Anda di halaman 1dari 55

TEOLOGI RELIGIONUM: DILEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

DALAM MENENTUKAN SIKAP KEIMANAN

Demsy Jura
Universitas Kristen Indonesia
demsy.jura@uki.ac.id

Abstrak

Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mengenal hal
yang berifat religius; kenyataan ini membuat ia menjadi mahluk yang berkemampuan dalam
memahami Tuhan dengan segala aspek-aspek ilahi yang ada didalamnya. Hal ketuhanan pada
akhirnya memberikan inspirasi kepada manusia dalam menjalani kehidupan yang lebih
bermartabat, melalui keyakinan keagamaan yang dimilikinya. Dengan demikian maka kemampuan
dalam memahami agama, telah menempatkan manusia poda posisi yang lebih tinggi dari mahluk
lainnya.
Keyakinan keagaman menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan umat manusia;
itulah sebbanya melalui hal keyakinan inilah maka seseorang perlu membangun hubungan yang
harmonis diantara sesama. Upaya membangun hubungan yang harmonis diantara para pemeluk
agama terus diupayakan ditengah-tengah gencarnya gerakan fundamentalisme dan fanatisme para
pengikut atas agama yang dianutnya. Upaya dialog antar umat beragama merupakan salah satu
cara untuk meredam kekisruan terebut.
Teologi Religionum merupakan cabang ilmu teologi yang membahas bagaimana respons
teologi kekristenan terhadap fakta pluralisme agama diluar agama Kristen. Tujuan dari teologi
religionum ini adalah bagaimana kekristenan melihat dan memberikan penilaian teologis terhadap
agama-agama lain. Masing-masing agama memiliki keunikannya tersendiri dan perlu dihargai
eksistensinya; itulah sebabnya diperlukan suatu cara untuk hal yang dimaksud.
Tipologi Tripolar merupakan sebuah istilah yang akrab dengan studi agama-agama, dan juga
berkaitan dengan perkembangan teologi religionum. Tipologi Tripolar bermaksud memberikan
penjelasan terperinci mengenai teologi religionum yang dimaksudkan tersebut. Tipologi yang
dimaksudkan tersebut itu digunakan sebagai standar di dalam studi teologi agama-agama, dan
hingga kini masih banyak dipakai dalam diskursus teologi agama-agama. Tipologi Tripolar
digunakan untuk memetakan beragam pendekatan para teolog dan non-teolog Kristen mengenai
relasi kekristenan dengan agama-agama lain. Pemetaan ini didasarkan pada kesamaan dan
perbedaan cara pandang mereka terhadap agama-agama lain di luar Kristen. Alan Race
mempopulerkan istilah Tipologi Tripolar yang menunjuk kepada tiga hal pokok dalam membahas
teologi agama-agama yang dimaksud, yaitu: eksklusivisme, Inklusivisme dan Pluralisme.
Berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK), maka kehadiran teologi religionum
menjadi dilematika dalam pelaksanaan PAK; sebab PAK menuntut pengakuan mutlak bahwa
Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia. Apapun alasan yang dipergunakan
dalam membangun jembatan komunikasi dengan sesama pemeluk agama; PAK memberikan sikap
yang jelas berkaitan dengan posisi keimanan orang percaya. Jadi hubungan dengan sesama
pemeluk agama wajib dijaga dalam konteks fakta kemajemukan dalam masyarakat, namun
keyakinan iman kepada Kristus tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kata Kunci: Dilematika, Keimanan, Pendidikan Agama Kristen, Teologi Religionum,


Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │57

Pendahuluan nilai kehidupan, di tengah derita yang


menimpa wujud kasatnya.3
Manusia adalah satu-satunya Kemampuan keagamaan yang
mahluk hidup yang memiliki kemampuan dimiliki manusia telah membawanya
untuk mengenal hal yang berifat religius. kepada hidup yang mengenal akan Tuhan
Keadaan ini membuat ia menjadi mahluk sebagai pribadi yang disembah.
yang berkemampuan memahami Tuhan Kemampuan manusia yang yang diberi-
dengan segala aspek-aspek ilahi yang ada kan Tuhan memang sangatlah besar dan
didalamnya. Itulah sebabnya ketika melebihi ciptaan Tuhan lainnya, namun
Mircea Eliade1 mempopulerkan konsep terbatas dalam upaya memahami sesuatu
homo religiosus2 maka banyak kajian yang ada; dan itulah sebabnya hal
tentang eksistensi manusia sebagai tersebut telah membuatnya percaya akan
mahluk yang beragama menjadi hal yang suatu hal yang berkuasa dan berada di-
menarik untuk dibahas. Ada argumen atasnya.
yang kuat untuk berpendapat bahwa Agama menjadi hal penting dalam
homo sapiens juga merupakan homo upaya memahami sesuatu yang tidak
religiosus. Manusia mulai menyembah dapat dipahaminya tersebut. Hal
dewa-dewa segera setelah mereka ketuhanan pada akhirnya memberikan
menyadari diri sebagai manusia; mereka inspirasi pada manusia dalam menjalani
menciptakan agama-agama pada saat kehidupan yang lebih bermartabat.
yang sama ketika mereka mencipta-kan Dengan demikian maka kemampuan
karya-karya seni. Hal ini bukan karena dalam memahami agama, telah me-
mereka ingin menaklukkan kekuatan nempatkan manusia poda posisi yang
alam; keimanan awal ini meng- lebih tinggi dari mahluk lainnya. A. M.
ekspresikan ketakjuban dan misteri yang Romly, dalam buku Fungsi Agama bagi
senantiasa merupakan unsur penting Manusia: Suatu Pendekatan Filsafat,
pengalaman manusia tentang dunia yang menyatakan bahwa: “Agama merupakan
menggetarkan namun indah. Sebagai- kiprah manusia yang bersumber pada
mana seni, agama merupakan usaha sikap percaya kepada Tuhan. Sikap
manusia untuk menemukan makna dan percaya kepada Tuhan tersebut disertai
dengan penyerahan diri secara
1 menyeluruh, yang diwujudkan antara
Mircea Eliade (1907-1986) seorang filsuf,
sejarawan berkebangsaan Rumania yang menjadi lain dengan kepatuhan terhadap ajaran-
profesor di Chicago University. Pengaruh ajarannya.”4 Pernyataan tersebut mem-
pemikiran-nya cukup besar dalam studi agama- benarkan akan adanya konsep ketuhanan
agama ketika ia menjabat sebagai kepala dalam diri seseorang, yang mana hal itu
Departemen Sejarah Agama di universitas diimplementasikan dalam bentuk ke-
tersebut. Ia juga menjabat kepala editor pada
Macmillan's Encyclopedia of Religion, dan percayaannya dalam beragama.
pemimpin jurnal ilmiah History of Religions dan Dewasa ini kebangkitan agama-
The Journal of Religion. Analisis agama Eliade agama sebagai upaya menekan radi-
meng-asumsikan keberadaan "yang sakral" lkalisme telah berjalan dengan cepat.
sebagai objek pemujaan kemanusiaan religius.
2
Homo religiosus adalah istilah yang menunjuk
3
kepada seseorang yang perilaku dan pikirannya Karen Amstrong, Sejarah Tuhan (Bandung: PT.
dimotivasi sepenuhnya oleh ide-ide agama. Para Mizan Pustaka, 2012), 12.
4
ahli bidang agama menggunakan istilah ini dalam A.M Romly, Fungsi Agama Bagi Manusia :
dalam pengertian yang berbeda, namun menuju Suatu Pendekatan Filsafat (Jakarta: Bina Rena
pada satu rujukan, yaitu manusia dan agama. Pariwara, 1999), 1.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │58

Tren harmonisasi antar agama terlihat ngumpulkan sejumlah data yang


dengan jelas namun hal yang terjadi dianggap perlu. Dengan demikian maka
sebagai dampak dari proses tersebut akan diperoleh data yang sesuai dengan
dapat dilihat dari adanya upaya untuk harapan.
membangun konsep kesatuan agama- Upaya membangun hubungan yang
agama. Fakta kemajemukan tersebut harmonis diantara para pemeluk agama
tidak bisa dipungkiri. Nampaknya, terus diupayakan ditengah-tengah
kecenderungan manusia dalam hal gencarnya gerakan fundamentalisme dan
keyakinan keagamaan sedang berubah fanatisme para pengikut atas agama yang
arah; dari hal yang bersifat wahyu dianutnya. Upaya dialog antar umat
kepada hal yang bersifat pengetahuan dan bergama merupakan salah satu cara untuk
logika. Hal ini merupakan tantangan meredam kekisruan ini. Metode dialog
kekristenan dalam peradaban umat antar umat beragama yang pada mulanya
manusia. hanya sekedar wadah persekutuan dan
Ketika orang melihat kemungkin- sebagai ekspresi saling menghargai dan
an pertama, yaitu membangun konsep menghormati satu dengan lainnya.
kesatuan agama-agama, maka hal-hal Dalam perkembangannya hal tersebut
yang bersifat esensial suatu agama akan telah berubah menjadi suatu usaha dari
terabrasi karena upaya penyatuan agama- masing-masing agama dan antar umat
agama tidak mungkin terjadi selama hal beragama yang lainnya untuk saling
esensial itu terus dipegang karena hal mempelajari kesamaan-kesamaan ke-
tersebut pada kenyataannya telah menjadi benaran yang mereka anut. Dengan
penghalang. Lagi pula akan memuncul- upaya yang terus berlanjut itu akan
kan agama baru, yang me-rupakan hasil membawa mereka pada sampai tahapan
penyatuan tersebut. Sebaliknya jika mana mereka dapat saling menerima
konsep kedua diterapkan, yaitu ke- keabsahan dan kebenaran semua agama,
majemukan agama disarankan dalam dan hal inilah yang kemudian dikenal
kehidupan bermasyarakat maka yang sebagai pluralisme agama.5
diperlukan adalah sikap toleransi, dialog Teologi Religionum atau yang di-
dan bahkan upaya menghargai satu kenal sebagai teologi agama-agama atau
agama dengan agama lainnya; tanpa theology of religions; merupakan cabang
membuat keyakinan agamanya berkurang ilmu teologi yang membahas bagaimana
kaidah imannya. Dan nampaknya konsep respons teologi kekristenan terhadap
inilah yang dipegang oleh banyak orang. fakta pluralisme agama diluar agama
Guna memperlengkapi data Kristen. Tujuan dari teologi religionum
informasi mengenai teologi religionum, ini adalah bagaimana kekristenan melihat
dalam penulisan karya tulis ini, maka dan memberikan penilaian teologis
penulis memandang perlu menyampaikan terhadap agama-agama lain. Dengan
informasi mengenai sejarah perkembang- penilaian yang dimaksudkan tersebut
an teologi religionum. Tentunya dengan diharapkan kekristenan dapat melihat segi
mempergunakan data kepustakaan yang positif dari teologi suatu agama, dan
ada, maka diharapkan akan memperoleh melaluinya diupayakan untuk mem-
informasi selengkapnya mengenai sejarah bangun jembatan komunikasi diantara-
berdirinya gerakan ini. Upaya untuk
menambah kelengkapan data mengenai
5
gerakan ini dilakukan dengan cara me- Stevri I. Lumintang, Theologia Abu-abu
(Malang: Penerbit Gandum Mas, 2004), 14.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │59

nya. Tentunya hal tersebut akan me- makna teologis dari pluralisme agama-
redam semangat fundamentalisme yang agama tersebut. Dan tugas esensial dari
sesungguhnya sangat membahayakan agama adalah membuat dirinya relevan
kehidupan bermasyarakat. dengan keadaan, teologi religionum me-
Teologi religionum dianggap oleh rupakan respon penganut suatu agama
sekelompok orang sebagai solusi yang terhadap keseluruhan masa depan
cukup baik dalam usaha membangun masyarakat maupun agama-agama.
hubungan yang lebih harmonis dalam
kehidupan bermasyarakat. Teologi reli-
gionum memunculkan semangat ke- Latar Belakang Munculnya Teologi
bersamaan yang memandang satu agama Religionum
dengan yang lainnya setara dan tidak ada
yang lebih tinggi statusnya dengan agama Teologi Religionum dipandang se-
lainnya. Pola ini akan memberikan rasa bagai salah satu solusi dalam upaya tulus
aman dan tidak ada unsur saling curiga untuk mempertahankan kerukunan antar
satu dengan yang lainnya. Namun umat bergama. Hal itu memungkinkan
demikian perlunya sikap yang dewasa karena keyakinan teologi religionum
dan cermat dalam memahami teologi dipandang sebagai upaya membangun
religionum sebab ketika membicarakan jembatan komunikasi dan juga warna
suatu agama, maka tidak boleh me- toleransi yang didambakan oleh orang-
nyinggung agama yang lainnya, dan orang tertentu karena menginginkan
bahkan tidak boleh memandang agama adanya kehidupan yang akur dan
sendiri lebih baik dari agama orang lain. berdampingan secara damai antar sesama
Teologi religionum pada dasarnya pemeluk agama.
merupakan upaya dari dalam komunitas Salah satu tokoh penting dari
keagamaan tertentu untuk melakukan gerakan teologi religionum, Th.
refleksi atau pemikiran yang runtut Sumartana dalam buku, Meretas Jalan
tentang kesadaran baru sebagai upaya Teologia Agama-Agama di Indonesia,
untuk memberi respon terhadap persoalan mengatakan bahwa: Tantangan keagama-
pluralisme. Manusia yang berasal dari an yang mendasar yang kita hadapi
berbagai latar belakang akan terbantu sekarang ini bisa kita ungkap dengan satu
dalam upaya membangun komunikasi kata, yaitu pluralisme. Tidak ada maksud
dengan sesama apabila menerapkan mengatakan bahwa pluralisme merupa-
prinsip-prinsip yang penting dalam kan satu-satunya tantangan akan tetapi
keyakinan teologi religionum. bila tantangan itu tidak diperhatikan
Teologi religionum sesungguhnya dengan sungguh-sungguh, maka agama-
tidak lain sebagai upaya refleksi teologis agama akan kehilangan persepsi yang
untuk menempatkan pluralisme sebagai benar tentang dunia dan masyarakat
pusat perhatian dan pusat persoalan antar sekarang. Pluralisme telah menjadi ciri
agama. Teologi religionum harus mem- esensial dari dunia masyarakat sekarang.
punyai pijakan pada realitas karena ia Dunia telah menjadi satu dan menjadi
memberikan penjelasan tentang teologi kampung kecil di mana umat manusia
agama-agama yang cukup beragam dan hidup bersama di dalamnya.”6 Sumartana
harus dapat diterima oleh masyarakat.
6
Teologi religionum merupakan cara yang Th. Sumartana, Meretas Jalan Teologia Agama-
ditemukan manusia dalam upaya mencari Agama di Indonesia (Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2007), 18.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │60

menyatakan harapannya terhadap menghargai agama-agama lainnya, dan


pluralisme dan ia berharap supaya juga diawasi sehingga bisa menjadi bahan
pluralisme mendapat tempat dalam ke- percakapan yang produktif dan mem-
hidupan masyarakat; baginya pluralisme buahkan hasil yang positif bagi per-
merupakan ciri utama masyarakat modern adaban umat manusia.
saat ini. Teologi religionum pada dasar- Teologi religionum muncul karena
nya merupakan upaya dari dalam pada kenyataannya, hal kemajemukan
komunitas keagamaan tertentu untuk dalam masyarakat yang terus berkembang
melakukan refleksi atau pemikiran yang dari masa ke masa. Perkembangan
runtut tentang kesadaran baru sebagai pluralistik ini sesungguhnya membutuh-
upaya untuk memberi respon terhadap kan metodologi yang cocok dalam upaya
persoalan pluralisme. Teologi religionum membangun hubungan kemasyarakatan
tak lain adalah upaya refleksi teologis yang lebih baik, dan pola pendekatan
untuk menempatkan pluralisme sebagai yang tepat untuk menjembatani ke-
pusat perhatian dan pusat persoalan. majemukan tersebut akan memberi
Dalam membangun gerakannya, teologia dampak yang baik pula dalam kehidupan
religionum harus mempunyai pijakan beragama. Hubungan antar umat akan
pada realitas masyarakat yang ada, terus terjaga dan terhindar dari fanatisme
dimana teologia religionum merupakan yang lebih banyak merugikan semua
sebuah usaha untuk mencari makna pihak.
teologis dari pluralisme agama-agama Cara yang dianggap mampu men-
yang dimaksud tersebut. jalin hubungan kemasyarakatan yang
Tugas pokok dari agama adalah lebih baik sebagaimana yang dimaksud-
membuat dirinya relevan dengan keadaan kan tersebut diatas adalah dengan
dan zaman dalam kehidupan umat melihat kesamaan dan mengabaikan per-
manusia, dan teologi religionum merupa- bedaan antar agama. Dalam hal ke-
kan respon terhadap keseluruhan masa agamaan, prinsip kebersamaan hanya
depan masyarakat maupun agama-agama. dapat terwujud apabila aspek esensial
Dalam teologi religionum memberikan suatu agama tidak dipaksakan kepada
identitas keagamaan seseorang yang agama yang lain. Ketika hal esensial itu
harus tetap terjaga dan terpelihara; tanpa dipergunakan dalam membangun
meremehkan dan bahkan bisa menghargai hubungan antar umat beragama, maka
identitas keagamaan orang lain dan hampir pasti akan terjadi gesekan;
integritas agama orang lain. Tentunya sebagai contoh ketika agama Kristen
hal tersebut akan sangat sulit terlaksana tetap berpedoman pada Yesus Kristus
apabila seseorang kurang memahami sebagai jalan keselamatan (lih. Yohanes
maksud dan tujuan dari gerakan teologi 14:6), maka agama lainnya akan me-
religionum tersebut. Itulah sebabnya nunjukkan rasa ketidaksenangannya atas
untuk menjamin terjadinya hubungan keyakinan esensial tersebut. Kompromi
yang harmonis antar sesama pemeluk dan membangun dialog menjadi sangat
agama, maka upaya yang harus dilakukan penting untuk mewujudkan kehidupan
dalam perumusan teologi religionum masyarakat yang baik, aman dan bebas
haruslah dengan benar-benar berpijak konflik.
pada kenyataan pluralisme yang ber- Usaha untuk menjaga hubungan
kembang dalam masyarakat, dikontrol antar umat beragam demi kenyamanan
supaya tetap terkendali dalam jalur yang dan keamanan suatu komunitas sangat
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │61

diperlukan. Itulah sebabnya beberapa membangun suatu tatanan dunia yang


orang telah menunjukkan usahanya untuk lebih baik dan bagi kesejahteraan seluruh
membangun hubungan dengan upaya umat manusia. Itulah sebabnya kehadiran
menjembatani hal-hal yang sekiranya teologi religionum dianggap akan mampu
dapat memicu masalah antar umat. mencairkan kebekuan suasana dialog
Berbagai perbedaan yang ada biasanya antar umat beragama yang tadinya berdiri
diupayakan untuk dicari titik temu pada dasar saling curiga. Dengan adanya
sehingga hal yang dapat menimbulkan teologi religionum maka hal-hal yang
banyak masalah tersebut dapat diatasi. dapat menimbulkan kecurigaan dan
Hal yang paling membahayakan apabila pertikaian penganut suatu agam dengan
unsur yang sangat esensial dalam suatu agama lainnya akan diminimalisasi se-
agama dikorbankan demi alasan kesatuan rendah mungkin. Perlu ditegaskan dalam
dan persatuan; namun juga hal yang harus hal ini bahwa kehadiran teologi reli-
dipikirkan adalah keunikan setiap agama gionum tidak dengan sendirinya, melain-
yang harus tetap dipertahankan. kan telah ada hal-hal lain mendahuluinya.
Masalahnya untuk membangun hubungan Jauh hari sebelum istilah teologi
yang lebih harmonis diantara para pe- religionum diperkenalkan, telah dimulai
meluk agama, diperlukan sikap dengan sejumlah gerakan yang berupaya
kompromistik yang harus lebih terbuka untuk merumuskan suatu gagasan yang
didalamnya. Jika selama ini selalu ber- bertujuan dalam upaya membangun
pikir bahwa agamanya adalah yang ter- jembatan komunikasi antar umat ber-
baik, maka kini demi menjaga hubungan agama. Ide-ide yang dimaksudkan ter-
tersebut; harusnya pandangan itu di- sebut telah memberikan inspirasi muncul-
abaikan, dan diganti dengan mengakui nya teologi religionum. Hal-hal itu
bahwa agama lainpun memiliki unsur- merupakan gerakan yang menuju ke arah
unsur kebenaran yang patut dihargai. pengakuan akan eksistensi agama-agama
Bagi kaum yang mendukung pluralistik lain pada umumnya. Dengan pengakuan
tentunya hal tersebut sangatlah tepat, tersebut maka dengan sendirinya suatu
namun bagi mereka yang lebih kuat agama yang dianggap superior tidak ada.
keyakinan keagamaannya akan menolak Demikian juga tidak mengakui adanya
usulan tersebut. truth-claim7 suatu agama, dimana hal
Berbeda dengan ilmu-ilmu agama tersebut diuraikan dengan tuntas dalam
lainnya; dimana mereka memfokuskan buku On Conflicting Religious Truth-
diri pada usaha untuk mempelajari Claims, karya John Hick.
sejarah, ajaran, tradisi dan keyakinan Dengan truth-claim suatu agama
suatu agama; teologi religionum justru atas agama yang lain maka sudah barang
lebih mengkonsentrasikan diri pada
pemikiran akan hubungan suatu agama 7
Istilah truth-claim atau klaim kebenaran
dengan agama-agama lainnya. Teologi sesungguhnya ada dalam setiap agama. klaim
religionum mempelajari apa peran yang eksklusivitas dan absolutisme kebenaran ini
positif yang dapat diperbuat untuk saling kemudian ditopang dengan konsep juridis tentang
memahami perspektif setiap agama dan soteriologi suatu agama. Jika agama Yahudi,
dikenal dengan “the chosen people”-nya, yaitu
bagaimana agama-agama yang penuh terbatas pada komunitas Yahudi, maka Katolik
keunikan dan perbedaan satu dengan dikenal dengan doktrin “extra ecclesiam nulla
lainnya itu dapat hidup berdampingan salus”, dan Kristen dengan “outside Christianity,
dan bahkan bisa bekerja sama untuk no salvation” dimana hanya melalui pengorbanan
Yesus Kristus maka seseorang dibenarkan.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │62

tentu akan muncul gejolak dalam ia dilahirkan.10 Eksternalisasi itulah yang


masyarakat tertentu. Pertikaian antar membuat seseorang memeluk suatu ke-
agama justru terjadi dan bahkan semakin percayaan. Obyektifasi adalah pen-
dalam ketika suatu agama merasa lebih transformasian produk-produk yang di-
superior atas agama lain-nya. Disatu sisi hasilkan dari proses eksternalisasi yang
ada kubu yang menyatakan dirinya menjadi sesuatu yang bukan hanya cipta-
sebagai agama yang paling benar, dan an manusia, tetapi juga sesuatu yang
setidaknya menempatkan diri sebagai berbeda dari penciptanya.11 Internalisasi
agama superior, sementara pada sisi yang merupakan peresapan kembali dari apa
lain, suatu agama akan menolak claim yang dihasilkan oleh manusia yang
superioritasnya tersebut. Hal seperti kemudian ditransformasikan kembali ke
inilah yang seringkali membuat terjadi- dalam struktur kesadaran manusia.12
nya masalah dalam upaya membangun rotasi itulah yang memberikan kesadaran
hubungan yang harmonis diantara para kepada manusia untuk memeluk suatu
pemeluk agama. kepercayaan. Kesadaran bersama itu
lahir sebagai upaya manusia mengatasi
pelbagai persoalan yang paling dasar
Teologi Religionum (ultimate concern) dalam hidup-nya.13
Itulah sebabnya agama menjadi sesuatu
Emile Durkheim, sosiolog Jerman yang sangat penting dan tidak dapat
dalam buku Sejarah Agama: The dipisahkan dalam kehidupan umat
Elementary Form of Religious Life, me- manusia. Hal agama yang sangat penting
ngatakan: “Agama tidak lain adalah itu dikarenakan menyangkut kehidupan
masyarakat itu sendiri”8 Karena agama esensial seseorang. Agama menjadi hal
merupakan kesadaran bersama (collective yang penting dalam kehidupan seseorang,
conciousness) masyarakat yang telah termasuk didalamnya akan memberikan
dieksternalisasikan, diobjektivasikan, di- pengaruhi yang cukup berar dalam pola
internalisasikan dan ditransformasikan .9 kehidupan. Terkadang agama mampu
Dalam kajian suatu keyakinan, Peter membuat seseorang berpikir dan ber-
Berger menjelaskan bahwa: “Ekster- tindak sesuai dengan apa yang diisyarat-
nalisasi adalah pencurahan ke-diri-an kan dalam pengajaran doktrinnya.
secara terus menerus ke dalam dunia. Pembahasan tentang teologi
Melalui pencurahan ini seseorang religionum tidak lepas dari perkembang-
menghasilkan sesuatu; baik itu yang ber- an agama dari masa kemasa. Pada masa
bentuk fisis maupun mental. Bagi sekarang diperlukan suatu upaya untuk
manusia, eksternalisasi ini adalah suatu menyamakan presepsi tentang kehidupan
keharusan, sebab eksternalisasi ini me- beragama secara menyeluruh dalam ke-
rupakan tuntutan dari kodrat manusiawi, hidupan masyarakat. Agama yang harus-
yang memang belum sempurna semenjak nya menjadi solusi atas setiap per-
masalahan dan pergumulan umat manusia

8 10
Emile Durkheim, Sejarah Agama: The Ibid.
11
Elementary Form Of Religious life (Yogyakarta: Ibid.
12
Isrcisod, 2001), 67. Ibid.
9 13
Peter L. Berger, Langit Suci Agama Sebagai Robert N. Bellah, Religi Religi Tokugawa Akar-
Realitas Sosial (Jakarta: Penerbit LP3ES, 1991), Akar Budaya Jepang (Jakarta: Gramedia, 1992),
4-5. 10-11
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │63

terkadang dianggap bermasalah hanya kan dengan maksud untuk menemukan


karena tidak ditempatkan pada tempat makna keberadaan agama-agama yang
yang sebagaimana mestinya. Pergerakan lain. Untuk maksud tersebut teologi
zaman telah memberikan banyak religionum mengkonsentrasikan diri pada
perubahan dalam kehidupan manusia, dua hal: pandangan tentang Tuhan dan
termasuk didalamnya kemampuan pandangan tentang sesama.16 Jadi upaya
manusia yang lebih dewasa dalam me- memperkenalkan teologi religionum guna
nilai suatu agama. memberikan makna eksistensi dari
Teologi religionum nampaknya agama-agama. Dengan demikian maka
berupaya memberikan solusi atas per- setiap agama dapat dipahami dengan
masalahan yang dihadapi oleh manusia benar dan tanpa prasangka sehingga
yang berkaitan dengan relasi antar agama dengan pemahaman tersebut akan mem-
didalam masyarakat. Ada upaya mem- berikan hubungan yang harmonis diantara
bangun jembatan komunikasi supaya umat beragama.
harmonisasi hidup terpelihara dengan
baik. Istilah teologi religionum terdiri Universalisme
dari dua kata, yaitu theologi dan
religionum. Istilah Teologi berasal dari Universalisme termasuk hal yang
kata Yunani Theos yang berarti Allah dan paling banyak dibahas dalam kajian
Logos, yang kata logos sendiri artinya mengenai agama-agama. Istilah
Firman atau Kebenaran yang dinyata- universalisme berasal dari kata bahasa
kan.14 Dengan demikian maka Teologi Latin universum yang berarti alam
berarti suatu pernyataan atau interprestasi semesta dunia, yang mana kata tersebut
kebenaran tentang Allah. Jadi Theology dikenal dalam istilah bahasa Inggris
is taught by God, teaches of God, and sebagai universal. Kata yang dimaksud-
leads to God.15 Selanjut-nya istilah kan tersebut dapat berarti konsep umum
Religionum berasal dari kata Religions yang dapat diterapkan pada sisi mana
yang artinya agama-agama. Dengan pun.17 Selain memiliki beberapa
demikian teologi religionum atau pengertian dalam bidang hukum, politik,
Theology of Religions dapat dipahami sosial dan keagamaan, universalisme juga
sebagai teologi agama-agama. berarti pandangan bahwa semua manusia
Penjelasan tersebut diatas setidak- akhirnya diselamatkan.18 Salah satu hal
nya dapat memberikan pengertian yang yang menarik untuk dikaji adalah
baik mengenai teologi religionum. universalisme agama, khususnya dalam
Dalam upaya memberikan pemahaman agama Kristen.
yang lebih baik lagi mengenai teologi Ketika membicarakan universalis-
religionum, maka dalam pidato pe- me yang berkaitan dengan kekristenan,
ngukuhan Guru Besar ilmu teologi di
UKSW, John Titaley, mengatakan 16
John Titaley, Menuju Teologi Agama-Agama
bahwa: “Teologi religionum dikembang- Yang Kontekstual: Pidato Pengukuhan Guru
Besar Ilmu Teologi di UKSW (Salatiga: Fakultas
Teologi UKSW, tt.), 3.
14 17
Barclay M. Newman, A Consice Greek-English https://id.wikipedia.org/wiki/Universalisme,
Dictionary of the New Testament (Stuttgart: Diakses pada hari Senin, tanggal 16 Februari
Deutsche Bibelgesellschaft, tt), 100. 2018, pukul. 20.30.
15 18
D. F. Wright, “Theology,” New Dictionary of Gerald O‟Collins dan Edward G. Farrugia,
Theology, ed. by Sinclair B. Ferguson (Leicester: Kamus Teologi (Yogyakarta, Penerbit Kanisius,
Inter-Varsity Press, 1994), 681. 1996), 345.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │64

maka tokoh penting dalam sejarah gereja, bagi gereja. Clement bahkan dengan
yaitu Titus Flavius Clement (150-215) gigih menularkan konsep berpikirnya itu
dan Origen (184-254) tidak bisa diabai- kepada para muridnya.
kan begitu saja. Kedua tokoh ini di- Pada abad ke-2, gereja Mesir me-
anggap dekat dengan pemahaman ngalami suatu tekanan pemikiran yang
Universalisme Kristen, sebab mereka luar dari pengajaran sesat Gnostik.19
berdua dianggap sebagai pribadi yang Para pemimpin gereja pada waktu itu
menjadi bagian dari pengajaran tersebut. harus berhadapan langsung dengan
Sebagaimana sudah disinggung di-atas, pemikiran Gnostik dan Clement menjadi
bahwa universalisme merupakan paham salah satu yang terlibat didalamnya.
yang percaya bahwa pada akhirnya Untuk menghadapi berbagai ajaran yang
semua orang akan mendapat bagian pada dianggap tidak sesuai dengan ajaran
keselamatan oleh Yesus Kristus; maka Kristen itu, maka Clement mengajar
anugerah Allah yang besar itu dianggap sejumlah orang untuk pemahaman
pada akhirnya dialami oleh semua orang. doktrin Kristen yang lebih baik lagi.
Dan tulisan ini membatasi pembahasan Clement berpendapat bahwa yang
mengenai universalisme yang dimaksud dapat dipahami tentang Tuhan adalah
dalam batasan seputar pemahaman SifatNya, dan bukan esnsi dan juga
doktrin soteriologi Kristen. Dengan bukan pada hakekat zat-Nya. Bahkan
demikian pemahaman universalisme pengetahuan tentang sifat Tuhan itupun
dalam disertasi ini menyangkut hal bukanlah pengetahuan yang tuntas sebab
keselamatan Allah yang universal dimana semua sifat Tuhan juga esensial.20 Itulah
semua orang akan diselamatkan oleh sebabnya Clement mengajarkan bahwa
Tuhan Allah sendiri. pengetahuan tentang Tuhan haruslah
Titus Flavius Clement atau yang dicapai melalui Logos, bukan dengan
dikenal dengan nama Clement dari rasional. Selanjutnya ia mengatakan
Alexandria, merupakan filsuf Kristen bahwa hubungan manusia dengan Tuhan
pertama dan salah satu bapak gereja yang dicapai melalui Logos itu. Melalui
terkenal di gereja Alexandria. Clement Logos, Tuhan memperlihatkan kekuasa-
dikenal karena usahanya dalam menyatu- annya, melalui Logos pula mencipta alam
kan filsafat Yunani dengan pengajaran semesta, dan melalui Logos pula manusia
Kristen, dan hal tersebut ternyata
membawa dampak positif bagi gereja; 19
Gnostik adalah sebuah ajaran yang me-yakini
sebab karena hal tersebut telah mem-buat gnosis yaitu pengetahuan sebagai satu-satunya
sejumlah besar penyembah berhala pada jalan keselamatan, dan untuk memahami hal
zamannya percaya kepada Kristus. ketuhanan, maka kaum gnostik mempelajarinya
Clement dianggap sebagai tokoh yang sendiri tanpa bantuan atau perantara rabbi,
pendeta, uskup, imam atau pemimpin agama yang
kontroversial dalam sejarah gereja, lain. Gereja meng-anggap gnostik sebagai aliran
karena ia mencoba membuat kolaborasi sesat dan dianggap berbahaya. Kaum gnostik
teologi Kristen dengan filsafat yang secara terus menerus mencari kebenaran yang
berkembang pada waktu itu. Kolaborasi bersumber dari pengetahuan dan kebijaksanaan
teologi tersebut memerlukan sikap yang dari sumber mana pun. Mereka men-campurkan
pelbagai ajaran agama. Secara umum dapat
bijak guna melahirkan sesuatu yang baik dikatakan Gnostisisme adalah agama dualistik,
bagi teologi Kristen itu sendiri. Ketidak- yang dipengaruhi dan memengaruhi filosofi
mampuan seseorang dalam melakukan Yunani, Yudaisme, dan Kekristenan.
20
kolabrasi tersebut akan berakibat fatal Demsy J. Jura, Epistemologi Kristen (Jakarta:
Departemen Literatur GKKI, 2014), 89.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │65

mengenal Tuhan. Logos digunakan oleh hidup dengan berdasarkan hedonisme.23


Clement sebagai jembatan antara dunia Pengabdiannya menuntut kehidupan
spritual dan dunia material.21 saleh dan sederhana begitu menyeluruh
Origen adalah murid Clement yang dan konsekuen. Pola hidup yang saleh
juga mengajarkan hal universalisme dan sederhana ini, menyebabkan ia sangat
dalam kekristenan. Ia berasal dari dihormati dan dikagumi. Sama dengan
keluarga Kristen yang taat, dan merupa- Clement gurunya, Origen juga sangat
kan seorang cendikiawan Kristen yang meng-hargai rasio. Dapatlah dikatakan
sangat disegani. Origen belajar filsafat di bahwa hanya Origen seorang teolog
beberapa filsuf terkenal. Karya tulisnya kreatif yang bernafas dan hidup dalam
sangat banyak dan diduga mencapai lebih intelektual Yunani yang juga popular
dari 6.000 karya tulis, tapi sayang banyak menyerap menyerap pemikiran filsafat
yang sudah musnah. Di antara karyanya Plato dan penerus-penerusnya. Ia ber-
yang paling terkenal adalah Hexapla22 usaha dengan tuntas mengungkapkan
yang berisi enam buku penafsiran; First iman kepercayaan tradisional dalam alam
Principles atau Pengantar Ke Dalam pikiran Yunani. Origen mempertahankan
Teologi Sistematika dan Against Celsus interpretasi kiasannya tentang Alkitab,
yaitu buku Apologetika Kristen. Origen yang secara rasional seperti berlawanan
menuntut kehidupan yang saleh dan dengan keimanan Kristen.24 Seperti hal-
sederhana, serta menjauhi diri dari nya Clement, Origen juga berpendapat
minuman keras; demikian juga dengan bahwa Tuhan transenden. Pendapatnya
hawa nafsu, sering mengekang diri, tersebut telah memberikan pengaruh
berpuasa dan tidur di atas dipan atau besar dalam pengajaran dan diskusi
tempat tidur tanpa alas. Pola kehidupan teologi Kristen. Karena Tuhan
yang dianutnya lebih pada pengekangan transenden maka menurut Origen
diri untuk mencapai suatu tingkat manusia tidak mungkin mampu me-
kehidupan yang sempurna. Tentunya hal ngetahui esensi Tuhan, namun demikian
tersebut sangat bertolakbelakang dengan dinyatakan bahwa manusia dapat meng-
pola hidup yang diterapkan umat manusia kaji Tuhan melalui karyaNya. Menurut
pada waktu itu yang sangat menekankan Origen dunia ini adalah pertarungan
antara kekuatan baik dan kekuatan jahat,
21 kehidupan manusia adalah perjuangan
Ibid, hlm. 92
22
Hexapla merupakan salah satu karya terbesar
23
dari Origen, yang hingga sekarang tidak lagi di- Istilah Hedonisme berasal dari kata Yunani
ketahui keberadaannya. Eusebius memberikan yaitu Hedone, yang dapat diartikan sebagai
informasi bahwa naskah Hexapla yang otentik di- nikmat atau kenikmatan, sehingga secara
simpan di perpustakaan Caesarea itu sederhana istilah ini menunjuk kepada suatu
kemungkinan ikut hancur bersama Caesarea pada corak budaya yang lebih mengutamakan ke-
tahun 653 yang ketika itu Caesarea dibakar habis senangan dalam artian yang bersifat materi.
oleh pasukan Saracen dari Arab. Hexapla di- Filsafat Hedonisme muncul kira-kira 400 tahun
pandang dapat menolong orang untuk memahami BC, dengan madzhabnya yang bernama Tyrene,
Tanakh Ibrani. Origen telah melakukan penelitian dan dirintis oleh Epicurus (341-270 BC), dimana
yang mendalam terhadap penyebaran naskah inti ajarannya adalah mengenai etika, dan
Ibrani, dan dia memfokuskan penelitiannya pada kebahagiaan hidup adalah kenikmatan; dimana
rekonstruksi yang akurat dari naskah Septuaginta. kenikmatan adalah satu-satunya yang baik, serta
Tujuan utamanya adalah memberikan pe- menjadi awal dan tujuan hidup yang bahagia.
nerjemahan Tanakh Ibrani yang akurat pada (lih. Simon Petrus L. Tjahjadi. Petualangan
waktu itu dimana sebagian besar kitab telah Intelektual Yogyakarta: Kanisius, 2004, 82-85)
24
berbahasa Yunani. Demsy J. Jura, Epistemologi Kristen 92
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │66

tanpa henti. Dalam pergulatan tersebut jatuhkan otoritas Alkitab sebagai firman
sesungguhnya keselamatan manusia di- Allah. Pada akhirnya dapatlah disimpul-
bantu oleh malaikat sementara Setan kan bahwa universalisme adalah suatu
mengajak manusia ke dalam lorong gelap paham yang percaya bahwa semua
yang penuh dosa. Penyelamatan terakhir manusia pada akhirnya akan mendapat
diperoleh setelah manusia bersatu dengan bagian pada keselamatan oleh Yesus
Tuhan.25 Kristus. Keselamatan yang didapatkan
Selanjutnya Origen berpendapat ke- itu adalah anugerah Allah. Dengan kasih
jahatan memang perlu diadakan oleh Allah inilah maka tidaklah mungkin ada
Tuhan untuk menunjukkan kepada orang yang tidak diselamatkan. Rahmat
manusia agar manusia bisa membedakan Tuhan Allah ada dalam setiap orang, dan
mana yang baik dan mana yang buruk. pada akhirnya kasih sayang Allah itulah
Pendapatnya yang lain yaitu bahwa maka semua orang diselamatkan.
manusia mempunyai kebebasan memilih
perbuatannya, memilih yang baik atau Pluralisme
melakukan yang buruk. Dan menurutnya
bahwa api neraka itu tidak kekal. Origen Hal pluralisme bukanlah sesuatu
juga sepaham dengan Clemen berkaitan yang baru dalam kehidupan masyarakat
dengan Universalisme Kristen.26 Indonesia. Kemajemukan dalam ber-
Paham Universalisme menaburkan bagai aspek nyata sekali bagi bangsa ini.
benih keragu-raguan orang percaya Dengan beraneka ragam suku, bahasa dan
terhadap Firman Allah.27 Jika dikatakan kebudayaan sesungguhnya membuat
orang di luar Kristus bisa diselamatkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang
lalu bagaimana dengan perkataan Yesus patut dijadikan pusat pembelajaran
Kristus bahwa: "Akulah jalan dan kemajemukan dan bahkan pluralisme
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang- dalam hal agama. Intelektual Muslim
pun yang datang kepada Bapa, kalau yang banyak membicarakan tentang
tidak melalui Aku." (Yohanes14:6); juga pluralisme, M. Jadra, dalam buku
dengan kesaksian para rasul, “dan Pluralisme Baru dan Cinta Kebangsaan,
keselamatan tidak ada di dalam siapapun berkata: “Masyarakat Indonesia telah
juga selain didalam Dia, sebab di bawah sejak berabad-abad yang lalu hidup
kolong langit ini tidak ada nama lain dalam kemajemukan dan berbasis pada
yang diberikan kepada manusia yang multikultural lapisan etnisitas dan agama-
olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah agama.”28 Keragaman suku dan ras yang
Para Rasul 4:12). ada di Indonesia merupakan sebuah
Dengan demikian maka paham kekayaan khasanah, namun juga sebuah
universalisme menjadikan perkataan tantangan yang harus dihadapi. Dalam
Yesus Kristus dan Alktitab sebagai se- keberagaman inilah seringkali benturan
suatu yang terucap tanpa makna. Paham terjadi dan hal-hal yang terkadang
universalisme sesungguhnya secara dianggap tidak perlu terjadi, dapat pula
langsung ataupun tidak langsung men- terjadi. Akibatnya konflik yang muncul
sebagai akibat dari keberagaman tersebut
25
Ibid. tumbuh subur. Itulah sebabnya diperlu-
26
Daniel H. Wirawan, Mengenal Universalisme
28
Kristen (Jakarta: Departemen Literatur GKKI, M. Jadra, Pluralisme Baru dan Cinta
2009), 96 Kebangsaan (Bandung: Penerbit Mizan, 1991),
27
Ibid, 109. 295.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │67

kan cara yang baik dalam menangani masyarakat yang sama.30 Jadi ke-
setiap perbedaan yang ada. beragaman yang ada harusnya membuat
Pembahasan mengenai pluralisme hal yang berbeda, sekalipun dalam
seringkali menjadi tumpang tindih karena prinsip yang kokoh; tidaklah mem-
istilah pluralitas dan pluralisme, sering buatnya bermasalah dalam hal mem-
muncul dalam pembahasan yang di- bangun hubungan yang lebih harmonis.
maksud. Secara etimologis, kedua kata Sedangkan pluralisme agama adalah
tersebut berasal dari kata dasar yang kondisi hidup bersama atau koeksistensi
sama, yaitu plural yang merupakan ter- antar agama dalam arti yang luas; yang
jemahan langsung dari bahasa Inggris, berbeda-beda dalam satu komunitas
plurality dan pluralisme. Kata plurality dengan tetap mempertahankan ciri-ciri
atau pluralitas dalam kamus berarti spesifik atau ajaran masing-masing
kondisi majemuk atau berbilang. agama.31
Sedangkan kata pluralism atau Lorens Bagus dalam Kamus
pluralisme dalam Oxford Dictionary Filsafat menjelaskan pluralisme sebagai
bermakna ganda, yaitu: (a) the existence pandangan yang berupaya membenarkan
in one society of a number of groups that keberagaman filsafat, dengan menegas-
belong to different races or have different kan bahwa semua kebenaran bersifat
political or religious beliefs. (b) the relatif, dan menganggap semua keyakin-
principle that these different groups can an filosofis dan religius dalam pengertian
live together in peace in one society.29 relativisme murni, sebagai pendapat-
Dapatlah dikatakan bahwa pluralisme pendapat pribadi yang semuanya mem-
merupakan keberadaan suatu kelompok punyai nilai yang sama.32 Selanjutnya
yang berbeda dari segi etnik, politik dan Sudiarjo, dalam buku yang berjudul
keyakinan dalam suatu masyarakat; juga Dialog Intra Religious mengatakan:
suatu prinsip ataupun pandangan yang ”Pluralisme juga sering digunakan untuk
menyatakan bahwa kelompok-kelompok menunjuk pada makna realitas keragaman
yang berbeda tersebut hidup dengan sosial sekaligus sebagai prinsip atau sikap
dalam dalam suatu komunitas. terhadap keragaman itu. Pluralisme
Kata pluralism yang berarti plural sebagai bentuk pe-mahaman modern
atau beragam, jamak, atau majemuk, yang bertujuan menciptakan komunikasi
yang secara secara terminologis dikenal untuk menjembatani jurang ketidak-
sebagai pluralisme, sesungguhnya dapat tahuan dan kesalahpahaman timbal-balik
dipahami sebagai suatu pandangan atau antara budaya dunia yang berbeda dan
paham yang memiliki prinsip bahwa membiarkan mereka bicara dan meng-
keanekaragaman tersebut janganlah men- ungkapkan pandangan mereka dalam
jadi penghalang untuk bisa hidup ber- bahasanya sendiri.33 Kehidupan manusia
dampingan secara damai dalam satu
30
Mundzirin Yusuf, Islam dan Budaya Lokal
(Yogyakarta: Pokja Akademik Universita Islam
Negeri Sunan Kalijaga, tt), 30.
31
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama:
Tinjauan Kritis (Jakarta: Perspektif Kelompok
29
Paul Procter (ed), Longman Dictionary Of Gema Insani, 2005), 14.
32
Contemporary English (Beirut: Librairie Du Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT
Liban, 1990), 836. Lihat juga, Oxford Advanced Gramedia Pustaka Utama, 2002), 855.
33
Learner’s Dictionary, (New York: Oxford Sudiarjo, Dialog Intra Religious, (Yogyakarta:
University Press, 1995), 889. Kanisus, 1994), 33-34.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │68

dalam dunia modern terkadang me- mengakui adanya landasan pemikiran


nimbulkan konflik karena pemahaman yang mendasarkan lebih dari satu.
filosofis yang telah bergeser dalam segala Sedangkan ketiga, pengertian sosio-
bidang. Dari religionitas ke pada politis: adalah suatu system yang me-
rasionalitas, dari komunitas kepada ngakui koeksistensi keragaman
individualitas; hal-hal ini sesungguhnya kelompok, baik yang bercorak ras, suku,
telah menjadi katalisator tumbuh sumbur aliran maupun partai dengan tetap men-
berkembangnya paham pluralisme. junjung tinggi aspek-aspek perbedaan
Ketika modernitas terus ber- yang sangat kerakteristik di antara
tumbuh maka manusia membutuhkan kelompok-kelompok tersebut.34
cara untuk tetap menjalankan kehidupan Pluralisme merupakan tema penting
normalnya, dan dalam aspek keagamaan, dan populer dalam berbagai kajian,
modernitas telah menimbulkan pe- khusunya berkaitan dengan studi teologi.
mahaman dan sikap agamawi yang ber- Pluralisme akan selalu menjadi per-
beda dengan kondisi masyarakat yang bincangan yang terus mewacana khusus-
tradisional. Pada masyarakat yang nya di hadapan para akademisi selagi
tradisional, toleransi dijunjung tinggi. dunia ini masih dalam keadaan natural.
Sebaliknya individualitas dan juga pe- Pluralisme adalah pandangan filosofis
mahaman yang fundamental atas suatu yang tidak mau mereduksi segala sesuatu
agama setidaknya telah melahirkan pada satu prinsip terakhir, melainkan
manusia-manusia yang memiliki menerima adanya keragaman.35 Liza
fanatisme tersendiri atas agama yang di- Wahyuninto dan Abd. Qadir Muslim
anut. Fungsi dari teologi religionum dalam buku yang berjudul Memburu Akar
adalah mencoba untuk meminimalisir Pluralisme Agama, menyatakan bahwa:
setiap konflik yang ada. Dengan mem- Pluralisme berangkat dari post-
bangun hubungan antar agama yang lebih moderanisme yang bercorak semrawut
harmonis, diatas dasar kesamaan tetapi kreatif dan berwatak merelatifkan
humanistik maka diharapkan konflik segala apapun untuk mencapai kebenaran
dapat diredam. inheren, sebuah kebenaran yang tidak
Pengaruh pluraisme saat ini begitu hanya dimiliki persona sebagai “yang
keras dan telah masuk dalam berbagai punya”, tetapi mengakui bahwa entitas
aspek kehidupan umat manusia. Pluralis- diluar dirinya memiliki hak yang sama
me telah menjadi semacam gaya hidup untuk menggapai kebenaran, walaupun
yang memberikan dampak dalam kebenaran yang dipersepskan entitas yang
kehidupan seseorang. Cendekiawan satu dengan yang lain sangat mungkin
Muslim, Anis Malik Thoha, dalam buku lain atau bahkan bertabrakan.36
Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, Bagi Wahyuninto, pluralisme me-
mengatakan: ”Kata “Pluralisme”, mem- rupakan konsep yang menjadi cikal bakal
punyai tiga pengertian, yaitu: Pertama,
34
pengertian kegerejaan: (i) sebutan untuk Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama:
orang yang memegang lebih dari satu Tinjauan Kritis, 11.
35
jabatan dalam struktur kegerejaan, (ii) Gerald O‟Collins dan Edward G. Farrugia,
Kamus Alkitab, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius),
memegang dua jabatan atau lebih secara hlm. 257.
bersamaan, baik bersifat kegerejaan mau- 36
Liza Wahyuninto dan Abd. Qadir Muslim,
pun non kegerejaan. Kedua, pengertian Memburu Akar Pluralisme Agama. (Malang:
filosofis; berarti sistem pemikiran yang Universitas Islam Negeri-Maliki Press: Malang.
2010), hlm. 1.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │69

munculnya post-modernisme, yang me- Sejarah mencatat bahwa pluralisme


rupakan gambaran dunia modern dengan agama merupakan bagian tak terpisahkan
bentuk sikap dan perilaku manusia yang dari spektrum sejarah lokal, politik,
ada didalamnya. Tentunya dengan kultur serta sosio keagamaan yang terjadi
melihat hal-hal yang berhubungan dengan dalam dinamika pemikiran masyarakat
ciri khas yang terlihat dari kreatifitas, ke- Eropa pada periode enlightment atau
semerawutan dan relativisme. Lebih pencerahan pada abad ke-18. Pada masa
lanjut Wahyuninto berkata: “Pluralisme itu terjadi suatu perubahan yang
agama adalah upaya sadar untuk tidak signifikan dalam kehidupan masyarakat
sekedar menghormati pemeluk agama Eropa dimana titik tolak perubahan yang
lain, tapi ikut pula bahu membahu ber- mendasar terjadi pada aspek pemikiran
sama agama lain untuk membahas, ber- manusia secara global. Pada masa itu,
gerak membenahi bangsa, sosial- rasio menjadi hal yang paling dikagumi
kemasyarakatan, politik, kebudayaan karena selama ini terbelenggu oleh
hingga pada membela bangsa ketika ter- doktrin gereja.
jadi intimidasi baik dari dalam negeri Dalam upaya membangun
maupun luar negeri. Komunikasi hubungan yang harmonis dan selaras
semacam dialog antar umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat maka
dianggap penting, untuk menghindari diperlukan suatu pola atau pedoman
truth claim yang selama ini menjadi dalam upaya tersebut. Agama merupakan
sesuatu yang merisaukan.37 hal yang penting dan mendasar dalam
Pemikiran pluralisme agama kehidupan seseorang, dan kenyataan
muncul pada masa yang disebut pen- kemajemukan dalam hal agama tak dapat
cerahan atau Enlightment Eropa, tepatnya dihindarkan. Agama-agama yang ada
pada abad ke-18, dimana masa tersebut memiliki pengikut dan telah membentuk
juga sering disebut sebagai titik per- sedemikain rupa wawasan dan cara
mulaan bangkitnya gerakan pemikiran berpikir seseorang sehingga beberapa
modern; yaitu masa yang diwarnai diantaranya menjadi sedemikian fanatik.
dengan wacana-wacana baru pergolakan Inilah yang dianggap sebagai bibit
pemikiran manusia yang berorientasi perpecahan dalam kehidupan ber-
pada superioritas akal atau rasionalisme masyarakat. Upaya pluralisme dianggap
dan pembebasan akal dari kungkungan- beberapa orang sebagai hal yang baik
kungkungan agama. Di tengah hiruk untuk menjembatani berbagai perbedaan.
pikuk pergolakan pemikiran di Eropa Syaratnya adalah sikap untuk tidak me-
yang timbul sebagai konsekuensi logis mandang agamanya lebih benar dan lebih
dari konflik-konflik yang terjadi antara superior terhadap agama lain.
gereja dan kehidupan nyata di luar gereja, Abad ke-18 merupakan titik tolak
muncullah suatu paham yang dikenal perubahan fundamental dalam kehidupan
dengan nama liberalisme, yang umat manusia, dimana pada masa itu
komposisinya adalah kebebasan, dalam sejarah pemikiran manusia secara
toleransi, persamaan dan keragaman atau global dianggap mengalami perubahan
pluralisme.38 yang signifikan. Dalam kehidupan umat
manusia pada waktu itu terjadi perubahan
yang luar biasa dalam hal pola pikir
manusia. Dominasi dan pemujaan ter-
37
Ibdi, hlm. 6. hadap akal pikiran manusia menjadi
38
Anis Malik Thoha, hlm. 16-17.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │70

sesuatu yang lumrah karena upaya untuk menyatakan bahwa: “Humanisme sebagai
melepaskan diri dari cengkraman dan sebuah aliran filsafat yang bertolak dari
belenggu dogmatika keagamaan, khusus- faham antropomorfisme.”40 Tokoh besar
nya gereja yang terjadi berabad-abad dari Humanisme adalah seorang yang
lamanya. Upaya pembuktian secara bernama Desiderus Eramus (1469-1536),
eksperimental (scientific), menjadi kunci dari Rotterdam, yang bersahabat baik
dari semuanya keputusan. Fakta sejarah dengan tokoh reformasi gereja Martin
tersebut merupakan konsekuensi logis Luther. (1483-1546).
atas perseteruan yang terjadi dimana Humanisme memberikan kesan
gereja yang begitu otoriter dan absolut kuat akan manusia sebagai pusat dan
dengan kekuatannya menekan rasio yang tidak menerima hakikat Tuhan adikodrati
dipaksa tunduk kepada dogmatika gereja. di atas manusia, gerakan ini pada prinsip-
Fakta bahwa perkembangan ilmu nya merupakan kecenderungan untuk
pengetahuan di Eropa yang sedemikian menggali potensi manusia, baik secara
pesat tak bisa dihindari. Pada waktu itu individu ataupun kelompok. Dalam
banyak ilmuan yang mampu memberikan konteks masa, maka humanisme dapat di
kontribusi ilmiah bagi peradaban umat bagi dalam beberapa waktu, yaitu:
manusia. Penemuan berbagai hal dan Pertama, Humanisme Lama; di-
juga konsep berpikir terus terjadi dan mana tokoh yang terkenal menganut
dengan upaya melepaskan diri dari paham ini adalah Eramus, yang juga
kungkungan doktrinal gereja telah me- sering disebut sebagai bapak Humanisme.
lahirkan warna baru dalam pola pikir Erasmus adalah seseorang yang sebetul-
manusia, yaitu liberalisme. Hal yang nya terbuka dan menerima kebajikan
tadinya dianggap mampu membebaskan manusia seperti yang diceritakan dalam
manusia dari pemikiran yang tradisional Alkitab, dan menjadikan Yesus Kristus
ke arah yang lebih moderat dan dewasa; sebagai tokoh manusia yang ideal
dikemudian hari menjadi bumerang yang sehingga kemudian menolak beberapa hal
mematikan, sebab agama akhirnya yang dipandang ilahi, sifat dogmatis dan
diabaikan. tekanan pada otoriter agama.
Humanisme menjadi pilihan karena
Humanisme agama Kristen pada masa itu dianggap
gagal dalam membangun peradaban
Istilah humanisme, berasal dari kata manusia yang lebih bermoral dan ber-
Latin, humanitorum, yang berarti tanggung jawab.
manusia atau kemanusiaan, namun jika Francis Bacon (1561-1626)
dilihat dari segi kebahasaan; humanisme merupakan negarawan, filsuf dan ilmuan
berasal dari kata Latin humanus dan yang merintis jalan pada penyelidikan
mempunyai akar kata homo yang berarti alam yang akurat walaupun ia tidak mau
manusia. Humanus berarti sifat secara radikan melepaskan diri dari
manusiawi atau sesuai dengan kodrat ajaran-ajaran agama tertentu. Thomas
manusia.39 Jean Paul Sartre, (1905- Hobbes (1588-1679) yang secara tuntas
1980), seorang filsuf Perancis, dalam menerobos batas tersebut diatas dan
buku Eksistensialisme dan Humanisme, kemudian mengembangkan filsafat ilmu
39 40
Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Jean Paul Sartre, Eksistensialisme dan
Demokratis & Humanis, (Yogyakarta: Penerbit Humanisme, terj. Yudhi Murtanto, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), 71. Pustaka Pelajar, 2002), 103.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │71

pengetahuan yang materialistis, yang me- Manusia harus menyelamatkan dirinya


lepaskan diri dari agama Kristen, yang sendiri! Akal budi dan kepandaian adalah
kemudian diteruskan oleh pemikir lain- alat yang paling ampuh yang dimiliki
nya seperti Rene Descrates (1596-1650) oleh umat manusia.41 Pandangan
yang dikenal sebagai bapak rasionalisme, Humanisme Sekuler dapat dilihat dari
dimana dengan akal budinya sebagai ucapan-ucapan para tokohnya yang
pusat ilmu pengetahuan semesta. dimuat dalam majalah Humanist di
Humanisme terus mengalami per- Amerika serikat, seperti yang diucapkan
kembangan dengan memberikan oleh Kurt Vonnegut (1922-2007).
pengaruh kepada pemikiran dan peradab Berdasarkan pandangan Humanis ter-
umat manusia kala itu yang kemudian sebut, persoalan umat manusia seperti
disusul dengan munculnya aliran-aliran aborsi, kumpul kebo, membunuh,
pemikiran pada abad-abad berikutnya ketidakadilan, kejahatan dan pe-
dalam bentuk Humanisme Rasional, nyimpangan-penyimpangan etis lain-nya
seperti Positivisme dan Pencerahan, dan dianggap sebagai urusan kemutlakan di
yang mempunyai konotasi mirip dalam luar dirinya, baik itu berupa ajaran agama
bentuk paham Humanisme Evolusi atau maupun peraturan-peraturan sosial.42
Humanisme Naturalis, seperti yang Ketiga, Humanisme Kosmis. Perlu
dipelopori oleh Julian Huxley (1887- diketahui bahwa humanism sekuler yang
1975). Descrates menonjolkan akal budi semakin populer, telah berkembang
sebagai pusat kemampuan manusia, menjadi sebuah gerakan baru yang
sedang Frederich Nietsche (1844-1900) disebut sebagai Gerakan Zaman Baru
dan Aguste Comte (1798-1857), tokoh dalam banyak bentuk. Gerakan itu juga
Neo-Positivisme yang mempopulerkan dikenal sebagai Humanisme Kosmis atau
Agama Humanisme, dimana Tuhan Humanisme Baru. Pada prinsip-nya,
diturunkan dari tahkta-Nya dan manusia Humanisme Kosmis itu berlawanan
ditempatkan sebagai pusat. Dari paham dengan praktik-praktik yang rasional dan
humanisme inilah yang memulai suatu materialistis sebab di didalamnya
sikap bahwa manusia harus mencari jalan ditekankan pengalaman-pengalaman
hidupnya sendiri, dan banyak orang kemanusiaan yang bersifat mistis dan
humanis akhirnya menjadi ateis. kosmis.43 Hal itu sangat menarik
Kedua, Humanisme sekuler yang manusia karena menawarkan hal-hal yang
menyuarakan gerakan budaya dan tidak dapat dipenuhi oleh Rasionalisme
intelektual, yang pada prinsipnya ingin dan Materialisme yang mendominasi
menjelaskan keberadaan manusia tanpa dunia teknologi masa modern saat ini.
ada sangkut pautnya dengan Tuhan. Dalam Humanisme Lama sampai
Pada prinsipnya Humanisme Humanisme Baru, dengan gampang di-
Sekuler merupakan paham budaya dan temukan hal pemberontakan manusia
pemikiran mengenai hidup yang di- terhadap Tuhan dimana manusia ingin
dasarkan sikap menolak Tuhan dan hal- membebaskan dirinya dari kuasa di atas
hal yang bersifat adikodrati, dan meng- dirinya. Humanisme Kosmis, khususnya,
gantikannya dengan diri sendiri (self), mempunyai kesamaan erat dengan
ilmu pengetahuan (science), dan
kemajuan (progress); dimana pandangan- 41
Daniel H. Wirawan, Mengenal Universalisme
nya antara lain bahwa: Tidak ada Allah Kristen, hlm. 33
42
yang bisa menyelamatkan manusia. Ibid, hlm. 34.
43
Ibid, hlm. 36.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │72

Humanisme Sekuler karena keduanya pemikiran akal sesungguhnya tidak


mengakui bahwa hanya ada satu realitas mampu mewujudkan jati diri manusia
dalam alam semesta ini, atau yang yang sesungguhnya. Hal itu terbukti
dikenal sebagai monisme.44 Diskusi me- dalam perjalanan sejarah peradaban umat
ngenai humanisme tidak bisa dilepaskan manusia.
dari pemikiran dunia Barat, dimana Kaum humanis memandang bahwa
gerakan ini muncul sebagai akibat adanya penekanan kepada ilmu logika dan ilmu-
gerakan renaissance di Eropa. Gerakan ilmu teoritis seperti ilmu metafisik
yang mencari penafsiran baru tentang sebagai sikap yang kurang patut. Mereka
manusia dalam kehidupan dunia ini terus hanya berminat kepada kepada bidang-
berkembang. Pada awal kemunculannya, bidang yang berfungsi langsung dalam
humanisme merupakan gerakan filsafat kehidupan masyarakat, seperti retorika
dan sastra di Italia pada pertengahan abad dan cabang-cabangnya ter-masuk politik,
ke-14 yang kemudian menyebar ke sejarah, dan syair. Selain itu, mereka
negara-negara lain di Eropa sebagai ciri juga tertarik kepada bidang dialektika
khas modernitas kawasan tersebut. atau seni dialog. Secara lebih umum,
Humanisme muncul karena adanya kaum humanis terikat kepada pemikiran
rasionalisme sehingga melahirkan mengenai kedudukan dan potensi
Renaisans, yaitu gerakan kebangunan- manusia di dunia tanpa mempertimbang-
kembali manusia dari keterkungkungan kan hakekat manusia sebagai mahluk
mitologi dan dogmatika.45 Namun yang dicipta Tuhan dengan batasan
demikian, Rene Descartes yang dikenal kemanusiaannya.
sebagai bapak pendiri filsafat modern Sebagaimana disebutkan di atas
memandang rasionalisme tidak boleh bahwa pada mulanya humanisme me-
mengingkari eksistensi Tuhan sebagai ide rupakan sebuah gerakan dengan tujuan
tentang ada yang paling sempurna.46 untuk mem-promosikan harkat dan
Humanisme yang hanya didasar-kan pada martabat manusia, namun dalam per-
kembangan selanjutnya, humanisme
44
Lihat penjelasan Daniel H. Wirawan dalam berupaya menempatkan manusia sebagai
buku Mengenal Universalisme Kristen, (hlm. 45- yang tertinggi dalam penentuan sikap
46) menyatakan bahwa Monisme atau Monism dengan otoritas kemanusiaannya. Itulah
berasal dari kata Yunani yaitu monos yang berarti sebabnya kaum humanis terjebak pada
sendiri, tunggal dimana istilah monisme
menunjuk kepada suatu paham yang berpendapat eksistensi kemanusiaannya yang dalam
bahwa unsur pokok dari segala sesuatu adalah dan mereka lupa akan kodrat sebagai
unsur yang bersifat tunggal atau esa. Unsur mahluk yang dicipta. Pemikiran yang
tersebut bisa berupa materi, pikiran, Allah, energi dihasilkannya di-anggap sebagai sesuai
dll. Bagi kaum materialis unsur itu adalah materi, yang paling baik, sempurna dan tanpa
dan ini berbeda dengan kaum idealis yang
memandang unsur itu adalah roh atau ide. salah.47
Christian Wolff (1679-1754) merupakan orang Dari pijakan tersebut di atas,
pertama yang menggunakan terminologi nampak terlihat dengan jelas bahwa
monisme. teologi religionum merupakan upaya
45
Syari‟ati Ali, Humanisme: antara Islam dan manusia untuk mengatasi permasalahan
Mazhab Barat, terj. Afif Muhammad, cet. 2,
(Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), hlm. 42. kemajemukan keyakinan didalam
46
Roger Scruton, Sejarah Singkat Filsafat kehidupannya. Dengan mengandalkan
Modern: dari Descartes sampai Wittgenstein, terj.
Zainal Arifin Tandjung, (Jakarta: Pantja Simpati,
47
1984), hlm. 31, 37. Daniel H. Wirawan, hlm. 47
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │73

logika, perasaan dan hitungan lainnya; berbagai batasan (free from restraint).48
manusia menganggap dirinya mampu Kekristenan Eropa mengalami per-
untuk mengatasi berbagai permasalahan masalahan besar sehingga identifikasi diri
yang kompleks dalam kehidupan multi menjadi masalah bagi gereja kala itu.
agama. Akhirnya mereka terpengaruh oleh
Humanisme sebagai suatu perkembangan filsafat dan ilmu pe-
gerakan intelektual yang pada prinsipnya ngetahuan yang berkembang cukup pesat
merupakan aspek dasar dari gerakan di Eropa.
Renaissance, dimana tujuan gerakan Zaman Renaissance berlangsung
tersebut adalah untuk melepaskan diri pada akhir abad ke-15 dan 16 bukan saja
dari belenggu kekuasaan gereja dan mem-berikan pengaruh pada dunia sastra
membebaskan akal budi dari dan musik, melainkan ada suatu ke-
kungkungannya yang mengikat. Maka gairahan untuk ilmu pengetahuan. Be-
dalam batasan-batasan tertentu, segala berapa tokoh lahir dengan karya dan
bentuk ke-kuatan dari luar yang pemikiran yang luar biasa, seperti:
membelenggu kebebasan manusia harus Leonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus
segera dipatahkan. Copernicus (1473-1543), Johannes
Kebebasan merupakan tema Kepler (1571-1630), Galileo Galilei
terpenting dari humanisme, tetapi bukan (1564-1643), dan lainnya. Renaissance
kebebasan yang absolut, atau kebebasan kemudian dilanjutkan dengan The age of
yang hanya sebagai antitesis dari Reason pada abad ke-17 dan kemudian
diterminisme abad pertengahan yang The age of enlightenment pada abad ke-
dilakukan oleh gereja pada waktu itu, 18. Karya besar Galileo Galilei
tapi bukan berarti humanisme pada waktu kemudian diteruskan oleh Isaac Newton
itu menentang tentang adanya kekuasaan (1642-1727) yang mengembangkan fisika
Tuhan. Namun, mereka percaya bahwa klasik. Kemudian kajian ilmu filsafat
di balik kekuasaan Tuhan, masih banyak dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-
peluang bagi manusia untuk menentukan 1623), Rene Descartes (1596-1650),
jalan hidupnya, mengembangkan potensi Baruch de Spinoza (1632-1677), G.W.
dan memilih masa depannya sendiri, Leibnitz (1646-1716), Blaise Pascal
tanpa terbelenggu oleh kodrat atau (1633-1662), G. Berkeley (1665-1753),
ketakutan terhadap murka Tuhan. Dalam David Hume (1711-1776), Imanuel Kant
perkembangannya humanisme pada (1724-1804), dan sebagainya.
akhirnya mengesampingkan Tuhan Bernard Lewis dalam buku What
karena mengedepankan aspek humanitas Went Wrong?: Western Impact and
dalam diri manusia. Middle Eastern Response mengatakan:
“Sejarah kekristenan banyak diwarnai
Teologi Liberal dengan perpecahan (skisma) dan ke-
kafiran (heresy), dan dengan konflik antar
Owen Chadwick dalam buku The kelompok yang berujung pada pe-
Secularization of the European Mind in perangan atau persekusi. Sejarah ber-
the Nineteenth Century, menyatakan mula sejak zaman Konstantine, dimana
bahwa kata liberal secara harfiah artinya terjadi konflik antara Gereja
bebas (free), yang artinya bebas dari
48
Owen. Chadwick, The Secularization of the
European Mind in the Nineteenth Century, (New
York: Cambridge University Press, 1975), p. 210.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │74

Konstantinopel, Antiokia, dan Friedrich Schleiermacher (1768-


Alexandria. Lalu, antara Konstantinopel 1834) merupakan salah satu tokoh
dan Roma, juga antara Katolik dan penting yang lebih menekankan perasaan
Protestan dan antara berbagai sekte dalam dan pengalaman dalam upaya memahami
agama Kristen itu sendiri. Setelah kebenaran doktrin Kristen. Itulah sebab-
banyak konflik berdarah terjadi, maka nya beberapa esensial dalam kekristenan
muncul dari kalangan Kristen sendiri menjadi terabaikan. Louis Berkhof me-
yang berpikir, bahwa kehidupan toleran nyatakan bahwa Schleiermacher adalah
antar kelompok masyarakat hanya bapak teologi modern yang hampir tidak
mungkin dilakukan jika kekuasaan Gereja menyebutkan iman yang menyelamatkan
untuk mengatur politik negara kala itu dan sama sekali tidak tahu apa-apa
dihilangkan, begitu juga campur tangan mengenai iman sebagai kepercayaan
negara terhadap Gereja.49 Apa yang di- seperti seorang anak kecil kepada Tuhan.
alami gereja kala itu merupakan sesuatu Ia mengatakan bahwa iman bukan apa-
yang sangat pahit. Gereja berhadapan apa kecuali pengalaman permulaan dari
dengan konflik yang seringkali mem- kepuasan akan kebutuhan spiritual kita
bawanya kepada pergumulan yang oleh Kristus.51 Bahkan pandangan
sungguh sulit. Schleiermacher bersama Albrecht Ritschl
Perkembangan yang luar biasa (1822-1889) menandai sesuatu yang
pesatnya dalam seluruh bidang ilmu besar dalam teologi liberal modern.
pengetahuan itu nyatanya memberikan Dalam teologi liberal iman bukan-
dampak besar bagi kekristenan. Salah lah suatu pengalaman surgawi, tetapi
satu hal yang nyata dalam teologi Kristen merupakan pemerolehan manusia; bukan
adalah munculnya warna teologi baru sekedar menerima anugerah yang di-
yang kemudian memberi pengaruh besar berikan, tetapi suatu tindakan atas
bagi arah pemikiran teologi Kristen manusia sendiri; bukan penerimaan ter-
hingga kini. Para teolog masa itu turut hadap doktrin, tetapi membuat Kristus
terpengaruh dengan kajian filsafat dan menjadi Tuhan dalam satu usaha untuk
ilmu pengetahuan yang berkembang luar membentuk hidup seseorang menurut
biasa. Pemikiran teologi Liberal mulai contoh Kristus.52 Dengan demikian,
muncul pada abad ke-16, setelah dalam pemikiran tokoh teologi liberal ini,
reformasi, terus berkembang dan men- Yesus Kristus hanyalah sebagai guru,
dapat angin dengan perkembangan teladan, atau contoh; bukan sebagai
tersebut. Tony Lane, dalam buku Runtut Tuhan dan penebus dosa umat manusia.
Pijar, mengatakan: “Liberalisme adalah Albrecht Ritschl (1822-2889)
pangkal penyesuaian yang mendasar dari menekankan aspek etika dan praktika,
teologi Kristen dengan dunia modern. dan pengajarannya itulah yang akhirnya
Kaum liberal bersedia melepaskan mendorong timbulnya Injil sosial.
banyak unsur-unsur tradisional ortodoksi Ritschl melihat doktrin Kristen dan
Kristen dalam usaha mereka mencari memberikan argumentasinya dengan
makna bagi zaman kini.”50 menolak dosa asal, inkarnasi, keilahian,
penebusan, dan kebangkitan Kristus.
49
Bernard Lewis, What Went Wrong?: Western
51
Impact and Middle Eastern Response, (London: Louis Berkhof, Teologi Sistematika Jilid 4:
Phoenix, 2002), p. 231. Doktrin Keselamatan, (Jakarta: Lembaga
50
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK. Reformed Injili Indonesia, 1997), hlm. 189.
52
Gunung Mulia, 1996), hlm. 196. Ibid, hlm. 189-190.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │75

Ritschl menganggap bahwa konsep dosa sebagai suatu terbitan baru yang populer,
dan penyelamatan lebih serius dari pada dimana The Myth of God Incarnate atau
Schleieermacher, namun belum juga me- Mite Allah yang menjelma; merupakan
madai. Ia menolak doktrin dosa warisan usaha untuk merehabilitasi pandangan
dan menandaskan bahwa orang dapat Liberal lama mengenai Yesus Kristus.55
hidup tanpa dosa. Tidak ada murka Allah Dengan semangat keoptimisannya
terhadap dosa, dan pendamaian yang kaum Liberalis telah menetapkan untuk
dibawa Yesus sebenarnya hanyalah mendatangkan kerajaan Allah melalui
perubahan sikap manusia.53 Terlihat usaha manusia itu sendiri. Itulah sebab-
dengan jelas bagaimana pandangan nya dengan demikian Injil Sosial men-
hamartiologi Ritschl dalam keyakinan jadi sentral pemberitaan mereka; diharap-
teologinya tersebut. Selanjutnya Ritschl kan akan mewujudkan keadaan dunia
memandang enteng pribadi Yesus, sama yang lebih baik dan beradab. Bagi
seperti Schleiermacher yang hanya bisa kelompok Liberal, Kerajaan Allah bukan
berbicara tentang keilahian Yesus tetapi berkaitan dengan masa yang akan datang,
sesungguhnya maksudnya adalah ke- masa supranatural, tetapi sudah ada di
manusiaan Yesus yang sempurna. Yesus sini dan sekarang melalui penerapan
adalah Allah dalam arti bahwa Ia mem- prinsip-prinsip dan etika Yesus Kristus.
punyai pengetahuan yang sempurna Upaya untuk memberikan pen-
tentang Allah dan dipersatu-kan dengan jelasan mengenai dokmatika Kristen
Dia oleh ketaatan moral.54 Dalam dalam pemikiran yang logis dengan
pemahaman para teolog liberal tersebut, mengandalkan pola pikir manusia,
Yesus Kristus sedikit lebih tinggi dari setidaknya hal tersebut menjadi
manusia, namun lebih rendah dari Allah; katalisator lahirnya gerakan teologi
posisi ini memungkinkan terjadi karena religionum. Kaum liberal telah menjadi
konsep kelahiran Yesus yang bersifat penyumbang yang cukup signifikan
ilahi dibantah. melalui karya para tokohnya, untuk
Adolf von Harnack (1851-1930) melahirkan dan bahkan mendasarkan
mengajarkan bahwa Paulus telah men- gerakan teologi religionum.
cemarkan pengajaran Yesus Kristus dan
kekristenan. Bersama dengan Ritschl, ia Gerakan Oikumene
berpendapat bahwa bahwa Injil telah
dirusak karena pengaruh filsafat Yunani. Istilah Oikumene pada umumnya
Harnack mencoba menelusuri proses dipahami secara terbatas yaitu sebagai
peng-Yunani-an atau helenisasi tersebut. suatu istilah yang dipakai untuk per-
Agama sederhana yang dianut Yesus itu kumpulan lintas gereja melalui kegiatan-
telah diubah, khususnya oleh Rasul kegiatan atau ibadah bersama, tanpa
Paulus, sebagai agama tentang Yesus. menekankan tata cara peribadatan atau
Konsep ini pada gilirannya berubah liturgi dan doktrin gereja tertentu,
menjadi dogma penjelmaan Allah Anak. padahal jika disimak lebih mendalam
Mulanya liberalisme tidak diminati orang sesungguh lebih dari sekedar itu. Isitilah
dan hal itu berlansung cukup lama, Oikumene berasal dari bahasa Yunani
namun sekarang ia mulai muncul kembali yaitu Oikos yang berarti rumah dan
Monos yang berarti satu. Yang dimaksud
53
Ibid.
54 55
Tony Lane, Runtut Pijar, hlm. 201-202. Ibid, hlm. 202-204.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │76

rumah dalam pengertian tersebut adalah 6).58 Selanjutnya George B. Grose dan
dunia ini, sehingga kata oikumene Bejamin J. Hubbard dalam buku Tiga
menunjuk kepada dunia yang didiami Agama Satu Tuhan: Sebuah Dialog,
oleh seluruh umat manusia. berpendapat bahwa: “Oikoumene se-
Ch. Abineno, Oikumene dan sungguhnya merupakan istilah untuk
Gerakan Oikumene menyatakan bahwa: menggambarkan kekristenan, gerakan
“Oikumene berasal dari kata Yunani yang Oikoumene untuk mendiami bumi yang
mengandung arti dunia yang didiami.”56 kepadanya Injil diberitakan. Itu semacam
Dan Gerakan Oikumene dikerjakan para frase bagian akhir Injil Matius,
sebagai salah satu wujud yang Alkitabiah untuk pergi dari membabtis bangsa-
untuk menuju pada keesaan Gereja. bangsa (Matius 28:18-20) atau bagian
Gerakan Oikumene ialah gerakan yang pembuka kisah para rasul, kamu akan
bukan saja berusaha untuk meng- menjadi saksiku …sampai ke ujung bumi
hubungkan atau mempersatukan kembali (Kisah Para Rasul 1 : 8).59 Tentunya
gereja-gereja Tuhan yang terpecah-pecah pemahaman Grose dan Hubbard tersebut
pada waktu itu, tetapi yang juga mem- diatas, disampaikan karena kesatuan antar
bantu gereja-gereja yang terpecah-pecah umat Tuhan menjadi sangat penting
itu untuk menampakkan kesatuan mereka dalam upaya melaksanakan tugas dan
dalam hidup dan pelayanan mereka agar fungsi gereja; khususnya berkaitan
kesaksian mereka dapat dipercaya dengan pekabaran Injil. Jika ada ke-
orang.57 Dengan demikian maka Gerakan satuan, maka akan lebih mudah untuk
Okumene merupakan salah satu wadah mengerjakan misi Kristus bagi dunia.
untuk menyatukan Gereja-gereja. Sejarah mencatat bahwa gerakan
Christian De Jonge dalam buku, Oikumene di Indonesia berawal dari
Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, pembentukan Dewan Gereja-Gereja di
Dokumen-dokumen dan Tema-tema Indonesia (DGI) pada tanggal 25 Mei
Gerakan Oikoumene, mengatakan: 1950 di Jakarta dalam Konperensi
“Oikoumene adalah kata dari bahasa Pembentukan DGI tanggal 22-28 Mei
Yunani, yaitu Partitium Preasentis 1950 di Jakarta. DGI yang kemudian
passivum femium dari kata kerja oikeo, berganti nama menjadi Persekutuan
yang berarti tinggal, berdiam atau yang Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) sejak
mendiami. Oleh karena itu arti harfiah Sidang Raya DGI di Ambon (1984).
kata Oikoumene adalah “yang didiami”. Pergantian istilah dari Dewan menjadi
Tetapi particium ini telah mempunyai arti Persekutuan; karena para pemimpin
khusus sebagai kata benda. Arti pertama gereja waktu itu memandang bahwa kata
adalah geografis, dunia yang didiami (lih. persekutuan lebih mencerminkan ke-
Lukas 4 : 5, Roma 10 : 18, Ibrani 1 : 6 satuan lahir batin, lebih mendalam, lebih
dan lain-lain). Kata Oikoumene juga bersifat gerejawi daripada penggunaan
mendapat arti politik: kekaisaran Romawi
(lih. Kisah Para Rasul 24 : 5) dan semua
58
penduduknya (lih. Kisah Para Rasul 17 : Christian De Jonge, Menuju Keesaan Gereja:
Sejarah, Dokumen-dokumen dan Tema-tema
Gerakan Oikoumene, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2000), hlm. Xvii.
56 59
J.L. Ch. Abineno, Oikumene dan Gerakan Geogre B. Grose dan Benjamin J. Hubbard
Oikumene, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1984), (ed.), Tiga Agama Satu Tuhan : Sebuah Dialog,
hlm. 7. Terj. Santi Indra Astuti, (Bandung: Mizan, 1998),
57
Ibid, hlm. 10. hlm. 227
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │77

kata dewan. Pembentukan organisasi gereja diminta untuk memberikan


yang didalamnya berkumpul sejumlah sumbangan-sumbangan nyata bagi ke-
gereja yang cukup besar ini bertujuan hidupan masyarakat yang penuh damai
untuk mewujudkan gereja Kristen yang tanpa kekerasan, hidup dalam damai
satu di Indonesia. sejahtera dengan siapa saja tanpa
Signifikansi gerakan Oikumene di memandang perbedaan yang ada. Ketiga,
Indonesia karena melihat keadaan gereja- Tak jemu-jemu untuk menyuarakan ke-
gereja yang sering diwarnai pertikaian adilan, penegakan hukum dan ke-
dan perpecahan. Haruslah diakui bahwa berpihakan kepada pelestarian alam.
persoalan perbedaan pandangan doktrinal Keadilan bagi gereja haruslah meliputi
dan ambisi memiliki andil dalam perjuangan untuk keadilan ekonomi, hak
perpecahan tersebut. Munculnya banyak asasi manusia dan keadilan lingkungan.
denominasi saat ini justru mengkotak- Keempat, Berpartisipasi secara penuh
kotakkan umat Tuhan di Indonesia, dalam gerakan kebersamaan Celebration
karena tidak jarang satu denominasi of Unity yang akan di-selenggarakan 17-
merasa lebih benar, lebih baik dan layak 18 Mei 2013, sebagai komitmen bersama
dibandingkan yang lain. Jadi masalah bagi keutuhan Tubuh Kristus di
perpecahan pada akhirnya menjadi hal Indonesia.60 Dengan gerakan Oikumene
yang umum dijumpai dalam kehidpan diharapkan terjalin komunikasi dan
bergereja di Indonesia. Itulah sebabnya interaksi diantara umat-umat Tuhan dan
gerakan Oikmene dipandang sebagai denominasi-denominasi dapat meninggal-
solusi dari kerumitan tersebut. kan sikap isolasinya.
Persekutuan Gereja Indonesia Demikianlah cita-cita dari gerakan
(PGI) yang sejak awal berdirinya menjadi Oikumene dalam kekristenan diharapkan,
corong bagi upaya penyatuan gereja, bahwa denominasi-denominasi secara
melalui gerakan Oikumene di Indonesia; bersama-sama membangun persekutuan
terlihat perannya. Gerakan Oikumene di yang kuat dalam satu kesatuan sebagai
Indonesia berjalan secara melembaga, tubuh Kristus tanpa menonjolkan doktrin
melalui PGI dan telah dilakukan beberapa masing-masing.
usaha untuk maksud tersebut. Salah satu Gereja yang telah terpisah-pisahkan
bukti dari upaya pelaksanaan gerakan oleh perjalanan sejarah yang terjadi
tersebut maka telah ditetapkan perayaan dalam berbagai pola. Ada gereja yang
bulan Oikumene, dan untuk perayaan terpisah karena konsep doktrin yang tidak
bulan Oikumene pada tahun 2013, sama dan dianggap menyimpang satu
organisasi PGI menyampaikan beberapa dengan lainnya, ada yang berpisah karena
ajakan berikut ini: Pertama, Terus- prinsip organisatoria, ada juga karena
menerus tanpa mengenal lelah makin berkaitan dengan personal, dan seterus-
memperkuat persekutuan di dalam wadah nya. Dan yang terkotak-kotakkan inilah
PGI dan sekaligus memperluas tekad yang diupayakan untuk disatukan dalam
kebersamaan dengan berbagai aliran dan semangat Oikumene.
denominasi untuk pada akhirnya me-
wujud dalam Gereja Kristen Yang Esa di
Indonesia. Kedua, Terus berkomitmen,
bertekad dan melakukan aksi dalam 60
http://www.pgi.or.id/index.php/agenda-
upaya mewujudkan perdamaian dan ke- pgi/item/66-bulan-oikoumene-2013. Diakses pada
adilan bagi keutuhan ciptaan. Gereja- hari Rabu, tanggal 12 Februari 2018, pukul 20.45
WIB.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │78

Norman Gulley, dalam buku Christ hanyalah kelompok yang mengupayakan


is Coming, melihat gerakan Oikumene penegakan kebenaran doktrinal gereja
sebagai sebuah usaha untuk penyatuan yang telah salah dipahami oleh gereja
gereja-gereja yang telah terpisah. Ada Katolik.
upaya yang nyata dalam penyatuan gereja Sejarah mencatat bahwa sebelum
yang terpisah-pisah tersebut. Gulley Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan
mengatakan bahwa: “Pada tahun 1054 Encyclical on Ecumenism atau Ut Unum
Gereja Katolik Orthodox di Timur Sint sebagaimana yang disebutkan diatas;
memisahkan diri dari Katolik di Barat. beberapa tahun sebelumnya, tepatnya
Pada tahun 1517 Gereja Protestan me- pada tanggal 25 Januari 1959, dimana
misahkan diri dari Gereja Katolik. Jadi Paus Yohanes XXIII telah menyerukan
panggilan kepada Oikumene adalah gerakan Oikumene dan mengadakan rapat
panggilan untuk bersatu kembali seperti khusus untuk hal itu dengan tujuan untuk
pada abad yang keempat dahulu.”61 memanggil kembali kelompok yang
Pada tanggal 25 Mei 1995 Paus sudah memisahkan diri dari Gereja
Yohanes Paulus II mengeluarkan sebuah Katolik. Kembali Norman Gulley, me-
dokumen yang dikenal sebagai: negaskan bahwa: “Dalam pertemuan
Encyclical on Ecumenism atau Ut Unum Ecumenical Council pada tanggal 25
Sint62 dimana dalam dokumen tersebut Januari 1959 itu telah dicanangkan apa
terungkap dengan jelas bagaimana gereja saja yang dapat dilakukan untuk berusaha
Katolik berusaha keras untuk me- mencapai kembali kelompok-kelompok
ngembalikan group yang memisah-kan yang telah terpisah tersebut. Isi dari
diri dari padanya yaitu Gereja Katolik Ecumenical Council dikaji kembali
Orthodox di Timur dan juga Gereja dengan semangat mempersatukan dunia
Protestan. Sebagaimana diketahui bahwa ini dan bukan hanya untuk persatuan
dalam sejarah gereja telah terjadi be- dunia kekristenan saja. Pengertian ter-
berapa perpecahan, dan yang paling sebut datang dengan alasan bahwa hanya
menonjol adalah gerakan reformasi yang Gereja Katolik saja yang menjadi saluran
dicanangkan oleh Martin Luther. Se- rahmat dan keselamatan yang sudah di-
jujurnya perpecahan ini terjadi karena tunjuk oleh Allah. Jadi panggilan untuk
keterpaksaan sebab kaum Reformed bersatu ini adalah bersatu dalam satu
gereja.63 Selanjutnya pada tanggal 29
61
Norman Gulley, Christ is Coming, (New York: Maret 1994 ada 13 orang pemimpin dari
Review and Herald Publishing Association, tt), p. Gereja Katolik dan Gereja Evangelikal
112. berkumpul bersama-sama untuk me-
62
Ut unum sint adalah istilah Latin yang berarti nandatangani surat pernyataan bahwa
Itu mereka menjadi satu, adalah sebuah ensiklik Katolik dan Evangelical secara bersama-
yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II
pada tanggal 25 Mei, 1995. Itu adalah salah satu sama dalam misi Kristen dan melupakan
dari 14 ensiklik dikeluarkan oleh Yohanes Paulus apa yang pernah terjadi pada masa yang
II. Ensilik ini berkaitan dengan hubungan antara lalu. 64
Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks serta Secara internasional, sejarah dari
komunitas gereja Kristen lainnya; dimana dalam gerakan Oikumene tidak dapat dilepaskan
dokumen ini menegaskan bahwa kesatuan kedua
kelompok norang percaya tersebut adalah penting; dari penyelenggaraan Konferensi
juga upaya untuk membangun kembali hubungan
dengan gereja-gereja Protestan. (lih.
63
penjelasannya pada Wikipedia.org., tentang Ut Norman Gulley, Christ is Coming, p. 114
64
Unum Sint). Ibid. p. 118.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │79

Pekabaran Injil Sedunia di Edinburgh diterima oleh agama yang lain. Dengan
pada tahun 1910. Konferensi yang diikuti demikian maka terciptalah keselarasan
oleh 1.335 utusan dan 17 orang wakil hidup bermasyarakat dalam kemajemuk-
dari Asia; dan dianggap sebagai cikal an keagaman yang ada.
bakal lahirnya gerakan Oikumene. Salah Semangat oikumene yang ber-
satu upaya untuk penyatuan gereja dalam upaya mempersatukan gereja dari
gerakan Oikumene adalah me-redam berbagai aliran dan keyakinan iman yang
doktrin yang dianggap peka dan rentan lebih spesifik itu terus diupayakan, dan
dengan perpecahan. Dengan upaya kaitannya dengan teologi religionum
tersebut maka hal-hal yang lebih umum terlihat dari semangat kesatuan ini.
dan dapat diterima oleh semua aliran karena berkehendak untuk bersatu maka
gereja, dianggap hal yang baik untuk ada kesepakatan untuk meng-hilangkan
dibicarakan. hal-hal yang dapat menghalangi ter-
Christian De Jonge dalam Menuju wujudnya kesatuan itu. Jadi keperbedaan
Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen- kayakinan menjadi hal penting untuk
dokumen dan Tema-tema Gerakan dijembatani dengan arif dan bijaksanan.
Oikoumene, mengatakan: “Gagasan
untuk mengadakan dialog dengan orang-
orang dari agama lain sebenarnya ter- Tipologi Tripolar
dengar sejak permulaan gerakan
Oikoumene pada konperensi pekabaran Tipologi Tripolar merupakan
Injil di Edinburgh (1910) dan dapat sebuah istilah yang akrab dengan studi
didengar juga pada konperensi IMC di agama-agama, dan juga berkaitan dengan
Yerussalem (1928) dan Tambaran (1938). perkembangan teologi religionum.
Dialog pada waktu itu terutama dilihat Tipologi Tripolar bermaksud mem-
sebagai usaha untuk mengambil yang berikan penjelasan terperinci mengenai
paling baik dari semua agama. Pada teologi religionum yang dimaksudkan
Sidang Raya DGD di Evanston (1954), tersebut. Tipologi yang dimaksudkan
dalam laporan mengenai Evangelism tersebut itu digunakan sebagai standar di
muncul motif baru untuk mengadakan dalam studi teologi agama-agama, dan
dialog. Dikatakan bahwa kebangkitan hingga kini masih banyak dipakai dalam
agama-agama lain dan ideologi-ideologi diskursus teologi agama-agama. Tipologi
sesudah perang dunia ke II memaksa Tripolar digunakan untuk memetakan
gereja untuk memikirkan cara-cara lain beragam pendekatan para teolog dan non-
untuk mengkomunikasikan Injil.65 teolog Kristen mengenai relasi ke-
Jika gerakan Oikumene merupakan kristenan dengan agama-agama lain.
upaya penyatuan gereja-gereja, dengan Pemetaan ini didasarkan pada kesamaan
meng-hilangkan topik doktrin yang dan perbedaan cara pandang mereka
rentan dengan perpecahan, maka teologi terhadap agama-agama lain di luar
religionum dianggap gerakan dalam Kristen.
konteks eksternal, yaitu antar agama, Perlu diketahui bahwa Tipologi
dimana konsep esensial suatu agama Tripolar sebagaimana disebutkan diatas
dibatasi sedemikian rupa supaya dapat dipopulerkan oleh Alan Race66 yang
65 66
Christian De Jonge, Menuju Keesaan Gereja: Alan Race, adalah seorang teolog Gereja
Sejarah, Dokumen-dokumen dan Tema-tema Anglikan yang menjabat sebagai Uskup Leicester
Gerakan Oikoumene, hlm. 182-183 dan sangat dikenal dalam studi mengenai theologi
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │80

merupakan pribadi yang banyak terlibat buku Satu Bumi Banyak Agama, model
dalam pemikiran teologi agama-agama. eksklusivisme ini dalam sejarah mewakili
Dan sebagaimana yang sudah disebutkan pandangan dominan umat Kristen yang
dalam bagian pendahuluan tulisan ini, memandang umat beragama lainnya yang
bahwa Race menjadi begitu terkenal tidak mengenal atau tidak tertarik kepada
karena kajian Tipologi Tripolarnya67, Kristen.68
yaitu: Eksklusivisme, Inklusivisme dan Jika memahami pengertian dalam
Pluralisme. beberapa sumber maka istilah
Walaupun dalam bagian pen- eksklusivisme sangat menarik untuk
dahuluan tulisan ini sudah sempat dikaji lebih mendalam lagi. Istilah
diuraikan sepintas tentang Tipologi eksklusivisme sangat dekat dengan kajian
Tripolar, namun penguraian yang lebih pluralisema agama, dan itulah sebabnya
terperinci ada dalam bagian ini. ia telah menjadi daya tarik tersendiri bagi
Pemikiran Alan Race tentang Tipologi sejumlah orang untuk menyelidikinya
Tripolar telah memberikan warna baru dengan lebih lanjut. Menurut Kamus
bagi upaya pembahasan tentang teologi Besar Bahasa Indonesia, kata
religionum yang saat ini sedang populer Eksklusivisme berarti paham yang mem-
dibicarakan pada berbagai strata punyai kecenderungan untuk memisah-
masyarakat. Adapun pemikiran Tipologi kan diri dari masyarakat.69 Istilah
Tripolar yang disampailam Race, yang eksklusivisme itu terdiri dari dua kata,
adalah sebagai berikut: yaitu: eksklusif, yang artinya terpisah
dari yang lain atau yang khusus, dan kata
Eksklusivisme isme, yang berarti paham.70 Dalam
pemahaman sehari-hari, ekslusivisme
Eksklusivisme dianggap memberi- dapat dipahami sebagai sebuah sikap
kan pengaruh pada perkembangan teologi yang memisahkan diri dan membentuk
religionum, karena sesungguhnya be- komunitasnya serta hidup didalamnya
berapa ahli menyatakan ketidaksukaan dengan konsep dan paham yang di-
mereka terhadap sikap ini. yakininya.
Eksklusivisme, yang dapat dipahami Cedenkiawan Kristen yang menjadi
sebagai suatu paham yang memiliki tokoh penting dalam mempelopori
kecenderungan untuk memisahkan diri gerakan teologi religionum di Indonesia,
dari masyarakat. Paul F. Knitter dalam Th. Sumartana, dalam buku Dialog Kritik
dan Identitas Agama berpendapat bahwa
agama-agama. yang terkenal di dalam studi eksklusivisme merupakan suatu sikap
teologi agama-agama. Race sangat rajin ber- me-nutup diri dari pengaruh agama lain,
partisipasi dalam berbagai pertemuan antar ingin mempertahankan keaslian dan
agama. Sebagai editor kepala di jurnal
internasional Interreligious Insight: A Journal of
Theology and Engagement.
67 68
Alan Race memperkenalkan istilah “Tipologi Paul F. Knitter, Satu Bumi Banyak Agama;
Tripolar” sebagai salah satu pendekatan yang Diolog Multi-Agama dan Tanggung Jawab
digunakan dalam mempelajari teologi Global, terj. Nico A. Likumahua, (Jakarta: BPK.
religionum. Hingga saat ini tipologi tripolar Gunung Mulia, 2008), hlm. 37.
69
menjadi standar dalam studi teologi agama- Dendy Sugono (ed.), Kamus Bahasa Besar
agama. Tipologi tripolar digunakan untuk Indonesia, (Jakarta: Gramedia; 2008), hlm. 357.
70
memetakan beragam pendekatan para teolog Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
berkaitan dengan tanggapan kekristenan terhadap Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
agama-agama lain. Pustaka, 1999), hlm. 253
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │81

kemurnian pribadinya.71 Sikap yang menganut paham teologi tradisional;


demikian tentunya baik untuk ke- dimana Perjanjian Baru ditafsirkan dalam
pentingan agamanya, sebab menjaga terang panggilan untuk menerima Kristus
kemurnian suatu keyakinan sangatlah sebagai penyataan Allah yang tertinggi
diperlukan, namun perlu juga sikap dan absolut. Dalam pemahaman gereja
berhati-hati karena dapat menimbulkan pada umumnya; Yesus Kristus adalah
suatu presenden buruk. Selanjutnya Tuhan dan juruselamat umat manusia,
dalam buku Pluralisme dan Pruralisme, dan inilah yang memang giat-giatnya
Th. Kobong me-ngatakan bahwa diberitakan para rasul dan juga gereja
eksklusivisme merupakan suatu sikap masa kini.
yang arogan terhadap agama yang lain, Kaum eksklusivisme mendasari pe-
yang membatasi kasih Allah yang tidak mahamannya pada beberapa bagian
terbatas itu, mengurung Allah dalam Alkitab. Mereka melihat bagian-bagian
sistem nilai-nilai yang dibuat oleh itu sebagai hal yang perlu sampaikan.
manusia itu sendiri.72 Itulah sebabnya pada saat Yesus Kristus
Jika memperhatikan beberapa berkata: "Akulah jalan dan kebenaran dan
uraian mengenai definisi istilah dari hidup. Tidak ada seorangpun yang datang
eksklusivisme, maka dapatlah disimpul- kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
kan bahwa sesungguhnya eksklusivisme (Yohanes 14:6). Makna dibalik per-
itu merupakan suatu sikap yang menutup kataan Tuhan tersebut sesungguhnya
diri sebuah agama terhadap keyakinan merupakan sebuah penolakan terhadap
atau agama lainnya. Artinya pemahaman pemikrian universalisme, yaitu
bahwa agamanyalah yang paling benar pandangan yang mengatakan bahwa pada
dan terus berupaya mempertahankan akhirnya semua orang akan masuk surga;
konsep kebenarannya itu dengan meng- dan juga pandangan yang mengatakan
anggap diri paling benar dari pada agama bahwa orang yang beragama lain tetap
atau keyakinan lainnya. Janganlah lupa bisa masuk surga sekalipun tidak percaya
bahwa sikap yang demikian akan me- kepada Yesus Kristus. Pernyataan Yesus
nimbulkan perasaan fanatisme dan Kristus dalam bagian ini merupakan
radikalisme yang berlebihan atas sebuah pernyataan yang dilontarkan tanpa
keyakinan agamanya. Dengan seperti itu perdebatan. Pernyataan Yesus Kristus
maka akan sulit bagi mereka yang tentang diriNya sebagai jalan merupakan
berpaham demikian untuk dapat mem- sesuatu yang baik namun juga perlu
bangun hubungan komunikasi, dialog dan diwaspadai.
bahkan kerja sama antar agama. Ketika rasul Petrus berkata bahwa:
Dalam sudut pandang historika, “Yesus adalah batu yang dibuang oleh
sikap eksklusivisme sudah ada sejak tukang-tukang bangunan yaitu kamu
zaman gereja mula-mula. Bahkan be- sendiri, namun ia telah menjadi batu
berapa literatur membuktikan bahwa penjuru. Dan keselamatan tidak ada di
pandangan eksklusivisme berawal sejak dalam siapapun juga selain di dalam Dia,
gereja mula-mula yang ketika itu sebab di bawah kolong langit ini tidak
ada nama lain yang diberikan kepada
71
Th. Sumartana, Dialog, Kritik dan Identitas manusia yang olehnya kita dapat
Agama, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1996), diselamatkan." (Kisah Para rasul 4:11-
hlm.78. 12); maka yang patut diperhatikan adalah
72
Th. Kobong, Pluralisme dan Pruralisme, hal pernyataan: di bawah kolong langit
(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2003), hlm. 131
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │82

ini tidak ada nama lain yang diberikan kuasa keselamatan ada dalam Gereja
kepada manusia yang olehnya kita dapat Kristen.73 Lebih lanjut Knitter memberi-
diselamatkan. ... (ay. 12). Ada suatu kan penjelasan dengan berkata bahwa:
pernyataan yang penuh keyakinan bahwa “Contoh model ini adalah evangelikal
hanya Yesus Kristus-lah yang menjadi konservatif dan pentakosta yang bercorak
satu-satunya jalan keselamatan. Per- eklesiosentris (terpusat pada Gereja)
nyataan bahwa Yesus adalah satu-satunya dengan model kristologis dimana Kristus
Tuhan dan juruselamat umat manusia bertentangan dengan agama-agama
74
inilah yang dipandang oleh agama lain lain.”
sebagai sikap ekslusivisme Kristen dalam Doktrin soteriologi yang menjadi
dogmatika soteriologis yang diyakininya. pola pembeda antara kekristenan dengan
Pernyataan berikutnya yang me- agama-agama lain, pada akhrinya harus
rupakan bagian yang peka dalam Alkitab diabrasi sedemikian rupa guna men-
sebagaimana disebutkan diatas, telah cocokan diri dengan keyakinan agama
menempatkan kekristenan harus ber- lain supaya dapat diterima secara
hadapan muka dengan muka; harus universal. Itulah sebabnya formulasi
bersinggungan dengan tajam dan bahkan murni doktrin soteriologi Kristen, oleh
keras, dengan agama-agama lain. Namun mereka yang hendak melakukan dialog
demikian, inilah kenyataan yang harus dengan membangun jembatan
dihadapi. Beberapa orang dalam ke- komunikasi dengan agama lain dengan
kristenan pada akhirnya mencoba untuk terpaksa harus dikebiri sedemikian rupa
memformulasi sebuah pengajaran me- untuk mencari titik temu dan bahkan
ngenai soteriologi; tanpa menyinggung kesepakatan.
agama lain. Hal inilah yang dikemudian Dengan menyatakan Yesus Kristus
hari dikenal sebagai sebuah kompromi sebagai satu-satunya juruselamat umat
doktrinal yang pada akhirnya membuat manusia maka sesungguhnya telah
doktrin Kristen terkoreksi. menutup pintu pada kemungkinan lain
Eksklusivisme telah mendapat per- adanya juruselamat lain, selain Yesus
hatian para ahli untuk dilihat asas Kristus itu sendiri. Karena itu gereja
manfaatnya bagi usaha manusia untuk memberitakan keselamatan dalam Yesus
membangun hubungan yang selaras dan Kristus dan menolak kebenaran di luar
harmonis diantara pemeluk agama kekristenan, maka sikap eksklusivisme
masing-masing. Menurut Paul F. Knitter, dalam agama Kristen tidak bisa dihindari.
eksklusivisme dalam Kristen memandang Walaupun sejumlah pengiat pluralisme
umat beragama lain yang tidak mengenal menyatakan bahwa sikap eksklusivisme
atau tidak tertarik kepada Kristus itu menjadi penghalang terjadinya
sesungguhnya tidak memperoleh komunikasi dan dialog antar agama,
keselamatan. Mereka meyakini walaupun namun kenyataan yang tak terbantahkan
Allah adalah orang tua yang mengasihi dalam ajaran Kristen memang demikian
dan merangkul semua anakNya, namun Ia halnya.
sendiri telah memilih untuk melaksana-
kan karya penyelamatanNya, yaitu
mereka yang mengaku dan merespon
tawaran kasih ilahi, yang tersedia hanya 73
Paul F. Knitter, Satu Bumi Banyak Agama;
melalui realitas historis Kristus dan Diolog Multi-Agama dan Tanggung Jawab
melalui komunitas dimana berita dan Global, hlm. 37-38.
74
Ibid, hlm. 35-36.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │83

Pada abad pertengahan, yaitu ketika Calvinisme dan Armenianisme; ketiganya


itu reformasi gereja belum bergulir; berbeda dalam hal penekanan dan sudut
dengan tegas gereja pada waktu itu pandang, namun satu pada konsepnya,
memberikan pernyataan yang sangat yaitu Yesus Kristus adalah Tuhan dan
tegas mengenai konsep soteriologinya. Juruselamat umat manusia. Mengenai
Paus Bonifasius VIII merumuskan suatu perdebatan ketiga poros tersebut akan
pandangan yang dikenal sebagai Extra dibahas secara khsusus dalam bagian
Ecclesiam Nulla Salus atau diluar gereja selanjutnya disertasi ini.
tidak ada keselamatan. Pandangan Extra Eksklusivisme merupakan gerakan
Ecclesiam Nulla Salus, dikukuhkan pada misi abad 19 yang dipelopori oleh
konsili Orange pada tahun 1442. kelompok Reformed, demikian juga
Keyakinan Extra Ecclesiam Nulla Salus, dengan kaum Evangelikal. Kelompok ini
menjadi sebuah kebenaran yang diyakini mendasari pe-mikiran eksklusivisme
gereja. Andres Shank, dalam Civil yang mereka yakini itu melalui keyakinan
Religion, Civil Society, mengutip per- bahwa keselamatan tidak ada di dalam
nyataan Hans Kung yang menyatakan siapa pun juga selain di dalam Kristus
bahwa: “Sumber eksklusivisme agama itu sebab di bawah kolong langit ini tidak
bisa dilihat dari rumusan yang dianggap ada yang mampu memberi keselamatan
suci oleh beberapa agama, seperti dalam maka muncullah istilah No Other Name
Katolik Roma sebelum Konsili Vatikan yang menjadi simbol tentang tidak
II, yaitu Extra Ecclesian nulla salus, adanya keselamatan di luar Kristus.76
tidak ada keselamatan di luar gereja”75 Dengan demikian pemikiran bahwa
pernyataan Kung tersebut sebenarnya tidak ada keselamatan di luar Yesus
memberikan kesan bahwa setiap agama menjadi absolut. Alkitab adalah ke-
memiliki paham yang eksklusifnya benaran mutlak, diluar kekristenan tidak
masing-masing. ada kebenaran mutlak dan tidak ada
Doktrin Extra Ecclesiam Nulla keselamatan. Jadi bagi penganut
Salus, menjadi sebuah menara yang kuat eksklusivisme, pengakuan terhadap ke-
bagi gereja dalam menyatakan eksistensi- benaran atau kuasa penyelamatan dari
nya sebagai satu-satu wadah untuk me- agama atau tokoh agama lain merupakan
nemukan juruselamat, yaitu Yesus suatu tamparan terhadap muka Allah,
Kristus. Walaupun ada dugaan bahwa suatu pencemaran terhadap apa yang
Konsili Vatikan II yang diselenggara-kan telah dilakukan Allah dalam Yesus.
gereja Katolik; merupakan sebuah sarana Walaupun gereja-gereja eksklusif mau
yang dipakai untuk memberangus ajaran berdialog dengan umat lainnya, namun
gereja tersebut, namun pada kenyataan- dialog semacam ini sering dimengerti
nya umat Kristen di seluruh dunia tetap hanya sebagai alat untuk membuat orang
pada jalur bahwa Yesus Kristus adalah bertobat.77
Tuhan dan juruslemat dunia. Demikian Kaum Injili sangat menekankan
juga dengan diskusi yang hangat dan kemurnian akan agama Kristen, mereka
bahkan perdebatan dikalangan Kristen tetap menerima berbagai perbedaan
mengenai pendekatan soteriologi. dalam agama-agama, namun tidak mem-
Apakah itu Universalsime Kristen,
76
Budhy Munawar dan Rahman, Islam Pluralis,
75
Andres Shank, Civil Religion, Civil Society, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 56-
(Oxford: Blackweel Publisher Ltd , 1999), hlm. 57
77
39. Paul F. Knitter, hlm. 38.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │84

buat kekristenan ter-gusur. Sikap kaum yang dinyatakan bahwa jika seseorang
Evangelikal ini merupakan sesuatu yang yang bukan Kristen meninggal tanpa
baik untuk dijadikan teladan dalam pengetahuan tentang Yesus Kristus, maka
membangun hubungan komunikasi antar mereka binasa.81
agama-agama. Tony Lane dalam buku Yvonne Haddad & Wadi Haddad,
Runtut Pijar, berkata: “Kelompok dalam buku Christian-Muslim
Evangelikal atau Injili telah berusaha Encounters, menyatakan bahwa: “Tidak
dengan lebih atau kurang menyesuaikan semua muslim atau umat kristiani
diri dengan dunia modern. Tetapi mereka mengamini deklarasi tersebut. Pada
menandaskan bahwa proses ini tidak tahun 1970, pertemuan evangelis di-
boleh mengakibatkan oenyimpangan selenggarakan di Frankfurt, Jerman, dan
dalam Injil yang diberitakan Alkitab.”78 menandatangani deklarasi yang disebut
Model Evangelikal Konservatif dengan Deklarasi Frankfurt. Pertemuan ini ber-
yakin menjelaskan bahwa Agama Kristen usaha menegaskan kembali misi Kristus,
adalah satu-satunya agama yang benar.79 dan dengan keras mengkritik dialog yang
Salah satu tokoh dari model diselenggarakan sebagai “pengkhianatan
Eksklusivisme ini adalah Karl Barth terhadap universalitas misi Kristus.82
(1886-1968), dimana ia memutuskan Karl Barth menegaskan posisi
bahwa semua manusia hanya dapat me- teologis yang diyakininya atas agama-
ngenal Yesus Kristus melalui wahyu dan agama lain dengan mengatakan bahwa
satu-satunya wahyu adalah Yesus agama adalah bentuk ketidakpercayaan.
Kristus. Kristen adalah sebagai agama Menurutnya, upaya manusia untuk
yang benar, wahyu dan keselamatan tidak mengenal Allah dari sudut pandangnya
ada dalam agama lain. Walaupun Barth sendiri merupakan suatu upaya yang sia-
sesungguhnya lebih dikenal sebagai sia, sehingga dapat dikatakan juga bahwa
tokoh aliran Neo-Ortodoks dalam kaitan upaya ini menunjukkan suatu ketidak-
pembahasan teologi kontemporer, namun percayaan.83 Pandangan Barth tersebut
ia sangat menekankan konsep bahwa bertolak dari pandangan bahwa Yesus
hanya Yesus Kristus sebagai satu-satunya Kristus adalah kepenuhan wahyu Allah,
jalan keselamatan bagi umat manusia. dan didalam diri Yesus Kristrus,
tentunya pandangan Barth tidak diharap- penyataan diri Allah kepada manusia
kan bagi kaum yang mengedepankan menjadi lebih konkrit, absolut, dan
dialog dan kompromi dalam diskusi antar definitif. Karena hal tersebut merupakan
agama. Dalam hal ini menarik untuk
memperhatikan Deklarasi Frankfurt80 dianggap mengabaikan aspek “vertikal”, yaitu
Kristus dan manusia. Akibatnya penyelamatan
dianggap manusiawi dan bersifat universal. Nilai
78
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK. soteriologi dalam Kristus menjadi berkurang.
Gunung Mulia, 1996), hlm. 203. Pertemuan Upsala telah menimbulkan perdebatan
79
Paul F. Knitter, hlm. 35. yang hebat, dan deklarasi Frankfurt cenderung
80
Sekumpulan orang Jerman yang tergabung menolaknya. (lih. Tany Lane, Runtut Pijar, 1996,
dalam Dewan Gereja Sedunia menyelenggarakan Hal. 262).
81
Deklarasi Frankfurt pada tahun 1970 sebagai Paul F. Knitter, No Other Name?, (New York:
reaksi dari Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia Orbis Books, 1985), p. 79.
82
(WWC) di Uppsala pada tahun 1968 yang Yvonne Haddad and Wadi Haddad, Christian-
menghasilkan sesuatu yang dianggap merugikan Muslim Encounters, (Florida: University Press of
kekristenan sebab dalam pertemuan tersebut Florida, 1995), p.xiii.
83
dibahas mengenai dimensi “horizontal”, yaitu per- Joas Adiprasetya, Mencari Dasar Bersama,
damaian antar sesame dalam misi sehingga (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2009), hlm. 51-52.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │85

satu-satunya perbedaan agama Kristen Sejarah Memaknai Kemandirian,


dan agama-agama lain ialah bahwa mengatakan: “Bahaya Eksklusivisme
agama Kristen berdiri di tempat terang, adalah adanya potensi mendiskriminasi-
sementara agama-agama lain dalam kan sesama manusia lainnya. Ini terjadi
bayang-bayang. Bahkan Barth meng- ketika suatu agama hanya menganggap
analogikan Kristus bagaikan matahari dirinya benar sendiri dan yang lainnya
yang menerpa bumi, satu bagian terkena, tidak, sehingga hubungan dengan sesama
yaitu agama Kristen dan bagian yang lain menjadi hubungan yang tidak setara.
berada dalam bayang-bayang dan bahkan Sikap seperti ini pada gilirannya nanti
dalam kegelapan, yaitu agama-agama akan menghasilkan hubungan yang
lainnya. Barth menegas-kan bahwa bersifat diskriminatif dari satu terhadap
rahmat itu hanya dalam kaitannya dengan yang lain. Akibatnya berbagai kekerasan
Yesus Kristus, rahmat bagi manusia yang bisa terjadi di mana atas nama
mengalir dari Salib Kristus. Karena Tuhan.86
rahmat yang dianugerahkan kepada Jika dikaitkan dengan agama, maka
manusia tidak terlepas dari Kristus. paham Eksklusivisme berarti suatu
Barth yakin, hanya dalam Yesus Kristus paham agama yang cenderung memisah-
manusia mengalami Rahmat yang kan diri dari masyarakat. Dalam artian
mendamaikan dirinya dengan Allah.84 mereka meng-anggap lebih Eksklusif
Mengenai sikap dan pandangan dibanding dengan agama lain. Klaim ini
Barth, dapatlah dikatakan bahwa ia tidak memberikan pilihan apapun ter-
berada dalam tradisi rasionalisme yang hadap suatu keyakinan dan memandang
mengutamakan pendekatan a priori yang kebenaran suatu agama secara hitam
di mana terlalu berat sebelah memandang putih, kebenaran agamanya sangat ber-
agama lain, bahkan cenderung bersikap beda dengan negara lain. Dan masing-
tak adil kepada mereka. Dan tak dapat masing agama mengklaim agamanya
dihindarkan lagi bahwa pendekatan ini sebagai yang paling benar. Pemikiran-
juga membuat Barth terkesan arogan dan pemikiran yang radikal tentang agamalah
tak adil terhadap umat beragama lain.85 yang mereka ajarkan.
Oleh orang yang setuju dengan teologi Dengan demikian maka
religionum, maka mereka melihat Eksklusivisme adalah suatu pandangan
penekanan Barth yang amat negatif yang mengklaim bahwa hanya agama,
terhadap klaim ketidakpercayaan agama- bahkan alirannya yang benar dan satu-
agama dipandang amat berbahaya dan satunya jalan menuju keselamatan.
tidak adil sebab Barth penganut Agama lain dipandang sesat, tidak ada
Eksklusivisme. keselamatan darinya, dengan begitu ia
Sikap Eksklusivisme dipandang berusaha untuk memasukkan penganut
dapat mendatangkan hal yang tidak baik agama lain ke dalam apa yang di-
bagi upaya membangun jembatan dialog pahaminya.
antar umat beragama. Sikap yang
demikian dianggap tidak bijaksana.
Supriatno dalam buku Merentang

84
E. Armada Riyanto, Dialog Interreligius,
86
(Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 268-269. Supriatno,Merentang Sejarah Memaknai Ke-
85
Joas Adiprasetya, Mencari Dasar Bersama, mandirian, (Jakarta:BPK. Gunung Mulia, 2009),
hlm. 55. hlm. 159.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │86

Inklusivisme penolakan dan bahkan pengakuan akan


adanya kebenaran dalam agama lainya,
Inklusivisme merupakan satu dari maka dalam pemahaman kaum
tiga tipologi yang dikemukakan Alan inklusivisme justru melihat hal yang baik
Race dalam diskursus teologi agama- dalam agama-agama lainnya, sehingga
agama, sebagaimana yang disebutkan secara umum dapat menerima hal yang
dalam bagian sebelumnya. Ini me- baik tersebut.
rupakan sikap atau pandangan yang Sejarah gereja mencatat bahwa
melihat bahwa agama-agama lain di luar penyelenggaraan dalam Konsili Vatikan
kekristenan juga dikaruniai rahmat dari II (1962-1965)89, yang cukup terkenal itu
Allah dan bisa diselamatkan, namun telah memberikan suatu hasil dimana
pemenuhan keselamatan hanya ada di terdapat dokumen Nostra Aetate90, yaitu
dalam Yesus Kristus. Kristus hadir dan deklarasi tentang sikap gereja Katolik
bekerja juga di kalangan mereka yang terhadap agama-agama bukan Kristen.
mungkin tidak mengenal Kristus secara Dalam deklarasi tersebut menyatakan
pribadi. Dalam pandangan ini, orang- bahwa dalam agama-agama lain, ada
orang dari agama lain, melalui anugerah usaha menanggapi kegelisahan hati
atau rahmat Kristus, diikutsertakan dalam manusia dengan pelbagai cara sambil
rencana keselamatan Allah.
89
Liza Wahyuninto dan Abd. Qadir Konsili Ekumenis Vatikan Kedua atau Vatikan
Muslim, dalam buku, Memburu Akar II merupakan sebuah Konsili Ekumenis ke-21 dari
Pluralisme Agama, mengatakan bahwa: Gereja Katolik Roma yang dibuka oleh Paus
Yohanes XXIII pada 11 Oktober 1962 dan ditutup
“Pandangan inklusivisme yang bertolak oleh Paus Paulus VI pada 8 Desember 1965.
belakang dengan pandangan Dihadiri oleh 2540 orang uskup Gereja Katolik
ekslusivisme. Menjadi inklusif berarti Roma sedunia, 29 pengamat dari 17 Gereja lain,
percaya bahwa ke-benaran tidak menjadi dan para undangan yang bukan Katolik. Selama
monopoli agama tertentu, tetapi juga konsili, jumlah dokumen yang dihasilkan lebih
banyak dan dampak pengaruhnya atas kehidupan
ditemukan dalam agama-agama lain. “87 Gereja Katolik lebih besar dari peristiwa manapun
Lebih lanjut dikatakan bahwa ada juga sesudah zaman reformasi pada abad XVI. Salah
pandangan Paralelisme yang ke-mudian satu hal penting dalam konsili ini adalah berbicara
dielaborasi menjadi pendukung teologi tentang sikap gereja terhadap agama-agama
pluralime, berpandangan bahwa setiap lainnya, dan hal inilah yang dianggap sebagai
sebuah rekomendasi untuk melihat agama lain
agama secara paralel adalah sama.88 setara dengan iman Kristen. (https://id.wikipedia.
Disertasi ini tidak akan membahasnya org/wiki/Konsili_Vatikan_II, diakses pada hari
lebih lanjut karena fokus kajian dari Rabu, tanggal 12 Desember 2013, pukul 21.35
disertasi ini terletak pada aspek WIB).
90
soteriologi. Bagi Wahyuninto, pandangan Nostra Aetate adalah suatu dokumen Konsili
Vatikan II yang berisi Pernyataan Tentang
inklusivisme merupakan sebuah Hubungan Gereja Dengan Agama-Agama Bukan
pandangan yang bertolakbelakang dengan Kristiani. Berdasarkan dokumen inilah maka ara
pandangan ekslusivisme, dengan berpikir theologi dikalangan Katolik menjadi
demikian maka pemahaman inklusivisme berubah. Jika tadinya gereja me-megang teguh
pasti berlawanan dengan ekslusivisme. adagium: “Extra Yesum Christum Nulla Salus”
yang berarti “diluar Yesus Kristus tidak ada
Jika dalam ekslusivisme terjadi keselamatan”; kini mengalami degradasi yang
fatal atas suatu penilaian dari iman Kristen. Jika
87
Liza Wahyuninto dan Abd. Qadir Muslim, tadinya Yesus merupakan satu-satunya juru-
Mem-buru Akar Pluralisme Agama. hlm. 63-64. selamat umat manusia, kini berubah ke arah
88
Ibid. kompromistik terhadap agama-agama.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │87

menganjurkan jalan, yakni ajaran diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang


(kultus), peraturan (etis), dan ibadat suci toh memantulkan sinar kebenaran, yang
(ritus); dan gereja Katolik tidak menolak menerangi semua orang.93 Selanjutnya
apapun yang benar dan suci dalam dalam bagian ketiga melanjutkan dengan
agama-agama, serta memandang dengan pandangan gereja Katolik yang meng-
penghargaan yang jujur bahwa tidak hargai umat Islam, dilanjutkan dengan
jarang hal itu memantulkan cahaya meng-ungkapkan beberapa hal kesamaan
kebenaran, yang menerangi semua antara Islam dengan Kristen dan Katolik
manusia. Nostra Aetate yang merupakan yang menyembah Allah satu-satunya,
dokumen penting yang dihasilkan dalam Allah yang hidup dan berkuasa, Penuh
Konsili Vatikan II, merupakan salah satu belas kasihan dan mahakuasa, Pencipta
bentuk dari gereja Katolik untuk langit dan bumi, Yang telah bersabda
memahami agama-agama di luar Kristen. kepada manusia; para Muslim meng-
Pernyataan Nostra Aetate diawali dengan hormati Abraham dan Maria, dan bahwa
penjelasan mengenai semakin eratnya mereka menghormati Yesus sebagai nabi
penyatuan dan hubungan-hubungan antar dan bukan Allah. Sinode mendorong
bangsa dan antar pelbagai bangsa seluruh kaum Kristiani dan Muslim untuk
berkembang serta satu asal dan tujuan melupakan pertikaian dan permusuhan
akhir dari semua bangsa, yakni Allah.91 dari masa lalu dan bekerja sama untuk
Dokumen Nostra Aetate meng- membela dan mengembangkan keadilan
ungkapkan juga mengenai pertanyaan sosial bagi semua orang; nilai-nilai moral
abadi yang telah ada di dalam pemikiran maupun perdamaian dan kebebasan.94
manusia sejak awal mulanya dan Dokumen itu juga berbicara me-
bagaimana berbagai tradisi keagamaan ngenai adanya ikatan rohani antara umat
yang beraneka ragam telah berupaya Perjanjian Baru, yaitu Kristiani dengan
untuk menjawabnya. Ia menyatakan umat Yahudi sebagai kaum Keturunan
jawaban-jawaban filosofis Agama Hindu Abraham. Dokumen tersebut menyata-
dan Budha.92 Sikap gereja Katolik yang kan bahwa meskipun beberapa pemuka
akhirnya menerima keberadaan agama- agama Yahudi dan para pengikut mereka
agama lain dinyatakan dengan jelas telah mendesakkan kematian Kristus,
dalam dokumen yang dihasilkan melalui namun kesalahan ini tidak dapat serta
persidangan Vatikan II. Lebih lanjut di- merta dibebankan sebagai ke-salahan
nyatakan dengan jelas bagaimana gereja seluruh orang Yahudi; baik yang hidup
Katolik bersikap terhadap keyakinan ketika itu maupun sekarang.95 Selanjut-
iman agama-agama lainnya, yaitu: Gereja nya Lebih lanjut Konsili menyatakan
Katolik tidak menolak apa pun yang bahwa: "orang-orang Yahudi jangan di-
dalam agama-agama itu serba benar dan gambarkan seolah-olah dibuang oleh
suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Allah atau terkutuk". Pernyataan ini juga
Gereja merenungkan cara-cara bertindak menentang segala unjuk-rasa anti-
dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran- semitisme yang dilakukan kapan pun dan
ajaran yang memang dalam banyak hal oleh siapa pun.96
berbeda dari apa yang diyakini dan

91 93
https://id.wikipedia.org/wiki/Nostra_Aetate, Ibid.
94
Diakses pada hari Senin, tanggal 16 Desember Ibid.
95
2013, pukul 11.10 WIB. Ibid.
92 96
Ibid. Ibid.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │88

Dokumen Nostra Aetate atau isu pluralisme; dimana dekrit yang di-
dokumen yang menyatakan hal mengenai keluarkan Paus Yohanes Paulus II pada
hubungan gereja dengan agama-agama tahun 2000 ini secara jelas menolak
yang bukan Kristen, merupakan salah paham pluralisme agama. Namun
satu dokumen Konsili Vatikan II yang demikian, kebanyakan kalangan Katolik
kala itu disetujui oleh para Uskup dalam mendukung gerakan teologi religionum.
sebuah pemungutan suara dengan hasil Pakar Inklusivisme, Karl Rahner,
2.221 berbanding 88, dan diresmikan menggabungkan suatu teologi yang ber-
oleh Paus Paulus VI pada 28 Oktober sifat Kristosentris dengan pengalaman
1965; selanjutnya menjelaskan bahwa keagamaan non-Kristen. Kristus tetap
seluruh menusia diciptakan menurut citra pusat dan kriteria dari anugerah dan
kesamaan Allah, dan Gereja mengecam penyelamatan Allah. Itulah sebanya
segala diskriminasi antara orang-orang, orang-orang non-Kristen disebutnya
atau penganiayaan berdasarkan keturunan sebagai orang Kristen Anonim. Pe-
atau warna kulit, kondisi hidup atau mahaman Rahner tersebut memberikan
agama.97 Gereja Katolik mencoba untuk pintu bagi kajian teologi agama-agama.
memberikan ruang bagi keyakinan agama Rahner merumuskan pandangan teologi-
lain untuk berbanding lurus dan bahkan nya mengenai agama-agama lain ber-
sejajar dengan keyakinan iman Kristen dasarkan pendapat bahwa anugerah Allah
yang sebelumnya dipandang sangat ditawarkan kepada semua orang di
eksklusive. Dari sinilah terkesan kuat seluruh dunia. Kalau Allah berkehendak
bahwa gereja Katolik menjadi salah satu demikian maka Ia pun bertindak
institusi yang mendukung berkembang- demikian.99 Gagasan tentang Kristen
nya gerakan teologi religionum. Anonim Rahner dikemukakan dalam
Dengan menyatakan sikap ke- empat pemikiran dasarnya, yaitu bahwa:
sejajaran keyakinan iman tersebut itulah Agama Kristen ditujukan untuk semua
maka terbukalah pintu yang sedemikian orang, sehingga agama lain tak diakui;
lebar untuk mendiskusikan hal-hal yang Agama non-Kristen menjadi saluran
berkaitan dengan pluralisme. Walaupun anugerah Allah dalam Kristus, sebelum
dikemudian hari, Vatikan mengeluarkan Injil memasuki sejarah individunya;
Dekrit Dominus Jesus98 yang menjawab Agama Kristen menghadapi agama lain
sebagai Kristen Anonim; dan Orang
97
Ibid. Kristen sebagai barisan terdepan yang
98
Dominus Jesus adalah Deklarasi yang nyata dari harapan Kristen yang hadir
dikeluarkan oleh Kongregasi untuk Doktrin Iman sebagai realitas terselubung dalam
(CDF) yang menjelaskan tentang keunikan dan agama-agama lain.
ke-universal-an keselamatan di dalam Kristus dan
Gereja Katolik. Kesimpulan Deklarasi Dominus
Jesus ini berkata: bahwa satu-satunya Agama
yang benar itu berada dalam Gereja katolik dan menyangkut Allah dan Gereja-Nya. Sesudah
apostolik, yang oleh Tuhan Yesus diserahi tugas mereka mengenal kebenaran itu, mereka wajib
untuk menyebarluaskannya kepada semua orang, mengamalkannya”.(http://www.katolisitas.org/faq
ketika bersabda kepada para Rasul: “Pergilah, s/penjelasan-tentang deklarasi-dominus-iesus/
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah Diakses pada hari Senin, tanggal 17 Februari
mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh 2018, pukul 09.10 WIB.)
99
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala Soetarman, Weinata Sairin, dan Ioanes
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” Rakhmat, Fundamentalisme, Agama-Agama Dan
(Matius 28:19-20). Adapun semua orang wajib Teknologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996).
mencari ke-benaran, terutama dalam apa yang hal 47-48.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │89

Keyakinan Alkitab bahwa hanya Para Rasul 17: 16-35). Joas Adiprasetya
ada keselamatan dalam Kristus, tidak dalam buku Mencari Dasar Bersama:
terbantahkan lagi namun gereja tidak Etik Global Dalam Kajian Postmodernis-
boleh menentang agama-agama lain me dan Pluralisme Agama mengatakan:
sebagai ajaran palsu dan tidak mem- “Raimundo Pannikar, yang berada dalam
punyai keselamatan. Walaupun tidak jalur inklusivisme yang sama dengan
sesempurna yang ada dalam gereja Rahner, namun yang mengkhususkan
namun karena anugerah yang universal teologinya pada perjumpaan Kristen-
itu, maka keselamatan dalam Kristus pun Hindu, mengatakan: Orang Hindu yang
ada di sana walaupun tidak memakai baik dan Bona Fide diselamatkan oleh
nama Kristus. Jadi dalam agama-agama Kristus dan bukan oleh Hinduisme,
lain, Kristus yang menyelamatkan itupun namun melalui Sakramen Hinduisme,
ada di sana tanpa bernama Kristus. Ini melalui Mysterion yang datang padanya
yang dinamakan Rahner sebagai melalui Hinduisme, bahwa Kristus me-
Anonymous Christ atau Kristen Anonim nyelamatkan orang Hindu secara
atau Kristus tak bernama dan oleh sebab wajar.102
itu penganut agama-agama lain adalah Konsep Karl Rahner tentang
sebenarnya juga orang-orang Kristen Kristen Anonim itu telah memberi
tanpa nama atau Anonymous Christian.100 pengaruh luas dan merupakan konsep
Jadi Kristus tidak serta merta menjadi inklusivisme Katolik. Itulah sebabnya
milik orang Kristen, sebab mereka yang Lesslie Newbigin dalam buku Injil
bukan Kristenpun, jika hidup dalam Dalam masyarakat Majemuk, mengata-
kehidupan yang diisyaratkan agama kan: “Keselamatan melampaui batas-
Kristen, maka layak disebut sebagai batas gereja yang kelihatan dan bukan
orang Kristen yang bukan Kristen. saja individu-individu non-Kristen dapat
selanjutnya Lesslie Newbigin, dalam diselamatkan, tetapi juga bahwa agama-
buku, Injil dalam Masyarakat Majemuk, agama bukan Kristen mempunyai peran
mengatakan bahwa: “Konsep Karl menyelamatkan.”103 Pengakuan bahwa
Rahner tentang Kristen-Anonim telah setiap agama memiliki hal yang positif
memberi pengaruh luas dan merupakan dan baik untuk diikuti, setidaknya me-
konsep inklusivisme Katolik. nempatkan seseorang untuk mengakui
“Keselamatan melampaui batas-batas bahwa semua agama dalam tatanan sosial
gereja yang kelihatan dan bukan saja dan moral adalah baik. Semua agama
individu-individu non-Kristen dapat mengajar dan bahkan menjadi penuntun
diselamatkan, tetapi juga bahwa agama- jalan yang benar dalam kehidupan
agama bukan Kristen mempunyai peran moralitas umat manusia. Para pengikut
menyelamat-kan.”101 suatu agama dituntun dan diarahkan
Berkaitan dengan konsep untuk menjadi anggota masyarakat yang
Anonymous Christian ini, Rahner me- baik. Menerapkan prinsip dan pengajaran
makai contoh perjumpaan Paulus dengan agamanya merupakan suatu kewajiban
orang-orang Atena di mana ia berbicara bagi para pemeluk suatu agama, dan
tentang Allah yang tak dikenal (lih. Kisah sesuatu yang baik inilah yang harus

100
Ibid.
101 102
Lesslie Newbigin, Injil Dalam Masyarakat Joas Adiprasetya, hlm. 70.
103
Majemuk, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), Lesslie Newbigin, Injil Dalam Masyarakat
hlm. 244. Majemuk, hlm. 244.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │90

dilihat sebagai suatu hal yang baik dari yaitu Plural yang berarti ragam dan isme
suatu agama. yang berarti faham. Jadi pluralisme bisa
Berpikir inklusif dalam beragama diartikan sebagai berbagai faham, atau
hanya akan membuat seseorang berada bermacam-macam faham. Secara ter-
pada titik netral agama, yaitu sebuah titik minologi istilah pluralism merupakan
yang tidak dapat diakui oleh kitab suci suatu kerangka interaksi yang mana
dan ajaran umum dalam agama manapun. setiap kelompok menampilkan rasa
Berpegang pada prinsip inklusif hanya hormat dan toleran satu sama lain, ber-
akan membuat seseorang terpenjara dan interaksi tanpa konflik atau asimilasi.
bahkan bisa dikucilkan dalam pergaulan Secara khusus, pluralisme agama
antar umat beragama. Itulah sebabnya adalah pandangan, pikiran, keyakinan
wajar bila Micea Eliade, dalam buku The bahawa agama-agama yang bermacam-
Encylopedia of Religion mengomentari macam dan berbeda-beda itu mempunyai
inklusivisme sebagai “logically an kesamaan dari segi ontologi, soteriologi,
unstable position”.104 Jika demikian hal- dan epistemologi. Peter Byrne dalam
nya maka berpikir secara inklusif hanya- buku Prolegomena to Religious
lah sebuah pembodohan karena me- Pluralism mengatakan bahwa:
nyangkali kebenaran hakiki sebab pikiran “Pluralisme agama merupakan per-
terbelenggu oleh piciknya wawasan antar senyawaan tiga tesis. Pertama, semua
agama. tradisi agama-agama besar dunia adalah
Ada hal yang patut dipertimbang- sama, semuanya merujuk dan menunjuk
kan ketika membicarakan aspek sebuah realitas tunggal yang transendent
inklisivisme dalam kehidupan beragama, dan suci. Kedua, semuanya sama-sama
yaitu bahwa seorang Kristiani tidak akan menawarkan jalan keselamatan, dan
merasa lebih terhormat ketika dirinya Ketiga, semuanya tidak ada yang final.
disebut sebagai Muslim Generik atau Artinya, setiap agama mesti senantiasa
telah berislam secara generik seperti yang terbuka untuk dikritik dan ditinjau
diistilahkan oleh buku Fiqih Lintas kembali.106
Agama. Demikian juga seorang Muslim Pandangan pluralisme mengakui
dimana mereka tidak akan merasa lebih adanya kebenaran yang sama dalam
senang ketika seorang Karl Rahner me- agama-agama, meskipun berbeda-beda.
nyarankan untuk menyebut diri mereka Dasarnya adalah pengkajian kembali
sebagai Anonymous Christians.105 berita Alkitab, khususnya mengenai
Kristologi. Pluralisme menggeser Kristo-
Pluralisme sentris ke Theosentris, dengan dasar kitab
Yohanes 14:28, 17:3; 1 Korintus 15:28,
Istilah Pluralisme merupakan sikap teosentri Yesus, kitab Mazmur,
sebuah istilah yang berasal dari kata nabi-nabi, dan filsafat agama. Menurut
plural, yang berarti ragam dan isme, yang John Hick, pluralisme adalah pandangan
berarti faham. Secara etimologi istilah yang menyatakan bahwa pe-rubahan
pluralisme merupakan kata serapan dari hidup manusia dari keterpusatan pada diri
bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, sendiri menuju keterpusatan pada sang
Realitas tunggal, yaitu Tuhan; terjadi di
104
Mircea Eliade (ed), The Encylopedia of
106
Religion, (New York: Collier Macmillan Peter Byrne, Prolegomena to Religious
Publishers, 1987) hlm. 331. Pluralism, (London: Macmillan Press, 1995), p.
105
Ibid. 191.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │91

dalam semua agama dalam pelbagai sempurna sehingga orang lain pasti salah
bentuk dan cara.107 Bagi Hick agama- dan harus dipertobatkan.”109
agama yang ada dan dianut oleh para Sikap yang anti suatu agama
pengikutnya me-miliki kelebihan yang sesungguhnya hanya akan menimbulkan
khas satu dengan yang lainnya. Itulah keresahan dalam kehidupan ber-
sebabnya pluralisme mem-berikan per- masyarakat. Pluralisme agama haruslah
nyataan dan perubahan hidup yang ke mendapat tempat yang sesuai karena
arah yang lebih baik. keragaman agama tidak bisa dihindarkan.
Selain Hick, juga ada seorang yang Itulah sebabnya diperlukan sebuah sikap
bernama Paul F. Knitter yang dipandang yang saling menghargai satu dengan
aktif menyuarakan paham pluralisema. lainnya. Soetarman dalam buku
Menurutnya, pluralisme berangkat dari Fundamentalisme, Agama-Agama dan
keinginan melahirkan dialog yang jujur Teknologi mengutip pernyataan seorang
dan terbuka sehingga seluruh pemeluk tokoh gereja Indonesia, Eka Darmaputra
agama dapat bekerja-sama memperbaiki yang berkata bahwa: “Semua agama tidak
kehidupan dan menanggulangi pen- hanya didesak untuk memikirkan sikap
deritaan manusia di muka bumi ini. praktis untuk bergaul dengan agama yang
Dalihnya, terdapat suatu kesamaan yang lain, tetapi juga didesak untuk memahami
kasar atau rough parity pada semua secara teologis apakah makna kehadiran
agama. Agama-agama selain Kristen agama-agama dan kepercayaan-
mungkin juga sama baik dan pentingnya kepercayaan yang lain itu.”110 Pluralisme
untuk membawa pengikut masing-masing adalah sebuah asumsi yang meletakkan
kepada kebenaran, perdamaian dan kebenaran agama-agama sebagai ke-
kesejahteraan bersamaTuhan.108 Jangan- benaran yang relatif dan menempatkan
lah lupa bahwa kekerasan terhadap suatu agama-agama pada posisi setara, apapun
agama dengan mengatasnakman suatu jenis agama itu. Itulah sebabnya perlu
agama merupakan hal yang seringkali sikap bijak dalam menanggapinya.
terjadi.
Menanggapi hal kekerasan terhadap
suatu agama, Zuly Qodir dalam buku Perkembangan Teologi Religionum
Islam Syariah vis-à-vis Negara, bahwa:
“Kekerasan agama atau sacred violence Abdul Qadir Djaelani, dalam buku
selain muncul dari adanya teks-teks suci, Sekitar Pemikiran Politik Islam, me-
dogma, dan tafsir agama, juga disebabkan ngutip pendapat Quraish Shibab yang
karena agama dijadikan sebagai barang mengatakan: “Malapetaka dapat terjadi
yang magis dan serba mutlak. Agama bukan saja karena umat beragama tidak
dipandang tidak bisa diinterpretasikan, memahami agama orang lain, tetapi juga
apalagi disesuaikan dengan keinginan karena ketidakmampuan untuk mengerti
manusia. Dengan menjadikan agama agamanya sendiri. Jika setiap pemeluk
sebagai berhala-berhala baru, orang ber- agama yang berbeda-beda itu didorong
agama merasa dalam beragamanya paling untuk menyusun kerangka teologis me-

107 109
John Hick, Problems of Religious Pluralism, Zuly Qodir, Islam Syariah vis-à-vis Negara,
(New York: St. Martin Press, 1985), p. 34. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 225.
108 110
John Hick dan Paul F. Knitter, Mitos Keunikan Soetarman, Weinata Sairin, dan Ioanes
Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Rakhmat, Fundamentalisme, Agama-Agama Dan
2001), hlm. 42-45. Teknologi, hlm 14-15
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │92

nurut kacamata agamanya, setidaknya Perkembangan teologi religionum


mereka didesak untuk menggali dari tidak lepas dari beberapa hal yang men-
agamanya sendiri nilai-nilai positif yang dahuluinya. Hal-hal yang dimaksudkan
mendukung bahkan menggiatkan tersebut setidaknya memberikan
hubungan-hubungan antar penganut kontribusi bagi perkembangan theologi
agama-agama yang berbeda-beda itu, agama-agama tersebut. Th. Sumartana,
sehingga sedapat mungkin konflik- melalui buku Meretas Jalan Teologi
konflik yang tidak perlu dapat Agama-Agama di Indonesia, mengatakan
dihindarkan”. 111 Kesadaran akan ke- bahwa: “Teologi religionum, juga dikenal
ragaman agama perlu ditegaskan lagi dengan istilah Teologi Agama-Agama
supaya ada penerimaan atas agama- atau Teologi of Religions; sesungguhnya
agama yang dimaksud. Pluraliame merupakan cabang dari ilmu teologi yang
agama adalah upaya sadar untuk tidak membahas bagaimana kekeristenan
sekedar menghormati pemeluk agama memberi respons teologis terhadap
lain, tapi ikut pula bahu membahu kenyataan adanya pluralitas agama di luar
bersama agama lain untuk membahas, dirinya.”113
bergerak membenahi bangsa, sosial-
kemasyarakatan, politik, kebudayaan Adagium: Extra Yesum Christum Nulla
hingga pada membela bangsa ketika Salus
terjadi intimidasi baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Komunikasi se- Adagium atau pepatah Extra Yesum
macam dialog antar umat beragama Christum Nulla Salus, merupakan sebuah
dianggap penting, untuk meng-hindari ungkapan yang sangat tegas dari gereja;
truth claim yang selama ini menjadi berkaitan dengan soteriologi. Pernyataan
sesuatu yang merisaukan.112 Beberapa ini sejalan dengan apa yang dikatakan
catatan pertikaian antar agama telah nyata Yesus Kristus, bahwa “Akulah jalan
dan jika hal itu dibiarkan maka akan kebenaran dan hidup...” (lih. Yohanes
berakibat buruk dalam kehidupan antar 14:6). Dalam pernyataan yang dianggap
umat beragama. Itulah sebabnya perlu- ekslusivisme tersebut, kekristenan
nya suatu usaha bagi para pemeluk menyatakan diri bahwa hanya Yesus
agamanya untuk memahami dengan betul Kristus adalah Tuhan dan juruselamat
agamanya, dan jika perlu juga agama umat manusia. Herman Riderbos, dalam
orang lain. Dengan memahami agama buku yang berjudul, Paulus: Pemikiran
yang diyakini dan agama orang lain, Utama Teologinya, menyatakan: “Bagi
maka akan memberikan kontribusi Yudaisme, Taurat adalah penangkal
pengertin serta pemahaman yang benar penting bagi ancaman dan kuasa dosa.
atas suatu agama. Pengetahuan atas suatu Taurat adalah sarana penting untuk
agama dianggap dapat memperkaya mendapatkan kebenaran di hadapan
wawasan agama yang dimaksud. Allah.”114 Bagi bangsa Israel, Taurat

113
Lih.Th. Sumartana. "Theologia Religionum".
Di dalam Meretas Jalan Teologi Agama-Agama
111
Abdul Qadir Djaelani, Sekitar Pemikiran di Indonesia. Tim Balitbang PGI (Eds.). (Jakarta:
Politik Islam, (Jakarta: Media Da‟wah, 1994), BPK Gunung Mulia, 2007), hlm. 56.
114
hlm. 46. Herman Riderbos, Paulus: Pemikiran Utama
112
Liza Wahyuninto, dan Abd. Qadir Muslim. Teologinya, (Surabaya: Penerbit Momentum,
Memburu Akar Pluralisme Agama, hlm. 6 2010), hlm. 135.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │93

merupakan pegangan hidup yang dogma ini tergambarlah wujud dan realita
melembaga dalam kehidupan setiap hari Gereja sebagai Tubuh Kristus di dunia.
dimana hal tersebut menjadi pegangan Doktrin itu ialah Extra Ecclesiam Nulla
dan tolok ukur untuk setiap langkah Salus. Begitu banyak orang yang me-
kehidupan mereka. Dalam Taurat, orang nyalahgunakan bahkan salah tafsir me-
Israel yang menerapkan prinsip-prinsip ngenai dogma ini. Sementara pada
penting diterapkan dalam hal pe- zaman ini, orang-orang menganggap
ngambilan keputusan etis. Setidaknya bahwa keselamatan bisa datang dari mana
hendak dinyatakan bahwa Taurat menjadi saja dan memandang bahwa doktrin
kunci bagi setiap pengambilan keputusan Extra Ecclesiam Nulla Salus merupakan
moral dalam hidup orang Israel. dogma yang ketinggalan zaman dan
Riderbos melihat Yudaisme sebagai hal sudah lenyap setelah Konsili Vatikan II
yang penting dalam kehidupan umat diselenggarakan.
Yahudi, dimana Yudaisme dianggap Sejak Konsili Vatikan II, nilai
mampu membentengi umat dari berbagai kristiani, khususnya gereja Katholik me-
hal yang membahayakan kehidupan ngalami perubahan. Dari yang tadinya
spiritualnya, dan juga dapat berfungsi sangat kuat pada konsep ekslusivisme,
sebagai senjata untuk melawan hal-hal kini mulai membuka diri pada konsep
yang tidak baik. Lebih lanjut Riderbos pluralisme. Dalam isu perkembangan
menjelaskan bahwa Yudaisme tidak gereja Katholik, ada kecenderungan
mengenal jalan keselamatan selain oleh bahwa setelah Konsili Vatikan II, banyak
Taurat. Israel memeluk taurat sebagai Uskup, Imam dan kaum klerus dan awam
sumber keselamatan.Taurat dianggap menyatakan bahwa dogma Extra
sanggup memberikan hidup kepada Ecclesiam Nulla Salus, telah dihapus oleh
manusia dan melakukan taurat dapat Konsili Vatikan II. Mereka menganggap
mengurangi hukuman dosa.115 bahwa dogma tersebut merupakan ajaran
Pepatah Extra Ecclesiam Nulla Gereja pra-Vatikan II dan pada paska
Salus atau diluar gereja tidak ada Konsili Vatikan II dengan memegang
keselamatan, kini semakin direlativasi- perkataan Paus Yohanes XXIII yang pada
kan, diperlemah dan bahkan pada akhir- intinya mengatakan bahwa gereja harus
nya dikosongkan. Dalam Extra bersifat dinamis; maka doktrin Extra
Ecclesiam Nulla Salus, muncullah istilah Ecclesiam Nulla Salus, berubah menjadi
lain yang memiliki kedekatan dalam diluar gereja ada keselamatan. Ini
pengertian bahwa kekristenan merupakan adalah paham yang sangat keliru, dan
sesuatu yang sudah final dalam artian perlu diketahui bahwa Gereja pra-Vatikan
doktrin soteriologi. Istilah itu adalah: II dan Gereja paska-Vatikan II adalah
Extra Yesum Christum Nulla Salus, yang pembagian yang ambigu. Pola pikir
berarti diluar Yesus Kristus tidak ada semacam ini dapat memberi kesan negatif
keselamatan. bagi gereja, bahwa ajaran gereja terus
Dalam perjalanan sejarah gereja berubah sepanjang zaman, walaupun ada
Katolik terdapat sebuah dogma yang upaya untuk mengembalikan supremasi
amat kontroversial namun dogma ini Kristus melalui Dekrit Dominus Jesus
adalah dogma kebenaran, dogma yang yang dikeluarkan Paus Yohanes Paulus II
berasal dari Allah sendiri. Dan dari pada tahun 2000 untuk menjawab
pluralisme; sebagaimana yang sudah di-
115
singgung sebelumnya.
Ibid, 132.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │94

Dalam adagium Extra Ecclesiam Renaissance lahir di Italia pada


Nulla Salus, muncul lagi adagium yang abad ke-14, terutama di Italia Utara
lebih spesifik, yaitu Extra Yesum dimana kota-kota bertambah kaya oleh
Christum Nulla Salus yang berarti perniagaan, perusahaan, dan kerajinan
diluar Yesus Kristus tidak ada penduduk. Masyarakat kota itu makin
keselamatan. Adagium inipun kini ter- lama makin makmur, makin sadar akan
simpan diperpustakaan sebagai curiosum kepentingan dirinya dan makin berkuasa.
atau pujian dari keyakinan gereja pada Dengan demikian, berkembanglah suatu
masa yang lampau. Keyakinan Perjanjian pandangan hidup yang baru, yang antara
Baru, bahwa Extra Christum Nulla Salus, lain ternyata dalam syair-syair pujangga
kini telah mengalami perubahan yang Petrarca (1304-1374), yang berbunyi
drastis, dimana doktrin tersebut sudah demikian: “Sebenarnya manusia tak usah
direlativisasikan. mengikuti kuasa apa pun di atasnya;
kaidah dan pusat hidup manusia ialah
Gerakan Renaisance dan pribadinya sendiri.”116 Sikap tersebut
Enlightenment berhubungan rapat dengan pandangan
penyair-penyair Romawi dan Yunani
Istilah Renaissance berasal dari zaman purba, yang telah lama dikenal,
bahasa Latin renaitre yang berarti hidup tetapi baru sekarang disadari dan di-
kembali atau lahir kembali. Pengertian ulangi. Pusat pergerakan renaissance
renaissance adalah menyangkut kelahiran adalah Florensa dan Roma.
atau hidupnya kembali kebudayaan klasik Pemakaian kata Renaissance untuk
Yunani dan Romawi dalam kehidupan pertama kalinya dipergunakan oleh Jules
masyarakat Barat. Dalam pengertian Michelet, seorang sejarawan Perancis
yang lebih spesifik, renaissance diartikan yang lahir di abad ke-18 dan mulai
sebagai suatu periode sejarah di mana terkenal di dunia Barat pada abad ke-19
perkembangan kebudayaan Barat me- karena karyanya yang berjudul History of
masuki periode baru dalam semua aspek France yang menekankan bahwa masa
kehidupan manusia, seperti ilmu-ilmu romatik Abad Pertengahan bukanlah
pengetahuan, teknologi, seni dalam sama sekali tidak berguna bagi per-
semua cabang, perkembangan sistem kembangan kebudayaan Barat.117
kepercayaan, perkembangan sistem Jules Michelet (1798-1874) adalah
politik, institusional, bentuk-bentuk sejarawan pertama yang memperkenalkan
sistem kepercayaan yang baru dan lain- kata Renaissance; dan ia membedakan
lain. antara masyarakat Renaissance dengan
Secara historis renaissance adalah masyarakat Abad Pertengahan adalah
suatu gerakan yang meliputi suatu zaman pada penafsiran pelaksanaan agama
di mana orang merasa dirinya telah dalam kehidupan masyarakat. Menurut
dilahirkan kembali dalam keadaban. Di Jules Michelet, Abad Pertengahan di-
dalam kelahiran kembali itu orang tandai oleh faktor dogmatis, sedangkan
kembali pada sumber-sumber murni bagi
pengetahuan dan ke-indahan. Dengan
demikian orang memiliki norma-norma
yang senantiasa berlaku bagi hikmat dan 116
Linda Suryanegara, Sejarah Pemikiran
kesenian manusia. Renaissance, (Jakarta: Penerbit Literatur GKKI,
2011), hlm. 67.
117
Ibid, hlm. 22.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │95

manusia Renaissance ditandai oleh faktor filsafat Empirisme dari Francis Bacon
humanis.118 dan John Locke, sangat menunjang
Renaissance mempunyai arti berkembangnya kepercayaan terhadap
penting dalam sejarah kebudayaan Barat. hukum alam dan prinsip universal.119
Renaissance adalah masa kekuasaan, Perkembangan sebagaimana di-
kesadaran, keberanian, kepandaian yang sebutkan diatas tersebut menumbuhkan
luar biasa, kebebasan dan seringkali rasa kepercayaan akan kemampuan akal
semua itu tidak ada batasnya. Orang manusia, dan hal ini tersebar hingga
yang terpengaruhi oleh gerakan mempengaruhi pola pikir seluruh
Renaissance ditandai dengan pemilikan masyarakat Eropa dan Amerika pada
ilmu pengetahuan lebih dari satu. abad ke-18. Arus-arus pemikiran pada
Mereka terlihat menguasai banyak ilmu masa itu cukup banyak dan bervariasi,
pengetahuan. Agama menjadi hal yang akan tetapi beberapa ide dapat di-
hanya mengenai individu, perhatian golongkan sebagai ide hasil serapan dan
orang lebih banyak ditujukan untuk ide dasar.120 Pada masa Pencerahan,
dunia. Pada zaman renaissance, manusia pendekatan berdasarkan rasio dan ilmu
hidup bebas dalam menentukan corak pengetahuan terhadap persoalan agama,
hidupnya dan tidak lagi terikat oleh sosial, dan ekonomi menjadi tren di
doktrin gereja. masyarakat, sehingga hal ini meng-
Pengaruh Renaissance makin lama hasilkan sebuah pandangan yang bersifat
makin meresap di berbagai bidang hidup, duniawi atau sekuler dan juga mem-
sehingga bertambah banyak orang, ter- bangun opini umum tentang kemajuan
istimewa dari golongan cendekiawan, dan kesempurnaan di berbagai bidang.
mulai melepaskan diri dari kuasa Firman Di Inggris Pencerahan dikenal
Tuhan. Ilmu pengetahuan dan kebudaya- dengan istilah Enlightenment, sedangkan
an umum mulai memisahkan diri dari di Perancis dengan istilah Lumières dan
ajaran dan dogma agama Kristen. di Jerman dengan die Aufklärung. Ide
Terutama ilmu alam yang berdasarkan Pencerahan kemudian tersebar ke seluruh
ilmu pasti, mulai bertentangan dengan Eropa, dan bahkan hingga ke daerah-
pandangan gereja yang sampai masa itu daerah koloni di Amerika. Pe-
diajarkan dan dipercaya sebagai nyebarannya adalah melalui buku-buku
kebenaran ilahi. Selain Renaissance ada karya filsuf Pencerahan, atau lewat
juga Pencerahan. Pencerahan atau diskusi-diskusi yang menjadi kebiasaan
Enlightenment merupakan istilah yang masyarakat pada masa itu.
digunakan untuk menggambarkan aliran Gerakan Pencerahan muncul
utama pemikiran yang berkembang di sebagai suatu bentuk penolakan terhadap
Eropa dan Amerika pada abad ke-18. situasi di mana jati diri manusia adalah
Perkembangan di bidang ilmu jati diri yang terkungkung dan tertindas
pengetahuan dan intelektual pada abad oleh aturan-aturan baku yang dianggap
ke-17, seperti; penemuan-penemuan Isaac irasional yang diberlakukan oleh pihak
Newton, munculnya aliran pemikiran gereja sejak Abad Pertengahan, yaitu
Rasionalisme oleh Rene Descartes, atau dalam masa periode tahun 400-an Masehi
pemikiran skeptismenya Pierre Bayle, hingga tahun 1500-an. Gerakan ini juga
Panteismenya Benedict de Spinoza, dan
119
Ibid, hlm. 43.
118 120
Ibid, hlm. 23. Ibid.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │96

merupakan reaksi terhadap situasi politik sebuah Harian Berlin Berlinische


di mana pihak penguasa, yaitu para raja Monatschrift, pada tahun 1784. Tulisan
dengan sistem monarki di Eropa me- itu merupakan refleksi atas situasi
nerapkan politik absolut yang juga sudah kontemporer Eropa ketika itu. Terjadi
berlaku sejak abad pertengahan dimana perubahan besar dalam kehidupan politik,
mereka raja atau ratu sebagai pemegang ekonomi, sosial, kebudayaan, dan ke-
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan agamaan yang belum pernah terjadi
dan hal ini dianggap merugikan rakyat sebelumnya.123
yang sudah terbelenggu sistem tersebut. Dengan demikian maka ciri utama
Pada masa Abad Pertengahan renaissance adalah humanisme,
manusia memandang dirinya bukan indvidualisme, rasionalisme, empirisma
sebagai makhluk yang bebas. Manusia dan lepas dari agama. Gambaran dari
bukan pula makhluk yang diajarkan ciri khas renaissance tersebut setidaknya
bagaimana menjawab persoalan- membuka wawasan kepada banyak orang
persoalan hidupnya secara nyata. Ia sehingga bisa bersikap menerima atau
adalah individu yang harus hidup dalam tidak atas paham renaissance. Hal yang
satu cara berpikir dan hanya boleh hampir sama juga ada dalam
memikirkan satu hal, yakni bagaimana Enlightenment. Karena dogmatika agama
hidup menurut ajaran atau dogmatika dianggap musuh rasionalitas, maka
yang di ajarkan oleh gereja. Pandangan renaissance dan Enlightenment tumbuh
ini masih cukup berpengaruh di Eropa subur. Ketika agama hendak diperguna-
hingga awal abad ke-18. Pada dasarnya kan, maka ia harus mengakomodasi
Gerakan Pencerahan dengan kritis mem- gejolak yang ada sehingga nilai esensial
pertanyakan dan berusaha merombak yang dianggap bertentangan dengan
pandangan umum terhadap kepercayaan- prinsip renaissance dan enlightenment
kepercayaan tradisional, adat-istiadat, dan harus diubah.
sistem-sistem moral yang merupakan
warisan dari abad sebelumnya. Dalam Konsili Vatikan II (1962-1968)
perkembangannya, masa Pencerahan di-
tandai dengan perubahan iklim di bidang Konsili Vatikan II (1962-1968),
politik, seperti; terbentuknya sistem dan juga dikenal sebagai Konsili
pemerintahan parlementer, konsolidasi
pemerintahan, pembentukan negara, ter- Zöllner (1753-1804) tentang "Apa itu
ciptanya undang-undang hak rakyat dan Pencerahan?" dalam tulisannya itu Immanuel
juga kemunduran pengaruh pihak Kant mengatakan bahwa pencerahan adalah
monarki dan pihak gereja dalam sistem munculnya manusia dari ketidakmatangan diri
pemerintahan.121 yang ada padanya. Ketidak-dewasaan adalah
ketidakmampuan untuk memiliki pemahaman
Pencetus ide pencerahan adalah tanpa bimbingan lain. Bahkan yang terjadi adalah
seorang filsuf Jerman, Immanuel Kant ketidakmampuan dalam pemahaman. Kant
(1724-1804), yang menulis tentang menyatakan perlunya seseorang untuk memiliki
pencerahan dalam sebuah artikel ber- keberanian untuk menggunakan pemahaman
judul: Was Heisst Aufklarung?122 di sendiri. Inilah yang kemudian dikenal sebagai
moto pen-cerahan. (https://de.wikipedia.org/wiki/
Beantwortung_der_Frage:_Was_ist_Aufklärung?,
121
Ibid, hlm. 51 Diakses pada hari Senin, tanggal 16 Februari
122
Artikel yang berjudul Was Heisst Aufklarung? 2018, pukul 11.10 WIB.
123
Adalah tulisan Immanuel Kant (1724-1804) yang Linda Suryanegara, Sejarah Pemikiran
merupakan jawaban atas tulisan Johann Friedrich Renaissance, hlm. 49
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │97

Ekumenis Vatikan Kedua; merupakan Konsili Vatikan II menghasilkan 16


sebuah sebuah Konsili Ekumenis ke-21 dokumen penting dalam peradaban gereja
yang diselenggarakan Gereja Katolik dan umat manusia. Konsili Vatikan II
Roma. Konsili Vatikan II yang dibuka masuk dalam pembahasan desertasi ini
secara resmi oleh Paus Yohanes XXIII karena salah satu dokumen yang di-
pada 11 Oktober1962 dan ditutup oleh hasilkannya merupakan sebuah per-
Paus Paulus VI pada 8 Desember1965. gumulan dalam kehidupan umat manusia,
Pembukaan Konsili ini dihadiri oleh yaitu berkaitan dengan kepercayaannya
hingga 2540 orang uskup Gereja Katolik dan kepercayaan orang lain. Dokumen
Roma sedunia, yang kemudian para yang dihasilkan tersebut merupakan
uskup tersebut disebut para Bapa sebuah kebijakan gereja yang dikemudian
Konsili). Turut juga hadir sebanyak 29 hari memberikan dampak bagi umat.
pengamat dari 17 Gereja lain, dan para Dokumen yang dimaksudkan tersebut
undangan yang bukan Katolik. adalah: Nostra Aetate yaitu hal hubungan
Selanjutnya Konsili Vatikan II gereja dengan agama-agama yang bukan
(1962-1968), telah dikeluarkannya Kristen.
sejumlah deklarasi, dan salah satunya
adalah deklarasi mengenai hubungan Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia di
antara gereja dengan agama-agama bukan Upsala (1968)
Kristen, sebagaimana yang sudah
disebutkan sebelumnya. Pemimpin World Council of Churches
gereja Roma Katolik pada waktu itu, (WCC), atau Dewan Gereja Sedunia
Paus Paulus VI memperhatikan bahwa merupakan perhimpunan Gereja-gereja
ada kekayaan agama pada bangsa lain, sedunia, yang bertujuan untuk mem-
dan kekayaan itu perlu digali sedemikian bentuk kesatuan di antara umat Kristen.
rupa sehingga dapat dimanfaatkan bagi Setidaknya organisasi yang mempunyai
ke-sejahteraan umat manusia. Itulah anggota sebanyak 340 Gereja dan
sebabnya jika tadinya semboyan Extra denominasi yang berasal dari 100 negara
Yesum Christum Nulla Salus merupakan di seluruh dunia, dengan mewakili sekitar
sebuah ketegasan atas doktrin Kristen, 550 juta orang Kristen.124 Anggota
kini mengalami distrosi. denominasi organisasi ini dari berbagai
Semua agama memiliki keunikan gereja seperti Anglikan, Baptis, Lutheran,
dan bahkan juruselamatnya masing- Methodis, dan Reformasi, serta banyak
masing. Kekristenan tidak bisa menyata- gereja independen atau bersatu lainnya.
kan dirinya paling benar karena memiliki Gereja-gereja yang mendirikan organisasi
Kristus. Agama lainpun memiliki ini pada mulanya adalah gereja-gereja
peluang yang sama untuk diselamatkan. yang terletak di Eropa dan Amerika
Jika Katlolik dengan Konsili Vatikan II, Utara, namun kini kebanyakan
maka kalangan Kristen meng-akomodasi anggotanya tersebar di Afrika, Asia,
pluralisme dan menghargainya sebagai Karibia, Amerika Latin, Timur Tengah,
bagian dari kehidupan bermsyarakat. dan Pasifik.
Setidaknya hal itu dapat dilihat dari hasil Organisasi Dewan Gereja se-Dunia
Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia ke- ini terbentuk pada Sidang Rayanya yang
IV di Upsala, yang akan dibahas
124
kemudian. https://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Gereja-
gereja_se-Dunia, Diakses pada hari Senin, tanggal
23 Maret 2018, pukul 10.15 WIB.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │98

pertama di Amsterdam, Belanda, pada 23 Keadilan dan Perdamaian", di Busan-


Agustus 1948, ditandai dengan ber- Korea Selatan (2013).125
gabungnya dua kelompok ekumenis. Penyelenggaraan Sidang Raya
Kemudian Kelompok yang ketiga, yaitu DGD selalu memberikan jawaban atas
sebuah gerakan misionaris yang terbentuk pergumulan umat sepanjang sejarah, dan
pada Sidang Misi Internasional (IMC), berkaitan dengan isu teologi agama-
menyatakan bergabung dengan DGD agama, maka yang patut dicermati adalah
tepat pada Sidang Raya yang ketiga di Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia ke-
New Delhi, India (1961). Kelompok IV yang diselenggarakan di kota Upsala
yang keempat yang ikut bergabung pada tahun 1968. Sidang Raya dengan
adalah Dewan Pendidikan Kristen se- tema "Lihatlah, Aku Jadikan Semuanya
Dunia (WCCE), pada tahun 1971, dan Baru" telah melahirkan sebuah ke-
hingga kini ada begitu banyak anggota sepakatan mengenai agama-agama lain
yang ada dalam organisasi ini. yang dianggap memiliki kesetaraan
Sidang Raya Dewan Gereja se- dengan kekristenan. Dengan demikian
Dunia (DGD) telah diselenggarakan maka agama-agama lainpun mengandung
sebanyak sembilan kali, yaitu: Sidang kebenaran dan agama Kristen tidak bisa
Raya I dengan tema "Kekacauan menyatakan dirinya sebagai satu-satunya
Manusia dan Rancangan Allah" di agama yang paling benar. Janganlah lupa
Amsterdam-Belanda (1948), Sidang Raya bahwa sidang raya di Upsala itu
II dengan tema "Kristus - Pengharapan memberikan tekanan pada dimensi
Dunia" di Evanston, Illinois-Amerika horisontal, yaitu pendamaian diantara
Serikat (1954), Sidang Raya III dengan umat manusia.126 Dalam Sidang Raya
tema "Kristus Terang Dunia" di New ke-IV di Uppsala, Swedia, pada tahun
Delhi-India (1961), Sidang Raya IV 1968, para peserta merumuskan sikap
dengan tema "Lihatlah, Aku Jadikan theologis dari kalangan gereja protestan
Semuanya Baru" di Uppsala-Swedia terhadap agama-agama lain yang harus
(1968), Sidang Raya V dengan tema terbuka. Misalnya, aspek Perintah
"Yesus Kristus Membebaskan dan Amanat Agung atau penginjilan dihilang-
Mempersatukan", di Nairobi-Kenya kan di dalam tugas gereja dan diarahkan
(1975), Sidang Raya VI dengan tema pada dialog lintas agama. Konsep
"Yesus Kristus-Terang Dunia" di keselamatan, diubah menjadi keselamatan
Vancouver-Kanada (1983), Sidang Raya manusia dari penderitaan di dunia,
VII dengan tema "Datanglah ya Roh konsep berita Injil diubah menjadi Social
Kudus-Perbaruilah Seluruh Ciptaan", di Gospel.127 Persidangan Uppsala tersebut
Canberra-Australia (1991), Sidang Raya sesungguhnya menjadi benih awal atas
VIII, dengan tema "Berbaliklah kepada terbukanya gereja terhadap agama-agama
Allah-Bersukacitalah di dalam lainnya diluar Kristen. Keterbukaan yang
Pengharapan", di Harare-Zimbabwe dimaksud bukan hanya sebatas relasi
(1999), Sidang Raya IX dengan tema "Ya kemasyarakatan, melainkan lebih men-
Allah, di dalam Anugerah-Mu,
Perbaruilah Dunia", di Porto Alegre- 125
Ibid.
Brasil (2006), dan yang terakhir adalah 126
Ibid.
Sidang Raya X dengan tema "Ya Allah 127
Roger Hedlund,“Document Seventeen, Section
Kehidupan, Pimpin Kami kepada II of the Uppasala Report”, Roots of the Great
Debate in Mission, (Bangalore: Theological
Book Trust, 1997), hlm. 243.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │99

dalam pada aspek dogmatika. Tentunya yang dianut oleh kelompok-kelompok


hal tersebut memberikan pengaruh pada etnis dalam masyarakat Indonesia129
konsep teologis mengenai misi dan Pada masa sekarang ini umat
hakekat gereja itu sendiri. Rumusan- beragama seringkali dihadapkan pada
rumusan dari hasil persidangan Uppsala tantangan yang seringkali melahirkan
telah menjadi pemicu dan pendorong benturan-benturan atau konflik di antara
untuk theologi religionum berkembang di mereka. Konflik horisontal yang paling
gereja-gereja di dunia dan juga di nyata di Indonesia; dan diduga berkaitan
Indonesia.128 dengan hal agama adalah konflik antar
Teologi Religionum di Indonesia umat beragama di Poso. Potensi pecah-
nya konflik antar pemeluk agama yang
Perkembangan gerakan Teologi dimaksudkan tersebut sangatlah besar.
Religionum di Indonesia tidak lepas dari Hal pertikaian dalam masyarakat
beberapa faktor yang mempengaruhinya. yang dimaksud harusnya dapat dengan
Pada saat konflik yang terjadi dibeberapa mudah dipahami oleh semua pihak.
daerah, sesungguhnya pemerintah dapat Menurut Samuel P. Huntington, unsur-
memanfaatkan kebersamaan sesama unsur pembatas objektif adalah bahasa,
masyarakat Indonesia yang berada dalam sejarah, agama, adat istiadat, dan
gejolak pluralitas. Dalam kerangka lembaga-lembaga. Unsur pembatas
Negara kesatuan dan Pancasila sebagai subjektifnya adalah identifikasi dari
dasarnya serta semangat tolerasi antar manusia. Perbedaan antar pembatas itu
umat Bergama; telah memberikan adalah nyata dan penting.130 Th.
kesempatan bagi tumbuhnya gerakan Sumartana mengatakan:” Tantangan ke-
teologi religionum di Indonesia. agamaan yang mendasar yang dihadapi
Sejak awal berdirinya, negara sekarang ini bisa kita ungkap dengan satu
republik Indonesia merupakan negara kata, yaitu pluralisme. Tidak ada maksud
dengan penduduk multi etnik dan multi untuk mengatakan bahwa pluralisme
kepercayaan atau agama. Berdasarkan merupa-kan satu-satunya tantangan akan
data statistik pada tahun 2010 menyebut- tetapi bila tantangan itu tidak diperhati-
kan bahwa setidaknya terdapat lebih dari kan dengan sungguh-sungguh, maka
300 kelompok etnik atau suku bangsa di agama-agama akan kehilangan persepsi
Indonesia, dan sesungguhnya Indonesia yang benar tentang dunia dan masyarakat
dikenal sebagai suatu sosok masyarakat sekarang. Pluralisme telah menjadi ciri
yang pluralistik yang memiliki banyak esensial dari dunia masyarakat sekarang.
kemajemukan dan keberagaman dalam Dunia telah menjadi satu dan menjadi
hal agama, tradisi, kesenian, ke- kampung kecil di mana umat manusia
budayaan, cara hidup dan pandangan nilai hidup bersama di dalamnya.131

129
Faisal Ismail, Islam Idealitas Ilahiyah dan
Realitas Insaniyah, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 1999), hlm. 193.
130
Samuel P. Huntington, “Benturan Antar
Peradaban, Masa Depan Politik Dunia?” dalam
128
Olaf Schumann, Dialog antar Umat Jurnal Ulumul Qur‟an, No. 5, Vol.IV Tahun 1993,
Beragama, Di manakah kita berada kini?, hlm. 12.
131
(Jakarta: LPS-DGI, 1980), hlm. 57. (lihat juga. Th. Sumartana, Theologia Religionum, dalam
Ioanes Rakhmat, Pluralitas Agama, Dialog dan Tim Balitbang PGI (Peny.), Meretas Jalan
Perspektif, hlm. 70.). Teologia Agama-Agama di Indonesia, hlm. 18.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │100

Kemajemukan masyarakat dalam terima begitu saja. Ada hal yang harus
suatu kelompok merupakan suatu hal dipikirkan lebih serius berkaitan dengan
yang nyata dan tak dapat diabaikan begitu perkembangan kekristenan di Indonesia.
saja. Itulah sebanya semua pihak Olaf H. Schumann, dalam buku
harusnya menerima kenyataan tersebut Menghadapi Tantangan Memperjuang-
sebagai sebuah keragaman yang indah. kan Kerukunan, mengatakan: “Konsep
Kenyataan akan keberagaman yang toleransi beragama relative baru dalam
dimaksud harusnya memberikan sejarah umat beragama. Oleh sebab itu,
pengetahuan akan keadaan masyarakat tidak mengherankan masalah ini masih
yang majemuk. Muhammad Imarah, sering diperdebatkan. Selain itu, tuntutat
dalam buku, Islam dan Pluralitas: terhadap toleransi beragama juga tidak
Perbedaan dan Kemajemukan dalam berasal dari pertimbangan-pertimbangan
Bingkai Persatuan, mengatakan: “Pada teologis maupun religious. Toleransi ber-
suatu sisi pluralistik dalam bangsa agama merupakan tuintutan yang di-
Indonesia bisa menjadi positif dan kedepankan ketika keseluruhan struktur
konstruktif tetapi di sisi lain juga bisa masyarakat berada dalam situasi kritis,
menjadi sebuah kekuatan yang negative kemudian berbagai teori dikembangkan
dan destruktif yang dapat berakibat pada untuk membangun sebuah masyarakat
disintegrasi bangsa. Kenyataannya baru, meninggalkan sistem sosial lama
sejarah masyarakat adalah multi-complex yang tradisional agar lebih bebas men-
yang mengandung religious pluralism. ciptakan masyarakat baru yang
Hal ini adalah realitas, karena itu mau modern.133 Hal toleransi umat bergama
tidak mau kita harus menyesuaikan diri, di Indonesia mendapat perhatian banyak
dengan mengakui adanya religious pihak, baik didalam maupun di luar
pluralism dalam masyarakat Indonesia.132 negeri. Dalam suatu sisi, Indonesia me-
Pernyataan Imarah tersebut hendak rupakan Negara berpenduduk Muslim
menghentakan pihak-pihak yang terkait terbesar di dunia, namun pada sisi yang
di dalamnya untuk mulai merenungkan lain, Indonesia bukanlah Negara agama.
sesuatu yang baik bagi bangsa ini. Isu Dengan demikian maka tumbuh subur
pluralisme di Indonesia memberi dampak agama-agama yang minoritas terus di-
yang negatif maupun positif. jamin.
Gerakan teologi religionum di
Indonesia baru dikenal dalam beberapa Keragaman Keagamaan di Indonesia
tahun terakhir ini. Gerakan ini merupa-
kan sebuah upaya dalam membangun Keragaman hidup beragam di
jembatan dialog antar umat beragama; Indonesia hingga kini terus terpelihara.
sebagaimana yang diupayakan semua Walaupun ada beberapa konflik agama
pihak di Indonesia. Toleransi yang terus yang terkobar di beberapa daerah namun
diupayakan untuk dikembangkan di hal itu tidak mengurangi perhatian
Indonesia akan sangat memberi manfaat pemerintah pada pola hidup rukun antar
bagi masyarakat Indonesia yang plural, agama. Keragaman agama inilah yang
namun bukan berarti hal tersebut di- memberikan tantangan bagi beberapa
teologi untuk mencoba membangun
132
Muhammad Imarah, Islam Dan Pluralitas:
133
Perbedaan Dan Kemajemukan Dalam Bingkai Olaf H. Schumann, Menghadapi Tantangan
Persatuan, (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. Memperjuangkan Kerukunan, (Jakarta: BPK.
11. Gunung Mulia, 2009), hlm. 42.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │101

hubungan antar agama yang lebih baik bicarakan hal agama dalam konteks
lagi. Hubungan yang lebih baik dalam humanistik maka setiap agama pasti me-
kehidupan beragama perlu dibangun ngajarkan kebaikan.
secara murni dan bertanggung jawab, Prinsip agama adalah mengatur
namun tetap dalam kerangka uniknya orang untuk hidup lebih baik. Sayangnya
suatu agama. Dialog antar agama dalam kekristenan, hal yang baik
diperlukan dalam hal ini. Dadang bukanlah ada pada diri manusia, melain-
Kahmad, dalam buku Sosiologi Agama, kan hanya ada pada Tuhan. Manusia
mengatakan: “Dialog antaragama itu yang sudah berdosa, tidak ada lagi
hanya bisa dimulai bila ada keterbukaan kebaikan dalam dirinya. Itulah sebabnya
sebuah agama terhadap agama lainnya. perbedaan paradigma Kristen dengan
Persoalannya mungkin baru muncul bila agama lain haruslah dipertimbangkan.
kemudian mulai dipersoalkan secara ter-
perinci apa yang dimaksud keterbukaan
itu, segi-segi mana dari suatu agama yang Gerakan Pluralisme Agama di
memungkinkan dirinya terbuka terhadap Indonesia
agama lain, pada tingkat mana
keterbukaan itu dapat dilaksanakan. Lalu, Sebagaimana yang sudah diuraikan
dalam modus bagaimana keterbukaan itu pada bagian sebelumnya tentang definisi
bisa dilakukan.134 Bagi Kahmad, dialog kata pluralisme, maka sedikit mem-
antar agama dapat terjadi apabila ada berikan gambaran ulang bahwa secara
keterbukaan suatu agama terhadap agama etimologis, asal kata pluralisme berasal
lainnya, dan hal itu hanya dapat terjadi dari kata bahasa Inggris, pluralism yang
jika perbedaan yang hakiki diantaranya berarti plural (beragam), jamak, atau
dihilangkan. Selama hal yang menjadi majemuk. Sedangkan secara ter-
penghalang terjadinya komunikasi dan minologis, pluralisme yaitu suatu
relasi antar agama tidak diminimalisasi pandangan atau paham yang memiliki
secara benar maka sulit bagi siapapun prinsip bahwa keanekaragaman itu jangan
untuk membangun hubungan yang menghalangi untuk bisa hidup ber-
dimaksud. Salah satu sikap yang diusul- dampingan secara damai dalam satu
kan untuk dikebangkan dalam hal masyarakat yang sama.136 Berangkat dari
tersebut adalah upaya untuk menghargai definisi pluralisme, maka pluralisme
kesamaan setiap agama. Lebih lanjut agama adalah “sebuah pandangan yang
dikatakan: “Bagi kami semua agama mendorong bahwa berbagai macam
mengajarkan kebaikan. Tidak ada agama agama yang ada dalam satu masyarakat
yang mengajarkan keburukan. Maka harus saling mendukung untuk bisa hidup
saya katakan bahwa semua itu sama secara damai.137
dalam arti semua agama menginginkan Banyak kalangan mengakui peran
kebaikan, mengajarkan keluhuran, cendekiawan muslim Nurcholish Madjid
mengajarkan kemanusiaan. Perbedaan sebagai pelopor masuknya pluralisme
ada, tetapi juga ada persamaan. Nah ini
yang tidak dilihat orang yang meng- 136
Mundzirin Yusuf, Islam dan Budaya Lokal,
haramkan pluralisme.135 Ketika mem- (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2000), hlm.30.
134 137
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Khadziq, Islam Budaya Lokal Memahami
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 174. Realitas Agama dalam Masyarakat, (Yogyakarta:
135
Ibid, hlm. 177. Penerbit Teras, 2009) hlm. 223.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │102

agama di Indonesia. Kehadiran dalam suatu masyarakat. Contohnya


pluralisme agama di Indonesia dengan adalah toleransi beragama, dimana
dalih mencegah dan meredam konflik penganut mayoritas dalam suatu
antar umat beragama terus menggema. masyarakat mengizinkan keberadaan
Sayangnya pluralisme agama bukanlah agama-agama lainnya. Kamus Umum
sekedar toleransi antar umat beragama Bahasa Indonesia menjelaskan toleransi
yang sering di suarakan oleh para dengan kelapangan dada; dalam arti suka
pendukung pluralisme agama. Pluralis- kepada siapapun, membiarkan orang
me agama adalah sebuah upaya untuk berpendapat atau berpendirian lain, tak
menuntut kesamaan dan kesetaraan mau mengganggu kebebasan berfikir dan
(equality) dalam segala hal antar agama. berkeyakinan lain.138 Dengan banyaknya
Dengan perkembangan yang ada, keyakinan yang diyakini umat manusia,
maka Fatwa Majelis Ulama Indonesia terkadang benturan diantara mereka
(MUI), berkaitan dengan plaralisme terjadi dan hal itu perlu ditekan
agama dikeluar-kan.Wacana pluralisme sedemikian rupa sehingga kedamaian
di tanah air tampak begitu ramai setelah dalam kehidupan umat manusia terus
MUI menerbitkan fatwa pada tahun 2005, terpelihara.
yang pada dasarnya meng-haramkan Istilah “Tolerance”139 atau yang di-
segama macam bentuk pluralism agama kenal sebagai “toleransi”, merupakan
di Indonesia. Bagi MUI, pluralisme istilah modern baik dari segi nama
agama melanggar kaidah Islam karena
persekutuan antara Islam dengan
kekafiran terjadi. Dengan keluarnya 138
W. J. S. Poerwodorminta, Kamus Umum
fatwa tersebut maka pendukung Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bina Ilmu, 1996),
pluralisme agama di Indonesia dipukul hlm. 4010.
139
dengan telak oleh fatwa MUI tersebut. Istilah toleransi memiliki sejarah tersendiri.
Namun demikian, fatwa terebut dianggap Pada tahun 1948, PBB Majelis Umum
mengadopsi Pasal 18 dari Deklarasi Universal
sepi oleh para tokoh pluralisme agama Hak Asasi Manusia, yang menyatakan: “Setiap
yang berasal dari berbagai agama di orang berhak atas kebebasan berpikir,
Indonesia. berkeyakinan dan beragama, hak ini termasuk
kebebasan berganti agama atau kepercayaan,
Budaya Toleransi di Indonesia dan kebebasan, baik sendiri atau dalam
komunitas dengan orang lain dan dalam praktek
umum atau pribadi, untuk memanifestasikan
Masyarakat Indoensia dikenal agama atau kepercayaan dalam pengajaran,
sebagai masyalarat yang menghargai ibadah dan ketaatan”. Meskipun tidak secara
perbedaan keyakinan dan memiliki sikap resmi mengikat secara hukum, deklarasi tersebut
toleransi yang tinggi diantara pemeluk telah diadopsi banyak konstitusi nasional sejak
1948. Hal ini juga berfungsi sebagai landasan
agama. Hal ini telah dikenal dan menjadi untuk semakin banyak perjanjian internasional
banyak rujukan dalam membicarakan hal dan hukum nasional dan lembaga internasional,
dialog antar umat beragama. regional, nasional dan sub-nasional untuk
Toleransi adalah istilah dalam melindungi dan mempromosikan hak asasi
konteks sosial, budaya dan agama yang manusia termasuk kebebasan beragama. Berbeda
dengan sebelumnya, pada tahun 1965, Gereja
berarti sikap dan perbuatan yang me- Katolik Roma Vatikan II Konsili mengeluarkan
larang adanya diskriminasi terhadap Dekrit Dignitatis Humanae yaitu Dekrit
kelompok-kelompok yang berbeda atau Kebebasan Beragama yang menyatakan bahwa
tidak dapat diterima oleh mayoritas semua orang memiliki hak untuk kebebasan
beragama.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │103

maupun kandungannya.140 Istilah ini mengatakan bahwa “toleransi adalah


pertama kali lahir di Barat, di bawah salah satu pondasi terpenting dalam
situasi dan kondisi politis, sosial dan demokrasi.”145 Ketika budaya toleransi
budayanya yang khas. Untuk diketahui diterapkan secara salah, maka hal-hal
bahwa kata: “toleransi” berasal dari yang berkaitan dengan esensial dalam
bahasa Latin, yaitu “tolerantia”, yang suatu agama akan terabaikan. Karena
artinya kelonggaran, kelembutan hati, semangat toleransi yang ada maka
keringanan dan kesabaran. Dari sini perlunya sikap segan dalam penyampaian
dapat dipahami bahwa toleransi merupa- iman seseorang terhadap mereka yang
kan sikap untuk memberikan hak beragama lain. Hal inilah yang meng-
sepenuhnya kepada orang lain agar me- halangi pertumbuhan gereja. Itulah
nyampaikan pendapatnya, sekalipun sebabnya hal ini mendapat perhatian
pendapatnya salah dan berbeda.141 Istilah khusus bagi mereka yang bergumul
toleransi dikenal dengan sangat baik di dengan teologi religionum.
dataran Eropa, terutama pada revolusi M. Nasir Tamara dan Elza Pelda
Perancis. Hal itu sangat terkait dengan Taher, dalam buku Agama dan Dialog
slogan kebebasan, persamaan dan per- Antar Peradaban, mengatakan:
saudaraan yang menjadi inti revolusi di “Selanjutnya, suatu dialog akan dapat
Perancis.142 Revolusi Perancis yang ber- mencapai hasil yang diharapkan apabila,
hasil meruntuhkan sistem monarki di paling tidak, memenuhi hal-hal berikut
negara itu dilakukan dengan semangat ini. adanya keterbukaan atau transparansi.
yang menjadi moto pergerakan ini, yaitu: Terbuka berarti mau mendengarkan
liberté (Kebebasan), égalité (Keadilan), semua pihak secara proporsional, adil
dan fraternité (Persaudaraan).143 Para dan setara. Dialog bukanlah tempat untuk
revolusioner dari Revolusi Perancis me- memenangkan suatu urusan atau perkara,
ngambil moto liberté, égalité, fraternité, juga bukan tempat untuk menyelundup-
yang untuk pertama kali dipakai sebagai kan berbagai “agenda yang tersembunyi”
moto resmi negara pada 1848, oleh yang tidak diketahui dengan partner
gubernur dari Republik Perancis yang dialog.146 Tamara dan Taher melihat
kemudian mengadopsinya sebagai moto bahwa dialog yang ada harus dilakukan
resmi negara pada 1880. Moto ini tertulis dengan baik jika ingin memperoleh hasil
pada konstitusi Perancis.144 yang diharapkan. Terkadang kegagalan
Istilah, liberté, égalité, fraternité; terjadi karena dialog yang dilakukan
mempunyai kedekatan etimologis dengan tidak memenuhi hal-hal yang diharapkan
istilah toleransi. Secara umum, istilah sebagaimana yang disebutkan diatas.
tersebut mengacu pada sikap terbuka, Dialog diperlukan untuk membangun
lapang dada, sukarela dan kelembutan. hubungan yang lebih baik dalam
Kevin Osborn dalam buku, Tolerance, kehidupan bermasyarakat, namun jika
dialog itu pada akhirnya mengorbankan
hal yang terpenting dalam kekristenan,
140
Anis Malik Thoha, hlm. 212.
141
Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi,
(Jakarta : Pustaka Oasis, 2007), hlm.161.
142 145
Ibid. Kevin Osborn, Tolerance, (New York: Inter-
143
https://id.wikipedia.org/wiki/Liberté_égalité_fr University, 1993), p.11.
146
aternité, Diakses pada hari Senin, tanggal 23 M. Nasir Tamara dan Elza Pelda Taher (ed.),
Maret 2018, pukul 10.15 WIB. Agama dan Dialog Antar Peradaban, (Jakarta:
144
Ibid. Yayasan Paramadina, 1996), hlm. 163
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │104

maka hal tersebut perlu dipertimbangkan mempertahankan diri dari setiap serangan
lagi. yang mengatasnamakan pluralisme.
Sayangnya hal tersebut bukannya
Perkembangan Pendidikan Agama dipertahankan untuk terus dikembangkan,
Kristen di Indonesia namun pada kenyataannya umat
pemimpin Gereja Katolik telah meng-
Kenyataan yang tidak disangkal ingkarinya melalu pernyataan resmi pada
adalah bahwa di Indonesia terdapat konsili Vatikan II (1962-1968). Selain
sejumlah aliran dan organisasi gereja. itu, perkembangan teologi religionum
Kesemuanya itu merupakan bentuk dari tidak lepas dari dua gerakan besar di
warna teologi yang berkembang dari Eropa, yaitu: Gerakan Renaisance dan
masa ke masa. Sekolah tinggi teologi Enlightenment. Semboyan Extra Yesum
yang ada di Indonesia, terbagi dalam Christum Nulla Salus merupakan sebuah
kelompok interdenominasional dan ketegasan atas doktrin Kristen, kini
kelompok denominasi. Sekolah tinggi mengalami distrosi.
teologi yang bernafaskan sekterian agak Jika Gereja Katlolik dengan Konsili
sulit mem-baur dengan komunitas Vatikan II, maka kalangan Kristen meng-
sekolah tinggi teologi lainnya. Padahal akomodasi pluralisme dan menghargai-
sebagai institusi pendidikan tinggi nya sebagai bagian dari kehidupan ber-
teologi, harusnya setiap sekolah tinggi masyarakat; dimana hal tersebut tertuang
teologi berperan aktif dalam upaya mem- dalam hasil Sidang Raya Dewan Gereja
bangun jembatan yang terbatasi oleh Sedunia di Upsala (1968). Sidang raya
tembok denominasional yang ada. tersebut lahirkanlah sebuah kesepakatan
Beberapa sekolah tinggi teologi mengenai agama-agama lain yang di-
mengalami kesulitan dalam upaya anggap memiliki kesetaraan dengan
membangun komunikasi dengan sekolah kekristenan. Dengan demikian maka
tinggi teologi lainnya; berkaitan dengan agama-agama lainpun mengandung
paham denominasi masing-masing. kebenaran dan agama Kristen tidak bisa
Dengan persoalan internal ini, maka sulit menyatakan dirinya sebagai satu-satunya
bagi setiap sekolah tinggi teologi untuk agama yang paling benar.
masuk dalam kajian teologi religionum. Selain itu juga berkembang dengan
Walaupun ada beberapa sekolah tinggi apa yang dikenal sebagai teologi
yang telah membuka dan bahkan komparatif147 yaitu suatu usaha untuk
menembangkan bidang kajian teologi memahami arti, makna dan sumbangan
agama-agama, namun hingga kini masih iman kristiani dalam konteks ke-
belum mencapai hasil yang diharapkan. beragaman iman dengan menelitinya
Diskusi-diskusi mengenai teologi agama- secara seksama dalam terang ajaran-
agama di sejumlah tempat masih belum ajaran tradisi agama yang lain.
berdampak. Berteologi dalam konteks perbandingan
Adagium Extra Yesum Christum berarti orang-orang kristiani menganggap
Nulla Salus yang oleh sebagian orang kebenaran-kebenaran sebagaimana di-
meng-anggapnya sebagai sebuah per- yakini oleh penganut agama lain sebagai
nyataan eksklusif agama Kristen; harus- sumber untuk memahami iman kristiani
nya mendapat tempat untuk menjadi
147
bahan kajian di sekolah-sekolah tinggi https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi
teologi di Indonesia. Hal ini perlu untuk _komparatif, Diakses pada hari Senin, tanggal 23
Februari 2013, pukul 11.10 WIB.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │105

mereka sendiri. Jelaslah bahwa tujuan perlukan upaya untuk mempelajari lebih
teologi komparatif adalah membantu lanjut apa yang dinyatakan teologi
orang-orang kristiani untuk sampai pada komparatif mengeni persahabatan. Pada
pengertian yang lebih mendalam tentang kenyataannya, teologi komparatif me-
tradisi iman mereka. rupakan “pendekatan baru terhadap
Teologi komparatif adalah teologi pluralitas iman.”150 dapat bekerja melalui
yang bertugas menginterpretasikan secara dan dalam semangat persahabatan.
teliti tradisi kristiani dalam perjumpaan Seorang teolog yang mendukung
dengan teks-teks dan simbol-simbol dari gerakan tersebut diatas adalah teolog,
agama-agama non Kristiani.148 Y.B. teologi komparatif yang bermukim di
Prasetyanta mengutip pendapat John Jepang, James L. Fredericks. Ia tinggal
Renard dalam menjelaskan metodologi di Jepang dan berusaha untuk menjadi
atau pendekatan dalam teologi komparatif seorang ahli dalam ajaran-ajaran dan
berikut ini yaitu: 1) Perkembang an inter praksis agama Buddha. Fredericks ber-
dan intra, 2) Inkulturasi dan konflik, 3) usaha menunjukkan bagaimana teologi
inter-tekstual, 4) pertukaran literatur dan komparatif secara wajar mengarah pada
artistik, 5) fenomenologis atau tematis, 6) teologi dialogis. Itulah sebabnya Paul F.
hermeneutik intertekstual dan 7) Knitter dengan jelas memberikan
perbandingan dalam metodologi dan komentar atas apa yang dilakukan teolog
struktur.149 Teologi komparatif mencoba ini sebagai berikut: “Dari pengalamannya
untuk sampai pada kebenaran kristiani [Fredericks] sendiri, ia menggambarkan
dengan menggunakan sumber dan acuan bagaimana proses melakukan teologi
teologis yang semakin luas, termasuk komparatif ini mengarahkan umat
unsur-unsur non kristiani, tetapi tanpa Kristiani bukan hanya untuk meng-hayati
mengklaim diri mengetahui lebih banyak lebih dalam berbagai ajaran agama lain,
tentang penganut-penganut agama lain tetapi juga membangun persahabatan
daripada para penganut agama itu dengan umat beragama lain.”151 Menurut
mengenal diri mereka sendiri. Knitter, karena persahabatan dan kasih
Perlu dipahami bahwa dalam yang muncul dari ranah teologi
rangka berteologi secara baik, benar dan komparatif, umat Kristiani bersedia
bertanggung jawab. Hal tersebut ber- merangkul rekan-rekan beragama lain
kaitan dengan konsistensi berteologi bukan hanya untuk belajar dari mereka,
dalam diri seseorang. Beberapa teologi tapi juga berbagi dengan memperkaya
telah gagal dalam hal mengembangkan mereka.
pola disuksi teologi yang lebih berkenan Dengan demikian maka peran
dihadapan Allah. Itulah sebabnya di- sekolah sekolah tinggi teologi di
Indonesia dalam menghadapi pengajaran
148
Lihat James L. Fredericks, „A Universal teologi religionum sangatlah perlu. Selain
Religious Experience? Comparative Theology as
an Alternative to a Theology of Religions,”
150
Horizons 22:1 (1995):68, sebagaimana dikutip Y.B. Prasetyantha menuliskan teologi
oleh Y.B. Prasetyanta ,“Teologi Komparatif: komparatif ini sebagai “pendekatan baru terhadap
Pendekatan Baru Terhadap Pluralitas Iman”, pluralitas iman”. Lihat: “Teologi Komparatif:
Diskursus vol. 6 no. 2 Oktober (2007), hlm. 198. Pendekatan Baru terhadap Pluralitas Iman,”
149
Y. B. Prasetyanta, Y.B., “Teologi Komparatif: dalam jurnal Diskursus, Vol. 6, No. 2, Oktober,
Pendekatan Baru Terhadap Pluralitas Iman”, 2007, h. 195-208.
151
Diskursus vol. 6 no. 2 Oktober 2007, hlm. 201- Paul F. Knitter, Pengantar Teologi Agama-
202. agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 248.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │106

memberikan jawaban atas pergumulan perintah yang mendewasakan pada


teologi religionum dalam menjawab murid”.152
kebutuhan yang mendasar umat manusia, Penjelasan Graedorf tersebut cukup
yaitu soteriologi, maka perlu me-mahami jelas untuk menyatakan ciri khas
dengan baik tentang teologi religionum pendidikan Kristen sehingga diluar itu
dan memberikan tempat yang lapang akan sulit diterima. Selanjutnya men-
guna mendiskusikannya. dukung pemahaman Graedorf; seorang
Teologi Religionum harus berpijak ahli pendidikan Kristen, E. G.
pada kebenaran Kristen yang menjadi Homrighausen mengatakan bahwa:
berkat bagi agama-agama lainnya, dan “Pendidikan Agama Kristen berpangkal
bukannya menjadi bagian dari kesesatan pada persekutuan umat Tuhan. Dalam
yang sudah ada turun-temurun, dan perjanjian lama pada hakekatnya dasar-
teologi religionum merupakan sebuah dasar terdapat pada sejarah suci
gerakan yang memiliki pengalaman purbakala, bahwa Pendidikan Agama
sejarah dari masa ke masa; berkaitan Kristen itu mulai sejak terpanggilnya
dengan upaya menjembatani hubungan Abraham menjadi nenek moyang umat
yang harmonis antar agama. pilihan Tuhan, bahkan bertumpu pada
Allah sendiri karena Allah menjadi
peserta didik bagi umat-Nya”153
Sikap Keimanan PAK dalam Berkaitan dengan PAK maka
Perkembangan Teologi Religionum kehadiran teologi religionum menjadi
dilematika tersendiri dalam pelaksanaan-
Pendidikan Agama Kristen (PAK) nya. Itulah sebabnya tanpa mengurangi
tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan rasa penghargaan atas keyakinan orang
orang percaya; didalamnya nyata akan lain, maka PAK harus menentukan sikap.
pribadi Kristus sebagai titik sentral dan Dalam PAK, tuntutan pengakuan mutlak
Alkitab sebagai dasarnya. Hal ini bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan
dianggap cukup untuk menegaskan Juruselamat umat manusia; tidak bisa
bahwa ke-kristenan memiliki dogmatika ditawar lagi. Finalitas Yesus Kristus
tersendiri dan tentunya berbeda dengan sebagai Tuhan dan Juruselamat umat
agama lainnya. Paulus L. Kristanto manusia merupakan keputusan mutlak
mengutip pendepat Warner C. Graedorf yang didasarkan pada kebenaran wahyu
yang menyatakan bahwa Pendidikan Allah. Apapun alasan yang dipergunakan
Agama Kristen adalah “Proses dalam membangun jembatan komunikasi
pengajaran dan pembelajaran yang dengan sesama pemeluk agama; PAK
berdasarkan Alkitab, berpusat pada memberikan sikap yang jelas berkaitan
Kristus, dan bergantung kepada Roh dengan posisi keimanan orang percaya.
Kudus, yang membimbing setiap pribadi Jadi hubungan dengan sesama pemeluk
pada semua tingkat pertumbuhan melalui agama wajib dijaga dalam konteks fakta
pengajaran masa kini ke arah pengenalan kemajemukan dalam masyarakat, namun
dan pengalaman rencana dan kehendak
Allah melalui Kristus dalam setiap aspek 152
Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktek
kehidupan, dan melengkapi mereka bagi PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan
pelayanan yang efektif, yang berpusat PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga
pada Kristus sang Guru Agung dan Kristen, (Yogyakarta : Andi Offset ), 4.
153
E.G.Homrighausen, Pendidikan Agama
Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), l12
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │107

keyakinan iman kepada Kristus tidak bisa bahkan Pluralisme agama telah mencatat
diabaikan begitu saja. sejarah yang penting dalam upaya
membangun teologi religionum baik
secara global maupun nasional. Dalam
Kesimpulan konteks Indonesia, upaya memperkenal-
kan teologi religionum gencar dilakukan
Teologi Religionum dipandang sejumlah tokoh yang pro pluralisme.
sebagai salah satu solusi dalam upaya Walaupun ada tantangan yang secara
tulus untuk mempertahankan kerukunan terbuka namun semangat membangun
antar umat bergama. Hal itu memungkin- teologi religionum terus berjalan dengan
kan karena keyakinan teologi religionum baik hingga saat ini.
dipandang sebagai upaya membangun
jembatan komunikasi diantara umat ber-
agama. Teologi religionum muncul
karena pada kenyataan-nya, hal Daftar Pustaka
kemajemukan dalam masyarakat yang
terus berkembang dari masa ke masa, dan Abineno. J.L. Ch., Oikumene dan
perkembangan pluralistik ini sesungguh- Gerakan Oikumene, Jakarta: BPK
nya membutuhkan metodologi yang Gunung Mulia,1984.
cocok dalam upaya membangun Adiprasetya. Joas, Mencari Dasar
hubungan kemasyarakatan yang lebih Bersama, Jakarta: BPK. Gunung
baik, dan pola pendekatan yang tepat Mulia, 2009.
untuk menjembatani kemajemukan Al-Fandi. Haryanto, Desain
tersebut akan memberi dampak yang baik Pembelajaran yang Demokratis &
pula dalam kehidupan beragama. Humanis, Yogyakarta: Penerbit Ar-
Alan Race memperkenalkan Ruzz Media, 2011.
Tipologi Tripolar sebagai upaya dalam Ali. Syari‟ati, Humanisme: antara Islam
memetakan beragam pendekatan para dan Mazhab Barat, terj. Afif
teolog agama-agama, termasuk teolog Muhammad, cet. 2, Bandung:
Kristen didalamnya. Pemetaan ini di- Pustaka Hidayah, 1996.
dasarkan pada kesamaan dan perbedaan Amstrong. Karen, Sejarah Tuhan.
cara pandang mereka terhadap agama- Bandung: PT. Mizan Pustaka,
agama dengan upaya membangun 2012.
hubungan dan komunikasi antar agama. Bellah. N. Robert, Religi Religi
Tipologi Tripolar dianggap mampu mem- Tokugawa Akar-Akar Budaya
berikan kontribusi yang signifikan bagi Jepang, Jakarta: Gramedia, 1992.
upaya membangun hubungan antar Bagus. Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta:
agama-agama. Dari sinilah upaya dialog PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
bisa terbangun ketika truth claim atau Berger. L. Peter, Langit Suci Agama
klaim kebenaran pada setiap agama yang Sebagai Realitas Sosial, Jakarta:
diyakini para pemeluknya perlu diredam Penerbit LP3ES, 1991.
karena memandang agamanya lebih Berkhof. Louis, Teologi Sistematika Jilid
superior atas agama lainnya merupakan 4: Doktrin Keselamatan, Jakarta:
penghalang bagi upaya dialog. Lembaga Reformed Injili
Beberapa momentum seperti: Indonesia, 1997.
Teologi Liberal, Gerakan Oikmene dan
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │108

Byrne. Peter Prolegomena to Religious Persatuan, Jakarta: Gema Insani,


Pluralism, London: Macmillan 1999.
Press, 1995. Ismail. Faisal, Islam Idealitas Ilahiyah
Chadwick. Owen, The Secularization of dan Realitas Insaniyah,
the European Mind in the Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
Nineteenth Century, New York: 1999.
Cambridge University Press, 1975. Jadra. M., Pluralisme Baru dan Cinta
De Jonge. Christian, Menuju Keesaan Kebangsaan, Bandung: Penerbit
Gereja: Sejarah, Dokumen- Mizan, 1991.
dokumen dan Tema-tema Gerakan Jura. J. Demsy, Epistemologi Kristen,
Oikoumene, Jakarta: BPK Gunung Jakarta: Departemen Literatur
Mulia, 2000. GKKI, 2014.
Djaelani. Abdul Qadir, Sekitar Pemikiran Kahmad. Dadang, Sosiologi Agama,
Politik Islam, Jakarta: Media Bandung: Remaja Rosdakarya,
Da‟wah, 1994. 2006.
Durkheim. Emile, Sejarah Agama: The Khadziq, Islam Budaya Lokal Memahami
Elementary Form Of Religious life, Realitas Agama dalam Masyarakat,
Yogyakarta: Isrcisod, 2001. Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009.
Eliade. Mircea (ed), The Encylopedia of Knitter. F. Paul, Satu Bumi Banyak
Religion, New York: Collier Agama; Diolog Multi-Agama dan
Macmillan Publishers, 1987. Tanggung Jawab Global, terj.
Grose. B. Geogre, dan Benjamin J. Nico A. Likumahua, Jakarta: BPK.
Hubbard (ed.), Tiga Agama Satu Gunung Mulia, 2008.
Tuhan: Sebuah Dialog, Terj. Santi Knitter. F. Paul, No Other Name?, New
Indra Astuti, Bandung: Mizan, York: Orbis Books, 1985.
1998. Knitter. F. Paul, Pengantar Teologi
Gulley. Norman, Christ is Coming, New Agama-agama, Yogyakarta:
York: Review and Herald Kanisius, 2008.
Publishing Association, tt. Kristanto. Paulus Lilik, Prinsip dan
Haddad. Yvonne and Wadi Haddad, Praktek PAK Penuntun bagi
Christian-Muslim Encounters, Mahasiswa Teologi dan PAK,
Florida: University Press of Pelayan Gereja, Guru Agama dan
Florida, 1995. keluarga Kristen, Yogyakarta: Andi
Hick, John, Problems of Religious Offset, 2001.
Pluralism, New York: St. Martin Kobong. Th., Pluralisme dan Pruralisme,
Press, 1985. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2003.
Hick, John dan Paul F. Knitter, Mitos Lane Tony Lane, Runtut Pijar, Jakarta:
Keunikan Agama Kristen, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1996.
BPK Gunung Mulia, 2001. Lewis. Bernard, What Went Wrong?:
Homrighausen. E. G., Pendidikan Western Impact and Middle
Agama Kristen, Jakarta: BPK Eastern Response, London:
Gunung Mulia, 1985. Phoenix, 2002.
Imarah. Muhammad, Islam Dan Lumintang. I. Stevri, Theologia Abu-abu,
Pluralitas: Perbedaan Dan Malang: Penerbit Gandum Mas,
Kemajemukan Dalam Bingkai 2004.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │109

Misrawi. Zuhairi, Al-Qur’an Kitab Sartre. Jean Paul, Eksistensialisme dan


Toleransi, Jakarta : Pustaka Oasis, Humanisme, terj. Yudhi Murtanto,
2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Munawar. Budhy dan Rahman, Islam Schumann. H. Olaf, Menghadapi
Pluralis, Jakarta: Raja Grafindo Tantangan Memperjuangkan
Persada, 2004. Kerukunan, Jakarta: BPK. Gunung
Newman. M. Barclay, A Consice Greek- Mulia, 2009.
English Dictionary of the New Scruton. Roger, Sejarah Singkat Filsafat
Testament, Stuttgart: Deutsche Modern: dari Descartes sampai
Bibelgesellschaft, tt. Wittgenstein, terj. Zainal Arifin
Newbigin. Lesslie, Injil Dalam Tandjung, Jakarta: Pantja Simpati,
Masyarakat Majemuk, Jakarta: 1984.
BPK Gunung Mulia, 2000. Shank. Andres, Civil Religion, Civil
O‟Collins. Gerald dan Edward G. Society, Oxford: Blackweel
Farrugia, Kamus Teologi, Publisher Ltd , 1999.
Yogyakarta, Penerbit Kanisius, Soetarman, Weinata Sairin, dan Ioanes
1996. Rakhmat, Fundamentalisme,
Osborn. Kevin, Tolerance, New York: Agama-Agama Dan Teknologi,
Inter-University, 1993. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Oxford Advanced Learner‟s Dictionary, Sudiarjo, Dialog Intra Religious,
New York: Oxford University Yogyakarta: Kanisus, 1994.
Press, 1995. Sugono. Dendy (ed.), Kamus Bahasa
Poerwodorminta. W. J. S., Kamus Umum Besar Indonesia, Jakarta:
Bahasa Indonesia, Jakarta: Bina Gramedia; 2008.
Ilmu, 1996. Sumartana. Th. Meretas Jalan Teologia
Procter. Paul (ed), Longman Dictionary Agama-Agama di Indonesia,
Of Contemporary English, Beirut: Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2007.
Librairie Du Liban, 1990. Sumartana. Th., Dialog, Kritik dan
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Identitas Agama, Jakarta: BPK.
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Gunung Mulia, 1996.
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Sumartana. Th., "Theologia
1999. Religionum". Di dalam Meretas
Qodir. Zuly, Islam Syariah vis-à-vis Jalan Teologi Agama-Agama di
Negara, Yogyakarta: Pustaka Indonesia. Tim Balitbang PGI
Pelajar, 2007. (eds.). Jakarta: BPK Gunung
Riderbos. Herman, Paulus: Pemikiran Mulia, 2007.
Utama Teologinya, Surabaya: Supriatno, Merentang Sejarah Memaknai
Penerbit Momentum, 2010. Kemandirian, Jakarta:BPK.
Riyanto E. Armada, Dialog Interreligius, Gunung Mulia, 2009.
Yogyakarta: Kanisius, 2010. Suryanegara. Linda Sejarah Pemikiran
Romly. A.M, Fungsi Agama Bagi Renaissance, Jakarta: Penerbit
Manusia : Suatu Pendekatan Literatur GKKI, 2011.
Filsafat, Jakarta: Bina Rena Tamara. M. Nasir dan Elza Pelda Taher
Pariwara, 1999. (ed.), Agama dan Dialog Antar
Peradaban, Jakarta: Yayasan
Paramadina, 1996.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 1 Maret 2018 │110

Titaley. John, Menuju Teologi Agama- https://de.wikipedia.org/wiki/


Agama Yang Kontekstual: Pidato Beantwortung_der_Frage:_Was_ist
Pengukuhan Guru Besar Ilmu _Aufklärung?, Diakses pada hari
Teologi di UKSW, Salatiga: Senin, tanggal 16 Februari 2018,
Fakultas Teologi UKSW, tt. pukul 11.10 WIB.
Thoha. Anis Malik, Tren Pluralisme https://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Ger
Agama: Tinjauan Kritis, Jakarta: eja-gereja_se-Dunia, Diakses pada
Perspektif Kelompok Gema Insani, hari Senin, tanggal 23 Maret 2018,
2005. pukul 10.15 WIB.
Tjahjadi. L. Simon Petrus, Petualangan https://id.wikipedia.org/wiki/Liberté_égal
Intelektual. Yogyakarta: Kanisius, ité_fraternité, Diakses pada hari
2004 Senin, tanggal 23 Maret 2018,
Wahyuninto. Liza dan Abd. Qadir pukul 10.15 WIB.
Muslim, Memburu Akar https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi_ko
Pluralisme Agama. Malang: mparatif, Diakses pada hari Senin,
Universitas Islam Negeri-Maliki tanggal 23 Februari 2013, pukul
Press: Malang. 2010. 11.10 WIB.
Wirawan. H. Daniel, Mengenal
Universalisme Kristen, Jakarta:
Departemen Literatur GKKI, 2009.
Wright. D. F., “Theology,” New
Dictionary of Theology, ed. by
Sinclair B. Ferguson Leicester:
Inter-Varsity Press, 1994.
Yusuf. Mundzirin, Islam dan Budaya
Lokal, Yogyakarta: Pokja
Akademik Universita Islam Negeri
Sunan Kalijaga, 2000.

https://id.wikipedia.org/wiki/Universalis
me, Diakses pada hari Senin,
tanggal 16 Februari 2018, pukul.
20.30.
http://www.pgi.or.id/index.php/agenda-
pgi/item/66-bulan-oikoumene-
2013. Diakses pada hari Rabu,
tanggal 12 Februari 2018, pukul
20.45 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Konsili_Vat
ikan_II, diakses pada hari Rabu,
tanggal 12 Desember 2013, pukul
21.35 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Nostra_Aeta
te, Diakses pada hari Senin, tanggal
16 Desember 2013, pukul 11.10
WIB.

Anda mungkin juga menyukai