Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK DOGMATIKA III

Nama-nama Kelompok :
 Daniel Bonardo Pane
 Deswanto Silaban
 Parlin Sihite
Dosen : Pdt. Dr. J. Boangmanalu

DOSA MENURUT PERJANJIAN LAMA


(Suatu Tinjauan Dogmatis Mengenai Dosa Dalam Perjanjian Lama)

I. Pendahuluan
Dosa telah membuat manusia hidup dalam kekacauan dan pemberontakan. Pada
saat manusia pemberontakan tersebut, manusia telah melakukan dosa sehingga
hubungan manusia dengan Allah serta sesamanya telah rusak. Dosa adalah sesuatu yang
membelenggu dan mengikat, merugikan orang lain dan merupakan pemersatu dengan
setan, serta sikap yang melawan kehendak Allah. Maka hakekat dosa adalah setiap
penentangan terhadap kehendak Allah. Untuk memperjelas pengertian dosa menurut
kitab Perjanjian Lama, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
I. Pendahuluan
II. Isi
i. Etimologi Dosa dalam PL
ii. Dosa menurut beberapa Ahli
III. Penjelasan lanjutan
IV. Tanggapan dogmatis
V. Kesimpulan
Daftar Pustaka
II. Isi
I. Etimologi Dosa dalam PL
Dosa merupakan ketidak-tercapainya standar Allah, suatu pelanggaran yang
disengaja dan seharusnya tidak terjadi. Dalam PL dosa dimengerti sebagai ketidaktaatan
yang diungkapkan dengan istilah pesya (pemberontakan), chātā’ (pelanggaran), dan
awon (perbuatan tidak senonoh). Dosa bisa juga diartikan sebagai apa yang tidak dapat
diterima (bagi Allah dan umat manusia); tidak harus ketidaktaatan terhadap Allah atau
pemberontakan terhadapNya (seperti yang dinyatakan dalam 1Raj. 8: 50) dan tidak
dapat disamakan dengan perbuatan criminal, yang adalah pelanggaran terhadap
masyarakat. Apapun yang salah dalam hubungan dengan Allah adalah dosa.1
Dalam PL dosa dalam bahasa Ibrani disebut dengan istilah chātā’ (‫) ָחטָא‬. Kata
dosa sebagai bentuk pembatalan dalam bidang keagamaan dari perilaku hidup manusia
yang beraneka ragam dalam kehidupan sosial atau masyarakat. 2 Maksudnya dosa itu
merupakan suatu bentuk sikap manusia yang bermacam-macam yang tidak sesuai
dengan bidang keagamaan yang dianutnya.
Dosa merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum, dalam Alkitab tidak hanya
dalam konsep keagamaan dari sikap terhadap perintah Allah dan hukumNya (Kej. 3:3),
tetapi juga penolakan terhadap panduan hidup oleh perintah dan secara langsung
berpengaruh terhadap pengetahuan akan kekuatan Allah, sifatNya, dan kasihNya yang
nyata dalam anakNya.3
II. Dosa menurut beberapa Ahli
Menurut Ch. Barth, dalam kesebelasan fasal permulaan kitab Kejadian
terdapat beberapa cerita tentang kegagalan manusia di dalam hal memenuhi tugas yang
telah diberikan kepadanya. Ia mengambil contoh dokumen yang terkenal ialah Kej. 3:1-
24. Menurutnya kisah penciptaan itu tidak selesai diceritakan sebelum pemberontakan
itu diceritakan. Pemberontakan itu sepintas lalu dikerjakan dalam bentuk perebutan atau
pencurian sesuatu yang dipandang baik oleh manusia itu, tetapi yang membawa
kecelakaan buruk. Bagaimana pun baiknya pengetahuan itu, ‘rebutan’ tidak mungkin
pengetahuan itu menjadi berkat bagi manusia. Mau merebut apa yang merupakan
kepunyaan Allah berarti mau menjadi seperti Allah (Kej. 3:5,22). 4 Menurutnya dalam
Kejadian 3 sebenarnya berbicara tentang tida menaati larangan Allah.5
Menurut Calvin, dosa merupakan suatu tindakan murtad dengan maksud
melepaskan diri dari kekuasaan penciptanya dan membuang kuknya dengan lancang.6
Perbuatan itu merupakan perbuatan yang hina dan menjijikkan. Lebih lanjut
1
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 84
2
K. Koch: ‘‫ ’ ָחטָא‬dalam buku G. Johannes Botterweck dan Helmer Ringgren (edit), Theological
Dictionary of The Old Testament, Vol. IV (Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing
Company, 1980), 309
3
James Orr (general edit), The International Standard Bible Encyclopædia, (Grand Rapids, Michigan:
W.M. B. Eerdmans Publishing Co., 1980), 2798
4
Christoph Barth, Theologia Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 70
5
Ibid, 73
6
Yohanes Calvin, Institutio, (Jakarta: BPK-GM, 1980), 47
menurutnya dosa yang dilakukan oleh Adam itu merupakan suatu penyebab akan
munculnya dosa warisan.7 Dalam buku yang dituliskan oleh Robert R. Boehkle,
menurut Calvin, dosa warisan atau dosa turunan adalah suatu kerusakan dan kejahatan
kodrat yang turun menurun, yang sudah tersebar ke semua bagian jiwa, dan membuat
kita pertama-tama layak ditimpa kemurkaan Allah, kemudian menimbulkan dalam diri
perbuatan-perbuatan yang oleh Alkitab dinamakan ’perbuatan-perbuatan daging’.8
Irenaeus dalam bukunya A. Kenneth Curtis bahwa manusia yang pertama
yang tidak berdosa menjadi berdosa karena menyerah pada godaan. 9 Maksudnya bahwa
kisah dalam Kejadian 3 itu adalah kisah mengenai manusia yang menyerah pada
godaan, merupakan sebuah awal kejatuhan manusia dalam dosa.
J.L. Ch. Abineno mengemukakan dosa Adam dan Hawa bukanlah sesuatu
yang datang menimpa mereka dari luar, tetapi perbuatan mereka sendiri. Perbuatan yang
mereka lakukan berdasarkan keputusan dan pilihan mereka sendiri. Oleh karena
perbuatan itu, dimana manusia menolak untuk taat pada perintah Allah. Manusia dengan
sadar memutuskan hubungan dengan Allah. Tetapi manusia adalah makhluk yang tidak
bisa hidup tanpa Allah.10
III. Penjelasan lanjutan
Pada saat penciptaan, Allah menciptakan segala sesuatunya adalah baik. Allah
terlebih dahulu menciptakan alam semesta beserta isinya lalu menciptakan manusia
(Adam). Bahkan, Allah menempatkan manusia itu di suatu taman, yaitu taman Eden
yang dipenuhi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia itu. Allah menciptakan
perempuan (Hawa) setelah manusia itu ditempatkan di taman Eden.
Namun ternyata perempuan itu mampu diperdaya oleh Iblis (melalui ular). Iblis
mampu menyakinkan perempuan itu bahwa ia tidak akan mati. Jikalau memakan buah
pohon pengetahuan yang baik dan jahat itu, bahkan iblis mengatakan bahwa ia akan
serupa dengan Allah. Perempuan itu juga memberikan buah itu kepada Adam dan
akhirnya setelah mereka memakan buah pengetahuan itu, mereka sadar bahwa mereka
dalam keadaan telanjang lalu mengambil daun-daun dan menjadikan sebagai cawat
(Kej. 3).

7
Bdk. Ibid, 45
8
Robert R. Boehkle, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato
Sampai I.G. Loyola, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 397 bdk. Institutio, 48
9
A. Kenneth Curtis, dkk. 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2004),10
10
J.L. Ch. Abineno, Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 59-60
Ketika Allah memanggil manusia itu, mereka bersembunyi. Di situlah Allah
mengetahui bahwa mereka telah memakan buah pengetahuan yang dilarangNya.
Sebagai akibat perbuatan mereka, Allah menghukum ular, perempuan itu, dan manusia
itu. Kemudian Allah mengusir Adam dan Hawa dari taman (ayat 23). Itulah dosa yang
pertama dalam Alkitab.
Namun, bila disimak cerita-cerita yang tertulis dalam Alkitab, maka kita dapat
membagi dosa itu menjadi dua bagian, yakni dosa personal dan dosa kolektif. Dosa
personal maksudnya dosa yang dilakukan oleh seseorang dan ia sendiri menanggung
akibatnya, misalnya dosa Kain. Dosa kolektif ialah dosa yang dilakukan oleh umat atau
bangsa terhadap Allah, misalnya dosa bangsa Israel yang telah melanggar perintah
Allah.
Dalam kitab Habakuk 2:6-19, dikatakan dimana Allah membukakan kepada
Habakuk lima pola yang sangat dibenci oleh Allah dan dengan pastinya akan dihukum
oleh Tuhan. Perkataan celaka dalam bagian ini yang terdiri dari lima kali pengucapan
kata celaka merupakan hukuman TUHAN atas keserakahan, kesombongan
mempertahankan dosa, semangat ketidakadilan, kekejaman, dan penyembahan berhala.
Keserakahan adalah pola lazim yang tidak boleh dibenarkan. Hal ini ditujukan
kepada mereka yang begitu jahat telah merampok dan merugikan orang lain, untuk
kepentingan dirinya. Keserakahan bagaikan kuburan; keserakahan adlaah sifat yang
tidak pernah terpuaskan. Manusia dengan begitu jahat telah merampok dan merugikan
orang lain demi kepentingan dirinya.
Kesombongan dan penipuan realita merupakan inti dan motivasi yang sama
dengan inti dan motifasi dari dasar dosa itu sendiri, yaitu manusia berkeinginan untuk
menggantikan posisi Allah. Keadilaan dan kesucian TUHAN tidak akan membiarkan
semua kejahatan bisa terjadi begitu saja. Justru di situlah pengharapan manusia
mendapatkan kekuatan dan kepastiannya. Kekejaman membuat korbannya menjadi gila,
yang mana kekejaman itu sama seperti membius orang dengan anggur dengan orang itu
rela menelanjangi dirinya sendiri. Artinya, orang itu tidak mengenal siapa dirinya
sendiri.
Hukuman menyembah berhala hal ini merupakan pertentangan langsung yang
dibuat manusia terhadap Allah dan kedaulatannya. Maka mau tidak mau, manusia
sebagai pelakunya harus berhadapan dengan pengadilan Allah. Penyembahan berhala
menggantikan kedaulatan Allah dengan kedaulatan lain yang sebenarnya bukan
kedaulatan sejati. Ketika manusia menegakkan diri mau melawan kedaulatan Allah itu
merupakan suatu tindakan pemberontakan yang sejak di taman Eden, ketika manusia
melawan apa yang Allah telah tegakkan dan mau memegahkan kebenarannya sendiri,
saat itu Allah menetapkan tindakan tersebut sebagai dosa.11
IV. Tanggapan dogmatis
Dosa dalam ajaran Katolik merupakan pembangkangan terhadap Allah dan
memutuskan persahabatan kita dengan Dia. Maka tujuan akhir dari perayaan tobat
adalah rekonsiliasi, yakni agar manusia kembali mengasihi Allah; manusia kembali
berdamai dengan Roh Kudus yang bersemayam dalam diri setiap manusia. Tetapi dosa
satu orang dalam ajaran ini dapat menodai orang yang lain. Seperti kekudusan satu
orang lain mempunyai dampak terhadap orang lain. Maka tobat selalu menuntut
rekonsiliasi dengan saudara-saudara kita yang terluka karena dosa-dosa kita, yakni
Gereja.12
Istilah dosa menurut Dr. G.C. Van Niftrik dan B. J. Bolang, bukan saja berarti
manusia melanggar hukum-hukum dan aturan-aturan tertentu. Dosa tidak sama dengan
kejahatan. Memang segala rupa kejahatan adalah dosa; tetapi apa yang kita anggap
merupakan perbuatan-perbuatan baik, dapat merupakan dosa. Pendek kata, dosa itu
tidak boleh dijadikan istilah etika manusia yang berbicara tentang pelanggaran pelbagai
aturan atau kebiasaan pada lapangan kesusilaan, akhlak dan kesopanan. Namun kata
dosa adalah istilah teologia dan langsung ada sangkut pautnya hubungan dengan
Allah.13
Dalam konfensi Augsburg, bahwa sejak kejatuhan manusia pertama, maka
semua manusia yang dilahirkan menurut hakekat manusia dikandung dan dilahirkan
dalam dosa. Yaitu bahwa semua manusia penuh dengan nafsu dan keinginan yang jahat
mulai dari rahim ibunya. Maka dengan hakekat yang begitu, manusi tidak mungkin
takut kepada Allah atau yakin kepada Allah dengan sebenarnya. Bahagian ini
menyaksikan bahwa orang yang dilahirkan menurut daging bukan hanya tidak
mempunyai ketakutan dan keyakinan kepada Allah yang sebenarnya tetapi juga tiak

11
Sutjipto Subeno, Pergumulan Mengerti Kehendak Allah, Tafsiran Kitab Habakuk, (Surabaya:
Momentum,2004), 53-68
12
Komisi Liturgi KWI, Puji Syukur, Buku Doa dan Nyanyian Gerejawi, (Jakarta: Obor bekerjasama
dengan Konferensi Waligereja Indonesia, 1993), 114
13
G.C. Van Niftrik dan B.J. Bolang, Dogmatik Masa Kini (Jakarta: BPK-GM, 1958), 355
memiliki kemampuan untuk menghasilkan yang demikian (takut dan keyakinan kepada
Allah). Setiap manusia dilahirkan dengan tidak takut dan tidak mempunyai keyakinan
kepada Allah mempunyai nafsu birahi dan tidak menghasilkan rasa takut yang
sebenarnya dan keyakinan terhadap Allah.14
V. Kesimpulan
Dosa merupakan suatu pelanggaran yang dilakukan oleh manusia terhadap
perintah-perintah Allah untuk mencapai suatu maksud atau tujuan. Dosa itu telah
dilakukan oleh Iblis melalui binatang ular, seekor binatang yang cerdik di antara ciptaan
lainnya. Melalui ular, iblis mencoba untuk menggoda perempuan itu (Hawa) untuk
segera memakan buah yang telah dilarang TUHAN. Karena begitu bagusnya iblis
menggoda, maka perempuan itu pun melakukan apa yang diperintahkan oleh iblis itu
kepadanya.
Karena perbuatan itu pun, hubungan manusia terhadap Allah telah rusak, bahkan
manusia dikeluarkan dari taman Eden. Dosa manusia yang pertama itu ternyata telah
mendarah-daging kepada generasi-generasi setelahnya hingga pada saat ini. Dosa yang
demikianlah yang disebut dengan dosa warisan atau dosa turunan. Dapat dilihat
peristiwa pembunuhan Habel yang dilakukan oleh Kain. Begitu juga dosa seluruh umat
Allah yang telah melanggar apa yang difirmankan oleh Allah. Oleh karena itulah
mereka mendapat penghukuman yakni pembuangan ke tanah Babel. Namun, cerita itu
tidak berakhir hingga di situ, Allah mengampuni dosa mereka dengan membebaskan
mereka dari pembuangan, hingga Allah berinisiatif untuk memberikan Yesus Kristus
agar manusia dapat ditebus dari dosanya.

14
Tim Literatur LKS atau Kerjasama Lutheran Church of Australia, Apologia Konfessi Augsburg Tahun
1983, (Pematangsiantar, Lembaga Komunikasi Sejahtera, 1983), 13
Daftar Pustaka
Buku-Buku :
Abineno J.L. Ch.
2003 Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen, Jakarta: BPK-
GM.
Barth Christoph,
2006 Theologia Perjanjian Lama I, Jakarta: BPK-GM.
Boehkle Robert R.,
2005 Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek
Pendidikan Agama Kristen dari Plato Sampai I.G.
Loyola, Jakarta: BPK-GM.
Botterweck G. Johannes dan Helmer Ringgren (edit),
1980 Theological Dictionary of The Old Testament, Vol. IV
Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans
Publishing Company
Browning W.R.F.,
2007 Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM

Calvin Yohanes,
1980 Institutio, Jakarta: BPK-GM.
Curtis A. Kenneth, dkk.
2004 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta:
BPK-GM.
Niftrik G.C. Van dan B.J. Bolang,
1958 Dogmatik Masa Kini Jakarta: BPK-GM
Orr James (general edit),
1980 The International Standard Bible Encyclopædia, Grand
Rapids, Michigan: W.M. B. Eerdmans Publishing Co.
Subeno Sutjipto,
2004 Pergumulan Mengerti Kehendak Allah, Tafsiran Kitab
Habakuk, Surabaya: Momentum

Dokumen-dokumen:

1. Komisi Liturgi KWI, Puji Syukur, Buku Doa dan Nyanyian Gerejawi, (Jakarta:
Obor bekerjasama dengan Konferensi Waligereja Indonesia, 1993
2. Tim Literatur LKS atau Kerjasama Lutheran Church of Australia, Apologia
Konfessi Augsburg Tahun 1983, (Pematangsiantar, Lembaga Komunikasi
Sejahtera, 1983

Anda mungkin juga menyukai