Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Misi dan penginjilan merupakan suatu tugas yang gereja tanggapi sebagai amanat atau
perintah langsung dari Tuhan Yesus dalam rangka peranannya didunia ini. Alkitab telah banyak
memberikan kita catatan-catatan penting tentang bagaimana pergerakan para murid dan gereja
mula-mula dalam merespon hal ini. Semua itu dapat kita lihat dalam kitab Kisah Para Rasul dan
juga kitab-kitab lain dalam PB bagaimana upaya gereja mula-mula merespon Amanat Agung itu.
Masa kini, sebagian dari gereja juga mengakui bahwa tugas menjalankan penginjilan dan misi itu
juga dalah tugasnya. Menjadi pokok permasalahan bagi gereja masa kini ialah bagaimana gereja
menghadapi tantangan dari dunia dengan kemajemukan yang ada didalamnya, pluralisme,
kemajuan teknologi serta peningkatan ilmu pengetahuan yang semakin membuka ruang bagi
manusia untuk bergerak dan bertindak dengan gaya post modern seperti sekarang ini. Ini
merupakan sebuah tantangan yang sangat luar biasa bagi gereja sebagai subjek misi.
Berangkat dari kata misi, penulis akan menguraikan sedikit pengertian dari segi
etimologisnya. Missiologi berasal dari kata dalam bahasa Latin missio dan bahasa Yunanilogos.
Mission berarti perutusan dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan atau tugas
khusus untuk dilaksanakan. Logos berarti ilmu atau studi, kata atau wacana, yang dari beberapa
pengertian itu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa misiologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perutusan. Berangkat dari segi etimologis dari kata itu, missiologi kurang
lebih bisa diartikan sebagai tugas atau pesan khusus yang harus disampaikan dengan cara yang
khusus pula.[1] Dalam rangka merefleksikannya secara teologis maka missiologi tidak hanya
ilmu tentang perutusan melainkan juga adalah teologi tentang perutusan karena menyangkut
refleksi serta tanggapan ilmiah tentang dimensi iman gereja kepada Allah dan Yesus Kristus
serta keterbukaan gereja terhadap dunia. Gereja mengalami bahwa telah dipanggil dalam iman
kepada Tritunggal itu dan diutus untuk mewartakan kabar sukacita kepada seluruh suku bangsa
sampai ke ujung dunia.[2] Pekabaran Injil berasal dari Allah (Missio Dei). Keinginan untuk
pekabaran Injil dari semula sudah berada di dalam rencana dan tindakan Allah. Pekabaran Injil
bukanlah sebuah gagasan Perjanjian Baru atau beberapa ayat Alkitab saja, tetapi pekabaran Injil
terdapat di seluruh Alkitab yang berarti bahwa misi itu merupakan sebuah kebutuhan dan juga
tanggung jawab yang sangat besar bagi gereja bagi rencana Allah untuk dunia ini secara holistik.
Kata misi sangat sering juga kita dengar dalam ruang lingkup gereja, yang berkaitan
dengan tugas penginjilan dan pelayanan gereja di tengah-tengah dunia ini. Berangkat dari
pengertian misi lalu kaitannya dengan tugas gereja ditengah-tengah dunia ini penulis akan
memberikan beberapa gambaran terkait tugas tersebut. Dalam tulisan ini penulis akan
menguraikan tentang tugas gereja dalam rangka menjalankan misi dan penginjilan ditengah-
tengah dunia ini. Penulis akan berangkat dari misi menurut Amanat Agung dalam Matius 28 :
18-20 yang akan diberikan judul “Misi Gereja Adalah Penginjilan Kepada Semua
Orang”. Masa kini, gereja tinggal memelihara dan memupuk jemaat hasil dari penginjilan yang
lama, sangat sedikit sekali gereja yang mengutus pendeta atau penginjil ( missioner ) ke daerah-
daerah yang benar-benar baru untuk memberitakan Injil atau melaksanakan misi seperti perintah
yang disampaikan oleh Yesus dalam Amanat Agung. Menginjil ialah memberitakan Kabar Baik
yang mencakup segenap daya upaya gereja dalam rangka memberitakan tentang kasih Allah,
tentang dosa manusia yang kemudian melalui kematian Kristus beroleh pengampunan dengan
menerima Dia sebagai Juruselamat. Penginjilan adalah berita anugerah bahwa ada pengampunan
dosa oleh Allah melalui Yesus yang mati di kayu salib.[3] Tugas gereja yang merupakan sebagai
sarana penginjilan ini, diharapkan bisa dilaksanakan dengan seefektif mungkin agar mencapai
sasaran dan tujuan yang telah disebutkan dalam Amanat Agung tersebut. Tugas gereja ialah pergi
untuk membaptiskan dan mengajarkan kepada setiap orang, setiap suku bangsa dibumi tentang
kasih Yesus yang tidak ingin ada satupun dari umat-Nya yang terhilang dari kawananannya.
Oleh karena itu penulis merasa sangat perlu untuk menguraikan bagaimana tugas gereja tersebut,
tujuannya, dan metode pelaksanaan penginjilan yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi
dan kondisi yang ada, sesuai dengan keadaan masyarakat masa kini.

Misi Allah Melalui Gereja Adalah Penginjilan Kepada Semua Orang


Matius 28 : 19-20
Yesus mendekati mereka dan berkata : “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa disorga dan
dibumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka
dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.”

A. Uraian dan Penjelasan Teks


Edmund Woga mengutip D. Senior dalam bukunya menganilisa bahwa Matius
memiliki kecenderungan membagi sejarah penyelamatan Allah dalam tiga periode yakni “masa
Israel” yang merupakan kurun waktu antara masa Abraham sampai masa Yohanes Pembaptis.
Yang kemudian beralih dengan datangnya Yesus ke dunia yang dibuatnya sebagai periode
sentral yakni “masa Yesus” dan periode ketiga ialah “masa Gereja” dimana gerak Injil mulai
beralih, yang awalnya keselamatan itu seolah-olah hanya kepada Israel ( Yahudi ) pada masa ini
beralih kepada orang-orang non Yahudi.[4]
Misi dan penginjilan merupakan sebuah tugas esensial gereja, tugas yang khusus, yang
harus dilaksanakan dengan khusus pula mengingat bahwa tugas itu ialah perintah dari Yesus
sendiri. Jika misi dihubungkan dengan Amanat Agung diatas maka, dapat kita renungkan
kesimpulannya bahwa Yesus menginginkan tidak ada satupun dari manusia yang terlewati oleh
Injil, baik dari suku atau bangsa manapun juga. Kata semua bangsa ini menyangkut setiap orang,
baik itu laki-laki maupun perempuan, miskin-kaya, jadi artinya ialah bahwa Allah menginginkan
keselamatan yang holistic atas semua orang. Jika dikaitkan lagi dengan gereja sebagai
pengemban atau pelaksana dari Amanat Agung itu, maka dapat kita fikirkan bahwa pernyataan
terwujudnya perintah dari misi itu hanya bisa terjadi jika gereja melaksanakan penginjilan
keseluruh pelosok, bahkan sampai keujung bumi dengan ketaatan kepada perintah Yesus agar
orang-orang yang masih hidup dalam dosa dan belum mengenal Sang Juruselamat itu juga
memperoleh berita anugerah melalui Injil keselamatan yang diberitakan.
Gereja adalah Ekklesianya Tuhan Yesus ( “eklessia” berasal dari bahasa Yunani yang
berarti yang dipanggil dari dunia ini untuk menjadi milik-Nya dan berada dalam sesuatu yang
sungguh-sungguh ada dan terpisah semata-mata karena pemanggilannya oleh Allah), Stott
mengatakan bahwa misi penginjilan yang menjangkau semua orang tersebut merupakan suatu
tugas gereja yang sesungguhnya.[5] Kembali ke kata “ekklesia” dengan melihat dari segi arti
maka kita tentunya bisa memahami arti gereja yang sesungguhnya, yakni sebagai gereja yang
universal yang artinya kumpulan dari semua orang yang percaya kepada Yesus diseluruh dunia
ini.
Melihat beberapa argument diatas, maka Amanat Agung dapat kita pahami sebagai
sebuah landasan atau salah satu dasar misi dan penginjilan bagi kita sebagai gereja, didalam
Amanat Agung itu terkandung sebuah rasa kerinduan dari Allah kepada umat-Nya, yaitu agar tak
seorangpun dari umat Allah itu terhilang dan binasa. Kita bisa perhatikan perintah-Nya dalam
ayat 28 yang berkata “Pergilah jadikanlah semua bangsa muridk-Ku”. Dalam perintah tersebut
Tuhan Yesus tidak ada kesan sedikitpun untuk membatasi wilayah mana yang harus gereja
jangkau dalam menjalankan misi dan penginjilan, juga tidak hanya untuk suku-suku maupun
orang-orang tertentu saja, perintah itu mempunyai makna cakupan yang sangat luas, yaitu
menjangkau semua bangsa dibumi ini. Yang berarti tidak ada pengecualian dari tujuan misi
Allah tersebut, semua orang harus beroleh berita keselamatan.
B. Analisis Teks Dan Metode Misi Yesus Serta Relevansi Bagi Gereja Masa Kini
Melalui Amanat Agung ini juga Tuhan Yesus tampaknya memberikan mandat kepada
gereja ( para murid ), agar dalam rangka pelaksanaan misi dan penginjilannya gereja harus
memperhatikan hal-hal berikut ini, yakni :
 Gereja harus aktif . Yesus berkata “pergilah” analisis Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengartikan kata pergilah ini merupakan sebuah perintah agar berjalan, bergerak maju.[6] Jadi
kita sebagai gereja yang menjadi pelaku misi Allah dan penginjilan didunia ini harus bergerak
maju untuk memberitakan Injil kepada segenap bangsa dibumi.
 Membaptiskan, Yesus memerintahkan untuk membaptiskan. berarti gereja memberikan simbol
kelahiran baru yang juga menjadi simbol persekutuan antara umat yang percaya dan menerima
Yesus untuk masuk ke persekutuan gereja.
 Matius 28 : 19,20 . Gereja memuridkan setiap orang yang sudah percaya dan mendidik serta
mengajarkan mereka untuk menjadi murid yang taat kepada perintah Tuhan yang sudah ia
perintahkan kepada para murid, sehingga terjadi proses pemuridan seperti keinginan Yesus.
Kemuridan yang dimaksud ialah melibatkan suatu komitmen manusia untuk taat kepada
pemerintahan Allah, pada keadilan dan kasih serta pada ketaatan tehadap seluruh kehendak
Allah.[7]
 Gereja tidak boleh hanya berhenti ke pembaptisan saja, tetapi bagaimana gereja itu sendiri
membuat orang yang percaya itu masuk dalam persekutuan umat yang lainnya melalui baptisan.
Maka oleh karena itulah Ia berfirman “Baptiskanlah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus ( Matius 28 : 19 )”. Jadi setelah gereja itu menyampaikan misi dan membuat orang
mendengar lalu percaya kepada Yesus, pekerjaannya tidaklah berhenti disitu saja, melainkan
berkelanjutan dengan mepersekutukan mereka dengan yang lain yang telah percaya melalui
baptisan kudus, lalu mendidik mereka sehingga tetap taat untuk menjalankan perintah yang
sesuai kehendak-Nya sebagaimana yang Tuhan sampaikan kepada para murid.
Beberapa hal diatas merupakan serangkaian tindakan yang harus gereja lakukan dalam
melaksanakan fungsinya ditengah-tengah dunia ini. Hal-hal tersebut juga merupakan tugas yang
diberikan kepada gereja, tentu dalam melaksanakan tugas tersebut Tuhan tidak hanya
memberikan tugas kepada gereja untuk bekerja sendiri saja. Tetapi Tuhan juga memberikan
jaminan bahwa Ia sendiri sebagai pemberi Amanat yang Agung itu tidak akan melepaskan gereja
dan “senantiasa menyertai kamu sampai akhir zaman” (Matius 28 : 20). Kita juga bisa melihat
beberapa teks yang lain dari Alkitab yang juga mendukung dan memiliki kesejajaran dengan
perintah-Nya melalui Amanat Agung tersebut, bahwa ketika gereja melaksanakan misi dan
penginjilannya maka :
 Setelah gereja melakukan penginjilan dan menyampaikan misi-Nya, maka setiap orang yang
menerima berita Injil itu lalu percaya dan dibaptiskan orang tersebut akan beroleh keselamatan
(bdk. Markus 16 : 16). Ini berarti buah dari misi yang dilakukan gereja adalah keselamatan bagi
setiap orang yang percaya.
 Roh Kudus akan dikirim dan diutus-Nya kepada gereja-Nya yang mengasihi Dia, dan yang
selalu memiliki kerinduan untuk melakukan tugas misi dan penginjilan ( bdk. Lukas 24 : 49 ).
Amanat Agung merupakan sebuah gambaran dari tindakan misi gereja. Jadi dapat kita lihat
bahwa salah satu contoh dari inti Amanat Agung itu yang sangat membantu kita untuk bisa
mempertahankan eksistensi gereja sesuai fungsinya ialah mendekat kearah ungkapan dari Gerber
berikut ini : “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku” ialah berarti membawa baik pria, wanita
dan semua suku bangsa kepada Yesus Kristus, sehingga mereka percaya dan beriman dan
menyerahkan diri sepenuh hati kepada Dia. Ini merupakan proses yang terus-menerus, proses
yang mempersekutukan orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, menjadikan mereka
anggota-anggota gereja yang bertanggung jawab juga untuk memberitakan Injil-Nya dan
berbuah. Murid-murid ini pergi untuk menjadikan orang lain murid Yesus, membaptiskan
mereka, mengajar serta menggabungkan mereka kepada gereja. Oleh karena itu penginjilan yang
tidak mempersekutukan petobat-petobat baru kepada persekutuan gereja setempat tidak bisa
dikatakan mencapai tujuan.[8] Penginjilan dan pemuridan ini bertujuan agar setiap orang yang
sudah menerima Yesus dan percaya bahwa dirinya telah diselamatkan bisa memahami dengan
benar mengapa Allah menyelamatkan Dia. Ini akan menjadi titik tolak bahwa seorang warga
gereja yang diselamatkan itu memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan penginjilan lagi
kepada orang lain sehingga gereja itu terus bertambah dan eksis menyampaikan karya
penyelamatan Allah terhadap dunia.
Melihat dari uraian diatas penulis ingin mengatakan bahwa “gereja tak pernah
bisa berkembang dan bertahan tanpa misi dan penginjilan”. Penulis memiliki asumsi ini dengan
melihat bahwa hubungan antara penginjilan dengan pertumbuhan gereja itu sangatlah erat,
sehingga gereja akan mati bila penginjilan dan misi sudah tidak lagi dilaksanakan dengan efektif
dan metode yang kreatif. Purnawan menulis sejauh mana keeratan antara pertumbuhan gereja
dengan misi dan penginjilan sebagai berikut “Penginjilan adalah motor pertumbuhan gereja,
tanpa penginjilan gereja tidak lahir. Penginjilan memiliki peran utama dalam pertumbuhan
gereja, pertumbuhan yang dihasilkan ialah pertumbuhan yang sehat. Sehat karena pertumbuhan
seperti ini sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki agar jangan ada orang yang
binasa, melainkan semua orang bertobat ( 2 PTR 3 : 9 ). Tanpa penginjilan dan misi, gereja akan
berhenti untuk bertumbuh, bahkan mungkin dengan segera mati”.[9] Jika
sedemikian penting peranan penginjilan dan misi dalam gereja, maka ia seharusnya menjadi
sebuah elemen penting yang harus dilaksanakan oleh gereja sebagai subjek misi yang berarti
juga gambaran tentang sangatlah berat tugas yang harus dilakukan gereja sekarang ini. Sungguh
sangat banyak jiwa disekitar gereja yang belum pernah mendengarkan berita Injil. Bagaimanakah
respon kita terhadap hal tersebut ?
Gereja sebagai mandataris Allah yang telah menerima Amanat Agung memiliki tanggung
jawab untuk memberitakan Injil kepada setiap orang yang belum selamat. Gereja adalah
pengemban tugas menyampaikan Amanat Agung itu. Gereja diutus sebagai suatu subjek yang
wajib membagikan keselamatan yang telah diterimanya kepada dunia ini sebagai objek dari misi
Allah tersebut. Dunia ini yang adalah objek dari misi gereja berisi masyarakat luas dengan
berbagai macam ragam perbedaan dan kemajemukan didalamnya dan gereja tidak bisa
dipisahkan dari ha-hal tersebut.[10]
Sebagai sebuah subjek yang memiliki suatu tujuan terhadap objeknya, apa sebenarnya
yang harus kita lakukan sebagai gereja yang memandang dunia dan masyarakat didalamnya
adalah adalah objek ? gereja memiliki kewajiban untuk memahami dan mengenali objeknya
secara utuh dan sehingga bisa menetapkan metode apa yang bisa dilakukan dalam rangka
melaksanakan misi dan penginjilannya. Alkitab banyak mencatat tentang bagaimana metode
yang Tuhan Yesus lakukan ketika Ia melakukan pelayanannya, dan menurut penulis metode-
metode tersebut masih relevan jika gereja menerapkannya pada masa kini yang bisa juga
ditambah dengan bebagai kreasi sesuai konteks dari objek yang dituju, beberapa metode tersebut
ialah :
 Metode kontekstualisasi, yang berarti memahami dan melakukan penelitian kemudian masuk
sedalam-dalamnya kedalam objek tersebut, sehingga kita bisa mengetahui dan mengenal mereka
dan mereka mengenal kita. Yesus memperlihatkan pemahaman-Nya terhadap itu tersirat dengan
kesediaan-Nya datang kedunia untuk lahir diantara manusia, Ia berkomunikasi dengan
masyarakat disekitar-Nya dengan menggunakan komunikasi yang mudah dipahami oleh
masyarakat. Nah ! sebagai gereja kita sering merasa bahwa kita adalah yang kudus, paling suci
dan sudah diselamatkan dan perasaan seperti itu kita bawa ke tengah-tengah masyarakat luas
sehingga kita cenderung kurang diterima karena ada kesan menghakimi bahwa apa yang mereka
lakukan selama ini salah, ini sering terjadi ketika gereja atau Injil berjumpa dengan kebudayaan
masyarakat yang tradisional. Jika kita mau meneladani sikap Yesus yang masuk ketengah-tengah
manusia dengan cara manusia, tentu kita akan bisa diterima dengan baik dan Injil yang kita
beritakan pasti berhasil.
 Tuhan Yesus tidak hanya diam menunggu agar masyarakat yang diInjili merespon dengan positif
Injil yang dibawakan-Nya, tetapi gereja seharusnya aktif mencari metode yang tepat bagi
mereka. Yesus juga pernah mengalami beberapa kali penolakan tetapi Ia tetap berhasil
melakukan pelayanan-Nya.
 Gereja harus komunikatif. Gereja tidak pernah mengetahui sejauh mana masyarakat memahami
tentang Injil apabila gereja tidak melakukan komunikasi dengan mereka. Tuhan Yesus
memberikan contoh bahwa Ia sering mengambil inisiatif untuk melakukan komunikasi dengan
masyarakat. Jika gereja bisa bertindak demikian, yaitu mengambil inisiatif untuk berkomunikasi
dengan masyarakat, bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan maupun pemberitaan
yang dilakukan, tentu gereja akan menemukan cara yang lebih inovatif untuk menyampaikan
misinya kepada masyarakat.
 Peka pada kebutuhan masyarakat yang menjadi objek misi, dalam Alkitab dicatat bahwa selama
penginjilan-Nya Tuhan Yesus sangat peka sekali terhadap kebutuhan masyarakat disekitarnya, Ia
juga seringkali memberikan kebutuhan jasmani pada masyarakat misalnya saja melalui
penyembuhan dari penyakit sampai memberi makan lima ribu orang. Dalam hal ini gereja bisa
mencontoh dari apa yang telah dilakukan oleh Yesus tersebut, gereja memang tidak mempunyai
kuasa untuk melakukan mujizat-mujizat yang langsung jadi seperti yang Yesus lakukan, tetapi
gereja umumnya memiliki alokasi dana dari pemerintah dan dari jemaat yang sudah mapan,
dalam hal ini uang atau dana itu bisa digunakan untuk menginjili melalui cara membangun
sarana-sarana kesehatan didareah yang tidak terjangkau, misalnya pedesaan sehingga
sebagimana Yesus menyembuhkan demikian juga gereja bisa meneladani itu dengan
mengguanakan fasislitas yang ada sekarang. Dengan uang gereja juga bisa membantu objeknya
melalui cara membuka koperasi simpan pinjam untuk masyarakat “miskin” sehingga kebutuhan
jasmani dapat dibantu, dengan demikian kehadiran gereja pasti akan mendapatkan respek yang
lebih baik dari pada hanya berkhotbah dengan berseru-seru agar dunia ini harus bertobat, tetapi
vakum dan tidak melakukan apapun yang bisa dijadikan objek itu sebagai suatu contoh mengapa
ia harus menerima misi itu. Gereja juga dirasakan menjadi sahabat dan tempat berteduh yang
sungguh-sungguh teduh bagi orang-orang yang dianggap kelas bawah atau miskin.[11]

Kontekstualisasi Bagi Misi Gereja Masa Kini Dalam Konteks Gereja Di Kalimantan
a. Sekilas Sejarah Penginjilan di Kalimantan
Pulau Kalimantan merupakan suatu bagian dari wilayah pelayanan gereja. Dimulai dengan
kehadiran para Zending, (termasuk Zending Barmen)[12] yang membawa berita Injil kepada
penduduk pulau ini.
Tiga poin dari misi yang disampaikan melalui perintahNya dalam Amanat
Agung kepada murid-muridNya, telah dijawab melalui kehadiran para penginjil tersebut dibumi
Kalimantan ini. Pergi memberitakan Injil, menjadikan murid dan membaptiskan telah dilakukan
sejak awal perjalanan gereja di Kalimantan ini. Tugas yang tidak mudah dilakukan mengingat
kenyataan penduduk Kalimantan pada masa awal gereja hadir merupakan kenyataan yang tidak
terbayangkan. Orang-orang pribumi sulit menerima pengaruh asing, mereka sangat kuat
memelihara tradisi dan kebudayaan nenek moyang. Semua realitas diatas menunjukkan bahwa
sesungguhnya pulau Kalimantan ini memang sejak semulanya merupakan bukan daerah yang
mudah bagi pekabaran Injil. Tetapi apakah itu mengendurkan semangat para misionaris untuk
memberitakan Injil dan kasih Yesus Kristus ? Tidak ! Realitas itu malah mereka melihat bahwa
disinilah janji Yesus diwujudkanNya bahwa “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan
sekali-kali tidak Aku meninggalkan engkau”.[13] Sejak itulah kita melihat cukup banyak
anggota gereja di Kalimantan ini, yang merupakan buah dari semangat para misionaris dan
penyertaan Kristus sendiri.
b. Gereja dan Misinya Masa Kini
Sekarang, tampaknya pekerjaan gereja lebih mudah mengingat keadaan Kalimantan sangat
berubah daripada waktu pelayanan yang dilakukan para Zending. Benarkah demikian ? tidaklah
seperti yang kita bayangkan, menjalankan misi Amanat Agung di Kalimantan kini menghadapi
berbagai tantangan yang luar biasa, gereja harus berhadapan dengan pluralisme masyarakatnya,
ini bisa berupa perjumpaan misi Amanat Agung itu dengan agama-agama lain, gereja juga harus
menghadapi tantangan masih maraknya penduduk yang mempertahankan tradisi leluhurnya
(singkretisme). Kondisi masyarakat yang telah berubah dengan masuknya kemajuan dari sektor
teknologi juga menjadi hambatan yang serius. Semua ini disebabkan bahwa kecenderungan
masyarakat lebih disibukkan untuk mengikuti arus kemajuan daripada mendengarkan Injil atau
tidak tahu-menahu lagi tentang Tuhan (Sekularisme). Demikian juga masyarakatnya yang sudah
menjadi anggota gereja juga terlibat dalam mengikuti arus hidup yang semakin berubah dan
semakin menuntut, oleh karena itu tugas menginjil yang merupakan urat nadi gereja otomatis
hanya dibebankan kepada para pelayan Tuhan saja. Faktor-faktor interim juga menghambat
pelaksanaan misi gereja, misalnya gereja tertentu mematok wilayah bagi gereja lain untuk
mengabarkan Injil karena wilayah tersebut katanya merupakan wilayah pula bagi suatu gereja.
Sekarang, dengan melihat tantangan-tantangan diatas, sudah sedikit kemungkinan bagi gereja
untuk menjadikan “semua bangsa” sebagai murid Tuhan Yesus secara instan. Lalu apa tindakan
gereja? penulis melihat bahwa peluang terbesar bagi gereja adalah hanya dengan
mempertahankan anggota-anggota gereja dengan pelayanan yang semakin menumbuhkan iman
jemaat, disini peran “ajarlah mereka” dalam pesan Yesus sangat bermakna besar. Gereja harus
mendidik anggotanya agar menghindari kegoyahan iman, dengan demikian setidaknya gereja
masih bisa bertahan dan tetap menjalankan fungsinya sebagai terang dan sumber rekonsiliasi
bagi dunia dimana gereja berada. Langkah mendidik jemaat ini juga untuk menghindari
kenyataan bahwa banyaknya anggota gereja yang melepas imannya demi dunia ini dengan
kegemerlapannya. Misi Amanat Agung secara keseluruhannya yang sepertinya sulit terealisasi di
Kalimantan ini tetap akan terwujud jika gereja melakukan pengajaran dan pendidikan yang
intens terhadap anggota-anggotanya yang ada, sehingga kesadaran akan tumbuh dari jemaat
untuk mempertahakan bahkan menambahkan orang-orang untuk datang dan masuk menjadi
anggota jemaat Kristus. Itu semua hanya bisa terlaksana jika setiap kita boleh bekerja dan
mengabdi serta sadar bahwa tugas kita harus aktif demi misi Allah atas dunia ini. Dengan
terpeliharanya iman anggota gereja yang ada dan dengan adanya pelayanan pendidikan yang
intens terhadap jemaat, termasuk membuka kesadaran bahwa setiap oranglah yang menjadi
tulang punggung gereja maka pastilah penginjilan kepada semua orang itu akan terealisasi,
karena setiap orang sudah sadar akan tugasnya. Gereja memang tengah menghadapi tantangan
besar, tetrapi gereja harus tetap semangat, dan ingatlah Firman-Nya bahwa Ia akan senantiasa
menyertai gereja-Nya sampai akhir zaman.
Daftar Bacaan :
Alkitab
Conterius, Wilhem Djulei. Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru. Flores : 2001 Penerbit
Nusa Indah.

Woga, Edmund. Dasar-Dasar Misiologi. Yogyakarta : 2002, Kanisius.

Graham, Billy. Beritakan Injil. Bandung : 1992, Yayasan Baptis Indonesia.

Stott. John, Satu Umat . Malang : 1990, Seminary Alkitab Asia Tenggara.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Bosch, D. J. Transformasi Misi Kristen. ( Jakasrta : 1997, Gunung Mulia.

Gerber, Vergil. Pedoman Pertumbuhan Gereja/Penginjilan. Bandung : 1982 , Penerbit Kalam


Hidup.

Tanibemas, Purnawan Pertumbuhan Gereja dan Strategi Penginjilan. Surabaya : 1997.


YAKIN.

Wongso, Peter Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini, Malang : 1996, Seminary Alkitab Asia
Tenggara
Artanto, Widi. Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia Yogyakarta : 1997. Penerbit
Kanisius.
Ukur, Fridolin. TuaianNya Sungguh Banyak. Jakarta : 2002. Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai