DISUSUN OLEH:
NIRM : 2020196997
KELAS :G
Jumlah bab : 24
Melalui buku ini yang berjudul Apakah Pengembalaan Itu? Penulis ingin
membantu dan mendorong para Pendeta-Pendeta muda elis-majelis gereja dan
semua anggota jemaat yang memulai pekerjaan sukar di jemaat sehinggah mereka
tetap menjadi gembala dan mendorong jemaat untuk saling mengembalakan serta
saluruh jemaat dapat mempelajarinya bersama untuk mempraktikkannya.
Ringkasan umum
Buku ini sangat baik untuk dibaca dan direnungkan karena buku ini mampu
menjelaskan kepada pembacanya tentang bagaimana selayaknya seorang pelayan
Tuhan dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya,dan bukan hanya bagi seorang
gembala tetapi buku ini juga diperuntukkan kepada kita jemaat atau domba-domba
tentang bagaimana kita bisa belajar bahwa pengembalaan tidak hanya diperuntukkan
kepada seorang gembala tetapi kita juga bisa melakukan pengembalaan secara
professional.
Saya setuju dengan argument yang dinyatakan oleh Dr.H.Feber bahwa pertama-tama
tidak menekankan apa yang di ucapkan oleh pelayan itu sebgaimana yang di katakana
oleh Thurnessyen tetapi tetapi bagimana perkataannya itu diterima setiap anggota
jemaat,dan bagaimana itumempengaruhi kepribadian,yaitu pikiran ,perasaan,dan
pengakuan mereka.
Supaya Gereja Menjadi Penuh Suatu hal yang memuaskan hati seorang pendeta ialah
apabila gereja penuh sesak pada setiap kebaktian. Kita diingatkan bahwa berdoa dan
mengikuti kebaktian tidaklah cukup, tetapi setiap pengikut kristus Yeusu hendaknya
melakukan kehendak Allah. Juga Matius 25:31-46 menerangkan kepada kita bahwa yang
penting dalam kehidupan setiap orang Kristen ialah. Memang bagus kalau gereja menjadi
penuh dengan jemaat saat kebaktian, tetapi hal itu bukanlah suatu jaminan, bahwa jemaat
gereja itu adalah jemaat yang hidup.
Supaya gereja menjadi kudus Gereja yang kita saksikan dalam jemaat bukanlah tujuan
pelayanan kita. Gereja dalam bentuk itu akan berlalu gereja adalah “sesaat” tidak kekal.
Sampai saat itu, gereja masih merupakan “gereja yang berjuang” dan yang sering berjuang
dengan senjata yang kurang psortif. Gereja yang berjuang itu terdiri dari manusia yang
kurang baik, kurang jujur, kurang benar. Oleh karena itu, dengan kekuatan dirinya sendiri,
gereja tidak bisa menjadi kudus, gereja hanya dapat dikuduskan oleh darah Yesus Kristus.
Supaya jemaat dibangun Kita sudah melihat bahwa tujuan penggembalaan ialah,
supaya jemaat Yesus Kristus dibangun. Kalau dalam jemaat tiap-tiap anggota menjadi
anggota yang hidup, yang tahu akan panggilannya, maka jemaat itu akan menjadi suatu
jemaat yang hidup, suatu jemaat yang menarik, seperti suatu lampu di atas gunung.
Dari tiga kata kunci di atas saya setuju dengan kata kunci yang paling terakhir bahwa
tujuan pengembalaan itu ialah supaya jemaat dibangun.karena anggota jemaat
memerlukan bimbingan dan pengembalaan untuk mengetahui bagaimana mereka bisa
hidup sebagai pengikut Kristus ,dengan bakat yang ada pada mereka dan dalam
kehidupan mereka.
Firman itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Maz. 119:105): itulah suatu
keterangan yang jelas tentang firman Allah. Tanpa firman itu manusia dalam kegelapan,
sehingga ia tidak bisa melihat Allah, juga sesamanya, atau bahkan dirinya sendiri. Tanpa
firman itu manusia tidak dapat melihat tujuan hidupnya, sehingga dengan mudah ia tersesat.
Firman itu diberikan kepada manusia dalam bentuk “Alkitab”, yang dibagi atas banyak pasal
dan nas. Pertama-tama firman Tuhan merupakan dasar untuk penggembalaan. Di samping itu
firman Allah menjiwai penggembalaan. Penggembalaan pun merupakan suatu bentuk
pemberitaan firman. Tetapi bentuknya lain daripada membawakan renungan atau khotbah.
Gereja biasa menyebut pendeta sebagai “pemimpin jemaat” dan juga sebagai
“gembala jemaat”. Oleh karena itu memimpin ialah berkuasa atas orang lain dan menentukan
apa yang harus dibuat olehnya. Seperti “pater” dalam bahasa Latin “bapak”. Jadi memimpin
secara paternalistic berarti: memimpin seperti seorang bapak. Seorang bapak adalah yang
lebih tua daripada anaknya yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anaknya yang belum
dewasa. Kita melihat cara memimpin yang baik dari contoh Tuhan Yesus sendiri
Siapakah Gembala Dalam Jemaat?
1. Seorang gembala adalah seorang yang mengenal Yesus Kristus, sehingga ia dapat
meniru kelakuan Yesus dan mewakili-Nya .Gembala harus sadar, bahwa ia tidak
bertindak atau berbicara atas kuasanya sendiri, tetapi hanya atas kuasa gembala yang
baik. Tetapi maksud penggembalaan itu adalah untuk mempertemukan domba sendiri
dengan gembala yang baik. Gembala bukanlah penyelamat, ia hanyalah pelayan
juruselamat umat.
Menurut Blackwood Seorang gembala harus berani, seperti seorang pendeta tentara di
medan perang Seorang gembala jadi berani, sebab ia tahu tujuan usahanya dan ia merasa
bahwa tujuan itu begitu penting dan berharga, sehingga ia tidaak takut mempertaruhkan
hidup dan namanya demi tujuan itu.
Saya setuju dengan pendapat diatas bahwa sebagai pendeta harus berani dalam
hal memberitakan dan mengajarkan kebenaran kepada jemaat
karenapendetalah yang dapat mengarahkan jemaatnya apabila jemaatnya telah
berpaling ke jalan yang tidak baik,pendeta harus berani menegur dan harus
berani menyatakan injil demi menjalankan tugas yang telah ia terima dari
Tuhan.
Perkunjugan Pastoral
1. Perkunjungan itu merupakan tugas gembala-gembala khusus, yaitu majelis jemaat.
Jadi bukan tugas pendeta saja! Majelis dan semua sebagai tim gembala-gembala
khusus bertanggung jawab dalam penggembalaan terhadap jemaat.
2. Siapakah yang harus dikunjungi?Yang harus dikunjungi oleh gembala adalah
anggota jemaat. Perkunjungan itu berhubungan dengan salah satu persoalan
tertentu, Sebab perkunjungan khusus itu diadakan, kalau ada jemaat yang sakit, ke
rumahnya sendiri, atau ke rumah sakit, kalau ada jemaat berduka, kalau ada
jemaat yang mau menikah, perkunjungan sekitar baptisan, dll.
Percakapan Pastoral
Tiga macam percakapan pastoral .Dalam buku “pastoral” psychologische opstellen”,
Dr. H. Faber seorang ahli penggembalaan di Tanah Belanda, membedakan tiga macam
percakapan pastoral :
1. Percakapan mengenai soal-soal praktis : ada anggota jemat yang menghubungi
gembala khusus untuk mencari pertolongan atau nasihat dalam persoalan praktis.
2. Percakapan tentang soal dalam hubungan dengan orang lain : ada persoalan-
persoalan yang tidak bisa diputuskan melalui nasihat atau pertolongan praktis saja.
3. Percakapan mengenai persoalan dalam hubungan deangan Allah : gembala ingin
menolong saudaranya dalam hubungan yang baik dengan Allah.
Saya sependapat dengan argument diatas bahya tidak selamanya percakapan
pastoral itu sama dengan khotbah .karena itu percakapan pastoral itu
merupakan percakapan agar dapat membimbing dan melatih jemaat dan juga
dengan adanya percakapan pastoral bisa mengenal masing-masing domba-
dombanya.
Teknik percakapan
1. Katekisasi
Katekisasi dipandang sebagi suatu bentuk penggembalaan kepada pemuda-pemudi
dan calon-calon sidi pada umumnya dalam jemaat. Dalam katekisasi, calon-calon
sidi dibimbing kepada kedewasaan dalam iman mereka. Pada katekisasi, di
samping memberi bahan pengetahuan, gembala membimbing murid katekisasi,
untuk mengerti, apa artinya kepercayaaan Kristen untuk mereka pribadi dan untuk
kehidupan mereka sebagai anggota jemaat dan masyarakat.
2. Apa arti sidi?
seorang anggota sidi adalah seorang Kristen yang dewasa dan yang bertanggung
jawab. Jadi sidi merupakan langkah yang penting dalam kehidupan tiap-tiap
manusia, karena dengan itu ia mau mengatakan dan mengaku, bahwa ia sendiri
mau bertanggungjawab tentang imannya dan kehidupannya sebagai seorang
Kristen.
3. Percakapan sebelum penenguhan sidi
Percakapan gembala dengan calon sidi itu sangatlah penting, karena itu tidak
cukup jikalau percakapan itu merupakan “ujian” saja. Tetapi intinya ialah apakah
seoraang calon sidi manyadari apa arti Alkitab dan pengakuan iman gereja untuk
kehidupan pribadinya, untuk kelakuannya sehari-hari terhadap Tuhan dan
sesamanya.
Perkawinan adalah suatu persekutuan hidup total, yang meliputi tubuh, roh dan
jiwa, juga waktu sekarang dan waktu yang akan datang. Jadi perkawinan merupakan
suatu relasi eksklusif: yaitu tak mungkin mengadakan suatu relasi yang sama dengan
orang ketiga; dan perkawinan itu secara prinsip tidak dapat diceraikan. Menurut Bovet
memandang perkawinan sebagai suatu persekutuan yang meliputi waktu sekarang dan
waktu yang akan datang. Di sini muncul aspek kesetiaan. Kesetiaan itu merupakan
bagian yang mutlak dan penting dari kasih.
Saya setuju dengan argument diatas bahwa perkawinan merupakan
persekutuan yang akan selalu bertumbuh apabila suami dan istri selalu mau
berusaha supaya persekutuan itu ada.
Kelebihan buku:
Kelemahan buku :