Anda di halaman 1dari 28

ABSTRAK

Di dalam penelitian ini penulis menggambarkan bagaimana sejarah


kepemimpinan di jemaat GMIM Nazareth Sonsilo periode tahun 2000-2015. Serta
masalah-masalah apa yang terjadi di periode ini. Dan bagaimana karakter
kepemimpinan yang sejati. Karena persoalan yang terjadi adalah kurangnya perhatian
dari para pemimpin yang ada. Pemimpin hanya mementingkan kepentingan pribadi
tanpa melihat keperluan daripada jemaat yang ada. Dari persoalan yang ada maka
penulis mempelajari teori-teori mengenai kepemimpinan yang ada. Bagimana yang
seharusnya kepemimpinan yang baik itu.

Karena suatu organisasi di dalam jemaat bisa dikatakan berhasil tergantung


dari para pemimpian yang ada. Pemimpian yang baik ialah dia mampu menunjukan
sikap kepimimpinan yang mau melayani jemaat yang ada. Seperti yang tertulis dalam
Kitab Efesus 2: 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita
hidup di dalamnya. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu
memimpin pengikutnya mencapai tujuan tertentu.
1. JUDUL

“SEJARAH KEPEMIMPINAN DI JEMAAT GMIM NAZARETH SONSILO


TAHUN 2000-2015”

II. BIDANG ILMU

HISTORIKA

III. LATAR BELAKANG MASALAH

kepemimpinan di dalam suatu jemaat menentukan jatuh bangunya sebuah


organisasi di dalam suatu jemaat tersebut. Karena kemajuan dari suatu organisasi
di dalam jemaat tersebut tergantung kepada pemimpin yang ada di dalamnya.
Itulah sebabnya kita perluh meneliti sejarah dengan baik. Sejarah menyangkut
masa lampau, zaman yang telah berlalu. Oleh karena itu orang beranggapan bahwa
sejarah merupakan sesuatu yang kurang relevan. Sebab kita hidup sekarang,
sehingga masa kini yang penting bagi kita. Apa gunanya meneliti dan
merenungkan masa lampau? Kini dan di sini harus diambil keputusan-keputusan
yang menentukan zaman yang akan datang. Kita hendak mengarahkan pandangan
kita ke masa depan.

Menurut ahli sejarah Belanda yang termasyur, Johan Huizinga, Ia


mengatakan bahwa sejarah adalah bentuk rohani yang dipakai oleh suatu
kebudayaan untuk mempertanggung jawabkan masa silam.1 Karena manusia
menyadari bahwa ia tidak berdiri sendiri, melainkan berdiri di atas dasar nenek
moyang. Manusia adalah hasil dari buah zaman sebelumnya, dibentuk oleh
kebudayaan dan oleh apa yang sudah dialami generasi-generasi mendahuluinya,
sehingga untuk mengenal diri sendiri perluh mengenal masa lampau, sejarah nenek
moyangnya.2

1
Cristian De Jonge, Gereja mencari jawab, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016), 98-99.
2
Cristian De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2014), 17.

Fakultas Teologi UKIT


Begitu juga dengan gereja, gereja perluh mengetahui akan peristiwa yang
sudah terjadi di masa lampau. Untuk menjadi cerminan bagi pemimpin di masa
depan. Maka fokus utama adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana dan
sejauh mana gereja pada zaman dulu mengungkapkan imannya. Apakah orang-
orang yang disebut dan menyebut diri sebagai gereja, sebagai persekutuan orang
percaya dan kepadanya dipercayakan Firman Allah, benar-benar taat dan dengar-
dengaran kepada firman Allah.3. Seperti yang dikatakan dalam Kitab Matius 5 :
13-16.

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan
apakah dia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak diatas gunung tidak mungkin
tersembunyi. Lagipula orang orang tidak menyalakan pelita lalu meletakannya
dibawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang
di dalam rumah itu. Demikian hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di
sorga.4

Kesatuan diakui sebagai ciri dasar yang harus mewarnai gereja, kesatuan
bukan suatu ciri yang bisa ada, yang patut diinginkan, melainkan suatu ciri esensial
yang harus ada, agar gereja itu melaksanakan diri secara benar. Keterpecahan
melukai gereja dalam intinya. Perjanjian Baru yang diakui semua gereja sebagai
dasar fundamen berulang kali menegaskan, agar orang beriman mempertahankan
kesatuan. Kesatuan merupakan suatu perintah dari Tuhan yang adalah kepala dari
Tuan gereja.5

Tetapi persoalan yang terjadi di periode kepemimpinan di Jemaat GMIM


Nazareth Sonsilo tahun 2000-2015 ialah terjadi perpecahan di dalam jemaat
dimana kurangnya perhatian dari pemimpin yang ada kepada anggota jemaat.
Anggota jemaat sudah berpindah kedenominasi gereja yang lain, karena pemimpin
jemaat hanya mementingkan kepetingan pribadi tanpa mementingkan kepentingan
dari anggota jemaat tersebut. Alangkah baiknya seorang gembala itu diarus
menggembalakan dombanya sebaik mungkin. Agar dombanya tetap patuh kepada

3
Edmon Ch Moningka, Highlights Sejarah Gereja, (Tondano : Balai Buku Zaitun, 2012), 9.
4
LAI, (Jakarta, 2015).
5
Georg Kirchberger, Gerakan Oikumene, (Flores : LADELERO, 2010), 5.

Fakultas Teologi UKIT


gembala tersebut. Karena tugas dari seorang gembala bukanlah hal yang mudah.
Seorang pemimpin itu dia harus menunjukan sikap kepemimpinan yang baik di
dalam jemaat. Seperti yang tertulis dalam Kitab Filipi 2:2-3.

“Karena itu sempurnakanlah sukacitaku ini: hendaklah kamu sehati


sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari
kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya dengan rendah hati yang
seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.”.6 Ini
merupakan tugas dari seorang pemimpin yang ditugaskan untuk menjadi saksi
Yesus Kristus di tengah-tengah dunia ini. bukan hanya mementingkan kepentingan
pribadi melainkan bagaimana dia harus menjaga persatuan di dalam jemaat
tersebut. Agar supaya boleh menjadi contoh dan teladan bagi banyak orang. Dan
menjadi hormat dan kemuliaan bagi nama Tuhan. Seorang pemimpin yang baik di
mampu menunjukan sikap seorang pemimpin yang boleh menjadi contoh dan
teladan bagi anggota jemaat. Berbicara mengenai pemimpin dan kepemimpinan
yang baik, Sutarto Wijono dalam bukunya, Kepemimpinan dalam perspektif
organisasi mengatakan bahwa:

Kepemimpinan merupakan suatu usaha dari seorang pemimpin untuk dapat


merealisasikan tujuan individu ataupun tujuan organisasi. Oleh karena itu
pemimpin diharapkan dapat memengaruhi, mendukung dan memberikan motivasi
agar para pengikutnya tersebut mau melaksanakan secara antusias dalam
mencapai tujuan yang diinginkan baik secara individu maupun organisasi. Selain
itu, diperlukan adanya keseimbangan antara kebutuhan para pengikutnya yang
menjadi para pelaksana untuk mencapai tujuan individu maupun tujuan
organisasi.7

Gaya dan cara kepemimpinan berpengaruh besar terhadap vitalitas


organisasi. Hal itu umum diakui. Malah ada ahli yang menganggap fakta ini
sebagai fakta sentral atau sedikitnya sebagai titik tolak menuju perubahan.
Kepemimpinan dapat dilihat sebagai fungsi. Berarti bahwa kepemimpinan tidak
hanya dijalankan oleh mereka yang diangkat untuknya, melainkan juga oleh orang
lain. Hal itu paling jelas dalam kelompok kecil. Pada umumnya disetujui bahwa

6
LAI, 2015.
7
Sutarto Wijono, Kepemimpinan dalam perspektif organisasi, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2018),
4.

Fakultas Teologi UKIT


sangat menggairahkan kalau kepemimpinan melihat fungsinya sebagai melayani
dan tidak sebagai memerintah. Artinya bahwa kepemimpinan bertujuan untuk
mendukung orang dan menolong mereka untuk menjalankan tugasnya dan bukan
untuk mendiktekan apa yang harus mereka jalankan8.

Tugas dan panggilan Gereja tidak pernah berubah di semua tempat dan
disegalah zaman. Hal ini disebabkan karena Gereja hidup sebagai Injil, bahkan
apabila perluh menderita bagi Injil, dan Injil itu tidak pernah berubah; baik
kemarin, hari ini, besok dan selamanya. Tugas panggilan Gereja yang tidak
berubah itu, bahwa pertama-tama hidup jemaat harus berpadanan dengan Injil, dan
berdiri teguh dalam satu roh, sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari
berita Injil. Inilah yang dimaksud dengan tugas keesaan atau bersekutu, yaitu:
membaharui, membangun, dan mempersatukan Gereja atau jemaat itu sendiri.
Gereja sebagai satu persekutuan yang karena anugerah Allah dalam Yesus Kristus
ditempatkan di dalam dunia. Dan ia terpanggil serta disuruh kedalam dunia untuk
memberitakan Injil Yesus Kristus dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun.

Panggilan terhadap Gereja atau jemaat disegala tempat dan zaman yang
tidak berubah, dalam mengungkapkan persekutuan yang menghayati keselamatan,
memproklamasikan dan mempresentasikan keselamatan yang diberitakan oleh dan
di dalam Yesus Kristus yang telah menganugerahkan Gereja di dunia ini,
menjadikan Gereja untuk bertanggungjawab pula mendemostrasikan keselamatan
yang dimilikinya. Peran serta Gereja yang demikian adalah sebagai tanda
kedengar-dengaran kepada Yesus Kristus yang sudah lebih dahulu melayani dunia
ini karena kasih-Nya.9

Gereja diutus untuk melanjutkan karya Yesus Kristus dalam mewartakan


Kerajaan Allah, yaitu menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin,
menyembuhkan yang sakit, menumbuhkan harapan bagi yang putus asa,
mewartakan bahwa tahun rahmat Tuhan akan datang. Masing-masing orang
beriman yang mengikut Yesus Kristus diutus untuk melanjutkan karya-Nya.
Semua orang beriman, sebagai pribadi dalam kebersamaan seluruh Gereja, diutus

8
Jan Hendriks, Jemaat vital yang menarik, (Yokyakarta : Kanisius, 2002), 67-68.
9
Johnny Wenas, Kepemimpinan Kristen yang melayani, (Tomohon : Unit Percetakan Sinode GMIM,
1998), 17-18.

Fakultas Teologi UKIT


mewartakan karya keselamatan kepada semua orang.10 Dari masalah yang ada di
jemaat GMIM Nazareth Sonsilo periode pelayanan tahun 2000-2015 yang penulis
uraikan di atas maka penulis terdorong untuk menulis karya ilmiah ini dengan
judul. “SEJARAH KEPEMIMPINAN DI JEMAAT GMIM NAZARETH
SONSILO TAHUN 2000-2015”.

IV. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang yang penulis paparkan di atas, maka penulis


mengidentifikasikan masalah sebagai berikut.

 Kurangnya perhatian dari para pemimpin jemaat yang ada terhadap anggota Jemaat
 Pemimpin hanya mementingkan diri sendiri

IV. PEMBATASAN MASALAH

Sehubungan dengan penelitian ini maka penulis memfokuskan akan


persoalan yang terjadi di Jemaat GMIM Nazareth Sonsilo di masa kepemimpinan
periode tahun 2000-2015 di mana terjadi perpecahan di dalam Jemaat Pemimpin
yang belum mengerti arti kepemimpinan yang sesungguhnya.

V. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah penulis paparkan
di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

 Apa yang terjadi di periode kepemimpinan tahun 2000-2015?


 Bagaimana cara kepemimpinan di periode tahun 2000-2015?
 Bagaimana kepemimpinan di periode ini menjadi tolak ukur untuk
kepemimpinan kedepannya?

10
Komkat Kas, Mengikuti Yesus Kristus 2, (Yokyakarta : Kanisius, 1997), 33.

Fakultas Teologi UKIT


VII. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini dimana penulis ingin mengggambarkan


bagaimana kepemimpinan di Jemaat GMIM Nazareth Sonsilo pada periode tahun
2000-2015. Dan penulis ingin mengetahui apa persoalan-persoalan yang terjadi
pada periode kepemimpinan di jemaat GMIM Nazareth Sonsilo tahun 2000-2015.
Dimana terjadi perpecahan di dalam jemaat. Serta memberikan pandangan
mengenai kepemimpinan di masa sekarang untuk menjadi tolak ukur bagi
kepemimpinan kedepannya agar menjadi lebih baik lagi.

VIII. MANFAAT PENELITIAN

Akademis

Penulis berharap lewat penelitian ini boleh memberikan sumbangan historis bagi
kampus untuk menjadi bahan belajar.

Praktis

Lewat penelitian ini penulis berharap berharap bisa berguna bagi jemaat khusunya
jemaat GMIM Nazareth Sonsilo untuk menjadi cerminan bagi pemimpin
kedepannya.

Sosial

Bisa berguna bagi masyarakat dan jemaat bagaimana menjadi seorang pemimpin
yang baik. meneladani kepemimpinan Yesus Kristus. Terlebih bagi generasi
mudah sekarang yang dipersiapkan menjadi pemimpin gereja.

Teknis

Bisa memberikan kontribusi bagi jemaat terlebih bagi pemimpin di masa yang
akan datang.

Fakultas Teologi UKIT


IX. SISTEMATIKA PENELITIAN

Bab I penelitian ini berisi tentang Pendahuluan di dalamya ialah, Latar Belakang
Masalah, Identifikasi masalah, Rumusan Masalah, state of the art, roadmap
penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II penelitian ini berisi tentang sejarah kepemimpinan di Jemaat GMIM


Nazareth Sonsilo periode tahun 2010-2015.

Bab III penelitian ini berisi tentang persoalan yang terjadi di masa kepemimpinan
periode tahun 2000-2015 yaitu perpecahan yang terjadi di dalam jemaat serta
menjadi tolak ukur bagi kepemimpinan kedepannya.

Bab IV penelitian ini berisi tentang rangkuman dari hasil penelitian serta
kesimpilan dan saran

X. TINJAUAN PUSTAKA

Acuan Teoritik

Dalam penjelasan di latar belakang di atas penulis memaparkan bahwa


penulis ingin menggambarkan tentang sejarah kepemimpinan yang ada di Jemaat
GMIM Nazareth Sonsilo periode tahun 2000-2015 dan persoalan-persoalan yang
terjadi di dalam Jemaat maka penulis ingin menjelaskan tentang teori sejarah dan
teori kepemimpinan. Apa dan bagaimana sejarah itu, dan apa dan bagaimana itu
kepemimpinan itu yang sesungguhnya.

Berbicara mengenai sejarah Edmon Moningka dalam bukunya Pengantar


Praktis penelitian Sejarah Gereja Ia menjelaskan tentang istilah sejarah. Istilah
sejarah berasal dari bahasa Arab: Syajarah, yang berarti pohon, akar, keturunan,
asal-usul. Istilah sejarah masuk dalam perbendaharaan bahasa Melayu (yang
menjadi ibu atau asal bahasa Indonesia) sejak terjadi akulturasi kebudayaan
Nusantara dengan kebudayaan Arab/Islam pada abad XIII. Istilah sejarah memilii
arti yang sama dengan istilah history (Inggris), geschichte (Jerman), gestae (Latin)

Fakultas Teologi UKIT


dan geschiedenis (Belanda) yang semuanya berbicara tentang peristiwa atau
kejadian yang benar terjadi pada masa lampau.11

Cristian De Jonge dalam bukunya Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja


menjelaskan bahwa: Inti dan hakekat ilmu sejarah adalah uraian mengenai
peristiwa yang pernah terjadi. Sejarah mencoba menafsirkan fakta historis,
menetapkan arti dan makna dari apa yang terjadi pada masa lampau, juga dalam
hubungannya dengan peristiwa lain. Dapat dikatakan bahwa ilmu sejarah
mengerjakan bahan yang disampaikan oleh masa lampau, oleh sejarah. Karena kita
membandingkan peristiwa-peristiwa dari zaman dahulu dengan titik-titik, maka
ilmu sejarah menghubungkan titik-titik ini menjadi suatu garis. Ilmu sejarah
mencoba mempersatukan kepentingan-kepentingan dari masa lampau menjadi
suatu cerita atau suatu gambar yang jelas. Untuk itu ilmu sejarah mencari
hubungan antara satu peristiwa dengan yang lain, menafsirkan apa yang terjadi dan
menentukan makna kejadian ini untuk kejadian-kejadian lain. Ilmu sejarah pula
menggali dalam masa lampau untuk menemukan peristiwa-peristiwa lain yang
dapat memberi arti yang lebih dalam kepada suatu peristiwa tertentu. Tujuan dari
segala usaha menguraikan dan menafsirkan zaman lampau ialah untuk
menciptakan suatu gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang masa yang telah
silam.12

Jadi kesimpulan yang bisa penulis ambil dari kedua pendapat di atas ialah
bahwa sejarah adalah berbicara mengenai masa lampau. Apa yang sudah terjadi
di masa lampau. Peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau dan tidak
bisa terjadi di masa sekarang. Kemudian mengenai teori kepemimpinan, ada
beberapa pendapat dari buku yang penulis kutib yaitu antara lain:

Di dalam bukunya Pdt. JOHNNY WENAS, Kepemimpinan Kristen yang


melayani mengatakan bahwa: Tidak dapat disangkal bahwa isi dan arti kata
pemimpin dan kepemimpinan mempunyai corak yang beraneka ragam dalam
pengertian dan pemakaian sehari-hari. Namun demikian pada pokoknya tiap-tiap
kepemimpinan mempunyai azas-azas yang sama, yaitu:

11
Edmon Ch Moningka, Pengantar Praktis Penelitian sejarah Gereja, (Tondano : Balai Buku Zaitun), 5.
12
De Jonge, Pembimbing Ke dalam Sejarah Gereja, 15.

Fakultas Teologi UKIT


a. Suatu kesetiaan pada azas dan disiplin bidang yang dipimpin.
b. Adanya pengakuan dari yang dipimpin.
c. Mampu menggerakan orang-orang yang dipimpinnya untuk bersama-sama
bekerja menuju suatu tujuan, suatu cita-cita yang diingini oleh semua.

Ada juga yang menekankan bahwa untuk dapat menjalankan kepemimpinan itu
perluh ada:

a. Kesehatan badan
b. Kesehatan mental
c. Kecakapan untuk melayani bidang yang ia pimpin

Demikian juga dari sifat pemimpin, maka yang vital ada padanya:

a. Penuh energy, baik rohani maupun jasmani dan dapat bergiat terus-menerus,
b. Mempunyai stabilitas dalam emosi dan perasaan, artinya: seorang pemimpin
tidak boleh berprasangka, berpikir apriori jelek tentang orang-orang yang
dipimpinnya; ia harus ramah dan juga ada kepercayaan pada diri sendiri,
c. Mempunyai pengetahuan yang luas tentang hubungan manusia. Ini disebabkan
karena tuntutan pekerjaan erat hubungannya dengan orang-orang, makanya ia
harus mengetahui banyak tentang manusia dan hubungan antar manusia.
d. Mempunyai kecakapan mengajar, karena seorang pemimpin tulen harus pula
memberi sangat pada orang-orangnya; ia juga dapat memperkembangkan orang
lain dan memajukannya
e. Mempunyai kemahiran dalam mengadakan komunikasi baik secara lisan
maupun tulisan
f. Mempunyai kemahiran dibidang social supaya terjamian kepercayaan dan
kesetiaan dari orang-orang yang dipimpinnya. Ia harus bersifat menolong,
merasa senang kalau orang-orangnya maju, bersifat peramah dan dapat
menghargai pendirian orang lain
g. Mempunyai kecakapan-kecakapan teknis, untuk merencanakan, menysusn
organisasinya, mendelegasikan kekuasaan, mengambil keputusan, mengawasi
dan meneliti dan seterusnya.

Fakultas Teologi UKIT


Ungkapan diatas ditemukan bahwa unsur penting dalam kepemimpinan,
yaitu: bahwa pada perinsipnya bahwa kepemimpinan itu erat sekali hubungannya
dengan personality atau kepribadian seseorang, dan bukan terutama terletak pada
kedudukan atau jabatan resmi pada suatu waktu, biarpun sekaligus perluh
dinyatakan bahwa kedudukan sering diperoleh atas penghargaan bakat-bakat dan
kesanggupan seseorang.13

Kemudian mengenai tugas dari kepemimpinan

Menurut Charles J. Keating dalam bukunya Kepemimpinan Teori dan


Pengembangannya. Ia menjelaskan mengenai tugas kepemimpinan. Tugas
kepemimpinan, leadership function, meliputi dua bidang utama: pekerjaan yang
harus diselesaikan dan kekompakan orang-orang yang dipimpinnya. Tugas yang
berhubungan dengan pekerjaan di sebut task function. Tugas yang berhubungan
dengan kekompakan kelompok disebut relationship function. Tugas yang
berhubungan dengan pekerjaan perluh agar pekerjaan kelompok mencapai
tujuannya. Tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan kerja kelompok antara
lain,

1. Memulai, initiating: usaha agar kelompok mulai kegiatan atau gerakan


tertentu. Misalnya mengajukan masalah kepada kelompok dan mengajak para
anggota kelompok mulai memikirkan dan mencari jalan pemecahannya.
2. Mengatur, regulating: tindakan untuk mengatur arah dan langkah kegiatan
kelompok.
3. Memberitahu, informing: kegiatan memberi informasi, data, fakta, pendapat
kepada para anggota dan minta dari mereka informasi, data, fakta dan
pendapat yang diperlukan.
4. Mendukung, supporting: usaha untuk menerima gagasan, pendapat, usul dari
bawah dan menyempurnakannya dengan menambah atau menguranginya
untuk digunakan dalam rangka penyelesaian tugas bersama.
5. Menilai, evaluating: tindakan untuk menguji gagasan yang muncul atau cara
kerja yang diambil dengan menunjukkan konsekuensi-konsekuensinya dan
untung-ruginya.

13
Johnny Wenas, Kepemimpinan Kristen yang Melayani, 2-3.

Fakultas Teologi UKIT


6. Menyimpulkan, summarizing: kegiatan untuk mengumpulkan dan
merumuskan gagasan, pendapat dan usul yang muncul, menyingkat lalu
menyimpulkannya sebagai landasan untuk memikirkan lebih lanjut.14

Kemudian di dalam bukunya F.X.G. Isbagyo Wiyono dalam bukunya


Christian Leadership Gaya Kepemimpinan Kristiani Melayani dengan Kasih. Di
jelaskan bahwa pemimpin adalah orang yang paling bertanggungjawab atas maju
mundurnya organisasi yang di pimpinnya. Mengingat tanggung jawab yang
begitu besar, seorang pemimpin tidak hanya dituntut untuk menguasai konsep
kepemimpinan namun juga harus berani berkorban. Dalam hal ini, seorang
pemimpin harus rela mengerjakan hal-hal yang melebihi tugas pokok dan
tanggung jawabnya.15

Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan atau kekuasaan yang


digunakan oleh pemimpin untuk menggerakan para pengikutnya untuk mencapai
visi atau tujuan organisasi. Ada berbagai pendekatan untuk menggerakan pengikut,
antara lain memotivasi atau membujuk pengikut menjadi teladan, menerapkan
reward, memaksa dengan hukuman, dan public speaking. Semua pendekatan
tersebut bisa diterapkan tergantung pada situasi dan kondisinya. Kepemimpinan
dan pemimpin adalah dua hal yang berbeda, meskipun keduanya tidak dapat benar-
benar dipisahkan. Pemimpin lebih mengacu pada seseorang atau sekelompok orang
yang memimpin suatu organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah sistem atau
koordinasi aktivitas dari para pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan berkenan dengan sifat moral untuk menjalani hidup sampai pada
kualitas terbaik yang dapat dinilai dalam perjalanan hidup manusia. Pemimpin
harus menghayati apa yang dipercayai dan menjadi teladan bagi pengikut atau
orang lain. Tindakan lebih beerpengaruh daripada ucapan. Pemimpin yang
memimpin dengan teladan tidak berbicara banyak. Orang lebih terinspirasi dan
termotivasi oleh teladan hidup daripada ucapan.16

14
Charles J. Keating, Kepemimpinan teori dan pengembangannya, (Yokyakarta : KANISIUS, 1986), 9-
10.
15
F.X.G. ISBAGYO WIYONO, Cristian Leadership, Gaya Kepemimpinan Kristiani Melayani dengan
Kasih,(Tanggerang: Karunia Exori, 2013), 39.
16
K.H Timotius, Kepemimpinan dan Kepengikutan teori dan perkembangannya, (Yokyakarta : Andi
Offset, 2016), 15-17.

Fakultas Teologi UKIT


Kepemimpinan (leadership) berkenan dengan sifat moral untuk menjalani
hidup sampai pada kualitas terbaik yang dapat dinilai dalam perjalanan hidup
manusia. Kepemimpinan adalah menciptakan iklim pemberdayaan. Kepemimpinan
tidak dapat diciptakan atau dipromosikan, ia juga tidak dapat diajarkan ataupun
dipelajari. Organisasi bertugas untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan kualitas kepemimpinan yang potensial menjadi efektif. Sifat-sifat
kepemimpinan adalah bagian dari dasar seseorang. Sifat-sifat tersebut baru
menjadi jelas dan tampak sampai orang itu berada dalam situasi kepemimpinan.
Jika seseorang tidak mempunyai karakter dasar memimpin, maka ia tidak akan
menjadi seorang pemimpin. Hal ini tidak kemudian juga diartikan apabila
seseorang yang mempunyai potensi memimpin akan dengan sendirinya
mendapatkan peran sebagai pemimpin.

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan seseorang


dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk memengaruhi pengikut atau orang lain
agar melaksanakannya aktivitas tertentu, yang diarahkan berdasarkan tujuan yang
sudah ditetapkan. Memimpin adalah mengatur pengikut untuk mencapai tujuan
yang diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal
ataupun informal. Kemampuan pemimpian untuk menggerakan pengikut sangat
penting. Tanpa kemampuan untuk menggerakan dan mengarahkan aktivitas
organisasi akan membuat kondisi yang kacau balau. Kepemimpinan mengatur tata
cara yang memengaruhi aktivitas para pengikutnya, dan tidak asal memerintah.
Pemimpin tidak dapat bekerja sendiri. Seorang dapat menjadi pemimpin jika
sekurangnya didukung satu pengikut. Pemimpin adalah seseorang yang memberi
perintah kepada pengikutnya. Memimpin berarti maju terus, menunjukan jalan, dan
memberi inspirasi kepada pengikut untuk mengikutinya. Tiada pemimpin tanpa
pengikut. Kepemimpinan sebagai sebuah proses memerlukan pemimpin dan
pengikut yang baik.

Kepemimpinan merupakan system yang seharusnya efektif untuk


memimpin perubahan. Seorang pemimpin mengatalisasi dan memotivasi dan
membawa tujuan dan arah untuk berubah, dari apa yang ada menjadi apa yang
dapat menjadi. Pemimpin memolopori dan memimpin perubahan, melakukan
sesuatu yang baru dan bila perluh mengubah visi yang kurang tepat. Seorang
pemimpin seharusnya mengatalisasi, memotivasi dan menciptakan arah perubahan,

Fakultas Teologi UKIT


dari apa yang ada menjadi apa yang dapat menjadi. Pemimpin melakukan
perubahan organisasi, perubahan perilaku dan motivasi pengikut dan jajaran
pemimpinnya.

Pemimpin adalah seorang yang mampu melihat dan mengartikulasikan visi,


mengejar perubahan dengan mendekatkan manusia dengan sumber alam dan
mengorganisasi manusia dan system untuk mencapai sasaran. Oleh karena itu,
pemimpin menyebarkan visi mengorganisasi dan mengatalisasi kelompok untuk
menerima visi tersebut. Pemimpin harus mengusahakan kerja sama untuk
mencapai hasil yang tak dapat dilakukan secara perorangan. Sasaran
kepemimpinan adalah sinergi di mana dampak kumulatif dari kerja sama itu lebih
besar daripada hasil jumlah anggota yang bekerja secara perorangan.17

Kepemimpinan adalah sebuah sebuah persoalan kompleks yang tidak dapat


didefinisikan dalam suatu kalimat pendek. Bentuknya selalu berbeda dalam
beragam situasi dimana setiap orang memperlihatkan kualitas-kualitas
kepemimpinan yang berbeda. Sayangnya, kita lebih siap untuk
mengidentifikasikan setiap karakter kepemimpinan justru dari katiadaannya. Kita
lebih mengalami kekosongan maupun kekacauan kepemimpinan daripada
mengalami kepemimpinan yang memiliki arah yang jelas dan memberdayakan
komunitas yang dipimpinnya. Gereja abad ke-21 membutuhkan para pemikir
misional yang memiliki kepemimpinan rasuli. Adapun yang saya maksudkan
dengan kepemimpinan yang misional ialah para pemimpin yang dapat membaca
Kitab Suci dengan jernih, mengaitkan kisah penebusan dengan kondisi manusia
dalam konteks budaya sekarang konteks yang makin multikultural dan semakin
dan dipengaruhi oleh tren-tren global.18

Kepemimpinan yang efektif meliputi spectrum penuh tanggung jawab, dan


juga sepanjang waktu. Dalam sebuah organisasi, yang melibatkan berbagai macam
orang yang terlibat dalam tugas-tugas yang banyak (yang dilakukan secara
berbarengan maupun bertahap), sang pemimpin harus menampilkan performa yang
tinggi dan memperhatikan kesejahteraan kelompok. Yah, memang rumit.
Meskipun sang pemimpin berhasil membuat setiap orang senang dengan realitas

17
K.H Timotius, Kepemimpinan dan Kepengikutan teori dan perkembangannya , 17-24.
18
Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), 16-19.

Fakultas Teologi UKIT


sekarang, seorang mungkin kecewa sekali keesokan harinya. Seorang pemimpin
tidak dapat membuat setiap orang senang sepanjang waktu.19

Satu-satunya cara mempelajari kepemimpinan adalah melalui pengalaman hidup

Beberapa orang juga mengatakan bahwa kepemimpinan tidak dapat


dipelajari di sekolah formal, dan menyatakan bahwa kepemimpinan hanya dapat
dipelajari melalui pengalaman nyata di kehidupan-sehari-hari. Namun pada
kenyataannya, bahwa kepemimpinan hanya dapat dipelajari melalui pengalaman
nyata dikehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya, kedua hal ini saling
melengkapi satu sama lain. Pembelajaran dan pelatihan tertentu dapat
meningkatkan kemampuan seseorang untuk menarik pelajaran penting tentang
kepemimpinan lewat pengalaman. Keuntungan mempelajari kepemimpinan secara
formal ialah bahwa pendidikan formal memberikan beragam perspektif untuk
mengkaji sebuah situasi kepemimpinan di masyarakat. Setelah mempelajari
berbagai pengertian dan mitos-mitos kepemimpinan, dapat kelompok kami katakan
bahwa kepemimpinan merupakan hal yang sulit diwujudkan. Karena pada
kenyataannya, seorang yang memiliki pengetahuan luas tentang studi-studi
kepemimpinan mungkin malah menjadi pemimpin yang buruk. Ketika orang
mengetahui yang dilakukan tidak sama dengan mengetahui kapan, dimana, dan
bagaimana melakukannya.

Seni kepemimpinan memperhatikan keahlian memahami situasi


kepemimpinan dan memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan kelompok.
Pendidikan kepemimpinan formal mungkin memberi individu keahlian untuk
memahami situasi kepemimpinan dengan lebih baik, dan bimbingan dan
pengalaman mungkin memberikan keahlian untuk memengaruhi orang lain.
Pemimpin harus juga dapat mengukur antara pertimbangan rasional dan emosional
ketika coba memengaruhi orang lain. Pemimpin sering menjadi sangat efektif
ketika mereka mampu memengaruhi tingkat emosional dan rasional seseorang.
Kepemimpinan yang baik dapat membuat perbedaan, dan dapat meningkatkan

19
Oren Harapi, The Leadership Secrets of Colin Powe, Sebuah paradigm baru kepemimpinan, (Jakarta :
Gramedia pustaka utama, 2005), 18.

Fakultas Teologi UKIT


kepedulian yang baik tinggi dari factor-faktor penting yang memengaruhi proses
kepemimpinan.20

Uraian sejarah jemaat GMIM Nazareth Sonsilo

Dengan adanya kesempatan membuka hutan untuk pertanian sekitar tahun


1923, maka beberapa kepala keluarga dari desa Serei menggunakan kesempatan itu
dengan baik. Mereka membuka hutan ditempat baru yang berjarak 3,5 kilometer
dari desa Serei. daerah perkebunan terpencar-pencar. Setelah membuka hutan
mereka mengolah tanah dan bercocok tanam. Karena tempat baru itu jauh dari
kampung sedangkan memerlukan waktu lebih banyak untuk bekerja dan menjaga
perkebunan dari pada bolak-balik kembali ke kampung, maka mereka mendirikan
rumah di tempat itu.

Teguran dan ganjaran yang diberikan oleh Hukum Tua Serei, tidak
melemahkan semangat juang mereka sebagai petani untuk tinggal menetap di
tempat itu. Malahan rasa persatuan timbul dalam sanubari mereka. Mereka
bermusyawara menjumpai mufakat untuk membuka satu perkampungan agar
mereka boleh tinggal bersama di tengah areal pertanian. Dalam musyawara
langsung ditentukan lokasi perkampungan yang dimaksud. Rencana tersebut
dinyatakan pula dalam satu surat permohonan keluasan pembukaan perkampungan
baru yang ditujukan kepada Resideng di Manado.

Tujuan ganda yang hendak mereka capai ialah agar perkampungan yang
ada disahkan menjadi satu desa berpemerintahan dan dengan adahnya rumah
ibadah yang telah dibangung dapat di resmiskan menjadi suatu jemaat. Tujuan
pertama telah tercapai setelah S.J. Kababiling Hukum Tua Serei meresmikan
berdirinya desa Mansilong pada tanggal 3 Juni 1928. Dengan disponsori oleh
Hermanus Batasina dan Isak Kaempe memperjuangkan tercapainya tujuan kedua.
Akhirnya George Elias Ketua Jemaat Kristen Protestan Serei menyetujui
pemekaran Jemaat Kristen Protestan Serei, sehingga diresmikanlah Jemaat Kristen
Protestan Mansilong pada tanggal 15 Juli 1928 menjadi bagian pelayanan Jemaat
Serei. Dengan adahnya Surat Keputusan Residen di Manado Nomor: 421/6 tanggal
21 Mei 1931, maka nama alamat Jemaat berubah dari Jemaat Kristen Protestan

16
Sutarto Wijono, Kepemimpinan dalam perspektif organisasi, (Jakarta : Pranamedia Group, 2018),
10-11.

Fakultas Teologi UKIT


Mansilong menjadi Jemaat Kristen Protestan Sonsilo tahun 1931. Gereja Masehi
Injili di Minahasa (GMIM) sah berdiri tanggal 30 September 1934 berpusat di
Tomohon dan dipimpin oleh Ketua Badan Pekerja Sinode. Serta merta Jemaat
Kristen Protestan Sonsilo diberikan Surat Keputusan Badan Pekerja Sinode untuk
diresmikan menjadi Jemaat Gereja Masehi Injili di Minahasa Nazareth Sonsilo
bagian Jemaat GMIM Serei Clasis Manado Maumbi.21

XI. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu: Judul yang hampir sama dengan judul peneliti dan
membedakan tulisan peneliti dengan penelitian sebelumnya.

NO NAMA JUDUL ISI TUJUAN KETERANG TEMPA


AN T
1 Novel Kepemimpi Kepemimpina Mencari Penelitian ini GMIM
. C.N nan Yosua. n adalah seni tahu model ditujukan Baitani
Tampi Kajian mempengaruh kepemimpi kepada Lapanga
Hermeneuti i orang lain. nan Yosua Fakultas n
k Historis Para menurut Teologi
Kritis pemimpin teks Yosua Universitas
Yosua yang tidak 24:1-28 Kristen
24:1-28 dan mempengaruh Mencari Tomohon
pemaknaan i orang lain tahu apa pada bulan
nya bagi tidak dapat makna teks Januari 2018
jemaat dikatakan Yosua
GMIM pemimpin 24:1-28
Baitani yang bagi
Lapangan sebenarnya. pembaca
Kejelian mula-mula
menyikapi dan
kebutuhan pembaca
jemaat masa kini

21
Konsep Perkembangan SEJARAH Jemaat GMIM Nazareth Sonsilo

Fakultas Teologi UKIT


diperlukan
para
pemimpin
jemaat.
Mencari tahu
apa kebutuhan
jemaat,
kemudian
menyediakann
ya. Ketika
jemaat
memerlukan
makanan
rohani untuk
pertumbuhan
spiritual, para
pemimpin
memberikan
dan
menyajikan
keperluan
jemaat. Kita
dapat melihat
sebagaimana
Yosua yang
memimpin
atau
mempengaruh
i orang Israel;
Ia mengenal
orang Israel.
Ia mengetahui
apa yang

Fakultas Teologi UKIT


dibutuhkan
oleh orang
Israel. Ia
menyadari
bahwa orang
Israel mulai
terpengaruhi
oleh
keagamaan
Kanaan, Ia
mengetahui
bahwa dia
harus
menasihati
orang Israel
agar taat dan
setia kepada
Tuhan.
2. Stendi Misi Untuk Penelitian ini GMIM
Suhend Kehambaan Bahwa setiap mendapatk diberikan Lembah
ra Tantangan orang yang an kepada Yarden
Londok bagi diciptakan pemahama Fakultas Kuwil
kepemimpi Allah n tentang Teologi
nan pelayan memiliki misi Universitas
khusus di potensi untuk kehambaan Kristen
Jemaat memimpin, dari Tomohon
GMIM sebab Allah pelayan pada tanggal
Lembah sendiri yang khusus di 12 Februari
Yarden memberikann jemaat 2010
Kuwil ya (Bnd. Kej GMIM
1:26-28) Lembah
Allah adalah Yarden
pemimpin Kuwil

Fakultas Teologi UKIT


oleh karena Untuk
itu kuasa mengetahui
kepemimpina motivasi
n ada pada- dan peran
Nya. Dengan pimpinan
demikian dari pelsus
manusia akan jemaat
dimungkinkan Untuk
oleh-Nya mengetahui
untuk dan
memimpin menghayati
apabila ada secara
kesediaan diri seksama
untuk sehingga
dipimpin mendapat
oleh-Nya. pemahama
Hakikat n yang
kepemimpina Alkitabiah
n Allah bukan mengenai
pada misi
kepemimpina kehambaan
n-Nya. Itulah dalam
yang kepemimpi
diterjemahkan nan
oleh Yusuf
dan Yesus
dengan tidak
menempatkan
kepentingan
diri sendiri
atas
kepemimpina
n orang

Fakultas Teologi UKIT


banyak.
Memberi diri
bersedia
turun, hadir
dan hidup
bersama
dalam suatu
komunitas
untuk
mengetahui
tentang
fenomena
yang ada dan
memberi
jawab tanpa
memperhitung
kan untung
rugi adalah
wujud
pengorbanan
dalam
kepemimpina
n.

3. Markge Tunjauan Sebagai Meninjau Penelitian ini Sulawes


n etis pemimpin secara etis diberikan i Utara
Benend Teologis Kristen teologis pada bulan (Bitung,
ict terhadap seseorang Kristen dan September Manado,
Rawun moral tersebut harus mencari 2017 Tomoho
g kepemimpi memiliki suatu n).

Fakultas Teologi UKIT


nan moral baik penjelasan
walikota- supaya jelas tentang
walikota di baik itu dalam bagaimana
Sulawesi kehidupan moral
Utara dan secara pribadi kepemimpi
peran bahkan nan
GMIM prilaku walikota-
dalam kepemimpina walikota di
kepemimpi nnya dia dapat Sulut,
nan mereka dikatakan dalam hal
seorang ini prilaku
pemimpin moral
yang baik secara
karena dinilai individu
memimpin yaitu sikap
seperti dan
Kristus, dalam karakter
hal ini juga serta moral
memiliki nilai kepemimpi
melayani. nan sebagai
walikota
(produk
kebijakan,
kinerja dan
capaian).
Apakah
telah sesuai
dengan
landasan
etis teologi
Kristen
Mencari
peran serta

Fakultas Teologi UKIT


pengaruh
GMIM
terhadap
pemerintah
dalam hal
ini
kepemimpi
nan
walikota-
walikota di
Sulut.
Apakah
sesuai
dengan
tugas
gereja
sebenarnya
.

Apa yang membedakan tulisan peneliti.

XII. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian karya ilmiah ini penulis menggunakan penelitian


kualitatif Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lainya
dan bertujuan mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui
pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai
instrument kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Instrument dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri (human instrument). Dalam hal ini penelitilah
yang menjadi instrument kunci. Penelitilah yang menetapkan focus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

Fakultas Teologi UKIT


kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya.

Data dalam penelitian kualitatif adalah data deskriptif yang umumnya


berbentuk kata-kata, gambar-gambar, atau rekaman. Kriteria data dalam penelitian
kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya
terjadi sebagaimana adanya, bukan data sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data
yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut. Dalam buku
Memahami penelitian Kualitatif, Sugiono (2013) menuliskan bahwa proses
penelitian Kualitatif dapat dibagi kedalam tiga tahap, yaitu terhadap orientasi atau
deskripsi, tahap reduksi atau focus, dan tahap seleksi.22

22
Eko Sugiarto, Menyususn Proposal Penelitian Kulaitatif Skripsi dan Tesis, (Yokyakarta : Suaka Media,
2015), 8-14.

Fakultas Teologi UKIT


XIII. DESAIN PENELITIAN

SEJARAH KEPEMIMPINAN DI
JEMAAT GMIM NAZARETH
SONSILO TAHUN 2000-2015

PEMIMPIN HARUS TERJADI PERPECAHAN DI


MEMBERIKAN DALAM JEMAAT KARENA
CONTOH YANG BAIK PEMIMPIN HANYA
KEPADA ANGGOTA MEMENTINGKAN DIRI
SENDIRI
JEMAAT

KUALITATIF ANALISA DATA

- Historis Reseach Observasi


Wawancara
Dokumentasi

MENGGAMBARKAN
KEPEMIMPINAN DI
TAHUN 2000-2015

MEMBERIKAN
PANDANGAN KEPADA
PEMIMPIN DI MASA YANG
AKAN DATANG

Fakultas Teologi UKIT


XIV. ROAD MAP PENELITIAN

NO JENIS KEGIATAN PELAKSANAAN


1 Perjumpaan dengan dosen bimbing Senin 4 Maret 2019
2 Perjumpaan dengan dosen bimbing Rabu 6 Maret 2019
3 Perjumpaan dengan dosen bimbing Selasa 12 Maret 2019
4 Perjumpaan dengan dosen bimbing Kamis 14 Maret 2019
5 Perjumpaan dengan dosen bimbing Kamis 21 Maret 2019
6 Perjumpaan dengan dosen bimbing Selasa 26 Maret 2019
7 Perjumpaan dengan dosen bimbing Kamis 4 April 2019

XV. ANGGARAN BIAYA

NO JENIS KEGIATAN ANGGARAN


1 Pembelian kertas Hvs A4 Rp. 50.000
2 Transportasi Rp. 100.000
3 Pembelian printer Canon iP 2770 Rp. 650.000
4 Pendaftaran proposal Rp. 1. 500.000

Fakultas Teologi UKIT


DAFTAR PUSTAKA

Gibbs Eddie, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010.

Hendriks Jan , Jemaat vital yang menarik, Yokyakarta : Kanisius, 2002.

Harapi Oren, The Leadership Secrets of Colin Powe, Sebuah paradigma baru kepemimpinan,
Jakarta : Gramedia pustaka utama, 2005.

Jonge De Cristian, Pembimbing ke dalam sejarah gereja, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2014.

Kas Komkat, Mengikuti Yesus Kristus 2, Yokyakarta : Kanisius, 1997.

Konsep Perkembangan Sejarah Jemaat GMIM Nazareth Sonsilo

Kirchberger Georg, Gerakan Oikumene, Flores : LADELERO, 2010.

Keating Charles J, Kepemimpinan teori dan pengembangannya, Yokyakarta : KANISIUS,


1986.

LAI, 2015.

Moningka Edmon Ch, Pengantar Praktis Penelitian sejarah Gereja, Tondano : Balai Buku
Zaitun.

Moningka Edmon Ch, Highlights Sejarah Gereja, Tondano : Balai Buku Zaitun, 2012.

Sugiarto Eko, Menyususn Proposal Penelitian Kulaitatif Skripsi dan Tesis, Yokyakarta :
Suaka Media, 2015.

Timotius K.H, Kepemimpinan dan Kepengikutan teori dan perkembangannya, Yokyakarta :


Andi Offs, 2016.

Wijono Sutarto, Kepemimpinan dalam perspektif organisasi, Jakarta : Prenadamedia Group,


2018.

Wenas Johnny, Kepemimpinan Kristen yang melayani, Tomohon : Unit Percetakan Sinode
GMIM, 1998.

Wiyono Isbagio F.X.G, Cristian Leadership Gaya Kepemimpinan Kristiani Melayani dengan
Kasih, Tanggerang :Karunia Exori. 2013.

Fakultas Teologi UKIT


Fakultas Teologi UKIT

Anda mungkin juga menyukai