Demsy Jura
Universitas Kristen Indonesia
demsy.jura@uki.ac.id
Abstrak
Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mengenal hal
yang berifat religius; kenyataan ini membuat ia menjadi mahluk yang berkemampuan dalam
memahami Tuhan dengan segala aspek-aspek ilahi yang ada didalamnya. Hal ketuhanan pada
akhirnya memberikan inspirasi kepada manusia dalam menjalani kehidupan yang lebih
bermartabat, melalui keyakinan keagamaan yang dimilikinya. Dengan demikian maka kemampuan
dalam memahami agama, telah menempatkan manusia poda posisi yang lebih tinggi dari mahluk
lainnya.
Keyakinan keagaman menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan umat manusia;
itulah sebbanya melalui hal keyakinan inilah maka seseorang perlu membangun hubungan yang
harmonis diantara sesama. Upaya membangun hubungan yang harmonis diantara para pemeluk
agama terus diupayakan ditengah-tengah gencarnya gerakan fundamentalisme dan fanatisme para
pengikut atas agama yang dianutnya. Upaya dialog antar umat beragama merupakan salah satu
cara untuk meredam kekisruan terebut.
Teologi Religionum merupakan cabang ilmu teologi yang membahas bagaimana respons
teologi kekristenan terhadap fakta pluralisme agama diluar agama Kristen. Tujuan dari teologi
religionum ini adalah bagaimana kekristenan melihat dan memberikan penilaian teologis terhadap
agama-agama lain. Masing-masing agama memiliki keunikannya tersendiri dan perlu dihargai
eksistensinya; itulah sebabnya diperlukan suatu cara untuk hal yang dimaksud.
Tipologi Tripolar merupakan sebuah istilah yang akrab dengan studi agama-agama, dan juga
berkaitan dengan perkembangan teologi religionum. Tipologi Tripolar bermaksud memberikan
penjelasan terperinci mengenai teologi religionum yang dimaksudkan tersebut. Tipologi yang
dimaksudkan tersebut itu digunakan sebagai standar di dalam studi teologi agama-agama, dan
hingga kini masih banyak dipakai dalam diskursus teologi agama-agama. Tipologi Tripolar
digunakan untuk memetakan beragam pendekatan para teolog dan non-teolog Kristen mengenai
relasi kekristenan dengan agama-agama lain. Pemetaan ini didasarkan pada kesamaan dan
perbedaan cara pandang mereka terhadap agama-agama lain di luar Kristen. Alan Race
mempopulerkan istilah Tipologi Tripolar yang menunjuk kepada tiga hal pokok dalam membahas
teologi agama-agama yang dimaksud, yaitu: eksklusivisme, Inklusivisme dan Pluralisme.
Berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK), maka kehadiran teologi religionum
menjadi dilematika dalam pelaksanaan PAK; sebab PAK menuntut pengakuan mutlak bahwa
Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia. Apapun alasan yang dipergunakan
dalam membangun jembatan komunikasi dengan sesama pemeluk agama; PAK memberikan sikap
yang jelas berkaitan dengan posisi keimanan orang percaya. Jadi hubungan dengan sesama
pemeluk agama wajib dijaga dalam konteks fakta kemajemukan dalam masyarakat, namun
keyakinan iman kepada Kristus tidak bisa diabaikan begitu saja.
nya. Tentunya hal tersebut akan me- makna teologis dari pluralisme agama-
redam semangat fundamentalisme yang agama tersebut. Dan tugas esensial dari
sesungguhnya sangat membahayakan agama adalah membuat dirinya relevan
kehidupan bermasyarakat. dengan keadaan, teologi religionum me-
Teologi religionum dianggap oleh rupakan respon penganut suatu agama
sekelompok orang sebagai solusi yang terhadap keseluruhan masa depan
cukup baik dalam usaha membangun masyarakat maupun agama-agama.
hubungan yang lebih harmonis dalam
kehidupan bermasyarakat. Teologi reli-
gionum memunculkan semangat ke- Latar Belakang Munculnya Teologi
bersamaan yang memandang satu agama Religionum
dengan yang lainnya setara dan tidak ada
yang lebih tinggi statusnya dengan agama Teologi Religionum dipandang se-
lainnya. Pola ini akan memberikan rasa bagai salah satu solusi dalam upaya tulus
aman dan tidak ada unsur saling curiga untuk mempertahankan kerukunan antar
satu dengan yang lainnya. Namun umat bergama. Hal itu memungkinkan
demikian perlunya sikap yang dewasa karena keyakinan teologi religionum
dan cermat dalam memahami teologi dipandang sebagai upaya membangun
religionum sebab ketika membicarakan jembatan komunikasi dan juga warna
suatu agama, maka tidak boleh me- toleransi yang didambakan oleh orang-
nyinggung agama yang lainnya, dan orang tertentu karena menginginkan
bahkan tidak boleh memandang agama adanya kehidupan yang akur dan
sendiri lebih baik dari agama orang lain. berdampingan secara damai antar sesama
Teologi religionum pada dasarnya pemeluk agama.
merupakan upaya dari dalam komunitas Salah satu tokoh penting dari
keagamaan tertentu untuk melakukan gerakan teologi religionum, Th.
refleksi atau pemikiran yang runtut Sumartana dalam buku, Meretas Jalan
tentang kesadaran baru sebagai upaya Teologia Agama-Agama di Indonesia,
untuk memberi respon terhadap persoalan mengatakan bahwa: Tantangan keagama-
pluralisme. Manusia yang berasal dari an yang mendasar yang kita hadapi
berbagai latar belakang akan terbantu sekarang ini bisa kita ungkap dengan satu
dalam upaya membangun komunikasi kata, yaitu pluralisme. Tidak ada maksud
dengan sesama apabila menerapkan mengatakan bahwa pluralisme merupa-
prinsip-prinsip yang penting dalam kan satu-satunya tantangan akan tetapi
keyakinan teologi religionum. bila tantangan itu tidak diperhatikan
Teologi religionum sesungguhnya dengan sungguh-sungguh, maka agama-
tidak lain sebagai upaya refleksi teologis agama akan kehilangan persepsi yang
untuk menempatkan pluralisme sebagai benar tentang dunia dan masyarakat
pusat perhatian dan pusat persoalan antar sekarang. Pluralisme telah menjadi ciri
agama. Teologi religionum harus mem- esensial dari dunia masyarakat sekarang.
punyai pijakan pada realitas karena ia Dunia telah menjadi satu dan menjadi
memberikan penjelasan tentang teologi kampung kecil di mana umat manusia
agama-agama yang cukup beragam dan hidup bersama di dalamnya.”6 Sumartana
harus dapat diterima oleh masyarakat.
6
Teologi religionum merupakan cara yang Th. Sumartana, Meretas Jalan Teologia Agama-
ditemukan manusia dalam upaya mencari Agama di Indonesia (Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2007), 18.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │60
8 10
Emile Durkheim, Sejarah Agama: The Ibid.
11
Elementary Form Of Religious life (Yogyakarta: Ibid.
12
Isrcisod, 2001), 67. Ibid.
9 13
Peter L. Berger, Langit Suci Agama Sebagai Robert N. Bellah, Religi Religi Tokugawa Akar-
Realitas Sosial (Jakarta: Penerbit LP3ES, 1991), Akar Budaya Jepang (Jakarta: Gramedia, 1992),
4-5. 10-11
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │63
maka tokoh penting dalam sejarah gereja, bagi gereja. Clement bahkan dengan
yaitu Titus Flavius Clement (150-215) gigih menularkan konsep berpikirnya itu
dan Origen (184-254) tidak bisa diabai- kepada para muridnya.
kan begitu saja. Kedua tokoh ini di- Pada abad ke-2, gereja Mesir me-
anggap dekat dengan pemahaman ngalami suatu tekanan pemikiran yang
Universalisme Kristen, sebab mereka luar dari pengajaran sesat Gnostik.19
berdua dianggap sebagai pribadi yang Para pemimpin gereja pada waktu itu
menjadi bagian dari pengajaran tersebut. harus berhadapan langsung dengan
Sebagaimana sudah disinggung di-atas, pemikiran Gnostik dan Clement menjadi
bahwa universalisme merupakan paham salah satu yang terlibat didalamnya.
yang percaya bahwa pada akhirnya Untuk menghadapi berbagai ajaran yang
semua orang akan mendapat bagian pada dianggap tidak sesuai dengan ajaran
keselamatan oleh Yesus Kristus; maka Kristen itu, maka Clement mengajar
anugerah Allah yang besar itu dianggap sejumlah orang untuk pemahaman
pada akhirnya dialami oleh semua orang. doktrin Kristen yang lebih baik lagi.
Dan tulisan ini membatasi pembahasan Clement berpendapat bahwa yang
mengenai universalisme yang dimaksud dapat dipahami tentang Tuhan adalah
dalam batasan seputar pemahaman SifatNya, dan bukan esnsi dan juga
doktrin soteriologi Kristen. Dengan bukan pada hakekat zat-Nya. Bahkan
demikian pemahaman universalisme pengetahuan tentang sifat Tuhan itupun
dalam disertasi ini menyangkut hal bukanlah pengetahuan yang tuntas sebab
keselamatan Allah yang universal dimana semua sifat Tuhan juga esensial.20 Itulah
semua orang akan diselamatkan oleh sebabnya Clement mengajarkan bahwa
Tuhan Allah sendiri. pengetahuan tentang Tuhan haruslah
Titus Flavius Clement atau yang dicapai melalui Logos, bukan dengan
dikenal dengan nama Clement dari rasional. Selanjutnya ia mengatakan
Alexandria, merupakan filsuf Kristen bahwa hubungan manusia dengan Tuhan
pertama dan salah satu bapak gereja yang dicapai melalui Logos itu. Melalui
terkenal di gereja Alexandria. Clement Logos, Tuhan memperlihatkan kekuasa-
dikenal karena usahanya dalam menyatu- annya, melalui Logos pula mencipta alam
kan filsafat Yunani dengan pengajaran semesta, dan melalui Logos pula manusia
Kristen, dan hal tersebut ternyata
membawa dampak positif bagi gereja; 19
Gnostik adalah sebuah ajaran yang me-yakini
sebab karena hal tersebut telah mem-buat gnosis yaitu pengetahuan sebagai satu-satunya
sejumlah besar penyembah berhala pada jalan keselamatan, dan untuk memahami hal
zamannya percaya kepada Kristus. ketuhanan, maka kaum gnostik mempelajarinya
Clement dianggap sebagai tokoh yang sendiri tanpa bantuan atau perantara rabbi,
pendeta, uskup, imam atau pemimpin agama yang
kontroversial dalam sejarah gereja, lain. Gereja meng-anggap gnostik sebagai aliran
karena ia mencoba membuat kolaborasi sesat dan dianggap berbahaya. Kaum gnostik
teologi Kristen dengan filsafat yang secara terus menerus mencari kebenaran yang
berkembang pada waktu itu. Kolaborasi bersumber dari pengetahuan dan kebijaksanaan
teologi tersebut memerlukan sikap yang dari sumber mana pun. Mereka men-campurkan
pelbagai ajaran agama. Secara umum dapat
bijak guna melahirkan sesuatu yang baik dikatakan Gnostisisme adalah agama dualistik,
bagi teologi Kristen itu sendiri. Ketidak- yang dipengaruhi dan memengaruhi filosofi
mampuan seseorang dalam melakukan Yunani, Yudaisme, dan Kekristenan.
20
kolabrasi tersebut akan berakibat fatal Demsy J. Jura, Epistemologi Kristen (Jakarta:
Departemen Literatur GKKI, 2014), 89.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │65
tanpa henti. Dalam pergulatan tersebut jatuhkan otoritas Alkitab sebagai firman
sesungguhnya keselamatan manusia di- Allah. Pada akhirnya dapatlah disimpul-
bantu oleh malaikat sementara Setan kan bahwa universalisme adalah suatu
mengajak manusia ke dalam lorong gelap paham yang percaya bahwa semua
yang penuh dosa. Penyelamatan terakhir manusia pada akhirnya akan mendapat
diperoleh setelah manusia bersatu dengan bagian pada keselamatan oleh Yesus
Tuhan.25 Kristus. Keselamatan yang didapatkan
Selanjutnya Origen berpendapat ke- itu adalah anugerah Allah. Dengan kasih
jahatan memang perlu diadakan oleh Allah inilah maka tidaklah mungkin ada
Tuhan untuk menunjukkan kepada orang yang tidak diselamatkan. Rahmat
manusia agar manusia bisa membedakan Tuhan Allah ada dalam setiap orang, dan
mana yang baik dan mana yang buruk. pada akhirnya kasih sayang Allah itulah
Pendapatnya yang lain yaitu bahwa maka semua orang diselamatkan.
manusia mempunyai kebebasan memilih
perbuatannya, memilih yang baik atau Pluralisme
melakukan yang buruk. Dan menurutnya
bahwa api neraka itu tidak kekal. Origen Hal pluralisme bukanlah sesuatu
juga sepaham dengan Clemen berkaitan yang baru dalam kehidupan masyarakat
dengan Universalisme Kristen.26 Indonesia. Kemajemukan dalam ber-
Paham Universalisme menaburkan bagai aspek nyata sekali bagi bangsa ini.
benih keragu-raguan orang percaya Dengan beraneka ragam suku, bahasa dan
terhadap Firman Allah.27 Jika dikatakan kebudayaan sesungguhnya membuat
orang di luar Kristus bisa diselamatkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang
lalu bagaimana dengan perkataan Yesus patut dijadikan pusat pembelajaran
Kristus bahwa: "Akulah jalan dan kemajemukan dan bahkan pluralisme
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang- dalam hal agama. Intelektual Muslim
pun yang datang kepada Bapa, kalau yang banyak membicarakan tentang
tidak melalui Aku." (Yohanes14:6); juga pluralisme, M. Jadra, dalam buku
dengan kesaksian para rasul, “dan Pluralisme Baru dan Cinta Kebangsaan,
keselamatan tidak ada di dalam siapapun berkata: “Masyarakat Indonesia telah
juga selain didalam Dia, sebab di bawah sejak berabad-abad yang lalu hidup
kolong langit ini tidak ada nama lain dalam kemajemukan dan berbasis pada
yang diberikan kepada manusia yang multikultural lapisan etnisitas dan agama-
olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah agama.”28 Keragaman suku dan ras yang
Para Rasul 4:12). ada di Indonesia merupakan sebuah
Dengan demikian maka paham kekayaan khasanah, namun juga sebuah
universalisme menjadikan perkataan tantangan yang harus dihadapi. Dalam
Yesus Kristus dan Alktitab sebagai se- keberagaman inilah seringkali benturan
suatu yang terucap tanpa makna. Paham terjadi dan hal-hal yang terkadang
universalisme sesungguhnya secara dianggap tidak perlu terjadi, dapat pula
langsung ataupun tidak langsung men- terjadi. Akibatnya konflik yang muncul
sebagai akibat dari keberagaman tersebut
25
Ibid. tumbuh subur. Itulah sebabnya diperlu-
26
Daniel H. Wirawan, Mengenal Universalisme
28
Kristen (Jakarta: Departemen Literatur GKKI, M. Jadra, Pluralisme Baru dan Cinta
2009), 96 Kebangsaan (Bandung: Penerbit Mizan, 1991),
27
Ibid, 109. 295.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │67
kan cara yang baik dalam menangani masyarakat yang sama.30 Jadi ke-
setiap perbedaan yang ada. beragaman yang ada harusnya membuat
Pembahasan mengenai pluralisme hal yang berbeda, sekalipun dalam
seringkali menjadi tumpang tindih karena prinsip yang kokoh; tidaklah mem-
istilah pluralitas dan pluralisme, sering buatnya bermasalah dalam hal mem-
muncul dalam pembahasan yang di- bangun hubungan yang lebih harmonis.
maksud. Secara etimologis, kedua kata Sedangkan pluralisme agama adalah
tersebut berasal dari kata dasar yang kondisi hidup bersama atau koeksistensi
sama, yaitu plural yang merupakan ter- antar agama dalam arti yang luas; yang
jemahan langsung dari bahasa Inggris, berbeda-beda dalam satu komunitas
plurality dan pluralisme. Kata plurality dengan tetap mempertahankan ciri-ciri
atau pluralitas dalam kamus berarti spesifik atau ajaran masing-masing
kondisi majemuk atau berbilang. agama.31
Sedangkan kata pluralism atau Lorens Bagus dalam Kamus
pluralisme dalam Oxford Dictionary Filsafat menjelaskan pluralisme sebagai
bermakna ganda, yaitu: (a) the existence pandangan yang berupaya membenarkan
in one society of a number of groups that keberagaman filsafat, dengan menegas-
belong to different races or have different kan bahwa semua kebenaran bersifat
political or religious beliefs. (b) the relatif, dan menganggap semua keyakin-
principle that these different groups can an filosofis dan religius dalam pengertian
live together in peace in one society.29 relativisme murni, sebagai pendapat-
Dapatlah dikatakan bahwa pluralisme pendapat pribadi yang semuanya mem-
merupakan keberadaan suatu kelompok punyai nilai yang sama.32 Selanjutnya
yang berbeda dari segi etnik, politik dan Sudiarjo, dalam buku yang berjudul
keyakinan dalam suatu masyarakat; juga Dialog Intra Religious mengatakan:
suatu prinsip ataupun pandangan yang ”Pluralisme juga sering digunakan untuk
menyatakan bahwa kelompok-kelompok menunjuk pada makna realitas keragaman
yang berbeda tersebut hidup dengan sosial sekaligus sebagai prinsip atau sikap
dalam dalam suatu komunitas. terhadap keragaman itu. Pluralisme
Kata pluralism yang berarti plural sebagai bentuk pe-mahaman modern
atau beragam, jamak, atau majemuk, yang bertujuan menciptakan komunikasi
yang secara secara terminologis dikenal untuk menjembatani jurang ketidak-
sebagai pluralisme, sesungguhnya dapat tahuan dan kesalahpahaman timbal-balik
dipahami sebagai suatu pandangan atau antara budaya dunia yang berbeda dan
paham yang memiliki prinsip bahwa membiarkan mereka bicara dan meng-
keanekaragaman tersebut janganlah men- ungkapkan pandangan mereka dalam
jadi penghalang untuk bisa hidup ber- bahasanya sendiri.33 Kehidupan manusia
dampingan secara damai dalam satu
30
Mundzirin Yusuf, Islam dan Budaya Lokal
(Yogyakarta: Pokja Akademik Universita Islam
Negeri Sunan Kalijaga, tt), 30.
31
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama:
Tinjauan Kritis (Jakarta: Perspektif Kelompok
29
Paul Procter (ed), Longman Dictionary Of Gema Insani, 2005), 14.
32
Contemporary English (Beirut: Librairie Du Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT
Liban, 1990), 836. Lihat juga, Oxford Advanced Gramedia Pustaka Utama, 2002), 855.
33
Learner’s Dictionary, (New York: Oxford Sudiarjo, Dialog Intra Religious, (Yogyakarta:
University Press, 1995), 889. Kanisus, 1994), 33-34.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │68
sesuatu yang lumrah karena upaya untuk menyatakan bahwa: “Humanisme sebagai
melepaskan diri dari cengkraman dan sebuah aliran filsafat yang bertolak dari
belenggu dogmatika keagamaan, khusus- faham antropomorfisme.”40 Tokoh besar
nya gereja yang terjadi berabad-abad dari Humanisme adalah seorang yang
lamanya. Upaya pembuktian secara bernama Desiderus Eramus (1469-1536),
eksperimental (scientific), menjadi kunci dari Rotterdam, yang bersahabat baik
dari semuanya keputusan. Fakta sejarah dengan tokoh reformasi gereja Martin
tersebut merupakan konsekuensi logis Luther. (1483-1546).
atas perseteruan yang terjadi dimana Humanisme memberikan kesan
gereja yang begitu otoriter dan absolut kuat akan manusia sebagai pusat dan
dengan kekuatannya menekan rasio yang tidak menerima hakikat Tuhan adikodrati
dipaksa tunduk kepada dogmatika gereja. di atas manusia, gerakan ini pada prinsip-
Fakta bahwa perkembangan ilmu nya merupakan kecenderungan untuk
pengetahuan di Eropa yang sedemikian menggali potensi manusia, baik secara
pesat tak bisa dihindari. Pada waktu itu individu ataupun kelompok. Dalam
banyak ilmuan yang mampu memberikan konteks masa, maka humanisme dapat di
kontribusi ilmiah bagi peradaban umat bagi dalam beberapa waktu, yaitu:
manusia. Penemuan berbagai hal dan Pertama, Humanisme Lama; di-
juga konsep berpikir terus terjadi dan mana tokoh yang terkenal menganut
dengan upaya melepaskan diri dari paham ini adalah Eramus, yang juga
kungkungan doktrinal gereja telah me- sering disebut sebagai bapak Humanisme.
lahirkan warna baru dalam pola pikir Erasmus adalah seseorang yang sebetul-
manusia, yaitu liberalisme. Hal yang nya terbuka dan menerima kebajikan
tadinya dianggap mampu membebaskan manusia seperti yang diceritakan dalam
manusia dari pemikiran yang tradisional Alkitab, dan menjadikan Yesus Kristus
ke arah yang lebih moderat dan dewasa; sebagai tokoh manusia yang ideal
dikemudian hari menjadi bumerang yang sehingga kemudian menolak beberapa hal
mematikan, sebab agama akhirnya yang dipandang ilahi, sifat dogmatis dan
diabaikan. tekanan pada otoriter agama.
Humanisme menjadi pilihan karena
Humanisme agama Kristen pada masa itu dianggap
gagal dalam membangun peradaban
Istilah humanisme, berasal dari kata manusia yang lebih bermoral dan ber-
Latin, humanitorum, yang berarti tanggung jawab.
manusia atau kemanusiaan, namun jika Francis Bacon (1561-1626)
dilihat dari segi kebahasaan; humanisme merupakan negarawan, filsuf dan ilmuan
berasal dari kata Latin humanus dan yang merintis jalan pada penyelidikan
mempunyai akar kata homo yang berarti alam yang akurat walaupun ia tidak mau
manusia. Humanus berarti sifat secara radikan melepaskan diri dari
manusiawi atau sesuai dengan kodrat ajaran-ajaran agama tertentu. Thomas
manusia.39 Jean Paul Sartre, (1905- Hobbes (1588-1679) yang secara tuntas
1980), seorang filsuf Perancis, dalam menerobos batas tersebut diatas dan
buku Eksistensialisme dan Humanisme, kemudian mengembangkan filsafat ilmu
39 40
Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Jean Paul Sartre, Eksistensialisme dan
Demokratis & Humanis, (Yogyakarta: Penerbit Humanisme, terj. Yudhi Murtanto, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), 71. Pustaka Pelajar, 2002), 103.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │71
logika, perasaan dan hitungan lainnya; berbagai batasan (free from restraint).48
manusia menganggap dirinya mampu Kekristenan Eropa mengalami per-
untuk mengatasi berbagai permasalahan masalahan besar sehingga identifikasi diri
yang kompleks dalam kehidupan multi menjadi masalah bagi gereja kala itu.
agama. Akhirnya mereka terpengaruh oleh
Humanisme sebagai suatu perkembangan filsafat dan ilmu pe-
gerakan intelektual yang pada prinsipnya ngetahuan yang berkembang cukup pesat
merupakan aspek dasar dari gerakan di Eropa.
Renaissance, dimana tujuan gerakan Zaman Renaissance berlangsung
tersebut adalah untuk melepaskan diri pada akhir abad ke-15 dan 16 bukan saja
dari belenggu kekuasaan gereja dan mem-berikan pengaruh pada dunia sastra
membebaskan akal budi dari dan musik, melainkan ada suatu ke-
kungkungannya yang mengikat. Maka gairahan untuk ilmu pengetahuan. Be-
dalam batasan-batasan tertentu, segala berapa tokoh lahir dengan karya dan
bentuk ke-kuatan dari luar yang pemikiran yang luar biasa, seperti:
membelenggu kebebasan manusia harus Leonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus
segera dipatahkan. Copernicus (1473-1543), Johannes
Kebebasan merupakan tema Kepler (1571-1630), Galileo Galilei
terpenting dari humanisme, tetapi bukan (1564-1643), dan lainnya. Renaissance
kebebasan yang absolut, atau kebebasan kemudian dilanjutkan dengan The age of
yang hanya sebagai antitesis dari Reason pada abad ke-17 dan kemudian
diterminisme abad pertengahan yang The age of enlightenment pada abad ke-
dilakukan oleh gereja pada waktu itu, 18. Karya besar Galileo Galilei
tapi bukan berarti humanisme pada waktu kemudian diteruskan oleh Isaac Newton
itu menentang tentang adanya kekuasaan (1642-1727) yang mengembangkan fisika
Tuhan. Namun, mereka percaya bahwa klasik. Kemudian kajian ilmu filsafat
di balik kekuasaan Tuhan, masih banyak dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-
peluang bagi manusia untuk menentukan 1623), Rene Descartes (1596-1650),
jalan hidupnya, mengembangkan potensi Baruch de Spinoza (1632-1677), G.W.
dan memilih masa depannya sendiri, Leibnitz (1646-1716), Blaise Pascal
tanpa terbelenggu oleh kodrat atau (1633-1662), G. Berkeley (1665-1753),
ketakutan terhadap murka Tuhan. Dalam David Hume (1711-1776), Imanuel Kant
perkembangannya humanisme pada (1724-1804), dan sebagainya.
akhirnya mengesampingkan Tuhan Bernard Lewis dalam buku What
karena mengedepankan aspek humanitas Went Wrong?: Western Impact and
dalam diri manusia. Middle Eastern Response mengatakan:
“Sejarah kekristenan banyak diwarnai
Teologi Liberal dengan perpecahan (skisma) dan ke-
kafiran (heresy), dan dengan konflik antar
Owen Chadwick dalam buku The kelompok yang berujung pada pe-
Secularization of the European Mind in perangan atau persekusi. Sejarah ber-
the Nineteenth Century, menyatakan mula sejak zaman Konstantine, dimana
bahwa kata liberal secara harfiah artinya terjadi konflik antara Gereja
bebas (free), yang artinya bebas dari
48
Owen. Chadwick, The Secularization of the
European Mind in the Nineteenth Century, (New
York: Cambridge University Press, 1975), p. 210.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │74
Ritschl menganggap bahwa konsep dosa sebagai suatu terbitan baru yang populer,
dan penyelamatan lebih serius dari pada dimana The Myth of God Incarnate atau
Schleieermacher, namun belum juga me- Mite Allah yang menjelma; merupakan
madai. Ia menolak doktrin dosa warisan usaha untuk merehabilitasi pandangan
dan menandaskan bahwa orang dapat Liberal lama mengenai Yesus Kristus.55
hidup tanpa dosa. Tidak ada murka Allah Dengan semangat keoptimisannya
terhadap dosa, dan pendamaian yang kaum Liberalis telah menetapkan untuk
dibawa Yesus sebenarnya hanyalah mendatangkan kerajaan Allah melalui
perubahan sikap manusia.53 Terlihat usaha manusia itu sendiri. Itulah sebab-
dengan jelas bagaimana pandangan nya dengan demikian Injil Sosial men-
hamartiologi Ritschl dalam keyakinan jadi sentral pemberitaan mereka; diharap-
teologinya tersebut. Selanjutnya Ritschl kan akan mewujudkan keadaan dunia
memandang enteng pribadi Yesus, sama yang lebih baik dan beradab. Bagi
seperti Schleiermacher yang hanya bisa kelompok Liberal, Kerajaan Allah bukan
berbicara tentang keilahian Yesus tetapi berkaitan dengan masa yang akan datang,
sesungguhnya maksudnya adalah ke- masa supranatural, tetapi sudah ada di
manusiaan Yesus yang sempurna. Yesus sini dan sekarang melalui penerapan
adalah Allah dalam arti bahwa Ia mem- prinsip-prinsip dan etika Yesus Kristus.
punyai pengetahuan yang sempurna Upaya untuk memberikan pen-
tentang Allah dan dipersatu-kan dengan jelasan mengenai dokmatika Kristen
Dia oleh ketaatan moral.54 Dalam dalam pemikiran yang logis dengan
pemahaman para teolog liberal tersebut, mengandalkan pola pikir manusia,
Yesus Kristus sedikit lebih tinggi dari setidaknya hal tersebut menjadi
manusia, namun lebih rendah dari Allah; katalisator lahirnya gerakan teologi
posisi ini memungkinkan terjadi karena religionum. Kaum liberal telah menjadi
konsep kelahiran Yesus yang bersifat penyumbang yang cukup signifikan
ilahi dibantah. melalui karya para tokohnya, untuk
Adolf von Harnack (1851-1930) melahirkan dan bahkan mendasarkan
mengajarkan bahwa Paulus telah men- gerakan teologi religionum.
cemarkan pengajaran Yesus Kristus dan
kekristenan. Bersama dengan Ritschl, ia Gerakan Oikumene
berpendapat bahwa bahwa Injil telah
dirusak karena pengaruh filsafat Yunani. Istilah Oikumene pada umumnya
Harnack mencoba menelusuri proses dipahami secara terbatas yaitu sebagai
peng-Yunani-an atau helenisasi tersebut. suatu istilah yang dipakai untuk per-
Agama sederhana yang dianut Yesus itu kumpulan lintas gereja melalui kegiatan-
telah diubah, khususnya oleh Rasul kegiatan atau ibadah bersama, tanpa
Paulus, sebagai agama tentang Yesus. menekankan tata cara peribadatan atau
Konsep ini pada gilirannya berubah liturgi dan doktrin gereja tertentu,
menjadi dogma penjelmaan Allah Anak. padahal jika disimak lebih mendalam
Mulanya liberalisme tidak diminati orang sesungguh lebih dari sekedar itu. Isitilah
dan hal itu berlansung cukup lama, Oikumene berasal dari bahasa Yunani
namun sekarang ia mulai muncul kembali yaitu Oikos yang berarti rumah dan
Monos yang berarti satu. Yang dimaksud
53
Ibid.
54 55
Tony Lane, Runtut Pijar, hlm. 201-202. Ibid, hlm. 202-204.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │76
rumah dalam pengertian tersebut adalah 6).58 Selanjutnya George B. Grose dan
dunia ini, sehingga kata oikumene Bejamin J. Hubbard dalam buku Tiga
menunjuk kepada dunia yang didiami Agama Satu Tuhan: Sebuah Dialog,
oleh seluruh umat manusia. berpendapat bahwa: “Oikoumene se-
Ch. Abineno, Oikumene dan sungguhnya merupakan istilah untuk
Gerakan Oikumene menyatakan bahwa: menggambarkan kekristenan, gerakan
“Oikumene berasal dari kata Yunani yang Oikoumene untuk mendiami bumi yang
mengandung arti dunia yang didiami.”56 kepadanya Injil diberitakan. Itu semacam
Dan Gerakan Oikumene dikerjakan para frase bagian akhir Injil Matius,
sebagai salah satu wujud yang Alkitabiah untuk pergi dari membabtis bangsa-
untuk menuju pada keesaan Gereja. bangsa (Matius 28:18-20) atau bagian
Gerakan Oikumene ialah gerakan yang pembuka kisah para rasul, kamu akan
bukan saja berusaha untuk meng- menjadi saksiku …sampai ke ujung bumi
hubungkan atau mempersatukan kembali (Kisah Para Rasul 1 : 8).59 Tentunya
gereja-gereja Tuhan yang terpecah-pecah pemahaman Grose dan Hubbard tersebut
pada waktu itu, tetapi yang juga mem- diatas, disampaikan karena kesatuan antar
bantu gereja-gereja yang terpecah-pecah umat Tuhan menjadi sangat penting
itu untuk menampakkan kesatuan mereka dalam upaya melaksanakan tugas dan
dalam hidup dan pelayanan mereka agar fungsi gereja; khususnya berkaitan
kesaksian mereka dapat dipercaya dengan pekabaran Injil. Jika ada ke-
orang.57 Dengan demikian maka Gerakan satuan, maka akan lebih mudah untuk
Okumene merupakan salah satu wadah mengerjakan misi Kristus bagi dunia.
untuk menyatukan Gereja-gereja. Sejarah mencatat bahwa gerakan
Christian De Jonge dalam buku, Oikumene di Indonesia berawal dari
Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, pembentukan Dewan Gereja-Gereja di
Dokumen-dokumen dan Tema-tema Indonesia (DGI) pada tanggal 25 Mei
Gerakan Oikoumene, mengatakan: 1950 di Jakarta dalam Konperensi
“Oikoumene adalah kata dari bahasa Pembentukan DGI tanggal 22-28 Mei
Yunani, yaitu Partitium Preasentis 1950 di Jakarta. DGI yang kemudian
passivum femium dari kata kerja oikeo, berganti nama menjadi Persekutuan
yang berarti tinggal, berdiam atau yang Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) sejak
mendiami. Oleh karena itu arti harfiah Sidang Raya DGI di Ambon (1984).
kata Oikoumene adalah “yang didiami”. Pergantian istilah dari Dewan menjadi
Tetapi particium ini telah mempunyai arti Persekutuan; karena para pemimpin
khusus sebagai kata benda. Arti pertama gereja waktu itu memandang bahwa kata
adalah geografis, dunia yang didiami (lih. persekutuan lebih mencerminkan ke-
Lukas 4 : 5, Roma 10 : 18, Ibrani 1 : 6 satuan lahir batin, lebih mendalam, lebih
dan lain-lain). Kata Oikoumene juga bersifat gerejawi daripada penggunaan
mendapat arti politik: kekaisaran Romawi
(lih. Kisah Para Rasul 24 : 5) dan semua
58
penduduknya (lih. Kisah Para Rasul 17 : Christian De Jonge, Menuju Keesaan Gereja:
Sejarah, Dokumen-dokumen dan Tema-tema
Gerakan Oikoumene, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2000), hlm. Xvii.
56 59
J.L. Ch. Abineno, Oikumene dan Gerakan Geogre B. Grose dan Benjamin J. Hubbard
Oikumene, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1984), (ed.), Tiga Agama Satu Tuhan : Sebuah Dialog,
hlm. 7. Terj. Santi Indra Astuti, (Bandung: Mizan, 1998),
57
Ibid, hlm. 10. hlm. 227
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │77
Pekabaran Injil Sedunia di Edinburgh diterima oleh agama yang lain. Dengan
pada tahun 1910. Konferensi yang diikuti demikian maka terciptalah keselarasan
oleh 1.335 utusan dan 17 orang wakil hidup bermasyarakat dalam kemajemuk-
dari Asia; dan dianggap sebagai cikal an keagaman yang ada.
bakal lahirnya gerakan Oikumene. Salah Semangat oikumene yang ber-
satu upaya untuk penyatuan gereja dalam upaya mempersatukan gereja dari
gerakan Oikumene adalah me-redam berbagai aliran dan keyakinan iman yang
doktrin yang dianggap peka dan rentan lebih spesifik itu terus diupayakan, dan
dengan perpecahan. Dengan upaya kaitannya dengan teologi religionum
tersebut maka hal-hal yang lebih umum terlihat dari semangat kesatuan ini.
dan dapat diterima oleh semua aliran karena berkehendak untuk bersatu maka
gereja, dianggap hal yang baik untuk ada kesepakatan untuk meng-hilangkan
dibicarakan. hal-hal yang dapat menghalangi ter-
Christian De Jonge dalam Menuju wujudnya kesatuan itu. Jadi keperbedaan
Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen- kayakinan menjadi hal penting untuk
dokumen dan Tema-tema Gerakan dijembatani dengan arif dan bijaksanan.
Oikoumene, mengatakan: “Gagasan
untuk mengadakan dialog dengan orang-
orang dari agama lain sebenarnya ter- Tipologi Tripolar
dengar sejak permulaan gerakan
Oikoumene pada konperensi pekabaran Tipologi Tripolar merupakan
Injil di Edinburgh (1910) dan dapat sebuah istilah yang akrab dengan studi
didengar juga pada konperensi IMC di agama-agama, dan juga berkaitan dengan
Yerussalem (1928) dan Tambaran (1938). perkembangan teologi religionum.
Dialog pada waktu itu terutama dilihat Tipologi Tripolar bermaksud mem-
sebagai usaha untuk mengambil yang berikan penjelasan terperinci mengenai
paling baik dari semua agama. Pada teologi religionum yang dimaksudkan
Sidang Raya DGD di Evanston (1954), tersebut. Tipologi yang dimaksudkan
dalam laporan mengenai Evangelism tersebut itu digunakan sebagai standar di
muncul motif baru untuk mengadakan dalam studi teologi agama-agama, dan
dialog. Dikatakan bahwa kebangkitan hingga kini masih banyak dipakai dalam
agama-agama lain dan ideologi-ideologi diskursus teologi agama-agama. Tipologi
sesudah perang dunia ke II memaksa Tripolar digunakan untuk memetakan
gereja untuk memikirkan cara-cara lain beragam pendekatan para teolog dan non-
untuk mengkomunikasikan Injil.65 teolog Kristen mengenai relasi ke-
Jika gerakan Oikumene merupakan kristenan dengan agama-agama lain.
upaya penyatuan gereja-gereja, dengan Pemetaan ini didasarkan pada kesamaan
meng-hilangkan topik doktrin yang dan perbedaan cara pandang mereka
rentan dengan perpecahan, maka teologi terhadap agama-agama lain di luar
religionum dianggap gerakan dalam Kristen.
konteks eksternal, yaitu antar agama, Perlu diketahui bahwa Tipologi
dimana konsep esensial suatu agama Tripolar sebagaimana disebutkan diatas
dibatasi sedemikian rupa supaya dapat dipopulerkan oleh Alan Race66 yang
65 66
Christian De Jonge, Menuju Keesaan Gereja: Alan Race, adalah seorang teolog Gereja
Sejarah, Dokumen-dokumen dan Tema-tema Anglikan yang menjabat sebagai Uskup Leicester
Gerakan Oikoumene, hlm. 182-183 dan sangat dikenal dalam studi mengenai theologi
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │80
merupakan pribadi yang banyak terlibat buku Satu Bumi Banyak Agama, model
dalam pemikiran teologi agama-agama. eksklusivisme ini dalam sejarah mewakili
Dan sebagaimana yang sudah disebutkan pandangan dominan umat Kristen yang
dalam bagian pendahuluan tulisan ini, memandang umat beragama lainnya yang
bahwa Race menjadi begitu terkenal tidak mengenal atau tidak tertarik kepada
karena kajian Tipologi Tripolarnya67, Kristen.68
yaitu: Eksklusivisme, Inklusivisme dan Jika memahami pengertian dalam
Pluralisme. beberapa sumber maka istilah
Walaupun dalam bagian pen- eksklusivisme sangat menarik untuk
dahuluan tulisan ini sudah sempat dikaji lebih mendalam lagi. Istilah
diuraikan sepintas tentang Tipologi eksklusivisme sangat dekat dengan kajian
Tripolar, namun penguraian yang lebih pluralisema agama, dan itulah sebabnya
terperinci ada dalam bagian ini. ia telah menjadi daya tarik tersendiri bagi
Pemikiran Alan Race tentang Tipologi sejumlah orang untuk menyelidikinya
Tripolar telah memberikan warna baru dengan lebih lanjut. Menurut Kamus
bagi upaya pembahasan tentang teologi Besar Bahasa Indonesia, kata
religionum yang saat ini sedang populer Eksklusivisme berarti paham yang mem-
dibicarakan pada berbagai strata punyai kecenderungan untuk memisah-
masyarakat. Adapun pemikiran Tipologi kan diri dari masyarakat.69 Istilah
Tripolar yang disampailam Race, yang eksklusivisme itu terdiri dari dua kata,
adalah sebagai berikut: yaitu: eksklusif, yang artinya terpisah
dari yang lain atau yang khusus, dan kata
Eksklusivisme isme, yang berarti paham.70 Dalam
pemahaman sehari-hari, ekslusivisme
Eksklusivisme dianggap memberi- dapat dipahami sebagai sebuah sikap
kan pengaruh pada perkembangan teologi yang memisahkan diri dan membentuk
religionum, karena sesungguhnya be- komunitasnya serta hidup didalamnya
berapa ahli menyatakan ketidaksukaan dengan konsep dan paham yang di-
mereka terhadap sikap ini. yakininya.
Eksklusivisme, yang dapat dipahami Cedenkiawan Kristen yang menjadi
sebagai suatu paham yang memiliki tokoh penting dalam mempelopori
kecenderungan untuk memisahkan diri gerakan teologi religionum di Indonesia,
dari masyarakat. Paul F. Knitter dalam Th. Sumartana, dalam buku Dialog Kritik
dan Identitas Agama berpendapat bahwa
agama-agama. yang terkenal di dalam studi eksklusivisme merupakan suatu sikap
teologi agama-agama. Race sangat rajin ber- me-nutup diri dari pengaruh agama lain,
partisipasi dalam berbagai pertemuan antar ingin mempertahankan keaslian dan
agama. Sebagai editor kepala di jurnal
internasional Interreligious Insight: A Journal of
Theology and Engagement.
67 68
Alan Race memperkenalkan istilah “Tipologi Paul F. Knitter, Satu Bumi Banyak Agama;
Tripolar” sebagai salah satu pendekatan yang Diolog Multi-Agama dan Tanggung Jawab
digunakan dalam mempelajari teologi Global, terj. Nico A. Likumahua, (Jakarta: BPK.
religionum. Hingga saat ini tipologi tripolar Gunung Mulia, 2008), hlm. 37.
69
menjadi standar dalam studi teologi agama- Dendy Sugono (ed.), Kamus Bahasa Besar
agama. Tipologi tripolar digunakan untuk Indonesia, (Jakarta: Gramedia; 2008), hlm. 357.
70
memetakan beragam pendekatan para teolog Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
berkaitan dengan tanggapan kekristenan terhadap Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
agama-agama lain. Pustaka, 1999), hlm. 253
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │81
ini tidak ada nama lain yang diberikan kuasa keselamatan ada dalam Gereja
kepada manusia yang olehnya kita dapat Kristen.73 Lebih lanjut Knitter memberi-
diselamatkan. ... (ay. 12). Ada suatu kan penjelasan dengan berkata bahwa:
pernyataan yang penuh keyakinan bahwa “Contoh model ini adalah evangelikal
hanya Yesus Kristus-lah yang menjadi konservatif dan pentakosta yang bercorak
satu-satunya jalan keselamatan. Per- eklesiosentris (terpusat pada Gereja)
nyataan bahwa Yesus adalah satu-satunya dengan model kristologis dimana Kristus
Tuhan dan juruselamat umat manusia bertentangan dengan agama-agama
74
inilah yang dipandang oleh agama lain lain.”
sebagai sikap ekslusivisme Kristen dalam Doktrin soteriologi yang menjadi
dogmatika soteriologis yang diyakininya. pola pembeda antara kekristenan dengan
Pernyataan berikutnya yang me- agama-agama lain, pada akhrinya harus
rupakan bagian yang peka dalam Alkitab diabrasi sedemikian rupa guna men-
sebagaimana disebutkan diatas, telah cocokan diri dengan keyakinan agama
menempatkan kekristenan harus ber- lain supaya dapat diterima secara
hadapan muka dengan muka; harus universal. Itulah sebabnya formulasi
bersinggungan dengan tajam dan bahkan murni doktrin soteriologi Kristen, oleh
keras, dengan agama-agama lain. Namun mereka yang hendak melakukan dialog
demikian, inilah kenyataan yang harus dengan membangun jembatan
dihadapi. Beberapa orang dalam ke- komunikasi dengan agama lain dengan
kristenan pada akhirnya mencoba untuk terpaksa harus dikebiri sedemikian rupa
memformulasi sebuah pengajaran me- untuk mencari titik temu dan bahkan
ngenai soteriologi; tanpa menyinggung kesepakatan.
agama lain. Hal inilah yang dikemudian Dengan menyatakan Yesus Kristus
hari dikenal sebagai sebuah kompromi sebagai satu-satunya juruselamat umat
doktrinal yang pada akhirnya membuat manusia maka sesungguhnya telah
doktrin Kristen terkoreksi. menutup pintu pada kemungkinan lain
Eksklusivisme telah mendapat per- adanya juruselamat lain, selain Yesus
hatian para ahli untuk dilihat asas Kristus itu sendiri. Karena itu gereja
manfaatnya bagi usaha manusia untuk memberitakan keselamatan dalam Yesus
membangun hubungan yang selaras dan Kristus dan menolak kebenaran di luar
harmonis diantara pemeluk agama kekristenan, maka sikap eksklusivisme
masing-masing. Menurut Paul F. Knitter, dalam agama Kristen tidak bisa dihindari.
eksklusivisme dalam Kristen memandang Walaupun sejumlah pengiat pluralisme
umat beragama lain yang tidak mengenal menyatakan bahwa sikap eksklusivisme
atau tidak tertarik kepada Kristus itu menjadi penghalang terjadinya
sesungguhnya tidak memperoleh komunikasi dan dialog antar agama,
keselamatan. Mereka meyakini walaupun namun kenyataan yang tak terbantahkan
Allah adalah orang tua yang mengasihi dalam ajaran Kristen memang demikian
dan merangkul semua anakNya, namun Ia halnya.
sendiri telah memilih untuk melaksana-
kan karya penyelamatanNya, yaitu
mereka yang mengaku dan merespon
tawaran kasih ilahi, yang tersedia hanya 73
Paul F. Knitter, Satu Bumi Banyak Agama;
melalui realitas historis Kristus dan Diolog Multi-Agama dan Tanggung Jawab
melalui komunitas dimana berita dan Global, hlm. 37-38.
74
Ibid, hlm. 35-36.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │83
buat kekristenan ter-gusur. Sikap kaum yang dinyatakan bahwa jika seseorang
Evangelikal ini merupakan sesuatu yang yang bukan Kristen meninggal tanpa
baik untuk dijadikan teladan dalam pengetahuan tentang Yesus Kristus, maka
membangun hubungan komunikasi antar mereka binasa.81
agama-agama. Tony Lane dalam buku Yvonne Haddad & Wadi Haddad,
Runtut Pijar, berkata: “Kelompok dalam buku Christian-Muslim
Evangelikal atau Injili telah berusaha Encounters, menyatakan bahwa: “Tidak
dengan lebih atau kurang menyesuaikan semua muslim atau umat kristiani
diri dengan dunia modern. Tetapi mereka mengamini deklarasi tersebut. Pada
menandaskan bahwa proses ini tidak tahun 1970, pertemuan evangelis di-
boleh mengakibatkan oenyimpangan selenggarakan di Frankfurt, Jerman, dan
dalam Injil yang diberitakan Alkitab.”78 menandatangani deklarasi yang disebut
Model Evangelikal Konservatif dengan Deklarasi Frankfurt. Pertemuan ini ber-
yakin menjelaskan bahwa Agama Kristen usaha menegaskan kembali misi Kristus,
adalah satu-satunya agama yang benar.79 dan dengan keras mengkritik dialog yang
Salah satu tokoh dari model diselenggarakan sebagai “pengkhianatan
Eksklusivisme ini adalah Karl Barth terhadap universalitas misi Kristus.82
(1886-1968), dimana ia memutuskan Karl Barth menegaskan posisi
bahwa semua manusia hanya dapat me- teologis yang diyakininya atas agama-
ngenal Yesus Kristus melalui wahyu dan agama lain dengan mengatakan bahwa
satu-satunya wahyu adalah Yesus agama adalah bentuk ketidakpercayaan.
Kristus. Kristen adalah sebagai agama Menurutnya, upaya manusia untuk
yang benar, wahyu dan keselamatan tidak mengenal Allah dari sudut pandangnya
ada dalam agama lain. Walaupun Barth sendiri merupakan suatu upaya yang sia-
sesungguhnya lebih dikenal sebagai sia, sehingga dapat dikatakan juga bahwa
tokoh aliran Neo-Ortodoks dalam kaitan upaya ini menunjukkan suatu ketidak-
pembahasan teologi kontemporer, namun percayaan.83 Pandangan Barth tersebut
ia sangat menekankan konsep bahwa bertolak dari pandangan bahwa Yesus
hanya Yesus Kristus sebagai satu-satunya Kristus adalah kepenuhan wahyu Allah,
jalan keselamatan bagi umat manusia. dan didalam diri Yesus Kristrus,
tentunya pandangan Barth tidak diharap- penyataan diri Allah kepada manusia
kan bagi kaum yang mengedepankan menjadi lebih konkrit, absolut, dan
dialog dan kompromi dalam diskusi antar definitif. Karena hal tersebut merupakan
agama. Dalam hal ini menarik untuk
memperhatikan Deklarasi Frankfurt80 dianggap mengabaikan aspek “vertikal”, yaitu
Kristus dan manusia. Akibatnya penyelamatan
dianggap manusiawi dan bersifat universal. Nilai
78
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK. soteriologi dalam Kristus menjadi berkurang.
Gunung Mulia, 1996), hlm. 203. Pertemuan Upsala telah menimbulkan perdebatan
79
Paul F. Knitter, hlm. 35. yang hebat, dan deklarasi Frankfurt cenderung
80
Sekumpulan orang Jerman yang tergabung menolaknya. (lih. Tany Lane, Runtut Pijar, 1996,
dalam Dewan Gereja Sedunia menyelenggarakan Hal. 262).
81
Deklarasi Frankfurt pada tahun 1970 sebagai Paul F. Knitter, No Other Name?, (New York:
reaksi dari Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia Orbis Books, 1985), p. 79.
82
(WWC) di Uppsala pada tahun 1968 yang Yvonne Haddad and Wadi Haddad, Christian-
menghasilkan sesuatu yang dianggap merugikan Muslim Encounters, (Florida: University Press of
kekristenan sebab dalam pertemuan tersebut Florida, 1995), p.xiii.
83
dibahas mengenai dimensi “horizontal”, yaitu per- Joas Adiprasetya, Mencari Dasar Bersama,
damaian antar sesame dalam misi sehingga (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2009), hlm. 51-52.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │85
84
E. Armada Riyanto, Dialog Interreligius,
86
(Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 268-269. Supriatno,Merentang Sejarah Memaknai Ke-
85
Joas Adiprasetya, Mencari Dasar Bersama, mandirian, (Jakarta:BPK. Gunung Mulia, 2009),
hlm. 55. hlm. 159.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │86
91 93
https://id.wikipedia.org/wiki/Nostra_Aetate, Ibid.
94
Diakses pada hari Senin, tanggal 16 Desember Ibid.
95
2013, pukul 11.10 WIB. Ibid.
92 96
Ibid. Ibid.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │88
Dokumen Nostra Aetate atau isu pluralisme; dimana dekrit yang di-
dokumen yang menyatakan hal mengenai keluarkan Paus Yohanes Paulus II pada
hubungan gereja dengan agama-agama tahun 2000 ini secara jelas menolak
yang bukan Kristen, merupakan salah paham pluralisme agama. Namun
satu dokumen Konsili Vatikan II yang demikian, kebanyakan kalangan Katolik
kala itu disetujui oleh para Uskup dalam mendukung gerakan teologi religionum.
sebuah pemungutan suara dengan hasil Pakar Inklusivisme, Karl Rahner,
2.221 berbanding 88, dan diresmikan menggabungkan suatu teologi yang ber-
oleh Paus Paulus VI pada 28 Oktober sifat Kristosentris dengan pengalaman
1965; selanjutnya menjelaskan bahwa keagamaan non-Kristen. Kristus tetap
seluruh menusia diciptakan menurut citra pusat dan kriteria dari anugerah dan
kesamaan Allah, dan Gereja mengecam penyelamatan Allah. Itulah sebanya
segala diskriminasi antara orang-orang, orang-orang non-Kristen disebutnya
atau penganiayaan berdasarkan keturunan sebagai orang Kristen Anonim. Pe-
atau warna kulit, kondisi hidup atau mahaman Rahner tersebut memberikan
agama.97 Gereja Katolik mencoba untuk pintu bagi kajian teologi agama-agama.
memberikan ruang bagi keyakinan agama Rahner merumuskan pandangan teologi-
lain untuk berbanding lurus dan bahkan nya mengenai agama-agama lain ber-
sejajar dengan keyakinan iman Kristen dasarkan pendapat bahwa anugerah Allah
yang sebelumnya dipandang sangat ditawarkan kepada semua orang di
eksklusive. Dari sinilah terkesan kuat seluruh dunia. Kalau Allah berkehendak
bahwa gereja Katolik menjadi salah satu demikian maka Ia pun bertindak
institusi yang mendukung berkembang- demikian.99 Gagasan tentang Kristen
nya gerakan teologi religionum. Anonim Rahner dikemukakan dalam
Dengan menyatakan sikap ke- empat pemikiran dasarnya, yaitu bahwa:
sejajaran keyakinan iman tersebut itulah Agama Kristen ditujukan untuk semua
maka terbukalah pintu yang sedemikian orang, sehingga agama lain tak diakui;
lebar untuk mendiskusikan hal-hal yang Agama non-Kristen menjadi saluran
berkaitan dengan pluralisme. Walaupun anugerah Allah dalam Kristus, sebelum
dikemudian hari, Vatikan mengeluarkan Injil memasuki sejarah individunya;
Dekrit Dominus Jesus98 yang menjawab Agama Kristen menghadapi agama lain
sebagai Kristen Anonim; dan Orang
97
Ibid. Kristen sebagai barisan terdepan yang
98
Dominus Jesus adalah Deklarasi yang nyata dari harapan Kristen yang hadir
dikeluarkan oleh Kongregasi untuk Doktrin Iman sebagai realitas terselubung dalam
(CDF) yang menjelaskan tentang keunikan dan agama-agama lain.
ke-universal-an keselamatan di dalam Kristus dan
Gereja Katolik. Kesimpulan Deklarasi Dominus
Jesus ini berkata: bahwa satu-satunya Agama
yang benar itu berada dalam Gereja katolik dan menyangkut Allah dan Gereja-Nya. Sesudah
apostolik, yang oleh Tuhan Yesus diserahi tugas mereka mengenal kebenaran itu, mereka wajib
untuk menyebarluaskannya kepada semua orang, mengamalkannya”.(http://www.katolisitas.org/faq
ketika bersabda kepada para Rasul: “Pergilah, s/penjelasan-tentang deklarasi-dominus-iesus/
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah Diakses pada hari Senin, tanggal 17 Februari
mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh 2018, pukul 09.10 WIB.)
99
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala Soetarman, Weinata Sairin, dan Ioanes
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” Rakhmat, Fundamentalisme, Agama-Agama Dan
(Matius 28:19-20). Adapun semua orang wajib Teknologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996).
mencari ke-benaran, terutama dalam apa yang hal 47-48.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │89
Keyakinan Alkitab bahwa hanya Para Rasul 17: 16-35). Joas Adiprasetya
ada keselamatan dalam Kristus, tidak dalam buku Mencari Dasar Bersama:
terbantahkan lagi namun gereja tidak Etik Global Dalam Kajian Postmodernis-
boleh menentang agama-agama lain me dan Pluralisme Agama mengatakan:
sebagai ajaran palsu dan tidak mem- “Raimundo Pannikar, yang berada dalam
punyai keselamatan. Walaupun tidak jalur inklusivisme yang sama dengan
sesempurna yang ada dalam gereja Rahner, namun yang mengkhususkan
namun karena anugerah yang universal teologinya pada perjumpaan Kristen-
itu, maka keselamatan dalam Kristus pun Hindu, mengatakan: Orang Hindu yang
ada di sana walaupun tidak memakai baik dan Bona Fide diselamatkan oleh
nama Kristus. Jadi dalam agama-agama Kristus dan bukan oleh Hinduisme,
lain, Kristus yang menyelamatkan itupun namun melalui Sakramen Hinduisme,
ada di sana tanpa bernama Kristus. Ini melalui Mysterion yang datang padanya
yang dinamakan Rahner sebagai melalui Hinduisme, bahwa Kristus me-
Anonymous Christ atau Kristen Anonim nyelamatkan orang Hindu secara
atau Kristus tak bernama dan oleh sebab wajar.102
itu penganut agama-agama lain adalah Konsep Karl Rahner tentang
sebenarnya juga orang-orang Kristen Kristen Anonim itu telah memberi
tanpa nama atau Anonymous Christian.100 pengaruh luas dan merupakan konsep
Jadi Kristus tidak serta merta menjadi inklusivisme Katolik. Itulah sebabnya
milik orang Kristen, sebab mereka yang Lesslie Newbigin dalam buku Injil
bukan Kristenpun, jika hidup dalam Dalam masyarakat Majemuk, mengata-
kehidupan yang diisyaratkan agama kan: “Keselamatan melampaui batas-
Kristen, maka layak disebut sebagai batas gereja yang kelihatan dan bukan
orang Kristen yang bukan Kristen. saja individu-individu non-Kristen dapat
selanjutnya Lesslie Newbigin, dalam diselamatkan, tetapi juga bahwa agama-
buku, Injil dalam Masyarakat Majemuk, agama bukan Kristen mempunyai peran
mengatakan bahwa: “Konsep Karl menyelamatkan.”103 Pengakuan bahwa
Rahner tentang Kristen-Anonim telah setiap agama memiliki hal yang positif
memberi pengaruh luas dan merupakan dan baik untuk diikuti, setidaknya me-
konsep inklusivisme Katolik. nempatkan seseorang untuk mengakui
“Keselamatan melampaui batas-batas bahwa semua agama dalam tatanan sosial
gereja yang kelihatan dan bukan saja dan moral adalah baik. Semua agama
individu-individu non-Kristen dapat mengajar dan bahkan menjadi penuntun
diselamatkan, tetapi juga bahwa agama- jalan yang benar dalam kehidupan
agama bukan Kristen mempunyai peran moralitas umat manusia. Para pengikut
menyelamat-kan.”101 suatu agama dituntun dan diarahkan
Berkaitan dengan konsep untuk menjadi anggota masyarakat yang
Anonymous Christian ini, Rahner me- baik. Menerapkan prinsip dan pengajaran
makai contoh perjumpaan Paulus dengan agamanya merupakan suatu kewajiban
orang-orang Atena di mana ia berbicara bagi para pemeluk suatu agama, dan
tentang Allah yang tak dikenal (lih. Kisah sesuatu yang baik inilah yang harus
100
Ibid.
101 102
Lesslie Newbigin, Injil Dalam Masyarakat Joas Adiprasetya, hlm. 70.
103
Majemuk, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), Lesslie Newbigin, Injil Dalam Masyarakat
hlm. 244. Majemuk, hlm. 244.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │90
dilihat sebagai suatu hal yang baik dari yaitu Plural yang berarti ragam dan isme
suatu agama. yang berarti faham. Jadi pluralisme bisa
Berpikir inklusif dalam beragama diartikan sebagai berbagai faham, atau
hanya akan membuat seseorang berada bermacam-macam faham. Secara ter-
pada titik netral agama, yaitu sebuah titik minologi istilah pluralism merupakan
yang tidak dapat diakui oleh kitab suci suatu kerangka interaksi yang mana
dan ajaran umum dalam agama manapun. setiap kelompok menampilkan rasa
Berpegang pada prinsip inklusif hanya hormat dan toleran satu sama lain, ber-
akan membuat seseorang terpenjara dan interaksi tanpa konflik atau asimilasi.
bahkan bisa dikucilkan dalam pergaulan Secara khusus, pluralisme agama
antar umat beragama. Itulah sebabnya adalah pandangan, pikiran, keyakinan
wajar bila Micea Eliade, dalam buku The bahawa agama-agama yang bermacam-
Encylopedia of Religion mengomentari macam dan berbeda-beda itu mempunyai
inklusivisme sebagai “logically an kesamaan dari segi ontologi, soteriologi,
unstable position”.104 Jika demikian hal- dan epistemologi. Peter Byrne dalam
nya maka berpikir secara inklusif hanya- buku Prolegomena to Religious
lah sebuah pembodohan karena me- Pluralism mengatakan bahwa:
nyangkali kebenaran hakiki sebab pikiran “Pluralisme agama merupakan per-
terbelenggu oleh piciknya wawasan antar senyawaan tiga tesis. Pertama, semua
agama. tradisi agama-agama besar dunia adalah
Ada hal yang patut dipertimbang- sama, semuanya merujuk dan menunjuk
kan ketika membicarakan aspek sebuah realitas tunggal yang transendent
inklisivisme dalam kehidupan beragama, dan suci. Kedua, semuanya sama-sama
yaitu bahwa seorang Kristiani tidak akan menawarkan jalan keselamatan, dan
merasa lebih terhormat ketika dirinya Ketiga, semuanya tidak ada yang final.
disebut sebagai Muslim Generik atau Artinya, setiap agama mesti senantiasa
telah berislam secara generik seperti yang terbuka untuk dikritik dan ditinjau
diistilahkan oleh buku Fiqih Lintas kembali.106
Agama. Demikian juga seorang Muslim Pandangan pluralisme mengakui
dimana mereka tidak akan merasa lebih adanya kebenaran yang sama dalam
senang ketika seorang Karl Rahner me- agama-agama, meskipun berbeda-beda.
nyarankan untuk menyebut diri mereka Dasarnya adalah pengkajian kembali
sebagai Anonymous Christians.105 berita Alkitab, khususnya mengenai
Kristologi. Pluralisme menggeser Kristo-
Pluralisme sentris ke Theosentris, dengan dasar kitab
Yohanes 14:28, 17:3; 1 Korintus 15:28,
Istilah Pluralisme merupakan sikap teosentri Yesus, kitab Mazmur,
sebuah istilah yang berasal dari kata nabi-nabi, dan filsafat agama. Menurut
plural, yang berarti ragam dan isme, yang John Hick, pluralisme adalah pandangan
berarti faham. Secara etimologi istilah yang menyatakan bahwa pe-rubahan
pluralisme merupakan kata serapan dari hidup manusia dari keterpusatan pada diri
bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, sendiri menuju keterpusatan pada sang
Realitas tunggal, yaitu Tuhan; terjadi di
104
Mircea Eliade (ed), The Encylopedia of
106
Religion, (New York: Collier Macmillan Peter Byrne, Prolegomena to Religious
Publishers, 1987) hlm. 331. Pluralism, (London: Macmillan Press, 1995), p.
105
Ibid. 191.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │91
dalam semua agama dalam pelbagai sempurna sehingga orang lain pasti salah
bentuk dan cara.107 Bagi Hick agama- dan harus dipertobatkan.”109
agama yang ada dan dianut oleh para Sikap yang anti suatu agama
pengikutnya me-miliki kelebihan yang sesungguhnya hanya akan menimbulkan
khas satu dengan yang lainnya. Itulah keresahan dalam kehidupan ber-
sebabnya pluralisme mem-berikan per- masyarakat. Pluralisme agama haruslah
nyataan dan perubahan hidup yang ke mendapat tempat yang sesuai karena
arah yang lebih baik. keragaman agama tidak bisa dihindarkan.
Selain Hick, juga ada seorang yang Itulah sebabnya diperlukan sebuah sikap
bernama Paul F. Knitter yang dipandang yang saling menghargai satu dengan
aktif menyuarakan paham pluralisema. lainnya. Soetarman dalam buku
Menurutnya, pluralisme berangkat dari Fundamentalisme, Agama-Agama dan
keinginan melahirkan dialog yang jujur Teknologi mengutip pernyataan seorang
dan terbuka sehingga seluruh pemeluk tokoh gereja Indonesia, Eka Darmaputra
agama dapat bekerja-sama memperbaiki yang berkata bahwa: “Semua agama tidak
kehidupan dan menanggulangi pen- hanya didesak untuk memikirkan sikap
deritaan manusia di muka bumi ini. praktis untuk bergaul dengan agama yang
Dalihnya, terdapat suatu kesamaan yang lain, tetapi juga didesak untuk memahami
kasar atau rough parity pada semua secara teologis apakah makna kehadiran
agama. Agama-agama selain Kristen agama-agama dan kepercayaan-
mungkin juga sama baik dan pentingnya kepercayaan yang lain itu.”110 Pluralisme
untuk membawa pengikut masing-masing adalah sebuah asumsi yang meletakkan
kepada kebenaran, perdamaian dan kebenaran agama-agama sebagai ke-
kesejahteraan bersamaTuhan.108 Jangan- benaran yang relatif dan menempatkan
lah lupa bahwa kekerasan terhadap suatu agama-agama pada posisi setara, apapun
agama dengan mengatasnakman suatu jenis agama itu. Itulah sebabnya perlu
agama merupakan hal yang seringkali sikap bijak dalam menanggapinya.
terjadi.
Menanggapi hal kekerasan terhadap
suatu agama, Zuly Qodir dalam buku Perkembangan Teologi Religionum
Islam Syariah vis-à-vis Negara, bahwa:
“Kekerasan agama atau sacred violence Abdul Qadir Djaelani, dalam buku
selain muncul dari adanya teks-teks suci, Sekitar Pemikiran Politik Islam, me-
dogma, dan tafsir agama, juga disebabkan ngutip pendapat Quraish Shibab yang
karena agama dijadikan sebagai barang mengatakan: “Malapetaka dapat terjadi
yang magis dan serba mutlak. Agama bukan saja karena umat beragama tidak
dipandang tidak bisa diinterpretasikan, memahami agama orang lain, tetapi juga
apalagi disesuaikan dengan keinginan karena ketidakmampuan untuk mengerti
manusia. Dengan menjadikan agama agamanya sendiri. Jika setiap pemeluk
sebagai berhala-berhala baru, orang ber- agama yang berbeda-beda itu didorong
agama merasa dalam beragamanya paling untuk menyusun kerangka teologis me-
107 109
John Hick, Problems of Religious Pluralism, Zuly Qodir, Islam Syariah vis-à-vis Negara,
(New York: St. Martin Press, 1985), p. 34. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 225.
108 110
John Hick dan Paul F. Knitter, Mitos Keunikan Soetarman, Weinata Sairin, dan Ioanes
Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Rakhmat, Fundamentalisme, Agama-Agama Dan
2001), hlm. 42-45. Teknologi, hlm 14-15
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │92
113
Lih.Th. Sumartana. "Theologia Religionum".
Di dalam Meretas Jalan Teologi Agama-Agama
111
Abdul Qadir Djaelani, Sekitar Pemikiran di Indonesia. Tim Balitbang PGI (Eds.). (Jakarta:
Politik Islam, (Jakarta: Media Da‟wah, 1994), BPK Gunung Mulia, 2007), hlm. 56.
114
hlm. 46. Herman Riderbos, Paulus: Pemikiran Utama
112
Liza Wahyuninto, dan Abd. Qadir Muslim. Teologinya, (Surabaya: Penerbit Momentum,
Memburu Akar Pluralisme Agama, hlm. 6 2010), hlm. 135.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │93
merupakan pegangan hidup yang dogma ini tergambarlah wujud dan realita
melembaga dalam kehidupan setiap hari Gereja sebagai Tubuh Kristus di dunia.
dimana hal tersebut menjadi pegangan Doktrin itu ialah Extra Ecclesiam Nulla
dan tolok ukur untuk setiap langkah Salus. Begitu banyak orang yang me-
kehidupan mereka. Dalam Taurat, orang nyalahgunakan bahkan salah tafsir me-
Israel yang menerapkan prinsip-prinsip ngenai dogma ini. Sementara pada
penting diterapkan dalam hal pe- zaman ini, orang-orang menganggap
ngambilan keputusan etis. Setidaknya bahwa keselamatan bisa datang dari mana
hendak dinyatakan bahwa Taurat menjadi saja dan memandang bahwa doktrin
kunci bagi setiap pengambilan keputusan Extra Ecclesiam Nulla Salus merupakan
moral dalam hidup orang Israel. dogma yang ketinggalan zaman dan
Riderbos melihat Yudaisme sebagai hal sudah lenyap setelah Konsili Vatikan II
yang penting dalam kehidupan umat diselenggarakan.
Yahudi, dimana Yudaisme dianggap Sejak Konsili Vatikan II, nilai
mampu membentengi umat dari berbagai kristiani, khususnya gereja Katholik me-
hal yang membahayakan kehidupan ngalami perubahan. Dari yang tadinya
spiritualnya, dan juga dapat berfungsi sangat kuat pada konsep ekslusivisme,
sebagai senjata untuk melawan hal-hal kini mulai membuka diri pada konsep
yang tidak baik. Lebih lanjut Riderbos pluralisme. Dalam isu perkembangan
menjelaskan bahwa Yudaisme tidak gereja Katholik, ada kecenderungan
mengenal jalan keselamatan selain oleh bahwa setelah Konsili Vatikan II, banyak
Taurat. Israel memeluk taurat sebagai Uskup, Imam dan kaum klerus dan awam
sumber keselamatan.Taurat dianggap menyatakan bahwa dogma Extra
sanggup memberikan hidup kepada Ecclesiam Nulla Salus, telah dihapus oleh
manusia dan melakukan taurat dapat Konsili Vatikan II. Mereka menganggap
mengurangi hukuman dosa.115 bahwa dogma tersebut merupakan ajaran
Pepatah Extra Ecclesiam Nulla Gereja pra-Vatikan II dan pada paska
Salus atau diluar gereja tidak ada Konsili Vatikan II dengan memegang
keselamatan, kini semakin direlativasi- perkataan Paus Yohanes XXIII yang pada
kan, diperlemah dan bahkan pada akhir- intinya mengatakan bahwa gereja harus
nya dikosongkan. Dalam Extra bersifat dinamis; maka doktrin Extra
Ecclesiam Nulla Salus, muncullah istilah Ecclesiam Nulla Salus, berubah menjadi
lain yang memiliki kedekatan dalam diluar gereja ada keselamatan. Ini
pengertian bahwa kekristenan merupakan adalah paham yang sangat keliru, dan
sesuatu yang sudah final dalam artian perlu diketahui bahwa Gereja pra-Vatikan
doktrin soteriologi. Istilah itu adalah: II dan Gereja paska-Vatikan II adalah
Extra Yesum Christum Nulla Salus, yang pembagian yang ambigu. Pola pikir
berarti diluar Yesus Kristus tidak ada semacam ini dapat memberi kesan negatif
keselamatan. bagi gereja, bahwa ajaran gereja terus
Dalam perjalanan sejarah gereja berubah sepanjang zaman, walaupun ada
Katolik terdapat sebuah dogma yang upaya untuk mengembalikan supremasi
amat kontroversial namun dogma ini Kristus melalui Dekrit Dominus Jesus
adalah dogma kebenaran, dogma yang yang dikeluarkan Paus Yohanes Paulus II
berasal dari Allah sendiri. Dan dari pada tahun 2000 untuk menjawab
pluralisme; sebagaimana yang sudah di-
115
singgung sebelumnya.
Ibid, 132.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │94
manusia Renaissance ditandai oleh faktor filsafat Empirisme dari Francis Bacon
humanis.118 dan John Locke, sangat menunjang
Renaissance mempunyai arti berkembangnya kepercayaan terhadap
penting dalam sejarah kebudayaan Barat. hukum alam dan prinsip universal.119
Renaissance adalah masa kekuasaan, Perkembangan sebagaimana di-
kesadaran, keberanian, kepandaian yang sebutkan diatas tersebut menumbuhkan
luar biasa, kebebasan dan seringkali rasa kepercayaan akan kemampuan akal
semua itu tidak ada batasnya. Orang manusia, dan hal ini tersebar hingga
yang terpengaruhi oleh gerakan mempengaruhi pola pikir seluruh
Renaissance ditandai dengan pemilikan masyarakat Eropa dan Amerika pada
ilmu pengetahuan lebih dari satu. abad ke-18. Arus-arus pemikiran pada
Mereka terlihat menguasai banyak ilmu masa itu cukup banyak dan bervariasi,
pengetahuan. Agama menjadi hal yang akan tetapi beberapa ide dapat di-
hanya mengenai individu, perhatian golongkan sebagai ide hasil serapan dan
orang lebih banyak ditujukan untuk ide dasar.120 Pada masa Pencerahan,
dunia. Pada zaman renaissance, manusia pendekatan berdasarkan rasio dan ilmu
hidup bebas dalam menentukan corak pengetahuan terhadap persoalan agama,
hidupnya dan tidak lagi terikat oleh sosial, dan ekonomi menjadi tren di
doktrin gereja. masyarakat, sehingga hal ini meng-
Pengaruh Renaissance makin lama hasilkan sebuah pandangan yang bersifat
makin meresap di berbagai bidang hidup, duniawi atau sekuler dan juga mem-
sehingga bertambah banyak orang, ter- bangun opini umum tentang kemajuan
istimewa dari golongan cendekiawan, dan kesempurnaan di berbagai bidang.
mulai melepaskan diri dari kuasa Firman Di Inggris Pencerahan dikenal
Tuhan. Ilmu pengetahuan dan kebudaya- dengan istilah Enlightenment, sedangkan
an umum mulai memisahkan diri dari di Perancis dengan istilah Lumières dan
ajaran dan dogma agama Kristen. di Jerman dengan die Aufklärung. Ide
Terutama ilmu alam yang berdasarkan Pencerahan kemudian tersebar ke seluruh
ilmu pasti, mulai bertentangan dengan Eropa, dan bahkan hingga ke daerah-
pandangan gereja yang sampai masa itu daerah koloni di Amerika. Pe-
diajarkan dan dipercaya sebagai nyebarannya adalah melalui buku-buku
kebenaran ilahi. Selain Renaissance ada karya filsuf Pencerahan, atau lewat
juga Pencerahan. Pencerahan atau diskusi-diskusi yang menjadi kebiasaan
Enlightenment merupakan istilah yang masyarakat pada masa itu.
digunakan untuk menggambarkan aliran Gerakan Pencerahan muncul
utama pemikiran yang berkembang di sebagai suatu bentuk penolakan terhadap
Eropa dan Amerika pada abad ke-18. situasi di mana jati diri manusia adalah
Perkembangan di bidang ilmu jati diri yang terkungkung dan tertindas
pengetahuan dan intelektual pada abad oleh aturan-aturan baku yang dianggap
ke-17, seperti; penemuan-penemuan Isaac irasional yang diberlakukan oleh pihak
Newton, munculnya aliran pemikiran gereja sejak Abad Pertengahan, yaitu
Rasionalisme oleh Rene Descartes, atau dalam masa periode tahun 400-an Masehi
pemikiran skeptismenya Pierre Bayle, hingga tahun 1500-an. Gerakan ini juga
Panteismenya Benedict de Spinoza, dan
119
Ibid, hlm. 43.
118 120
Ibid, hlm. 23. Ibid.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │96
129
Faisal Ismail, Islam Idealitas Ilahiyah dan
Realitas Insaniyah, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 1999), hlm. 193.
130
Samuel P. Huntington, “Benturan Antar
Peradaban, Masa Depan Politik Dunia?” dalam
128
Olaf Schumann, Dialog antar Umat Jurnal Ulumul Qur‟an, No. 5, Vol.IV Tahun 1993,
Beragama, Di manakah kita berada kini?, hlm. 12.
131
(Jakarta: LPS-DGI, 1980), hlm. 57. (lihat juga. Th. Sumartana, Theologia Religionum, dalam
Ioanes Rakhmat, Pluralitas Agama, Dialog dan Tim Balitbang PGI (Peny.), Meretas Jalan
Perspektif, hlm. 70.). Teologia Agama-Agama di Indonesia, hlm. 18.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │100
Kemajemukan masyarakat dalam terima begitu saja. Ada hal yang harus
suatu kelompok merupakan suatu hal dipikirkan lebih serius berkaitan dengan
yang nyata dan tak dapat diabaikan begitu perkembangan kekristenan di Indonesia.
saja. Itulah sebanya semua pihak Olaf H. Schumann, dalam buku
harusnya menerima kenyataan tersebut Menghadapi Tantangan Memperjuang-
sebagai sebuah keragaman yang indah. kan Kerukunan, mengatakan: “Konsep
Kenyataan akan keberagaman yang toleransi beragama relative baru dalam
dimaksud harusnya memberikan sejarah umat beragama. Oleh sebab itu,
pengetahuan akan keadaan masyarakat tidak mengherankan masalah ini masih
yang majemuk. Muhammad Imarah, sering diperdebatkan. Selain itu, tuntutat
dalam buku, Islam dan Pluralitas: terhadap toleransi beragama juga tidak
Perbedaan dan Kemajemukan dalam berasal dari pertimbangan-pertimbangan
Bingkai Persatuan, mengatakan: “Pada teologis maupun religious. Toleransi ber-
suatu sisi pluralistik dalam bangsa agama merupakan tuintutan yang di-
Indonesia bisa menjadi positif dan kedepankan ketika keseluruhan struktur
konstruktif tetapi di sisi lain juga bisa masyarakat berada dalam situasi kritis,
menjadi sebuah kekuatan yang negative kemudian berbagai teori dikembangkan
dan destruktif yang dapat berakibat pada untuk membangun sebuah masyarakat
disintegrasi bangsa. Kenyataannya baru, meninggalkan sistem sosial lama
sejarah masyarakat adalah multi-complex yang tradisional agar lebih bebas men-
yang mengandung religious pluralism. ciptakan masyarakat baru yang
Hal ini adalah realitas, karena itu mau modern.133 Hal toleransi umat bergama
tidak mau kita harus menyesuaikan diri, di Indonesia mendapat perhatian banyak
dengan mengakui adanya religious pihak, baik didalam maupun di luar
pluralism dalam masyarakat Indonesia.132 negeri. Dalam suatu sisi, Indonesia me-
Pernyataan Imarah tersebut hendak rupakan Negara berpenduduk Muslim
menghentakan pihak-pihak yang terkait terbesar di dunia, namun pada sisi yang
di dalamnya untuk mulai merenungkan lain, Indonesia bukanlah Negara agama.
sesuatu yang baik bagi bangsa ini. Isu Dengan demikian maka tumbuh subur
pluralisme di Indonesia memberi dampak agama-agama yang minoritas terus di-
yang negatif maupun positif. jamin.
Gerakan teologi religionum di
Indonesia baru dikenal dalam beberapa Keragaman Keagamaan di Indonesia
tahun terakhir ini. Gerakan ini merupa-
kan sebuah upaya dalam membangun Keragaman hidup beragam di
jembatan dialog antar umat beragama; Indonesia hingga kini terus terpelihara.
sebagaimana yang diupayakan semua Walaupun ada beberapa konflik agama
pihak di Indonesia. Toleransi yang terus yang terkobar di beberapa daerah namun
diupayakan untuk dikembangkan di hal itu tidak mengurangi perhatian
Indonesia akan sangat memberi manfaat pemerintah pada pola hidup rukun antar
bagi masyarakat Indonesia yang plural, agama. Keragaman agama inilah yang
namun bukan berarti hal tersebut di- memberikan tantangan bagi beberapa
teologi untuk mencoba membangun
132
Muhammad Imarah, Islam Dan Pluralitas:
133
Perbedaan Dan Kemajemukan Dalam Bingkai Olaf H. Schumann, Menghadapi Tantangan
Persatuan, (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. Memperjuangkan Kerukunan, (Jakarta: BPK.
11. Gunung Mulia, 2009), hlm. 42.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │101
hubungan antar agama yang lebih baik bicarakan hal agama dalam konteks
lagi. Hubungan yang lebih baik dalam humanistik maka setiap agama pasti me-
kehidupan beragama perlu dibangun ngajarkan kebaikan.
secara murni dan bertanggung jawab, Prinsip agama adalah mengatur
namun tetap dalam kerangka uniknya orang untuk hidup lebih baik. Sayangnya
suatu agama. Dialog antar agama dalam kekristenan, hal yang baik
diperlukan dalam hal ini. Dadang bukanlah ada pada diri manusia, melain-
Kahmad, dalam buku Sosiologi Agama, kan hanya ada pada Tuhan. Manusia
mengatakan: “Dialog antaragama itu yang sudah berdosa, tidak ada lagi
hanya bisa dimulai bila ada keterbukaan kebaikan dalam dirinya. Itulah sebabnya
sebuah agama terhadap agama lainnya. perbedaan paradigma Kristen dengan
Persoalannya mungkin baru muncul bila agama lain haruslah dipertimbangkan.
kemudian mulai dipersoalkan secara ter-
perinci apa yang dimaksud keterbukaan
itu, segi-segi mana dari suatu agama yang Gerakan Pluralisme Agama di
memungkinkan dirinya terbuka terhadap Indonesia
agama lain, pada tingkat mana
keterbukaan itu dapat dilaksanakan. Lalu, Sebagaimana yang sudah diuraikan
dalam modus bagaimana keterbukaan itu pada bagian sebelumnya tentang definisi
bisa dilakukan.134 Bagi Kahmad, dialog kata pluralisme, maka sedikit mem-
antar agama dapat terjadi apabila ada berikan gambaran ulang bahwa secara
keterbukaan suatu agama terhadap agama etimologis, asal kata pluralisme berasal
lainnya, dan hal itu hanya dapat terjadi dari kata bahasa Inggris, pluralism yang
jika perbedaan yang hakiki diantaranya berarti plural (beragam), jamak, atau
dihilangkan. Selama hal yang menjadi majemuk. Sedangkan secara ter-
penghalang terjadinya komunikasi dan minologis, pluralisme yaitu suatu
relasi antar agama tidak diminimalisasi pandangan atau paham yang memiliki
secara benar maka sulit bagi siapapun prinsip bahwa keanekaragaman itu jangan
untuk membangun hubungan yang menghalangi untuk bisa hidup ber-
dimaksud. Salah satu sikap yang diusul- dampingan secara damai dalam satu
kan untuk dikebangkan dalam hal masyarakat yang sama.136 Berangkat dari
tersebut adalah upaya untuk menghargai definisi pluralisme, maka pluralisme
kesamaan setiap agama. Lebih lanjut agama adalah “sebuah pandangan yang
dikatakan: “Bagi kami semua agama mendorong bahwa berbagai macam
mengajarkan kebaikan. Tidak ada agama agama yang ada dalam satu masyarakat
yang mengajarkan keburukan. Maka harus saling mendukung untuk bisa hidup
saya katakan bahwa semua itu sama secara damai.137
dalam arti semua agama menginginkan Banyak kalangan mengakui peran
kebaikan, mengajarkan keluhuran, cendekiawan muslim Nurcholish Madjid
mengajarkan kemanusiaan. Perbedaan sebagai pelopor masuknya pluralisme
ada, tetapi juga ada persamaan. Nah ini
yang tidak dilihat orang yang meng- 136
Mundzirin Yusuf, Islam dan Budaya Lokal,
haramkan pluralisme.135 Ketika mem- (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2000), hlm.30.
134 137
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Khadziq, Islam Budaya Lokal Memahami
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 174. Realitas Agama dalam Masyarakat, (Yogyakarta:
135
Ibid, hlm. 177. Penerbit Teras, 2009) hlm. 223.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │102
maka hal tersebut perlu dipertimbangkan mempertahankan diri dari setiap serangan
lagi. yang mengatasnamakan pluralisme.
Sayangnya hal tersebut bukannya
Perkembangan Pendidikan Agama dipertahankan untuk terus dikembangkan,
Kristen di Indonesia namun pada kenyataannya umat
pemimpin Gereja Katolik telah meng-
Kenyataan yang tidak disangkal ingkarinya melalu pernyataan resmi pada
adalah bahwa di Indonesia terdapat konsili Vatikan II (1962-1968). Selain
sejumlah aliran dan organisasi gereja. itu, perkembangan teologi religionum
Kesemuanya itu merupakan bentuk dari tidak lepas dari dua gerakan besar di
warna teologi yang berkembang dari Eropa, yaitu: Gerakan Renaisance dan
masa ke masa. Sekolah tinggi teologi Enlightenment. Semboyan Extra Yesum
yang ada di Indonesia, terbagi dalam Christum Nulla Salus merupakan sebuah
kelompok interdenominasional dan ketegasan atas doktrin Kristen, kini
kelompok denominasi. Sekolah tinggi mengalami distrosi.
teologi yang bernafaskan sekterian agak Jika Gereja Katlolik dengan Konsili
sulit mem-baur dengan komunitas Vatikan II, maka kalangan Kristen meng-
sekolah tinggi teologi lainnya. Padahal akomodasi pluralisme dan menghargai-
sebagai institusi pendidikan tinggi nya sebagai bagian dari kehidupan ber-
teologi, harusnya setiap sekolah tinggi masyarakat; dimana hal tersebut tertuang
teologi berperan aktif dalam upaya mem- dalam hasil Sidang Raya Dewan Gereja
bangun jembatan yang terbatasi oleh Sedunia di Upsala (1968). Sidang raya
tembok denominasional yang ada. tersebut lahirkanlah sebuah kesepakatan
Beberapa sekolah tinggi teologi mengenai agama-agama lain yang di-
mengalami kesulitan dalam upaya anggap memiliki kesetaraan dengan
membangun komunikasi dengan sekolah kekristenan. Dengan demikian maka
tinggi teologi lainnya; berkaitan dengan agama-agama lainpun mengandung
paham denominasi masing-masing. kebenaran dan agama Kristen tidak bisa
Dengan persoalan internal ini, maka sulit menyatakan dirinya sebagai satu-satunya
bagi setiap sekolah tinggi teologi untuk agama yang paling benar.
masuk dalam kajian teologi religionum. Selain itu juga berkembang dengan
Walaupun ada beberapa sekolah tinggi apa yang dikenal sebagai teologi
yang telah membuka dan bahkan komparatif147 yaitu suatu usaha untuk
menembangkan bidang kajian teologi memahami arti, makna dan sumbangan
agama-agama, namun hingga kini masih iman kristiani dalam konteks ke-
belum mencapai hasil yang diharapkan. beragaman iman dengan menelitinya
Diskusi-diskusi mengenai teologi agama- secara seksama dalam terang ajaran-
agama di sejumlah tempat masih belum ajaran tradisi agama yang lain.
berdampak. Berteologi dalam konteks perbandingan
Adagium Extra Yesum Christum berarti orang-orang kristiani menganggap
Nulla Salus yang oleh sebagian orang kebenaran-kebenaran sebagaimana di-
meng-anggapnya sebagai sebuah per- yakini oleh penganut agama lain sebagai
nyataan eksklusif agama Kristen; harus- sumber untuk memahami iman kristiani
nya mendapat tempat untuk menjadi
147
bahan kajian di sekolah-sekolah tinggi https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi
teologi di Indonesia. Hal ini perlu untuk _komparatif, Diakses pada hari Senin, tanggal 23
Februari 2013, pukul 11.10 WIB.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │105
mereka sendiri. Jelaslah bahwa tujuan perlukan upaya untuk mempelajari lebih
teologi komparatif adalah membantu lanjut apa yang dinyatakan teologi
orang-orang kristiani untuk sampai pada komparatif mengeni persahabatan. Pada
pengertian yang lebih mendalam tentang kenyataannya, teologi komparatif me-
tradisi iman mereka. rupakan “pendekatan baru terhadap
Teologi komparatif adalah teologi pluralitas iman.”150 dapat bekerja melalui
yang bertugas menginterpretasikan secara dan dalam semangat persahabatan.
teliti tradisi kristiani dalam perjumpaan Seorang teolog yang mendukung
dengan teks-teks dan simbol-simbol dari gerakan tersebut diatas adalah teolog,
agama-agama non Kristiani.148 Y.B. teologi komparatif yang bermukim di
Prasetyanta mengutip pendapat John Jepang, James L. Fredericks. Ia tinggal
Renard dalam menjelaskan metodologi di Jepang dan berusaha untuk menjadi
atau pendekatan dalam teologi komparatif seorang ahli dalam ajaran-ajaran dan
berikut ini yaitu: 1) Perkembang an inter praksis agama Buddha. Fredericks ber-
dan intra, 2) Inkulturasi dan konflik, 3) usaha menunjukkan bagaimana teologi
inter-tekstual, 4) pertukaran literatur dan komparatif secara wajar mengarah pada
artistik, 5) fenomenologis atau tematis, 6) teologi dialogis. Itulah sebabnya Paul F.
hermeneutik intertekstual dan 7) Knitter dengan jelas memberikan
perbandingan dalam metodologi dan komentar atas apa yang dilakukan teolog
struktur.149 Teologi komparatif mencoba ini sebagai berikut: “Dari pengalamannya
untuk sampai pada kebenaran kristiani [Fredericks] sendiri, ia menggambarkan
dengan menggunakan sumber dan acuan bagaimana proses melakukan teologi
teologis yang semakin luas, termasuk komparatif ini mengarahkan umat
unsur-unsur non kristiani, tetapi tanpa Kristiani bukan hanya untuk meng-hayati
mengklaim diri mengetahui lebih banyak lebih dalam berbagai ajaran agama lain,
tentang penganut-penganut agama lain tetapi juga membangun persahabatan
daripada para penganut agama itu dengan umat beragama lain.”151 Menurut
mengenal diri mereka sendiri. Knitter, karena persahabatan dan kasih
Perlu dipahami bahwa dalam yang muncul dari ranah teologi
rangka berteologi secara baik, benar dan komparatif, umat Kristiani bersedia
bertanggung jawab. Hal tersebut ber- merangkul rekan-rekan beragama lain
kaitan dengan konsistensi berteologi bukan hanya untuk belajar dari mereka,
dalam diri seseorang. Beberapa teologi tapi juga berbagi dengan memperkaya
telah gagal dalam hal mengembangkan mereka.
pola disuksi teologi yang lebih berkenan Dengan demikian maka peran
dihadapan Allah. Itulah sebabnya di- sekolah sekolah tinggi teologi di
Indonesia dalam menghadapi pengajaran
148
Lihat James L. Fredericks, „A Universal teologi religionum sangatlah perlu. Selain
Religious Experience? Comparative Theology as
an Alternative to a Theology of Religions,”
150
Horizons 22:1 (1995):68, sebagaimana dikutip Y.B. Prasetyantha menuliskan teologi
oleh Y.B. Prasetyanta ,“Teologi Komparatif: komparatif ini sebagai “pendekatan baru terhadap
Pendekatan Baru Terhadap Pluralitas Iman”, pluralitas iman”. Lihat: “Teologi Komparatif:
Diskursus vol. 6 no. 2 Oktober (2007), hlm. 198. Pendekatan Baru terhadap Pluralitas Iman,”
149
Y. B. Prasetyanta, Y.B., “Teologi Komparatif: dalam jurnal Diskursus, Vol. 6, No. 2, Oktober,
Pendekatan Baru Terhadap Pluralitas Iman”, 2007, h. 195-208.
151
Diskursus vol. 6 no. 2 Oktober 2007, hlm. 201- Paul F. Knitter, Pengantar Teologi Agama-
202. agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 248.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │106
keyakinan iman kepada Kristus tidak bisa bahkan Pluralisme agama telah mencatat
diabaikan begitu saja. sejarah yang penting dalam upaya
membangun teologi religionum baik
secara global maupun nasional. Dalam
Kesimpulan konteks Indonesia, upaya memperkenal-
kan teologi religionum gencar dilakukan
Teologi Religionum dipandang sejumlah tokoh yang pro pluralisme.
sebagai salah satu solusi dalam upaya Walaupun ada tantangan yang secara
tulus untuk mempertahankan kerukunan terbuka namun semangat membangun
antar umat bergama. Hal itu memungkin- teologi religionum terus berjalan dengan
kan karena keyakinan teologi religionum baik hingga saat ini.
dipandang sebagai upaya membangun
jembatan komunikasi diantara umat ber-
agama. Teologi religionum muncul
karena pada kenyataan-nya, hal Daftar Pustaka
kemajemukan dalam masyarakat yang
terus berkembang dari masa ke masa, dan Abineno. J.L. Ch., Oikumene dan
perkembangan pluralistik ini sesungguh- Gerakan Oikumene, Jakarta: BPK
nya membutuhkan metodologi yang Gunung Mulia,1984.
cocok dalam upaya membangun Adiprasetya. Joas, Mencari Dasar
hubungan kemasyarakatan yang lebih Bersama, Jakarta: BPK. Gunung
baik, dan pola pendekatan yang tepat Mulia, 2009.
untuk menjembatani kemajemukan Al-Fandi. Haryanto, Desain
tersebut akan memberi dampak yang baik Pembelajaran yang Demokratis &
pula dalam kehidupan beragama. Humanis, Yogyakarta: Penerbit Ar-
Alan Race memperkenalkan Ruzz Media, 2011.
Tipologi Tripolar sebagai upaya dalam Ali. Syari‟ati, Humanisme: antara Islam
memetakan beragam pendekatan para dan Mazhab Barat, terj. Afif
teolog agama-agama, termasuk teolog Muhammad, cet. 2, Bandung:
Kristen didalamnya. Pemetaan ini di- Pustaka Hidayah, 1996.
dasarkan pada kesamaan dan perbedaan Amstrong. Karen, Sejarah Tuhan.
cara pandang mereka terhadap agama- Bandung: PT. Mizan Pustaka,
agama dengan upaya membangun 2012.
hubungan dan komunikasi antar agama. Bellah. N. Robert, Religi Religi
Tipologi Tripolar dianggap mampu mem- Tokugawa Akar-Akar Budaya
berikan kontribusi yang signifikan bagi Jepang, Jakarta: Gramedia, 1992.
upaya membangun hubungan antar Bagus. Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta:
agama-agama. Dari sinilah upaya dialog PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
bisa terbangun ketika truth claim atau Berger. L. Peter, Langit Suci Agama
klaim kebenaran pada setiap agama yang Sebagai Realitas Sosial, Jakarta:
diyakini para pemeluknya perlu diredam Penerbit LP3ES, 1991.
karena memandang agamanya lebih Berkhof. Louis, Teologi Sistematika Jilid
superior atas agama lainnya merupakan 4: Doktrin Keselamatan, Jakarta:
penghalang bagi upaya dialog. Lembaga Reformed Injili
Beberapa momentum seperti: Indonesia, 1997.
Teologi Liberal, Gerakan Oikmene dan
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │108
https://id.wikipedia.org/wiki/Universalis
me, Diakses pada hari Senin,
tanggal 16 Februari 2018, pukul.
20.30.
http://www.pgi.or.id/index.php/agenda-
pgi/item/66-bulan-oikoumene-
2013. Diakses pada hari Rabu,
tanggal 12 Februari 2018, pukul
20.45 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Konsili_Vat
ikan_II, diakses pada hari Rabu,
tanggal 12 Desember 2013, pukul
21.35 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Nostra_Aeta
te, Diakses pada hari Senin, tanggal
16 Desember 2013, pukul 11.10
WIB.