi Yakub memiliki dua istri dari anak-anak laban,
dengan bekerja pada Laban selama 14 tahun lamanya. Dan Yakub pun
keduanya itu.
tetapi ada beberapa bagian dari Alkitab yang menuliskan tetang cerita
Untuk mendapakan Lea dan Rahel”. Disini Yakub bekerja kepada Laban
48
dengan menunjukkan rasa Hormat dan Baik juga kepada Laban. Ini juga
keponakanny itu.
Laban pun memberikan hadia sebagai maskawin untuk Lea dan Rahel
tentang perkawinan ini harus ada agar manusia itu terhindar dari pada
dan pembayaran maskawin. Dimana suatu adat itu yang harus dilakukan,
adat ini lebih dulu dilakukan karena sebelum ada Injil, adat sudah lebih
dulu ada, dan adat ini merupaka undang-undang yang Tuhan berikan
Maka itu setiap manusia sebagai ciptaan Allah yang Mulia tidak dapat
dasar tatanan kehidupan rumah tangga dalam budaya. Dari sudut isi adat,
49
maskawin juga mengsahkan perkawinan yang sama halnya atau artinya
dengan, ketika pasangan yang akan berkeluarga atau mau menikah, mereka
hendak melakukan beberapa hal sebagi suatu syarat atau aturan yang akan
melindungi keluarga mereka, baik secara aturan pemerintah, gereja dan juga
yang disebut catatan sipil sebagai tanda bahwa kedua mempelai adalah
diberikah dari Jemaat atau Gereja sebagai warga jemaat GKI, dan juga
secara adat yaitu pihak laki-laki harus membayar maskawin kepada pihak
mengendalikan dirinya dari pada percabulan dan hawa nafsu (1Korintus 7:1-
9). Karena inti dari maskawin yang dilihat dari sisi Alkitab itu sakral atau
suci yang dimensinya sama sama dengan nikah kudus, yang artinya
Ada pun juga aturan yang biasanya disebut dengan kata nikah
dinas. Nikah dinas ini harus dilakukan yaitu bagi orang yang memiliki
pekerjaan atau profesinya sebagai Polisi dan Tentara. Ini juga mereupakan
salah satu syarat dari pemerintah. Ini juga sebagi tanda pengikat yang Sah
50
BAB V
makna atau arti sebenarnya dari adat pembayaran maskawin sebagai penopang
kehidupan berumah tangga Kristen yang bahagia, maka berikut ini merupakan
5.1. Kesimpulan
maskawin ini merupaka salah satu syarat yang harus dilakukan oleh setiap
orang Biak yang ini membentuk suatu kehidupan yang baru atau berumah
tangga sendiri. Untuk itu di setiap suku bangsa yang ada di muka bumi ini
51
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Pembayaran maskawin adalah
sebuah tradisi yang mengikat masyarakat, dalam suku budaya orang Biak,
antar klen atau marga yang menjalin hubungan kekerabatan. Setiap anak
pihak laki-laki. Hal ini merupakan budaya bagi masyarakat Biak. karena ini
telah diturunkan oleh generasi-ke generasi yang merupaka adat Biak itu
setiap suku yang ada di papua. Harta maskawin mempunyai peran penting
dalam kehidupan kekristenan orang Biak, baik positif maupun negatif yang
sumber yang mendatangkan barang dan uang bagi pihak keluarganya. Jadi
52
mendatangkan harta benda. Kenyataan ini sebenarnya mengabaikan prinsip-
prinsip hak azasi manusia yang dikaruniakan Tuhan dalam diri seorang
kemanusiaan perempuan jauh lebih besar dari nilai sebuah maskawin. Ini
Maskakwin orang Biak tidak bisa lebih dari seratus juta, batasnya lima
syowi dalam diri orang Biak itu sendiri, dan bila maskawinnya sudah di atas
seratus, maka itu sudah bukan manusiawi lagi. Itu berarti ia membeli
perempuan Byak. Dan nampak sekali bahwa tidak ada kesadaran dari para
orang tua untuk berpikir bagaimana cara untuk mengatasi masalah ini dan
mencari jalan keluar dan mencoba untuk mengembalikan adat orang Biak
5.2. Saran
Dari skripsi yang penulis sudah uraikan di atas sesuai dengan hasil
dalam hidup. Dimana kita ada kita hendak melihat kembali adat-istiadat
kita, bukan saja suku budaya orang Biak, tetapi disetiap suku yang ada di
muka bumi ini Khusunya di Indonesia bagian Papua. Ketika kita ingin untuk
53
hedaknya kit melakukannya dengan adat yang kita punya. Dan jangan kita
memandang adat itu sebagi hal yang negatif, tetapi kita harus pandang
bagian yang positifnya, karena Allah mencipta kan manusia itu untuk hidup
Untuk itu maskawin merupakan bagian dari adat itu, maka jangan kita
doktrin atau cara pandang yang berakar pada budaya. tetapi kita
saran kepada;
budaya yang menyangkut dengan harga diri orang Biak itu tidak hilang.
54
4. Kepada Gereja Kristen Injili di Tanah Papua, agar Perlu adanya
DAFTAR PUSTAKA
A. ALKITAB
Lembaga Alkitab Indonesia . 2000. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia (LAI)
Lembaga Alkitab Indonesia. 2012. Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia (LAI)
B. BUKU-BUKU TEKS
55
Ap Lamek. 2000. Budaya Masyarakat Suku Bangsa Biak di Kabupaten
Numfor. Jayapura.
Rerey V. Heni. 2014. Ketika Perempuan Papua Harus Memilih.
Yogyakarta: Ombak.
Sumiarni Endang. 2010. Hukum Adat Biak. Yogyakarta; Biro Hukum
Sekretariatan Daerah Provinsi Papua.
Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta;
Andi Offset
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan
praktiknya. Jakarta; Bumi Aksara
Winarno. S. 1972. Teknik-Telnik Penelitian. Jakarta: Gramedia
Rumbewas Anthon. 2016. Berteologi Menjawab Permasalahan Konteks.
Jayapura; Sub Bagian Hukumdan KUB Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Papua
Gilarso T. 1995. Membangun Keluarga Kristen Pembinaan Persiapan
Berkeluarga. Yogyakarta; Kanisius
Heer de J. J.. 2000. Tafsiran Injil Matius pasal 1-22. Jakarta; BPK Gunung
Mulia
Kapisa Y. 1978. Adat Istiadat Irian Jaya. Jayapura: Dinas Pendidikan Dan
Kebudayaan Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya
C. SKRIPSI/DESERTASI
56
Internet.
57