Anda di halaman 1dari 15

S Volume 1, No 1, Juni 2018 (47-61)

KAIROS ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print)


Jurnal Teologi Lutheran http://ejournal.sttgkli.ac.id/index.php/kairos

Pembenaran Karena Iman Menurut Teologi Luther

Henriwati Siregar
Sekolah Tinggi Theologi GKLI Sihabonghabong
henriwati_siregar@yahoo.com

Abstract: The understanding of Justification by faith is ambiguous among the Lutheran church
congregation to this day. Theoretically, the congregation accepts that only by the human faith
is justified by God. But in the practice of everyday life is not the case. Some congregations still
assume, that if he does good, such as giving a lot of offerings or doing other good things, then
by itself God will be generous to him. Not only the church, but most church workers also think
so, so it is not uncommon in the delivery of preaching to focus on the action of the gospel is the
love of God in Jesus Christ. This problem is often a debate among God's servants. This study
uses descriptive qualitative methods by analyzing Bible verses that suggest justification.
Qualitative research is conducted to find the meaning of justification by faith in the view of
Luther's Theology through the support of literature. The one discussed in this article is about
the saving Faith and then what is the result of the justification. Besides that in this article will
also be discussed about good deeds not as a condition to obtain salvation but as the fruit of
justification.

Key Words: justification; faith; Luther theology; salvation

Abstrak: Pemahaman tentang Pembenaran karena iman merupakan hal yang rancu di antara
jemaat gereja yang beraliran Lutheran sampai saat ini. Secara teori, jemaat menerima bahwa
hanya oleh iman manusia dibenarkan oleh Allah. Namun pada praktek kehidupan sehari-hari
tidaklah demikian. Sebagian jemaat masih berasumsi, bahwa jika dia berbuat baik, seperti
memberi banyak persembahan atau melakukan hal baik lainnya, maka dengan sendirinya Allah
akan bermurah hati kepadanya. Bukan hanya jemaat, tetapi sebagian besar pengerja gereja juga
beranggapan demikian, sehingga tidak jarang dalam penyampaian khotbah lebih
menitikberatkan pada perbuatan dari pada Injil yaitu kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus.
Masalah ini acap kali menjadi perdebatan di kalangan hamba-hamba Tuhan. Kajian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisis ayat-ayat Alkitab yang
mengemukakan tentang pembenaran. Penelitian kualitatif dilakukan untuk menemukan makna
pembenaran karena iman dalam pandangan Teologi Luther melalui dukungan literatur. Adapun
yang dibahas dalam artikel ini adalah mengenai Iman yang menyelamatkan dan selanjutnya
bagaimana hasil daripada pembenaran itu. Dalam artikel ini juga akan dibahas mengenai
perbuatan baik bukan sebagai syarat untuk memperoleh keselamatan melainkan sebagai buah
dari pembenaran.

Kata Kunci: pembenaran; iman; teologi Luther; keselamatan

Article History
Submitted: Juni 2018 -- Revised: Juni 2018 -- Published: Juni 2018

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 47


Pembenaran Karena Iman Menurut Teologi Luther – Henriwati Siregar

PENDAHULUAN
Satu hal pokok yang ditentang Martin Luther pada saat Reformasi adalah
masalah keselamatan. Dimana pada saat itu, Luther telah melihat banyak penyimpangan
yang terjadi di tubuh gereja Katolik. Salah satu di antaranya adalah Penjualan Surat
Penghapus Dosa (Indulgensia) pada masa pemerintahan Paus Leo X. Hal ini dilakukan
untuk pembangunan gedung gereja Rasul Petrus di Roma. Selain itu hasil penjualan
surat Indulgensia itu diperuntukkan untuk membeli keuskupan agung baru dari Paus
untuk pangeran Albertus1. Mereka mengatakan bahwa pada saat mata uang berdering di
peti, jiwa akan melompat dari api penyucian ke surga.2 Dengan kata lain bahwa gereja
pada saat itu mengajarkan bahwa keselamatan dapat dibeli dengan uang. Ada upaya dari
manusia berdosa untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Hal ini tentunya menyangkal
kebenaran Firman Tuhan sebagaimana telah Luther pelajari sebelumnya.
Didorong oleh rasa keraguan akan keselamatannya, Luther yang juga seorang
mahaguru di Universitas Wittenberg pada masa itu telah banyak melakukan penafisan
Alkitab khususnya Roma 1:16-173. Melalui nats ini Luther disadarkan bahwa
sesungguhnya keselamatan itu murni anugerah Tuhan semata. Kebenaran Allah adalah
rahmat Allah dan sikap Allah terhadap orang-orang berdosa yang membenarkan
manusia berdosa.

Pembenaran
Kata “pembenaran” tentunya tidak terlepas dari anugerah atau kasih karunia
Allah. Karena yang dimaksud dengan “pembenaran” di sini adalah perbuatan Allah
untuk membenarkan manusia, sekalipun secara hakekatnya status manusia tetap
berdosa. Anugerah yang dalam bahasa Yunani adalah berarti sesuatu yang baik
yang dilakukan tanpa menuntut jasa. Sebagaimana Firman Tuhan mengatakan bahwa
Maut adalah bentuk konsekwensi akibat dari kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa
(bnd. Roma 6:23). Tetapi Allah yang maha kasih memberikan AnakNya yang tunggal
yaitu Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia dari kematian. Karya keselamatan
oleh Yesus Kristus telah digenapi di kayu salib sehingga manusia dibenarkan oleh

1
Tony Lane, Runtut Pijar – Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990),
131.
2
F.D. Wallen, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996), 171.
3
Ibid., 170

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 48


KAIROS: Jurnal Teologi Lutheran; Volume 1, Nomor 1 (Juni 2018)

Allah. Itu bukan hasil usaha manusia tetapi anugerah (kasih karunia) Tuhan semata
(bnd. Ef. 2:8). Yesus yang tidak berdosa telah dibuatnya menjadi dosa karena
pelanggaran manusia, sehingga manusia yang berdosa telah dinyatakan benar oleh Allah
dan pembenaran itu adalah anugerah dari Allah yang diberikan secara cuma-cuma.
Kata pembenaran sendiri dalam Perjanjian Baru menggunakan dua kata, yakni
dan  Kata aletheia) yang dalam bahasa Latin disebut
“veritas” artinya kebenaran. Namun kata ini merujuk kepada arti jujur, tidak bohong,
tidak dusta (bnd. Yoh. 14:6 ; 17:17 ; 18:37)4. Sedangkan dikaiosune
dalam bahasa Latin disebut “iustitia” yaitu kebenaran dalam arti tidak bersalah,
keadilan, kelurusan. Kata yang berasal dari kata ini juga dipakai dalam bidang
kehakiman, yang berarti membebaskan dari tuntutan, menyatakan benar atau tidak
bersalah (bnd. Roma 8:33).5 Dari kedua kata ini yang dimaksud dengan Pembenaran
sesuai judul adalah kata dimana orang-orang berdosa dipanggil
menghadap Allah sebagai Hakim, tetapi Hakim itu membebaskan manusia sebagai
orang yang tidak bersalah melainkan orang sudah dibenarkan di dalam Yesus Kristus.
Werren W. Wiersbe mengatakan bahwa pembenaran adalah tindakan Allah
untuk membenarkan orang-orang berdosa di dalam Kristus Yesus berdasarkan karya
penyelamatanNya di kayu salib. Jadi bukanlah karena kita berbuat yang baik,
melakukan amal supaya memperoleh pembenaran tetapi karena kasih Kristus saja.6
Jadi yang dimaksud dengan pembenaran adalah pembenaran yang bukan
diperoleh karena perbuatan amal baik atau hal-hal tradisi, melakukan Hukum Taurat,
puasa, askese atau semacamnya melainkan yang diperoleh dari Allah. Allah sendiri
yang memberikan pembenaran itu melalui karya keselamatan oleh AnakNya Yesus
Kristus yang telah mati di kayu salib, sehingga setiap orang yang percaya kepadaNya
dibenarkan dan sungguh benar.

Iman
Iman mempunyai hubungan yang erat dengan pembenaran. Dalam Roma 4:16,
Paulus mengatakan bahwa kebenaran itu haruslah berdasarkan iman. Kebenaran yang

4
C. C. Van Niftrik dan B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993),
481.
5
D. F. Walker, Kamus Singkat Yunani – Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 13.
6
Waren Wiersbe, Benar Di Dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1989), 442.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 49


Pembenaran Karena Iman Menurut Teologi Luther – Henriwati Siregar

tidak berdasarkan iman bukanlah kebenaran yang dikehendaki Allah, sebab


sesungguhnya semua orang tidak ada yang benar di mata Tuhan (bnd. Roma 3:23).
Dalam Perjanjian Lama, iman berasal dari bahasa Ibrani !m'a' “aman” yang
berarti memegang teguh. Kata ini juga dapat diterjemahkan dengan “firmness” yang
artinya keteguhan atau kekokohan.7 Dari akar kata !ma - aman melahirkan dua buah
kata benda yakni !Wma, - emun yang terdapat sebanyak 103 kali dalam Alkitab dan kata
hn}Wma, - emuna sebanyak 47 kali. Kedua istilah ini diterjemahkan dengan
firmness (keteguhan, kekokohan, ketabahan) dan faithfullness (kesetiaan)8. Karl
Feyerbend menerangkan kedua kata benda itu dengan kejujuran, kepercayaan, kesetiaan
dan keteguhan hati.9 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkataan “iman” atau
“aman” dalam Perjanjian Lama senantiasa menunjukkan sikap , respons seseorang
terhadap Allah dan firmanNya. Sikap demikian ditandai oleh kesetiaan dan
kesungguhan, baik secara akal maupun keseluruhan eksistensi kehidupan manusia.
Perjanjian Lama menempatkan iman itu dalam kepatuhan yang sungguh-sungguh
terhadap Hukum Taurat. Sebab Hukum Taurat dipandang sebagai kuasa yang tertinggi
untuk menentukan norma-norma (ukuran kebaikan) karena itu adalah pemberian Allah
yang tertinggi bagi manusia.
Dalam Perjanjian Baru istilah yang dipakai untuk iman adalah - pistis.
Kata ini berasal dari pisteuoo yang berarti saya percaya. 10
Kata kerja ini
dipergunakan dalam dua bentuk. Pertama dalam bentuk kata kerja transitif evpi,steuen -
episteuen yang dalam bahasa Indonesia diartikan “mempercayakan” (bnd. Yoh. 2:24).
Yang kedua dalam bentuk intransitif yang dalam bahasa Inggris diartikan “to give
credence in” – mempunyai keyakinan akan/dalam …”. Istilah “to give credence to”
dapat diartikan dengan “to believe” (percaya terhadap sesuatu yang belum dilihat).
Istilah pistis atau dipergunakan sebanyak 240 kali dalam Perjanjian
Baru. Tekanan atas iman diletakkan pada karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus
Kristus. Perjanjian Baru memberitakan bahwa karya penyelamatan itu dilaksanakan

7
F. C. Grant dan H.H. Rowley, Dictionary Of The Bible, edisi II (Original Editor; James Hasting)
dan T. Clark – Charles Scribner’s Soons, 288.
8
G. A. Butrik, Interpereter’s Dictionary Of The Bible (New York: Abandon Press, 1986), 222.
9
Karl Feyerbend, Langenscherdt’s Pocket Hebrew Dictionary (Mineapolis: Langens Cheidt
Hodder and Stonghton, 1998), 20.
10
Walker, Kamus Singkat Yunani – Indonesia, 41.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 50


KAIROS: Jurnal Teologi Lutheran; Volume 1, Nomor 1 (Juni 2018)

Yesus mulai sejak lahirNya sampai kepada kenaikan ke sorga. Jadi iman berperan
sebagai sentral atau dasar kepercayaan dan pengharapan.
Firman Tuhan dalam Roma 10:17 mengatakan; Jadi, iman timbul dari
pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus”. Hal ini menunjukkan bahwa iman
itu adalah pemberian Allah melalui pembacaan dan penerimaan dengan sungguh-
sungguh oleh manusia. Dan melalui iman, hidup manusia diperbaharui untuk
melakukan perbuatan yang berkenan kepada Allah.

METODE
Metode yang digunakan untuk mengkaji pembenaran karena iman dalam teologi
Luther ini adalah deskriptif kualitatif. Kajian mendeskripsikan dan menganalisa fakta-
fakta dalam gereja mengenai permasalahan tentang pandangan, keyakinan dan sikap
jemaat terhadap kasih karunia Kristus yakni keyakinan bahwa manusia dibenarkan
Allah hanya dengan iman. Dengan demikian akan ditemukan hal-hal apa yang
mempengaruhi sikap dan tindakan jemaat yang berbeda dengan keyakinan atau
imannya. Penelitian kualitatif dilakukan untuk mendapatkan pandangan dari teologi
Luther tentang Pembenaran Karena Iman melalui literatur. Melalui pandangan yang
akurat tentang hal ini, dapat disimpulkan bagaimana iman yang menyelamatkan dan
hasil pembenaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembenaran Karena Iman Menurut Teologi Luther
Pada dasarnya Martin Luther tidak pernah berniat untuk memecah gereja Roma
dan mendirikan gereja yang baru. Pada masa itu jabatan Martin Luther bukanlah
seorang uskup melainkan seorang pastor dan seorang theolog Biblical dan profesor
theologia di Universitas Wittenberg. Tetapi ia mau mereformasi gereja dengan tujuan
untuk mengembalikan gereja kepada hakekat gereja yang benar yang berdasarkan
Firman Tuhan. Ia mau mengembalikan gereja pada masa itu kepada hidup gereja mula-
mula yang hidup dalam Firman Tuhan yang diajarkan oleh para rasul dan nabi (bnd.
Kis. 2:44-46).
Martin Luther membuat reformasi (pembaharuan) karena semakin lama semakin
banyak penyimpangan theologis. Hal-hal dan ritus-ritus yang semakin lama semakin
bertambah. Mereka lebih menekankan teologi Taurat, perbuatan baik dan amal.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 51


Pembenaran Karena Iman Menurut Teologi Luther – Henriwati Siregar

Akibatnya manusia selalu berusaha berbuat amal untuk menyenangkan hati Tuhan demi
memperoleh keselamatan. Meskipun sebenarnya mereka tidak mempunyai jaminan
keselamatan oleh kasih karunia Allah yang diberi dengan cuma-cuma dan diterima
dengan iman saja. Karenanya, manusia akan selalu berusaha dan berusaha dari
kekuatannya sendiri untuk menyenangkan hati Allah melalui perbuatan baiknya.
Pada umumnya setiap manusia merasakan adanya supranatural being (oknum
yang adikodrati) terhadap siapa ia bertanggung jawab sekaligus menjadi andalan dan
pelindung baginya. Oknum-oknum ini mempunyai dua fungsi utama terhadap manusia.
Yang pertama sebagai pelindung, pemberi hidup dan kebahagiaan kepada umat
manusia. Tetapi sebaliknya mereka juga bertindak sebagai hakim, penghukum dan
perusak bagi umat manusia. Setiap ilah memberi hukum yang harus dipatuhi oleh para
pemujanya. Apabila manusia memenuhi perintah dan hukumnya, maka dewa (ilah)
tersebut senang dan berkenan kepada mereka. Tetapi apabila manusia melanggar
hukumnya maka mereka akan dihukum. Karena kesanggupan manusia sangat terbatas
dan tidak dapat melaksanakan tuntutan hukum dan peraturan ilah atau dewa secara
sempurna, sehingga manusia selalu merasa takut akan hukuman dewa atau ilah, dan hati
manusia diteror oleh hati nuraninya sendiri. Hati yang takut dan tidak tenteram ini
mendesak mereka untuk mencari, menemui ilah mereka yang membuat “satisfactio”
(pemuasan hati, pendamaian) lewat korban-korban yang dipersembahkan oleh manusia
kepada ilah atau dewanya. Karena allah yang mereka kenal adalah allah yang pemurka
dan penghukum.

Iman Yang Menyelamatkan


Sebagaimana Firman Tuhan dalam Roma 3:23; Karena semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah dalam bahasa
Yunani disebut do,xhj tou/ Qeou yang artinya kecemerlangan dan keindahan yang
kelihatan dan yang keluar dari sifat kesempurnaan Allah.11 Namun kemuliaan di sini
berhubungan dengan istilah “dibenarkan”. Yaitu sesuatu yang datang dari Allah atau
sesuatu yang dilakukan. Hal ini berhubungan dengan fakta bahwa semua orang telah
berdosa dan tidak mungkin seorang berdosa mendapat pujian dari Allah. Itulah
sebabnya manusia sekarang berada dalam status kehilangan kemuliaan Allah.12

11
Walker, Kamus Lengkap Yunani – Indonesia, 14.
12
Lenski, St. Paul’s Epistle To The Romans (Philadelphia: Fortress Press, 1987), 248.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 52


KAIROS: Jurnal Teologi Lutheran; Volume 1, Nomor 1 (Juni 2018)

Dalam kegagalan ini, bangsa Yahudi ingin memperbaikinya melalui pelaksanaa


Hukum Taurat (Roma 2:17). Menurut pemahaman mereka, bahwa dengan melakukan
Hukum Taurat, manusia mendapat pembenaran dari Allah. Meski tidak dapat dipungkiri
bahwa Hukum Taurat adalah pemberian Allah kepada manusia. Namun tidak
seorangpun yang dapat melakukan tuntutan Hukum Taurat secara sempurna. Di sisi
lain, Hukum Taurat juga perlu sebagai tolak ukur cara hidup yang diatur oleh kasih
kepada Allah dan kasih kepada sesama.13 Akan tetapi Hukum Taurat bukanlah jalan
yang harus ditempuh untuk memperoleh pembenaran, melainkan hanya merupakan
cermin untuk mengenali dosa-dosa manusia. Selanjutnya Hukum Taurat menuntut
manusia berdosa yang melanggar Hukum Taurat untuk datang kepada Tuhan Yesus.
Oleh karena itu Hukum Taurat bukan lagi dasar untuk memperoleh pembenaran, tetapi
hanya oleh karena iman di dalam Yesus Kristus. Hukum Allah selalu mendakwa dan
mempersalahkan, sedangkan Injil selalu menenangkan, menuntun kepada iman dan
menyelamatkan. Hukum selalu menuduh dan menakut-nakuti hati nurani, sedangkan
Injil mengubah hati manusia, karena Injil menunjukkan kemurahan dan pengampunan
Allah14.
Kristus adalah pelaksana pendamaian yang dikaruniakan oleh Allah dan harus
diterima melalui iman. Darah Kristus adalah harga yang telah diterima oleh Allah dalam
kemurahan hati Allah, dan oleh karena kemurahan ini dosa manusia telah dihapus.
Martin Luther sendiri ketika masih hidup di biara, ia sendiri telah mengalami
pergumulan untuk memperoleh damai (satisfactio) dengan Allah. Ia berpuasa dan
menyiksa diri, mengaku dosa dan berusaha ber-amal untuk memperoleh rahmat Allah.
Namun setelah menggumuli Firman Allah secara khusus Roma 3:28, ia memperoleh
persekutuan dan damai sejahtera serta anugerah dari Tuhan melalui iman dan bukan
karena melakukan hukum Taurat. Dalam Firman ini Luther menemukan rahmat atau
perkenan-an Allah (favor Dei)15.Sehingga ia membuat satu pernyataan “Sola Fide”
(hanya oleh iman). Dalam Roma 3:28 logizo,meqa ou=n pi,stei dikaiou/sqai a;nqrwpon
cwri.j e;rgwn no,mou, merupakan kalimat infinitif dimana manusia (akusatif) menjadi
subjek. Artinya manusia dibenarkan (passif). Berarti Allah yang bekerja dalam hal

13
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini - Jilid 1, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih OMF,
1995), 407
14
Herb Keistman, Jalan Salib (Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia (ALI), 2007), 99.
15
Niftrik – B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 480.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 53


Pembenaran Karena Iman Menurut Teologi Luther – Henriwati Siregar

membenarkan. Dan fungsi iman (pistei) hanyalah sebagai instrumentalis (alat). Iman
tidak membuat dosa diampuni atau memperoleh pengampunan dosa. Sebab
pengampunan itu sendiri datangnya dari Allah dan itu sebelum kita beriman atau pun
sebelum kita dilahirkan. Akan tetapi supaya pengampunan itu sampai kepada kita, kita
harus menerimanya dengan iman.16 Oleh karenanya kita dapat mengatakan bahwa
keselamatan itu seutuhnya adalah oleh karena iman. Tidak ada unsur kerja (synergisme)
di dalamnya.
Dalam Roma 3:24-25a; “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-
cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah,
menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya” Kata i`lasth,rion – hilasterion
“tutup pendamaian” adalah kata yang dipakai mengenai bagian atas dari peti di bait suci
dimana gulungan-gulungan kitab disimpan. i`lasth,rion - Hilasterion dibuat dari emas
dan di atasnya ada dua malaikat yang saling memandang satu dengan yang lain dan
sayapnya bertemu supaya menjadi takhta Allah. Di sana darah dari korban untuk dosa
diletakkan sekali setahun, yakni pada saat imam besar masuk ke ruang maha kudus.
Tetapi kita juga harus memperhatikan bahwa tidak hanya ada istilah i`lasth,rion -
hilasterion yang berhubungan dengan korban untuk dosa, tetapi juga istilah
aima (darah). Darah Yesus sebagai pengganti darah korban-korban dalam bait
Allah. Biasanya imam menyiram darah dari korban itu di atas i`lasth,rion – hilasterion.
Jadi tempat ini dimaksudkan sebagai tempat dimana damai dibuat antara Allah
dan manusia. Dimana Allah tidak lagi memperhitungkan dosa, melainkan di dalam
hatiNya telah mengampuni seluruhn dosa manusia.17 Roma 5:1; “Sebab itu, kita yang
dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah, oleh karena
Tuhan kita Yesus Kristus.” Roma 6:23; “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia
Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. 2 Korintus 5:21; “Dia
yang tidak mengenal dosa, telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia
kita dibenarkan oleh Allah”. Kematian Yesus adalah kematian yang vicaria (vicarious
death) atau substitute yaitu kematian sebagai pengganti kita orang-orang berdosa. Ia
mengambil tempat kita di Golgata, Ia menderita, mati ganti kita. Ini adalah kasih yang

16
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen (Pematang Siantar: Akademi Lutheran
Indonesia (ALI), 2012), 163.
17
Ibid., 160.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 54


KAIROS: Jurnal Teologi Lutheran; Volume 1, Nomor 1 (Juni 2018)

sungguh sempurna dari Allah. Allah membukakan hatiNya untuk manusia dan
menunjukkan bahwa Ia-lah dasar kasih, yaitu kasih yang murni.18
Kebenaran inilah yang harus diterima dengan iman, sebab kebenaran ini
disingkapkan dari iman dan memimpin kepada iman (bnd. Roma 1:17).19 Hal ini juga
terlihat dalam Roma 5:8 dimana Paulus berkata; “Akan tetapi Allah menunjukkan
kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih
berdosa.” Mengenai hal ini Luther juga berkata; Berdasarkan ini sudah jelas Allah tidak
mau berbuat apa-apa terhadap orang yang menganggap diriNya suci. Orang-orang suci
hanyalah khayalan, seperti manusia dongeng yang menyebut dirinya ilah, manusia batu
atau patung.20 Selanjutnya Luther berkata; “Saudara mau membuat saya suci, tidakkah
saudara mendengar bahwa Kristus bukan diutus untuk orang-orang (yang menganggap
dirinya) suci? kalau saya tidak berdosa, sesungguhnya saya tidak membutuhkan
Kristus”.21
Dalam “Table Talk” (percakapan di meja makan) Luther menerangkan; “Saya
lama sekali berada dalam kekeliruan, dan pada saat itu saya tidak menyadarinya. Saya
seolah-olah mengetahui sesuatu, saya berani mengatakannya, tetapi saya tidak
mengetahui apa itu sebenarnya. Namun setelah membaca Roma 1:17, saya terbantu dan
saya tahu bahwa orang benar akan hidup oleh iman”.22
Iman yang sungguh-sungguh memerdekakan kita dari kematian, membawa suatu
hidup baru dalam hati kita dan itu adalah pekerjaan dari Roh Kudus. Iman yang
membenarkan adalah iman yang hidup, bukan iman pengakuan yang kosong. Iman
merupakan kepercayaan yang bersifat pribadi, yang bergantung kepada Kristus saja
untuk keselamatan. Iman yang menyelamatkan juga merupakan iman pertobatan yang
menerima Kristus sebagai Juruselamat.
Dengan tegas Luther menulis:
“Di kalangan kami juga diajarkan bahwa kita tidak dapat memperoleh
pengampunan dosa dan kebenaran di hadapan Allah dengan jasa-jasa, perbuatan-
perbuatan, atau dengan menebus dosa-dosa kita sendiri; sebaliknya kita
menerima pengampunan dosa dan menjadi benar di hadapan Allah oleh
anugerah, demi Kristus melalui iman, apabila kita percaya bahwa Kristus
18
Anders Nygren, Agave And Eros (Philadelphia: The Westminster Press, 1951), 740.
19
Halim Wiryadinata, “A Critical Analysis of God ’ s Righteousness in Romans 1 : 16 -17,”
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 2, no. 1 (2014): 16–17.
20
Martin Luther, Luther’s Work (Philadelphia: Muhlenberg Press, 1932), 347.
21
Ibid., 89.
22
Nygren, Agave And Eros, 693.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 55


Pembenaran Karena Iman Menurut Teologi Luther – Henriwati Siregar

menderita bagi kita dan demi Diam dosa kita diampuni dan kita diberi kebenaran
serta hidup yang kekal. Sebab Allah akan memandang dan memperhitungkan
iman ini sebagai kebenaran, seperti yang dikatakan Paulus dalam Roma 3:21-26
dan 4:5”.23

Hasil Pembenaran
Pada dasarnya pembenaran oleh Allah tidaklah dilakukan dengan sepenggal-
penggal atau bertahap, melainkan secara sempurna. Awalnya Luther sependapat dengan
Agustinus. Agustinus berpendapat bahwa memang keselamatan itu adalah karunia
(anugerah) Allah, namun bukan semua orang yang dapat menerimanya, melainkan
hanya orang-orang yang dipilih oleh Tuhan. Artinya perlu usaha atau kemauan dari
orang yang menerimanya. Dengan kata lain, pembenaran itu diperoleh dengan adanya
synergisme dari rahmat dan si penerima. Agustinus membenarkan pendapat
Pembenaran karena iman tetapi tidak murni oleh iman karena dibutuhkan usaha dari
manusia.24. Tetapi kemudian Luther berpendapat bahwa pembenaran itu murni karena
kasih karunia Tuhan, pembenaran karena iman, tanpa ada bantuan dari usaha manusia.
Inilah yang dinamakan iman yang sejati, yaitu bahwa kita menerima anugerah dan
pengampunan dosa melalui Kristus. “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di
hadapan Allah oleh karena melakukan Hukum Taurat, karena justru oleh Hukum Taurat
orang mengenal dosa” (Roma 3:20).
Luther juga mengajarkan gratia universalis (universal grace) yaitu anugerah
yang universal, anugerah yang diperuntukkan untuk semua orang. Luther berpedoman
kepada Firman Tuhan dalam 1 Tim. 2:4; “yang menghendaki supaya semua orang
diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (bnd. Yoh. 1:29 ; Yoh.
3:16). Berbeda dengan Calvin, yang mengajarkan gratia particularis (particular grace)
yaitu anugerah yang khusus, anugerah yang hanya diperuntukkan untuk orang-orang
tertentu, orang-orang yang sudah dipilih. Sedangkan orang lain telah ditentukan
sebelumnya (dipredestinasikan) untuk kebinasaan selama-lamanya.25
Luther menemukan kebenaran ini dalam surat Paulus, dimana bagi Paulus
“membenarkan” bukan berarti “membuat benar” atau “berubah menjadi manusia baik”

23
Theodore G. Tappert, Buku Konkord – Konfessi Gereja Lutheran (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016), 38.
24
Lane, Runtut Pijar – Sejarah Pemikiran Kristiani, 43.
25
Theodore Mueller, Christian Dogmatics (St. Louis Missoury: Concordia Publishing House,
1955), 121.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 56


KAIROS: Jurnal Teologi Lutheran; Volume 1, Nomor 1 (Juni 2018)

tetapi berarti “dianggap benar” atau “dibebaskan”. Luther mempergunakan istilah


“simuliustus et peccator”26 yang artinya, sambil masih berdosa manusia dibenarkan.
Atau dengan kata lain, dibenarkan tetapi masih berdosa. Allah berkenan menerima
manusia yang berdosa. Luther juga berkata; “Pembenaran hanya oleh iman (atau lebih
tepat lagi hanya oleh Kristus melalui iman) berarti bahwa aku sudah yakin akan
diterima, bukan karena aku hidup dengan baik, tetapi karena Kristus mati untuk aku.27
Berkenaan dengan itu dalam penyataan Deklarasi Lengkap (Solid Declaration)
kaum Lutheran memahami pembenaran sebagai pernyataan dibenarkan dan dibebaskan
dari dosa melalui kebenaran Kristus. Oleh sebab itu beberapa hal yang sangat
ditekankan, yakni:
(1) Bahwa dalam pembenaran, jasa manusia sama sekali tidak berlaku
(2) Kedudukan iman adalah hanya “memperoleh dan menerima” apa yang
dilakukan Kristus. Dan reaksi penerimaan ini sama sekali di luar “kasih, dan
setiap kebajikan atau karya yang lain”.
(3) Proses keselamatan adalah murni karya Allah Tritunggal.28
Akan tetapi, meskipun kita dibenarkan atau diterima hanya berdasarkan iman,
tanpa membutuhkan amal, bukan berarti bahwa anugerah Allah itu dianggap sebagai
anugerah murahan. Bukan berarti pula bahwa karena itu, manusia (orang percaya) dapat
hidup sepuas-puasnya, hidup sesuka hati. Tentu sekali tetap ada konsekuensinya.
Luther menekankan bahwa orang percaya juga harus mengenakan kepatuhan baru (new
obedience), senantiasa berperang melawan dosa, berbuat baik (bukan untuk
menyenangkan hati Allah tetapi sebagai buah dan ucapan syukur karena kasih karunia
Tuhan) dan hidup dalam kasih.29 Luther mengajarkan bahwa iman yang sungguh-
sungguh harus menghasilkan buah-buah dan perbuatan-perbuatan yang baik
sebagaimana yang telah diperintahkan Tuhan.30 Bukan berarti orang benar tidak
melakukan apa-apa. Orang benar juga harus berbuat, akan tetapi perbuatannya tidak
membenarkannya, bahwa kebenaranlah yang melahirkan perbuatan. Sebab anugerah
31
dan iman disampaikan tanpa perbuatan. Dan selanjutnya Luther berkata; barangsiapa

26
Paul Althaus, The Theology Of Martin Luther (Philadelphia: Fortress Press, 1996), 242.
27
Lane, Runtut Pijar – Sejarah Pemikiran Kristiani, 135.
28
bnd. Theodore G. Tappert, Buku Konkord – Konfessi Gereja Lutheran, 703-897.
29
Althaus, The Theology Of Martin Luther, 247.
30
Tappert, Buku Konkord – Konfessi Gereja Lutheran, 39.
31
Keistman, Jalan Salib, 100.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 57


Pembenaran Karena Iman Menurut Teologi Luther – Henriwati Siregar

tidak melakukan perbuatan baik, ia adalah orang yang tidak beriman . Dan sebaliknya
barang siapa menganggap bahwa ia dapat mencapai hal ini dengan perbuatan-perbuatan,
atau ia layak menerima anugerah, ia menghina Kristus dan mencari jalannya sendiri
kepada Allah, yang bertentangan dengan Injil.32
Dapat disimpulkan bahwa pembenaran karena iman berhubungan erat dengan
perbuatan baik. Tetapi perbuatan baik bukanlah usaha untuk menjadi tangga untuk naik
kepada Allah dan memohon belas kasihan Allah melainkan sebagai tanda dan ucapan
syukur karena telah diselamatkan oleh Tuhan melalui kasih karuniaNya.
Selain itu, pembenaran oleh iman juga menghasilkan pengampunan dosa bagi
orang percaya.33 Manusia yang sebelumnya dalam status terhukum kini hidup dalam
anugerah Allah dan dibebaskan dari murka Allah.Hidup dalam damai sejahtera
sebagaimana Paulus mengatakan dalam Roma 5:1; “Sebab itu, kita yang dibenarkan
karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita,
Yesus Kristus” Dalam bahasa aslinya Paulus memakai kata eivrh,nhn – eirenen dan
e;comen – echomen. kata e;comen – dipakai dalam bentuk present continous. Itu berarti
bahwa kata e;comen menunjuk kepada sesuatu yang berlangsung secara terus menerus.
Sehingga dapat diartikan bahwa orang percaya terus menerus mempunyai damai dengan
Allah. Orang percaya juga bebas dari segala ketakutan terhadap maut (bnd. Ibr. 2:15).
Dan yang pasti setiap orang yang sudah dibenarkan akan menjadi pewaris sorga (bnd.
Gal. 4:7) sebab kita bukan lagi hamba tetapi menjadi anak-anak Allah.
Akan tetapi satu hal yang tidak kalah pentingnya untuk dipahami adalah bahwa
meskipun pembenaran itu adalah anugerah Tuhan yang sempurna, namun di sisi lain,
keselamatan itu dapat hilang ketika kita tidak lagi beriman kepada Kristus. Selama kita
beriman, kita tetap berada dalam anugerah, akan tetapi begitu iman kita hilang, maka
pembenaran, pengampunan dan seluruh berkat akan hilang juga.34 Sebagaimana tertulis
dalam 2 Petrus 1:10 yang mengatakan; “Karena itu saudara-saudaraku, berusahalah
sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.” Berbeda dengan
pendapat Calvinis yang mengatakan bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Sekali
selamat, tetap selamat. Mereka berpendapat bahwa keselamatan seseorang sudah

32
Ibid, 47.
33
Wiryadinata, “A Critical Analysis of God ’ s Righteousness in Romans 1 : 16 -17.”
34
Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 167.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 58


KAIROS: Jurnal Teologi Lutheran; Volume 1, Nomor 1 (Juni 2018)

direncanakan oleh Allah sebelum dunia dijadikan dan Allah yang berdaulat mutlak akan
melaksanakan rencanaNya secara sempurna dan tidak mungkin gagal.35
Selanjutnya, hasil dari pembenaran itu adalah bahwa Roh Kudus berdiam di
dalam diri orang percaya. Pernyataan ini boleh terlihat jelas dalam pernyataan Paulus
seperti diungkapkan dalam 1 Kor. 3:16-17; “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah
bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang
membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah
kudus dan bait Allah itu ialah kamu”. Dengan demikian semua orang percaya adalah
milik Allah, milik yang telah dibeli, sebab sejak saat itu Roh Kudus meresap ke dalam
hati kita dan menjadikan kita sebagai milikNya yang sebenarnya. 36 Demikianlah setiap
orang percaya menjadi milik Kristus oleh penebusan, tetapi dalam pertobatan, Roh
Kudus menjadikan orang beriman sebagai milikNya yang sebenarnya dengan berdiam
di hatinya. Dengan memeteraikan kita dengan Roh Kudus, Allah memegang kita. Jadi
Roh Kudus adalah milik kita yang paling berharga, jaminan dari pihak Allah kepada
kita, sehingga Ia akan memenuhi janjiNya dan menebus kita dari lembah airmata dan
menerima kita di sorga. Selain itu, Ia juga memimpin kita, sehingga kita dimampukan
untuk menghasilkan buah-buah pertobatan.
Hal yang terakhir sebagai akibat pembenaran adalah pemulihan. Dimana
kejatuhan manusia ke dalam dosa membuatnya menjadi hancur. Terjadi kehancuran
total yang membuat manusia tidak dapat mengenal Allah. Membuat manusia tidak
berdamai dengan Allah, akan tetapi melalui tindakan pembenaran ini, hubungan
manusia dan Allah kembali dipulihkan. Allah telah berdamai dengan manusia.
Selanjutnya, pengetahuan yang baru dari Injil, mengisi hati orang beriman dengan
sukacita dan kebahagiaan dan melalui itu orang percaya digerakkan dan dimampukan
untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan berusaha untuk semakin serupa
dengan Kristus. Dalam hal ini Paulus mengatakan; “dan telah mengenakan manusia
baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar
menurut gambar khaliknya” (Kol. 3:10). Di ayat yang lain juga; “dan mengenakan
manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya” (Ef. 4:24).

35
Lane, Runtut Pijar – Sejarah Pemikiran Kristiani, 156.
36
Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 168.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 59


Pembenaran Karena Iman Menurut Teologi Luther – Henriwati Siregar

KESIMPULAN
Pembenaran Oleh Iman menurut Teologi Martin Luther adalah bahwa manusia
(orang percaya) dibenarkan murni hanya oleh iman di dalam karya keselamatan Yesus
Kristus. Proses pembenaran ini tidak membutuhkan usaha atau tindakan atau perbuatan
dari pihak manusia. Allah sendiri di dalam kasihNya datang kepada manusia di dalam
diri Tuhan Yesus Kristus. Sebagai akibat (hasil) pembenaran itu, menurut Martin Luther
bahwa manusia beroleh ketentraman dalam hidup. Orang percaya beroleh damai
sejahtera karena Yesus Kristus telah mendamaikan manusia dengan Allah.
Meskipun Anugerah keselamatan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia
dengan cuma-cuma bukan berarti bahwa anugerah itu adalah anugerah murahan,
melainkan sebaliknya bahwa anugerah itu diberikan dengan tebusan yang sangat mahal
harganya yaitu dengan darah Kristus sendiri.
Perbuatan baik mutlak dilakukan oleh orang percaya yang telah dibenarkan,
namun itu dilakukan bukan sebagai usaha untuk memperoleh per-kenan-an hati Allah,
atau untuk memperoleh anugerah dari Tuhan. Akan tetapi perbuatan baik itu dilakukan
sebagai akibat dari pembenaran. Sebagai tindakan atau ucapan syukur kepada Tuhan
karena keselamatan yang telah diterima. Akibat pembenaran itu Roh Kudus sendiri
memampukan orang-orang percaya untuk melakukan perbuatan baik.
Konsep pembenaran oleh iman itu bukan berarti bahwa orang jahat dijadikan
benar, melainkan bahwa dia dinyatakan benar dalam suatu cara peradilan dan dianggap
benar oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Roma 2:13. Martin Luther menyebut
dengan istilah “Simuliustus et peccator” artinya manusia berdosa yang dibenarkan.

REFERENSI
Althaus, Paul, The Theology Of Martin Luther, Philadelphia: Fortress Press, 1996.
Butrick, G.A, Interpreter’s Dictionary Of The Bible, New York: Abandon, 1962.
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini – Jilid 1, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih
(OMF), 1995
Keistman, Herb, Jalan Salib, Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia (ALI),
2007.
Koehler, Edward W. A., Intisari Ajaran Kristen, Pematang Siantar: Akademi Lutheran
Indonesia (ALI), 2012.
Lane, Tony, Runtut Pijar – Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1990.
Luther, Martin, Katekhismus Besar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Luther, Martin, Luther’s Work, Philadelphia: Muhlenberg Press, 1932.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 60


KAIROS: Jurnal Teologi Lutheran; Volume 1, Nomor 1 (Juni 2018)

Mueller, Theodore, Christian Dogmatics, St. Louis Missoury: Concordia Publishing


House, 1955.
Niftrik, F.D & Boland, B.J, Dogmatika Masa Kini, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1993.
Nygren, Anders, Agave and Eros, Philadelphia: The Westminster Press, 1951.
Tappert, Theodore G., Buku Konkord – Konfessi Gereja Lutheran, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2016.
Walker, D. F., Kamus Lengkap Yunani – Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.
Wallen, F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996.
Wiersbe, Warren, Benar Di Dalam Kristus, Bandung: Kalam Hidup, 1989.
Wiryadinata, Halim. “A Critical Analysis of God ’ s Righteousness in Romans 1 : 16 -
17.” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 2, no. 1 (2014):
16–17.

Copyright© 2018, KAIROS;,ISSN 2621-6574 (online), 2621-5772 (print) | 61

Anda mungkin juga menyukai