Di Susun Oleh
Erik Aliknoe
Nita A Salabay
Agnes Hawase
1
KATA PENGANTAR
Dalam tulisan ini kami menyadari bahwa banyak informasi belum kami cantumkan secara
terperinci, khususnya proses perkembangan dalam pembentukan gerakan oikumene se-Dunia,
namun kami berharap dapat memperlengkapi memperlengkapi kita mengenai pembentukan
gerakan oikumene tersebut.
2
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Pustaka
3
BAB 1.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyaris terdengar bahwa sebelum gereja Kristen menuju pada gereeja yang
Oikumenis bahwa didalam Gereja telah terjadi berpecahan yang hebat, sejak konsili Nicea
Konstantinopel antara Arius dan Origene, mengenai ke-Esaan Allah, sampai kepada para
reformator-reformator gereja telah mengalami berpecahan yang cukup lama, karena
keinginan untuk merubah nilai-nilai kebenaran dalam gereja yang Am. Akibat dari
berpecahan ini berpengaruh kepada kesulitan pekabaran Injil, hancurnya nilai kebersamaan
dan keharmonisan baik antar gereja maupun didalam gereja dan penginjilan sampai
munculnya perang dunia.
Maka gerakan oikumene adalah gerakan yang didorong oleh nilai kebersamaan, yang
bertolak dari doa Yesus Kristus dalam Yoh 17:21. Dengan pentingya nilai persatuan ini, maka
lahirnya sebuah pergerakan persatuan atau cikal-bakalnya adalah Gerakan Oikumene di Edinburgh,
tahun 1910 oleh Jhon Moot dkk.
Peristiwa penting paca Konsili di Edinburgh ini telah mempengaruhi kehidupan bergerejad di
seluruh dunia, termasuk Papua Indoensia. Nilai kerjasama, antar denominasi menjadi harmonis dan
hidup saling menerima menjadi kebiasaan dalam kekristenan. Namun perlu kami tahu peristiwa-
peristiwa penting untuk menuju persekutuan gereja oikumene itu, apa yang dilakukan, apa yang
terjadi, siapa pelakunya dan bagaimana mengalami perkembangan gerakan oikumene itu menjadi
pesat? Pertanyaan-pertanyaan ini memacu kami untuk menjajikan bagian ini.
4
BAB II.
1
J.L.Ch Abineno, Oikumene dan Gerakan Oikumene, BPK.Gunung Mulia, 1984, hl 7
2
Ibid,.hl.7
3
Ibid., hl 8
4
Konsili Nicea ini diadakan sebagai reaksi atas atas ajaran ajaran Arius. Arius menyatakan bahwa Allah
Bapalebih besar dari Anak Allah, yang pada Gilirannya lebi Besar dari Roh Kudus. Sedangkan
Origenesberpendapat bahwa Allah Bapa hanya Allah. Sehingga kedua kelompok tersebut salah paham dan pada
akhirnya saling konfrontasi selama hamper setengah Abad.
5
dunia pertama dan terjadi perpecahan-perpecahan yang melahirkan banyak gereja
eperti Lutheran, Calvinis, Anglikan, Babtis, Metodis dan seterusnya 5. Maka fase ini
disebut masa pra-sejarah dari gerakan Oikumne. Maka dengan pergumulan ini pada
Abad ke-XIX untuk membangun kembali hubungan yang retak itu, terbentuklah
Badan-Badan Kristen Internasional dan Persekutuan-Persekutuan Konfesional 6dari
Gereja-Gereja dari satu tipe. Maka gerakan Oikumene muncul untuk mempersatukan
kembali hubungan yang terputus, antara gereja-gereja bahkan didalam gereja untuk
mempererat pelayanan seperti persatuan yang telah di doakan oleh Kristus dalam Yoh
17:21.7 Karena timbulnya pemahaman dan perbedaan dalam berteologi, dan perang
menyebabkan munculnya aliran-aliran dalam tubuh gereja dan karena perpecahan itu
disadari bahwa pentingnya kesatuan didalam gereja–gereja Kristus8. Untuk itulah kita
akan membahas bagaimana Gerakan oikumene dalam sejarah perkembangann Gereja.
Misalnya lahir sebuah gerakan Lembaga-Lembaga Alkitab Eropa dan Amerika Utara,
contoh: Aliansi Evangelis yaitu suatu pergerakan Internasional (1845) sebuah gerakan
Injili (Reveil).
Untuk membangun kembali gerakan gertakan-gertakan perpecahan dan
kesultan didaerah pekabaran Injil maka munculah konferensi-konferensi di adakan:
Konferensi-konferensi, pertama dilakukan: Di London (Tahun 1854), di Liverpool
(1860) kedua: Di (London), ketiga: di London yang dihadiri oleh badan zending,
konferensi-konferensi ini dilakukan untuk menuju konferensi pekabaran Injil se-
Dunia, di adakan pada tahun 1910 di Edinburgh. Konferensi Edinburgh ini diketuai
oleh Jhon Mott, seorang Methodist yang cakap dan cermat serta dihargai orang.
5
Van Den End, J, Weitjens, S. J, Ragi Carita II, Jakarta: BPK-GM, 2008, hl. 381
6
A. Heuken S. J, Ensiklopedia Gereja, Jakarta: Yayasan Cipta Lokacaraka, 1989, hl. 284
7
Ibid, Abineno, hl. 29
6
diketuai oleh John Mott, seorang Methodis yang berbakat, yang dihormati oleh
banyak pemimpin lain. Pokok-pokok yang dibicarakan dalam konperensi itu ialah:
1. Menyampaikan Berita Injil kepada seluruh dunia yang bukan-kristen,
2. Gereja dan daerah pekabaran-injil,
3. pendidikan dalam hubungannya dengan pengkristenan kehidupan
nasional,
4. Berita pekabaran injil dalam hubungannya dengan agama-agama yang
bukan-kristen,
5. Persiapan pekerja-pekerja sending,
6. Home Base dan pekerja sending,
7. Sending dan Pemerintah, dan
8. Kerjasama dan usaha memajukan kesatuan.
Tiga dari pokok-pokok ini secara khusus berkata-kata tentang pertumbuhan gerakan
oikumene. Karena itu tepat, kalau konperensi ini disebut “ibu” dari gerakan oikumene
modern. 9
Konperensi di Edinburgh adalah konperensi sending. Maksudnya : konperensi
yang diselenggarakan oleh badan-badan sending di Eropa dan di Amerika untuk
bertukar pikiran tentang pekerjaan pekabaran Injil. Karena itu dalam acaranaya tidak
tercantum, pokok tentang kesatuan Gereja. Sungguhpun demikian dalam diskusi-
diskusi kesatuan gereja sering disinggung, terutama waktu laporan tentang “kerjasama
dan usaha memajukan kesatuan” dipresentir oleh komisi yang memajukannya. Dalam
diskusi itu banyak orang mengusulkan supaya kesatuan gereja pada waktu-waktu
yang akan datang lebih banyak mendapat perhatian.10
Konperensi di Edinburgh memberikan suatu cirri baru kepada persekutuan
orang-orang Kristen. Pengikut-pengikutnya mewakili hamper seluruh umat Kristen
pada waktu itu. Mereka berasal dari berbagai-bagai bangsa, suku bangsa, bahasa dan
keyakinan gerejawi. Itu yang membedakan konperensi di Edinburgh dengan
konperensi-konperensi lain yang diadakan sebelumnya. Dalam pidato pembukaannya
John Mott katakan, bahwa “pengikut-pengikut konperensi, yang berasal dari berbagai-
bagai bangsa, suku bangsa dan persekutuan” datang ke Edinburgh untuk
“mewujudkan kesatuan mereka dalam Kristus”.11
9
Ibid, hl 32-33
10
Ibid, hl 34
11
Ibid, hl 34-35
7
C. Tokoh-Tokoh pada Konperensi Edinburgh
1. Jhon Mott
John Raleigh Mott (lahir 25 Mei 1865 – mati 31 Januari 1955) adalah seorang
tokoh penginjilan di kalangan mahasiswa di berbagai universitas di Amerika Serikat
pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.[1] Mott dikenal juga sebagai tokoh
ekumene dunia karena turut berperan dalam pembentukan "Dewan Gereja se-Dunia"
(World Church Organization).13
2. Yoseph Oldham
12
Ibid.,hl. 34
13
Tersedia https://id.wikipedia.org/wiki/John_Mott di akses: 17 February 20, 2020
8
berhasil diresmikan sepuluh tahun kemudian dalam Sidang Raya-nya yang pertama
di Amsterdam 1948. Oldham meniggal pada 16 Mei 1969 di London.14
Yang hadir dalam konferensi di Edinburgh ialah wakil wakil badan-badan sending
dari organisasi-organisasi pekabaran Injil juga dari Gereja Anglika ( Eropa dan
Amerika) dan anggota-anggota dari gereja-gereja muda ( di asia dan afrika).
Perwakilan dari gereja-gereja muda di Asia dan Afrika hanya 17 orang. Tetapi mereka
tidak mewakili gereja-gereja mereka. Mereka hadir disitu untuk mewakili badan-badan
sending yang bekerja sama dengan mereka. Jumlah semua peserta yang hadir pada saat
itu berjumlah lebih dari 1200.15
14
Tersedia https://id.wikipedia.org/wiki/J.H._Oldham di akses: 17 February 20, 2020
15
Ibid. Abineno, Hlm 33
16
Ibid, hl 35
9
BAB II.
PENUTUP
Dalam kekristen perpecahantelah menjadi hal biasa. Dari para Rasul sampai para
Reformator, sampai saat ini. Sekarang orang Kristen, bebas berteology, dan menafsirkan
berbagai pemahaman yang cemerlang dengan pikiran dan Filsafatnya, sampai mendirikan
berbagai macam gereja. Tetapi Tubuh Kristus, adalah Gereja yang hidup. Kristus adalah
Gereja. Maka dasar daripada Gereja adalah Kristus, sebab itu Kristus mendirikan gereja yang
bersekutu, bersaksi dan Melayani, seperti yang diprakarsai oleh Jhon Moot. Artinya Nilai
Oikumenis itulah yang harus kita kembangkan, tanpa memandang status zending, gereja dan
suku. Justru dalam perbedaan itulah kita menjadi satu (agar kita menjadi satu tubuh).
10
DAFTAR PUSTAKA
Den End, Van J, Weitjens, S. J., Ragi Carita II, Jakarta: BPK-GM, 2008
Online
11