Misi dan penginjilan merupakan suatu tugas yang gereja tanggapi sebagai amanat atau
perintah langsung dari Tuhan Yesus dalam rangka peranannya didunia ini. Alkitab telah banyak
memberikan kita catatan-catatan penting tentang bagaimana pergerakan para murid dan gereja
mula-mula dalam merespon hal ini. Semua itu dapat kita lihat dalam kitab Kisah Para Rasul dan
juga kitab-kitab lain dalam PB bagaimana upaya gereja mula-mula merespon Amanat Agung itu.
Masa kini, sebagian dari gereja juga mengakui bahwa tugas menjalankan penginjilan dan misi itu
juga dalah tugasnya. Menjadi pokok permasalahan bagi gereja masa kini ialah bagaimana gereja
menghadapi tantangan dari dunia dengan kemajemukan yang ada didalamnya, pluralisme,
kemajuan teknologi serta peningkatan ilmu pengetahuan yang semakin membuka ruang bagi
manusia untuk bergerak dan bertindak dengan gaya post modern seperti sekarang ini. Ini
merupakan sebuah tantangan yang sangat luar biasa bagi gereja sebagai subjek misi.
Berangkat dari kata misi, penulis akan menguraikan sedikit pengertian dari segi
etimologisnya. Missiologi berasal dari kata dalam bahasa Latin missio dan bahasa Yunanilogos.
Mission berarti perutusan dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan atau tugas
khusus untuk dilaksanakan. Logos berarti ilmu atau studi, kata atau wacana, yang dari beberapa
pengertian itu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa misiologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perutusan. Berangkat dari segi etimologis dari kata itu, missiologi kurang
lebih bisa diartikan sebagai tugas atau pesan khusus yang harus disampaikan dengan cara yang
khusus pula.[1] Dalam rangka merefleksikannya secara teologis maka missiologi tidak hanya
ilmu tentang perutusan melainkan juga adalah teologi tentang perutusan karena menyangkut
refleksi serta tanggapan ilmiah tentang dimensi iman gereja kepada Allah dan Yesus Kristus
serta keterbukaan gereja terhadap dunia. Gereja mengalami bahwa telah dipanggil dalam iman
kepada Tritunggal itu dan diutus untuk mewartakan kabar sukacita kepada seluruh suku bangsa
sampai ke ujung dunia.[2] Pekabaran Injil berasal dari Allah (Missio Dei). Keinginan untuk
pekabaran Injil dari semula sudah berada di dalam rencana dan tindakan Allah. Pekabaran Injil
bukanlah sebuah gagasan Perjanjian Baru atau beberapa ayat Alkitab saja, tetapi pekabaran Injil
terdapat di seluruh Alkitab yang berarti bahwa misi itu merupakan sebuah kebutuhan dan juga
tanggung jawab yang sangat besar bagi gereja bagi rencana Allah untuk dunia ini secara holistik.
Kata misi sangat sering juga kita dengar dalam ruang lingkup gereja, yang berkaitan
dengan tugas penginjilan dan pelayanan gereja di tengah-tengah dunia ini. Berangkat dari
pengertian misi lalu kaitannya dengan tugas gereja ditengah-tengah dunia ini penulis akan
memberikan beberapa gambaran terkait tugas tersebut. Dalam tulisan ini penulis akan
menguraikan tentang tugas gereja dalam rangka menjalankan misi dan penginjilan ditengah-
tengah dunia ini. Penulis akan berangkat dari misi menurut Amanat Agung dalam Matius 28 :
18-20 yang akan diberikan judul “Misi Gereja Adalah Penginjilan Kepada Semua
Orang”. Masa kini, gereja tinggal memelihara dan memupuk jemaat hasil dari penginjilan yang
lama, sangat sedikit sekali gereja yang mengutus pendeta atau penginjil ( missioner ) ke daerah-
daerah yang benar-benar baru untuk memberitakan Injil atau melaksanakan misi seperti perintah
yang disampaikan oleh Yesus dalam Amanat Agung. Menginjil ialah memberitakan Kabar Baik
yang mencakup segenap daya upaya gereja dalam rangka memberitakan tentang kasih Allah,
tentang dosa manusia yang kemudian melalui kematian Kristus beroleh pengampunan dengan
menerima Dia sebagai Juruselamat. Penginjilan adalah berita anugerah bahwa ada pengampunan
dosa oleh Allah melalui Yesus yang mati di kayu salib.[3] Tugas gereja yang merupakan sebagai
sarana penginjilan ini, diharapkan bisa dilaksanakan dengan seefektif mungkin agar mencapai
sasaran dan tujuan yang telah disebutkan dalam Amanat Agung tersebut. Tugas gereja ialah pergi
untuk membaptiskan dan mengajarkan kepada setiap orang, setiap suku bangsa dibumi tentang
kasih Yesus yang tidak ingin ada satupun dari umat-Nya yang terhilang dari kawananannya.
Oleh karena itu penulis merasa sangat perlu untuk menguraikan bagaimana tugas gereja tersebut,
tujuannya, dan metode pelaksanaan penginjilan yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi
dan kondisi yang ada, sesuai dengan keadaan masyarakat masa kini.
Kontekstualisasi Bagi Misi Gereja Masa Kini Dalam Konteks Gereja Di Kalimantan
a. Sekilas Sejarah Penginjilan di Kalimantan
Pulau Kalimantan merupakan suatu bagian dari wilayah pelayanan gereja. Dimulai dengan
kehadiran para Zending, (termasuk Zending Barmen)[12] yang membawa berita Injil kepada
penduduk pulau ini.
Tiga poin dari misi yang disampaikan melalui perintahNya dalam Amanat
Agung kepada murid-muridNya, telah dijawab melalui kehadiran para penginjil tersebut dibumi
Kalimantan ini. Pergi memberitakan Injil, menjadikan murid dan membaptiskan telah dilakukan
sejak awal perjalanan gereja di Kalimantan ini. Tugas yang tidak mudah dilakukan mengingat
kenyataan penduduk Kalimantan pada masa awal gereja hadir merupakan kenyataan yang tidak
terbayangkan. Orang-orang pribumi sulit menerima pengaruh asing, mereka sangat kuat
memelihara tradisi dan kebudayaan nenek moyang. Semua realitas diatas menunjukkan bahwa
sesungguhnya pulau Kalimantan ini memang sejak semulanya merupakan bukan daerah yang
mudah bagi pekabaran Injil. Tetapi apakah itu mengendurkan semangat para misionaris untuk
memberitakan Injil dan kasih Yesus Kristus ? Tidak ! Realitas itu malah mereka melihat bahwa
disinilah janji Yesus diwujudkanNya bahwa “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan
sekali-kali tidak Aku meninggalkan engkau”.[13] Sejak itulah kita melihat cukup banyak
anggota gereja di Kalimantan ini, yang merupakan buah dari semangat para misionaris dan
penyertaan Kristus sendiri.
b. Gereja dan Misinya Masa Kini
Sekarang, tampaknya pekerjaan gereja lebih mudah mengingat keadaan Kalimantan sangat
berubah daripada waktu pelayanan yang dilakukan para Zending. Benarkah demikian ? tidaklah
seperti yang kita bayangkan, menjalankan misi Amanat Agung di Kalimantan kini menghadapi
berbagai tantangan yang luar biasa, gereja harus berhadapan dengan pluralisme masyarakatnya,
ini bisa berupa perjumpaan misi Amanat Agung itu dengan agama-agama lain, gereja juga harus
menghadapi tantangan masih maraknya penduduk yang mempertahankan tradisi leluhurnya
(singkretisme). Kondisi masyarakat yang telah berubah dengan masuknya kemajuan dari sektor
teknologi juga menjadi hambatan yang serius. Semua ini disebabkan bahwa kecenderungan
masyarakat lebih disibukkan untuk mengikuti arus kemajuan daripada mendengarkan Injil atau
tidak tahu-menahu lagi tentang Tuhan (Sekularisme). Demikian juga masyarakatnya yang sudah
menjadi anggota gereja juga terlibat dalam mengikuti arus hidup yang semakin berubah dan
semakin menuntut, oleh karena itu tugas menginjil yang merupakan urat nadi gereja otomatis
hanya dibebankan kepada para pelayan Tuhan saja. Faktor-faktor interim juga menghambat
pelaksanaan misi gereja, misalnya gereja tertentu mematok wilayah bagi gereja lain untuk
mengabarkan Injil karena wilayah tersebut katanya merupakan wilayah pula bagi suatu gereja.
Sekarang, dengan melihat tantangan-tantangan diatas, sudah sedikit kemungkinan bagi gereja
untuk menjadikan “semua bangsa” sebagai murid Tuhan Yesus secara instan. Lalu apa tindakan
gereja? penulis melihat bahwa peluang terbesar bagi gereja adalah hanya dengan
mempertahankan anggota-anggota gereja dengan pelayanan yang semakin menumbuhkan iman
jemaat, disini peran “ajarlah mereka” dalam pesan Yesus sangat bermakna besar. Gereja harus
mendidik anggotanya agar menghindari kegoyahan iman, dengan demikian setidaknya gereja
masih bisa bertahan dan tetap menjalankan fungsinya sebagai terang dan sumber rekonsiliasi
bagi dunia dimana gereja berada. Langkah mendidik jemaat ini juga untuk menghindari
kenyataan bahwa banyaknya anggota gereja yang melepas imannya demi dunia ini dengan
kegemerlapannya. Misi Amanat Agung secara keseluruhannya yang sepertinya sulit terealisasi di
Kalimantan ini tetap akan terwujud jika gereja melakukan pengajaran dan pendidikan yang
intens terhadap anggota-anggotanya yang ada, sehingga kesadaran akan tumbuh dari jemaat
untuk mempertahakan bahkan menambahkan orang-orang untuk datang dan masuk menjadi
anggota jemaat Kristus. Itu semua hanya bisa terlaksana jika setiap kita boleh bekerja dan
mengabdi serta sadar bahwa tugas kita harus aktif demi misi Allah atas dunia ini. Dengan
terpeliharanya iman anggota gereja yang ada dan dengan adanya pelayanan pendidikan yang
intens terhadap jemaat, termasuk membuka kesadaran bahwa setiap oranglah yang menjadi
tulang punggung gereja maka pastilah penginjilan kepada semua orang itu akan terealisasi,
karena setiap orang sudah sadar akan tugasnya. Gereja memang tengah menghadapi tantangan
besar, tetrapi gereja harus tetap semangat, dan ingatlah Firman-Nya bahwa Ia akan senantiasa
menyertai gereja-Nya sampai akhir zaman.
Daftar Bacaan :
Alkitab
Conterius, Wilhem Djulei. Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru. Flores : 2001 Penerbit
Nusa Indah.
Stott. John, Satu Umat . Malang : 1990, Seminary Alkitab Asia Tenggara.
Wongso, Peter Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini, Malang : 1996, Seminary Alkitab Asia
Tenggara
Artanto, Widi. Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia Yogyakarta : 1997. Penerbit
Kanisius.
Ukur, Fridolin. TuaianNya Sungguh Banyak. Jakarta : 2002. Gunung Mulia.