Dewasa ini, aktifitas dan fungsi perempuan di dalam gereja sering didiskusikan.
Diskusi ini seringkali mempertanyakan: apakah aktifitas, fungsi dan peranan perempuan
di dalam gereja itu harus atau tidak harus dijalankan dan bagaimanakah hubungannya
dalam pelaksanaan di tengah gereja: apakah mengambil bagian atau tidak? Jika aktifitas
dan fungsi perempuan itu mengambil bagian dalam pelaksanaannya, dimanakah posisi
dan peran perempuan dalam nisbah laki-laki dan perempuan di tengah Gereja? Pada
bab ini akan dibahas mengenai Gereja, Feminisme, Jender dan Teori Kepemimpinan.
A. Gereja
1. Pengertian Gereja
Kata gereja berasal dari kata Portugis ‘igreja’ yang berkaitan dengan kata iglesia
(Spayol) serta ecclesia (Latin) sampai ke ekklesia (Yunani). Kata ‘ekklesia’ (Yunani)
20
B.S. Mardiatmaja SJ, Ekklesiologi Makna dan Sejarahnya, Yogjakarta, Kanisius, 1986, 51-53.
12
Pengertian gereja digambarkan secara simbolik, mistis dan figuratif oleh rasul
Paulus. Menurut Paulus,21 gereja adalah tubuh Kristus dimana setiap orang percaya
adalah anggota tubuh, sementara Kristus sendiri adalah kepala tubuh ((1 Korintus
12:12-27, Efesus 4:15, Kolose 1:18). Dengan demikian, masih menurut Paulus, gereja
sebagai persekutuan orang percaya adalah keluarga Allah – familia Dei, yang dibangun di
atas pengorbanan Kristus, sehingga di atas dasar itu pula gereja bertumbuh, rapih
tersusun di dalam Roh (Efesus 2: 2 1– 22 band. 1 Korintus 3:1).22 Itu berarti pengertian
dan pemahaman tentang gereja (eklesiologi) tidak lepas dari pemahaman kristologi dan
‘jemaat yang dipanggil keluar’ dari dunia untuk menjadi milik Tuhan.23 Gereja ada oleh
persekutuan dengan Dia. Jadi wujud gereja ialah pertama-tama, persekutuan dengan
Kristus. Akan tetapi persekutuan dengan Kristus selalu berarti pula persekutuan dengan
manusia lain. Persekutuan itu dapat dirasakan dalam Perjamuan Kudus, karena di
sanalah jemaat dapat merasakan pertaliannya dengan Kristus dan perhubungannya satu
21
Jurgen Moltmann, The Church In The Power of The Spirit, London, SCM Press Ltd, 1977, 67. Moltman sepertinya
sepakat dengan Rasul Paulus memahami gereja sebagai tubuh Kristus. Menurut Moltman, Gereja adalah tubuh
Kristus, rumah Tuhan, umat Tuhan, persekutuan orang-orang kudus, yang secara langsung mengedepankan
pribadi Yesus dan sejarahNya dengan cara bergantung kepada Kristus.
22
Ibid.
23
H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1988, 376.
13
Selanjutnya, Marthin Luther24 mendefinisikan bahwa Gereja tidak lain dari
persekutuan orang-orang percaya dalam Kristus dan ajaranNya. Gereja suci selama Injil
diajarkan dan sakramen dengan benar dipergunakan. Dalam hal pelaksanaan Gereja
bukanlah dibatasi oleh hukum-hukum dan kemegahan luarbiasa, dalam waktu, tempat
dan juga oleh orang-orang. Dalam Gereja diproklamasikan Injil sebagai konstitusi
kebenaran Gereja bukan paus dan para bishop. Allah sendirilah yang memerintah dalam
menamai kelompok orang percaya kepada Kristus tersebut. Kelompok tersebut adalah
semua orang yang dibaptis, apakah Yahudi atau Yunani, tidak ada hamba atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan karena semua adalah satu di dalam Kristus
menetapkan revolusi bahasa (gereja Galatia dan Gereja-gereja lainnya), bahwa di dalam
Yesus tidak ada laki-laki atau tidak ada perempuan. Hal ini berarti (hubungan laki-laki
dan perempuan) tidak ada superirotas dan inferioritas.25 Spong menambahkan bahwa
Paulus memberikan ledakan yang kuat bagi realitas dunia yang baru dengan pengalaman
bersama Yesus. Paulus mengusulkan pengalaman bersama Yesus adalah visi, realitas
berarti relasi bersama Yesus melahirkan kemanusiaan baru bahwa setiap aturan kuno
24
William A. Mueller, Church and State in Luther and Calvin, Nashville, Broadman Press, 1954, 6.
25
John Shelby Spong, The Sin of Scripture, San Franscisco, HarperSan Franscisco, 2006, 103.
26
Ibid.
14
dan juga penghalang ajaran agama kuno sedang disisihkan. Sesesuatu yang baru telah
berfungsi sebagai bapak dari keluarga besar yang mewakili Yesus Kristus yang menjadi
kepala Gereja), gereja juga dianggap sebagai sebuah lembaga. Hal ini dinyatakan
Marthin Luther bahwa gereja sebagai suatu yang lahir dan tercipta oleh Firman Allah.
Keseluruhan hidup dan aspek-aspek alamiah Gereja berada pada firman Allah. Orang-
orang percaya yang mendengar dan mengalami Firman Allah adalah disebut Gereja.27
Menurut Martin Luther, hanya ada dua elemen yang memberi definisi kepada
Gereja yaitu jemaat orang-orang percaya (domba yang mendengar) dan Firman Tuhan
(suara dari gembala mereka).28 Dengan kata lain Luther tetap memelihara bahwa Gereja
adalah suatu institusi (tidak dipelihara dan dibangun manusia dan tradisi-tradisi tetapi
oleh Injil).
Meskipun Martin Luther melihat gereja sebagai suatu institusi yang tidak
dipelihara dan dibangun oleh manusia dan tradisi, namun tidak dapat disangkal bahwa
gereja juga adalah sebuah institusi. Menurut Anne Hommes29 bahwa Gereja berfungsi
sebagai lembaga dalam masyarakat yaitu suatu organisasi, di dalamnya ada peraturan,
Lembaga Gereja berarti himpunan dari sistem kepercayaan, iman dan perikelakuan yang
27
Heinrich Bornkam, Luther’s Worls of Thought, St. Louis, Concordia Publishing House, 1958, 137.
28
Walter Altmann, A Luther and Liberation, Minneapolis, Fortress Press, 1987, 60-61.
29
Anne Hommes, Perubahan Peran Pria..., 124-127.
15
berhubungan dengan hal yang bersifat kudus yang telah diatur melalui suatu organsisasi
hirarkhis. Akibatnya gereja bersifat stabil atau konservatif dan sangat jarang menantang
Berbicara lembaga gereja berarti berbicara mengenai tata gereja. Kedua hal
tersebut tidak dapat dipisahkan. Dalam tata Gereja HKBP, kepemimpinan dan
pemeliharaannya dilakukan melalui tiga macam jabatan yaitu pendeta, guru jemaat,
badan yang disebut dengan Majelis Gereja. Merekalah yang memiliki otoritas dalam
siapa yang memegang jabatan Majelis ini? Ternyata ada ketidakseimbangan dalam
Tonnies, seorang ahli sosiologi, melihat perbedaan Gereja sebagai lembaga dengan
30
Anne Homes, Perubahan Peran Pria..., 125
16
suatu organisasi, suatu mesin dengan macam-macam onderdil, dimana
organisasi Gereja, tidak perduli namanya pak A atau ibu B, yang dibutuhkan
adalah kecakapannya.
Jadi sangat jelas, kalau mau menduduki jabatan-jabatan Gereja, mereka (laki-
laki atau perempuan) harus mampu memenuhi syarat tugas tersebut dengan
keahlian tertentu.
bertalian secara intim dengan rasa cinta. Hubungan timbal balik diantara
organ tubuh ini mempunyai kepala yang dalam sistem patriarkhat adalah
seorang laki-laki. Dalam organ yang hidup kepala tetap kepala dan tidak
dapat diganti dengan jantung. Dengan kata lain, bapak tetap kepala dan ibu
tetap hati dari tubuh atau keluarga Gereja. Hal ini tentunya berbeda dengan
onderdil bermutu.
Seiring dengan itu juga Gereja berfungsi sebagai sosialisasi bahwa baik dalam keluarga
maupun dalam Gereja, anak belajar nilai serta norma bukan dari banyaknya nasehat yang
17
diterima dari orangtuanya atau guru sekolah minggu, tetapi dari teladan yang diberikan melalui
Dengan demikian sikap dan tingkah laku religius orangtua dan kisah-kisah Alkitab yang
menyampaikan dasar iman Kristen serta peraturan yang berlaku. Dari keduanya dapat dilihat
bahwa pembagian kerja menurut jenis kelamin tidak hanya di rumah tetapi juga dalam
Gereja.31 Dapat dikatakan betapa kehidupan bergereja dan juga kisah-kisah Alkitab dapat
Dengan berbagai uraian definisi gereja (baik sebagai persekutuan maupun sebagai
lembaga) melahirkan berbagai kesadaran yang baru dalam hidup menggereja. Hal ini telah
menghantam pemahaman Gereja yang sudah berkembang cukup lama. Kesadaran akan relasi
antara laki-laki dan perempuan diawali dengan permulaan hubungan dalam Alkitab
Dalam cerita penciptaan menurut Kejadian 1 dan 2 terutama dalam penciptaan laki-laki
gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan segala
18
diciptakan dari sebuah keputusan khusus dari Pencipta – mari Kita membuat
manusia – diciptakan dengan relasi khusus dengan Tuhan – dalam gambar Kita
dan rupa Kita – dan telah memberikan tugas khusus – membiarkan mereka
berkuasa.
manusia dalam gambarNya, dalam gambar Tuhan, Dia ciptakan dia, laki-laki dan
antara seksual telah ada lebih awal, diwariskan dalam ide manusia, penciptaan
umat manusia sebagai laki-laki dan perempuan merupakan bagian integral dari
dapat dilihat secara bersama dalam laki-laki dan perempuan dan setiap relasi
diantara keduanya.32
digambarkan, pertama bahwa ide manusia ditemukan penuh makna tidak hanya
dalam laki-laki sendiri, tetapi dalam laki-laki dan perempuan. Kedua, kepribadian
32
Mary J. Evans, Women in the Bible, Illinois, Intervarsity Press, 1984, 12.
33
Ibid, 13.
19
Dengan demikian tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam
penciptaan mereka sebagai gambar Tuhan juga untuk berkuasa atas seluruh
bumi. Tidak ada petunjuk subordinasi satu jenis kelamin kepada yang lain dapat
diciptakan sebagai dua jenis kelamin dan dipercayakan sebagai tuan yang bebas
atas ciptaan yang lainnya. Hal itu menempatkan bahwa tanggungjawab ada
a. Perempuan diciptakan setelah laki-laki, oleh karena itu orang kedua kepada
laki-laki.
yang diciptakan terlebih dulu menjadi superior, ini berarti bahwa binatang
34
Mary J. Evans, Women in..., 14 – 16.
20
laki-laki adalah lebih berkuasa kepada perempuan. Tidak ada indikasi dalam
berpikir Ibrani, di mana pusat perhatian tiap unit kelihatan dari awal dan
akhir. Dengan demikian dua mahluk dilihat sebagai paralel, urutan tidak
b. Perempuan diambil dari laki-laki, oleh karena itu orang kedua kepada laki-
laki.
diambil dari rusuk laki-laki sehingga semua eksistensi perempuan untuk laki-
laki, perempuan yang ditambahkan kepada laki-laki, yang tidak memberi arti
bagi alam laki-laki. Bagaimanapun, bagian dari fakta ini, dapat dilihat sebagai
Titik penekanan bahwa seluruh umat manusia berasal dari satu pencipta
dicatat bahwa hal itu adalah tindakan kreatif langsung dari Tuhan dalam
35
Mary J. Evans, Women in ..., 15.
21
Bagi keduanya, laki-laki dan perempuan, keaslian hidup mereka adalah
misteri ilahi.36
Jadi dapat dikatakan bahwa hal itu bukan argumen yang kuat untuk
c. Perempuan diberi nama oleh laki-laki, oleh karena itu bawahan laki-laki.
digunakan sebagai nama diri, itu hanya kata benda umum yang menunjuk
jenis kelamin. Hal itu sama saja ketika binatang-binatang dibawa kepada
kata penolong itu sendiri tidak dapat dipahami sebagai inferioritas atau
36
Mary J. Evans, Women in...,15
22
Tentunya tidak ada dalam Kejadian 2 yang akan mengarahkan kita untuk
dilihat sebagai individu yang komplit, tetapi apa yang ditekankan di sini
bekerjasama.
Dalam Kejadian 3 kita mempunyai gambar yang sangat jelas dari cara dimana
bukan hanya hubungan seperti itu yang dihancurkan, tetapi lebih menuju kepada
lagi sempurna.
a. Dalam Markus 14: 3 – 9 ketika Tuhan Yesus makan di rumah Simon si kusta, ia diurapi
mengganggu makan malam tersebut dengan mencurahkan minyak dari atas kepala
23
sampai ke kaki Tuhan Yesus. Tindakannya itu merupakan kekerasan dalam budaya
patriarkhal Yahudi dan setiap norma patriarkal,37 sehingga laki-laki di pesta mengutuk
hadir, tindakannya dan motivasinya. Menurut Tuhan Yesus, perempuan itu telah
b. Cerita tentang Maria dan Marta (Lukas 10: 38 – 42), mengungkapkan Tuhan Yesus dan
bernama Maria yang duduk dekat kaki Tuhan Yesus dan terus mendengarkan
seorang pelajar, murid bahkan murid seorang rabbi. Menurut Spong,38 cukup jelas
bahwa peran itu dilarang dalam keseharian dan budaya mereka. Tuhan Yesus
Marta meminta Tuhan Yesus menyuruh Maria meninggalkan peran murid dan
melalui penetapan bahwa Maria telah memilih sebuah pilihan yang lebih tinggi. Dia
37
Letty M. Russel dan J.Shannon Clarkson ed, Dictionary of Feminist Theologies, Kentucky, Westminster Jhon Knox
Press, 1996, 205 :Patriarki berarti aturan bapak, mengarah kepada sistim hukum, hubungan ekonomi dan sosial
politik yang memvalidasi dan menegakkan kedaulatan laki-laki sebagai kepala dari keluarga yang menguasai semua
orang dalam rumah tangga.
38
Jhon Shelby Spong, The Sin..., 106.
24
Paulus menegaskan bahwa, dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau Yunani,
tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki, atau perempuan, karena
kamu semua adalah satu di dalam Yesus Kristus. Pernyataan Paulus ini merupakan
perlawanan terhadap seluruh pernyataan dalam budaya Yahudi dan Gereja pada
masa itu bahwa tidak ada perbedaan dalam Tuhan Yesus sebaliknya kesetaraan.
peranannya. Peran yang dimaksud di sini bukan saja peran aktif kaum perempuan dalam
kegiatan gereja, dalam Penelaahan Alkitab (PA) perempuan, dalam Sekolah Minggu
tetapi dalam kepemimpinan dan dalam mengambil keputusan yang berkenan dengan
kehidupan dan kegiatan Gereja. Untuk itu, kita perlu menelusuri ajaran Gereja
mengenai peran laki-laki dan perempuan. Dalam penelusuran ajaran gereja tersebut -
menurut Anne Homes,39 ada tiga sumber pokok yaitu Alkitab, pengaruh Gereja Zending
patriarkhal yang terdapat dalam agama Yudaisme dan juga pengaruh kebudayaan
Yunani, khususnya aliran Gnostik. Dalam PL terdapat tekanan antara dinamika Allah
yang membebaskan umatnya dan memandang kaum laki-laki dan perempuan sederajat,
tetapi tidak dapat dipungkiri daya tarik sistem patriarkhal yang berbau diskriminasi jenis
kelamin sangat kuat. Demikian juga halnya dengan aspek dualisme (aliran filosofis yang
39
Anne Hommes, Perubahan Peran ..., 127.
25
menggambarkan kesuburan perempuan dengan kesuburan alam) yang dimanfaatkan
Akibatnya Gereja mengalami pertentangan di antara ajaran Kristen (dalam hal ini
Alkitab) dan lingkungan Yunani mengasimilasi unsur dualisme dalam teologianya dan
Gereja berakar dalam sistim patriarkhal maupun dalam pikiran dualisme sehingga
zending ke Indonesia dan mengkristen suku-suku. Struktur dan tata Gereja serta liturgi
dan tradisi dari Gereja induk langsung ditanam dalam lapangan misi. Kontekstualisasi
masa kini diperhatikan namun pembagian tugas menurut jenis kelamin yang juga
Hal itu terjadi sebab adanya pengaruh yang ketiga yaitu adat istiadat setempat yang
juga merupakan daya tarik yang kuat membentuk keadaan Gereja.42 Orang Indonesia
dibesarkan dalam tradisi dan kebudayaan sukunya yang mempunyai bahasa dan adat-
Dalam lingkungan tradisional fungsi utama dari laki-laki mencari nafkah dan
perempuan menjadi isteri dan ibu yang memelihara kesejahteraan. Identitas dan ciri
kaum perempuan diperoleh dari kaum laki-laki, perempuan menjadi anak orangtuanya,
40
Anne Homes, Perubahan Peran..., 129.
41
Ibid, 130.
42
Ibid.
26
isteri suaminya, ibu dari anak-anaknya. Karena itu isteri pendeta berfungsi sebagai
pendeta kecil yang memimpin komisi perempuan, PA dan paduan suara dan sering
Tentu menjadi pertanyaan mengapa pengaruh kebudayaan atas Gereja sangat kuat?
Ada dua alasan mengapa hal tersebut terjadi menurut Anne Homes43 yaitu: alasan
pertama, orang Kristen di Indonesia merupakan generasi pertama, yang telah dewasa
yang sudah matang dan terbentuk. Otomatis sikap mereka terhadap peranan
perempuan dan laki-laki berakar dalam kebudayaan serta adat dan akar ini sangat dalam
ditentukan secara geografis atau sebagai Gereja suku, misalnya GKJ, GKPM, GPKB, HKBP,
GKPS dan gereja-gereja suku yang lainnya. Tentunya ikatan adat istiadat dan Gereja
kuat. Gereja mencerminkan norma dan nilai masyarakat di sekitarnya. Sebagai contoh
dalam adat Batak posisi perempuan dan laki-laki belum sama sehingga mas kawin sering
diartikan seolah-olah perempuan dibeli dan menjadi milik marga suaminya. Faktor
budaya Batak juga menghalangi seorang perempuan yang ingin diakui sebagai
pendeta.44
Di samping itu, kita semua tahu bahwa yang paling banyak dan rajin ke Gereja
adalah kaum perempuan dan yang paling aktif melakukan pekerjaan sosial juga kaum
43
Anne Homes, Perubahan Peran ..., 131
44
Ibid.
27
kepemimpinan Gereja sangat minim. Menurut Hetty Siregar,45 hal itu disebabkan
Gereja-gereja sudah terbiasa dengan tradisi (bahwa laki-laki sebagai pemimpin) dan juga
tidak mengenal tradisi yang lain. Sementara itu kaum perempuan diikutsertakan
bilamana diperlukan. Ini berarti penekanan yang lebih bersifat praktis ketimbang
prinsip.
Dapat dikatakan bahwa partisipasi perempuan dalam Gereja tidak hanya dihambat
oleh rintangan teologis dan budaya tetapi juga praktis. Menurut gambaran stereotipe
perempuan bersifat lemah, emosional, kurang logis, tanpa otoritas untuk memimpin.
Disamping itu suami dan orang di sekitarnya tidak membiarkannya untuk mengejar
pendidikan lanjutan atau suatu profesi. Kalaupun dia melakukan itu akan dipersalahkan
perempuan menikah mengeluh dirugikan karena masa cuti menstruasi dan hamil.
kantor sinode dan Gereja sering dinilai lain dan kurang mendapat pujian.46 Contoh Pak S
sering bicara dalam rapat dan mengajukan gagasan yang kreatif. Dia dinilai sebagai
seorang pemimpin yang baik. Sebaliknya, Ibu D yang juga pandai berbicara, dianggap
seorang kasar yang suka menonjol. Dengan penilaian yang penuh prasangka ini
45
Hetty Siregar, Menuju Dunia Baru, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2001, 48.
46
Anne Homes, Perubahan Peran Pria..., 132.
28
mengakibatkan, kaum perempuan mengalami hambatan yang berakar kuat dalam
Situasi itu sangat jelas dipantau oleh Tim Evaluasi Dekade DGD (Dewan Gereja
Dunia) pada tahun 1994 bahwa, Gereja ternyata ketinggalan dibandingkan dengan
masyarakat luas yang telah banyak memberikan peluang bagi perempuan berkarier
persepsi tentang perempuan sebagai mitra Allah.47 Alkitab sebagai dasar Gereja
tentunya memiliki andil yang cukup dalam memahami peran perempuan dalam
perempuan adalah kehancuran sebuah perubahan dalam peran perempuan dari tradisi
Yahudi. Dalam PL peran perempuan sebagai imam ditolak. Perempuan telah diterima
sebagai nabi-nabi yang berbicara untuk Allah, dalam peran dasar mereka sebagai ibu
(II Raja 22: 14 – 20; Joel 2: 28). Dalam bait Allah dan kemudian di sinagoge perempuan
Dalam Perjanjian Baru struktur patriarkhi dipatahkan secara radikal melalui perintah
baru kebebasan bagi setiap perempuan yang diterima Yesus sebagai pengikutNya
menjadi murid yang setara. Mereka termasuk didalam jemaat mula-mula dan juga
Perjanjian Baru dicatat bahwa ada dua perbedaan kontras yang dikembangkan
mengenai peran perempuan. Kolose, Efesus dan surat Pastoral membatasi peran
47
Stephen Sulaiman dan Bendalina Souk, Berikanlah Aku Air Hidup Itu, Jakarta, Persetia, 1995, 49.
48
Letty M. Russel, Church in The Round, Kentucky, Westminister/Jhon Knox Press, 1993, 60.
29
pengajaran perempuan, ketika di saat yang sama Markus dan Yohanes menempatkan
perempuan dalam level setara dengan laki-laki sebagai saksi Kristus (Yohanes 4: 1 – 42; I
model pelayanan dan kepemimpinan tidak ada pada masa itu. Keimaman yang rajani
diberikan kepada semua anggota, yang hidup melalui anugerah Allah, yang telah
menerima baptisan dalam kematian Kristus (I Petrus 2: 9). Baptisan sebagai tanda
Martin Luther51 berpendapat mengenai hal yang sama bahwa semua orang Kristen
dan tidak ada perbedaan di antara mereka kecuali pekerjaan mereka yang berlainan dan
diterima sebagai pemimpin dalam masyarakat dan Gereja, sebab posisi kepemimpinan
Kata koinonia (partnership) dan kata yang berhubungan koinonos (partner) dan
koinoneo (berpartisipasi) berasal dari akar kata koinos (bersama). Kata ini sering muncul
49
Letty M. Russel, Church in ..., 61.
50
Ibid.
51
Th. Van den End, Harta dalam Bejana, Jakarta, BPK-Gunung Mulia, 1987, 176.
30
keberagamaan. Kata itu mengandung arti partisipasi orang-orang percaya dalam Kristus,
Menurut Russel,53 kemitraan dapat berlangsung ketika ada relasi baru dalam
sejarah hubungan dengan Yesus Kristus yang membebaskan kita kepada yang lainnya
ketergantungan dalam Tuhan, antar pribadi-pribadi, dan dengan ciptaan lain sehingga
sosial, nilai-nilai dan keyakinan yang lebih luas akan saling mendukung dan
mengoreksi.54
untuk bertindak dalam pelayanan dan melayani kepada dunia yang sedang
mengerang.55 Itu berarti perempuan dibebaskan untuk melayani kepada yang lain.
perempuan dan laki-laki sehingga pada gilirannya mereka dapat belajar bagaimana
52
F. Hauck, “Koinos” Theological Dictionary of New Testament, Vol. III, Westminster B. Eerdmans Publishing Co,
1964 – 1976, 804 – 809.
53
Letty M. Russel, Growth in Partnership, Philadelphia, The Westminister Press, 1981, 28.
54
Ibid, 29.
55
Letty M. Russel, Human Liberation in a Feminist Perspective a Theology, Philadelphia, The Westminster Press,
1977, 30.
31
Dengan tegas Russel menjelaskan bahwa melayani (diakonia) adalah bentuk yang
Oleh karena itu ada 3 jenis diakonia yang dapat dilakukan dalam pelayanan
tunawisma.
kehidupan masa depan, menolong semua orang yang terbuang dari budaya
56
Letty M. Russel, Human Liberation..., 31.
57
Ibid, 32.
32
Dari uraian di atas dapat disimpulkan Gereja adalah persekutuan orang percaya
kepada Yesus Kristus yang dipanggil ke luar untuk memberitakan Kabar Baik bagi semua
ciptaan. Kabar Baik yang dimaksud adalah keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
adanya rintangan yang disebabkan pandangan teologis dan budaya serta hal praktis
sebagaimana disebutkan di atas yang mengakar kuat dalam Gereja dan bukan tidak
mungkin hal itu juga yang membatasi perempuan sebagai pemimpin Gereja.
berkembang tentang posisi perempuan sebagai warga kelas dua, sudah selayaknyalah
ditinjau kembali dengan pemahaman bahwa manusia, laki-laki dan perempuan adalah
memberikan pemahaman bahwa siapa saja, baik laki-laki atau perempuan memiliki
tanggungjawab yang sama karena itulah dia disebut dan boleh menjadi pemimpin.
Untuk itulah perempuan dan laki-laki terpanggil secara bersama-sama dan bekerjasama
dalam Gereja mewujudkan kesetaraan dan keadilan sehingga keduanya memiliki posisi
yang setara.
1. Feminisme
Kita tahu bahwa orang zaman dahulu menganggap derajat perempuan rendah.
Sebagaimana dikutip oleh John Stott, Plato menganggap nasib malang yang menimpa
33
laki-laki kalau dia berinkarnasi sebagai perempuan. Sedangkan Aristoteles menganggap
perempuan sebagai ‘jenis pria yang tidak lengkap’. Ia menuliskan “ betina adalah jantan
yang tidak sempurna, yang secara tidak sengaja dilahirkan demikian akibat kekurangan
Hal yang sama juga ditemukan dalam doa pagi orang Yahudi, seorang pria Yahudi
setiap pagi mengucap syukur bahwa Allah tidak menciptakan dia “sebagai seorang kafir,
budak atau seorang wanita”.59 Dalam sejarah doktrin, perempuan selalu disalahkan dan
membawa kepada pencobaan dan mengarahkan suku ke dalam dosa asali. Dalam
hukum Yahudi seorang perempuan bukan suatu pribadi, melainkan suatu benda. Ia tidak
mempunyai suatu hak legalpun, ia milik mutlak suaminya, yang boleh diperlakukannya
sesuka hatinya.60 Dalam faktanya perempuan adalah ciptaan kedua, di luar Adam dan
hal tersebut dipakai sebagai bukti memperlakukan perempuan dibawah laki-laki. Juga
dalam pikiran banyak perempuan tidak hanya berbeda dari laki-laki, perempuan adalah
dan tersebar merata sehingga terasa bahwa sudah tiba saatnya masyarakat yang
maupun perempuan dari dominasi kaum laki-laki dan mengangkat pandangan serta
58
John Stott, Isu-Isu Global, Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1994, 334.
59
Letty M. Russel, Ed, Feminist Interpretation of the Bible, Philadephia, West minster Press, 1973, 22-23.
60
Letty M. Russel, Ed, Feminist..., 35.
61
Ibid.
34
nilai kaum perempuan ke dalam kesadaran masyarakat agar berkembang suatu
Feminisme memperjuangkan suatu cara berpikir yang terbuka dan inklusif. Oleh
karena itu feminisme merupakan suatu sikap dan keyakinan yang dapat dianut oleh
kaum laki-laki juga. Pada dasarnya teori feminisme tidak bersifat tunggal, namun ada
banyak alirannya. Meskipun gerakan feminisme berasal dari analisis dan ideologi yang
perempuan. Ada tiga aliran feminisme yang disebut dalam bagian ini yaitu:
Aliran Feminisme Liberal memahami bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada
persoalan tetapi dalam penekanan dalam diri perempuan itu sendiri. Oleh karena itu
berdasar jenis kelamin. Untuk itu dianjurkan baik laki-laki maupun perempuan
merupakan prioritas tertinggi agar tercipta kesempatan yang lebih adil antara laki-
62
Maria Claire Barth-Frommel, Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu, Jakarta, BPK-Gunung Mulia, 2003, 9.
63
Mansour Fakih, Analisis Gender, Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 2010, 80 -83.
64
Dien Sumiyatiningsih, Ringkasan Disertasi Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif Jender, Semarang UNS,
Program Pasca Sarjana, 2010, 25.
35
laki dan perempuan. Agenda yang diperjuangkan adalah di bidang pendidikan,
perempuan berakar pada jenis kelamin laki-laki itu sendiri beserta ideologi
patriarkhinya. Peran tubuh dan seksualitas bagi teori ini mempunyai tempat yang
sangat penting. Bagi mereka, patriarkhi adalah dasar dari ideologi penindasan yang
merupakan sistem hirarkhi seksual dimana laki-laki memiliki kekuasaan superior atas
Dari sini tumbuh sistim patriarkhi (yaitu bapa atau laki-laki) yang berkuasa. Itu
berarti berbagai penindasan sistim patriarkhi yang terjadi dalam ruang pribadi/ranah
privat, juga merupakan penindasan di bidang publik. Oleh karena itu mereka
mengusulkan untuk menuju kepada kesetaraan jender adalah jika ada pengadopsian
Feminisme Sosialis dikenal thn 1970-an, aliran ini memahami bahwa penindasan
perempuan terjadi di kelas manapun bahkan revolusi sosialis ternyata tidak serta
memasukkan perempuan ke dalam masyarakat revolusi di Uni Soviet, Cina dan Kuba
65
Mansour Fakih, Analisis Gender ..., 84-85.
66
Dien Sumiyatiningsih, Ringkasan Disertasi..., 14.
36
membuktikan bahwa revolusi sosialis tidak dengan serta merta membebaskan
perempuan.67
construction) terhadap perbedaan itu.68 Itu berarti ketidakadilan juga bukan karena
konstruksi visi dan ideologi masyarakat serta struktur dan sistem yang tidak adil yang
Menurut aliran ini, alienasi perempuan lebih berat karena kehadirannya hanya
sekedar sebagai pelengkap orang lain, bahkan dia sendiri telah kehilangan jati
dirinya. Oleh karena itu teori ini menyarankan perempuan harus dapat menemukan
jati dirinya secara utuh sebab penindasan terhadap kaum perempuan dapat diatasi
dengan kekuatan dan posisi ekonomi yang baik dari perempuan itu sendiri. 69
keadaan yang sedang dihadapi. Di samping itu mereka memiliki tujuan yang sama
67
Mansour Fakih, Analisis Gender ..., 90 - 93
68
Ibid, 92.
69
Dien Sumayatiningsih, Risalah Disertasi..., 15.
37
2. Jender
Ide jender dalam dunia kontemporer Barat dipengaruhi oleh legalitas filsafat
klasik Yunani yang lebih mencatat binari atau bentuk dualis karakter bawaan dan relasi
manusia. Meskipun secara simbolis dan empiris memberi gambaran representasi jender
tradisional.70 Hal itu merupakan fenomena dikotomi, seperti dualisme yang adalah
nyata produksi pengkategorian manusia. Jender adalah suatu sifat yang melekat pada
laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh masyarakat secara sosial maupun budaya
dalam kaitannya dengan relasi antara laki-laki dan perempuan.71 Misalnya perempuan
itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap:
kuat, rasional, jantan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu
Jender adalah seperangkat peran yang menyampaikan kepada orang lain bahwa
kita adalah maskulin atau feminim.73 Perangkat perilaku khusus yang mencakup
pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas,
peran itu berubah seiring dengan waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur
lainnya. Peran itu juga amat dipengaruhi oleh sosial, usia dan latarbelakang etnis.74
secara sosial atau kultural, melalui ajaran dan keagamaan maupun negara. Jender akan
70
Elaine Graham, Making The Difference, North America, Fortress Press, 1996, 12.
71
Rahayu Relawati, Konsep dan Aplikasi Penelitian Gender, Bandung, Muara Indah, 2011, 3-5.
72
Mansour Fakih, Analisis Gender..., 7 – 10.
73
Julia Cleves Mosse, Gender & Pembangunan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, 3 – 5.
74
Ibid.
38
menentukan seksualitas, hubungan dan kemampuan kita untuk membuat keputusan
dan bertindak secara otonom. Jender bisa satu-satunya faktor penting akan membentuk
adalah :
Marginalisasi perempuan adalah suatu proses pemiskinan atas satu jenis kelamin
tertentu dalam hal ini perempuan dan juga pendeta perempuan di Gereja HKBP
jender dapat bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi
dalam rumah tangga, masyarakat kultur dan bahkan negara. Menurut Mansour
dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki-laki dan perempuan yang
diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan. Misalnya dalam pemberian
merupakan perlakuan yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan, telah
75
Dwi J Narwoko, – Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Edisi Ketiga, Jakarta, Kencana,
2010, 341.
76
Mansour Fakih, Analisis Gender...,13 – 14.
39
terdapat dalam budaya Batak telah membuat pembatasan hak kepada perempuan,
kelas dua. Juga ada anggapan masyarakat bahwa perempuan itu emosional, irasional
dalam berpikir sehingga tidak bisa tampil sebagai pemimpin akibatnya perempuan
hanya ditempatkan pada posisi yang tidak penting.77 Perempuan adalah subordinasi
dan pencipta budaya, dan perempuan diletakkan begitu kuat kepada reproduksi dan
ruang publik.78
subordinasi dari ruang sosial yang disebabkan oleh definisi bahwa perempuan
Oleh karena itu dalam rumah tangga sering terdengar jika keuangan keluarga
77
Narwoko, Dwi, J – Suyanto Bagong, Sosiologi Teks..., 341 – 342.
78
Elaine Graham, Making the Difference, Minneapolis, Fortress Press, 1996, 64.
79
Ibid, 69.
40
anaknya maka anak laki-laki akan mendapatkan prioritas utama.80 Juga hal itu
anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani suami. Stereotipe
Oleh karena itu dalam budaya Batak perempuan dibatasi menempuh pendidikan
yang lebih tinggi karena akhirnya dia akan bekerja di dapur mengurus anak dan
suaminya. Juga karena alasan bahwa kalau nanti dia berhasil tidak menjadi
kebanggaan keluarga dan bukan penerus marga orangtuanya sebab dia akan
Disamping itu bahasa sebagai alat komunikasi sangat bias jender. Setiap
belajar memainkan peran feminim atau maskulin. Sebab setiap masyarakat memiliki
bahasanya sendiri. Sejak lahir sampai dewasa kita meniru, mempelajari dan
80
Mansour Fakih, Analisis..., 16.
81
Ibid, 16-17.
41
mempraktekkan cara-cara khusus yang telah dibentuk oleh masyarakat bagi kita
Sangat jelas sekali bahwa jender dalam masyarakat dan budaya Batak telah
dan Gereja.
Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun
dasarnya berasal dari berbagai sumber, namun salah satu kekerasan terhadap satu
jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh anggapan jender. Kekerasan yang
disebabkan oleh bias jender ini disebut gender-related violence. Pada dasarnya
masyarakat.83
diantaranya:84
ini seringkali tidak bisa terekspresikan disebabkan oleh pelbagai faktor, misalnya
82
Richards Halloway, ed, Who Needs Feminism, London, Biddlest Ltd, Guildford and King’s Lynn, 1991,
138 – 140.
83
Mansour Fakih, Analisis Gender dan..., hl. 17.
84
Ibid, 17 – 20.
42
ketakutan, malu, keterpaksaan yang terjadi dalam baik ekonomi, sosial maupun
Kedua, tindakan pemukulan dan serangan fisik yang terjadi dalam rumah tangga
Ketiga, bentuk penyiksaan yang mengarah kepada organ alat kelamin (genital
diajukan oleh suatu masyarakat untuk melakukan penyunatan. Namun salah satu
alasan terkuat adalah, adanya alasan dan anggapan bias jender di masyarakat, yakni
negara selalu menggunakan standar ganda terhadap pekerja seksual. Di satu sisi
pemerintah melarang dan menangkapi mereka, tetapi di lain pihak negara juga
menarik pajak dari mereka. Sementara seorang pelacur dianggap rendah oleh
masyarakat, namun tempat pusat kegiataan mereka selalu ramai dikunjungi orang.
tersebut, meskipun persoalannya tidak saja pada perempuan melainkan berasal dari
43
kaum laki-laki juga. Namun akibat bias jender, perempuan dipaksa sterilisasi yang
menyentuh bagian tertentu dari tubuh perempuan dengan pelbagai cara dan
kesempatan tanpa kerelaan si pemilik tubuh. Jenis kekerasan ini sering terjadi di
dilakukan di masyarakat yakni yang dikenal dengan pelecehan seksual atau sexual
and emotional harassment. Ada banyak bentuk pelecehan dan yang umum terjadi
adalah unwanted attention from men. Banyak orang membela bahwa pelecehan
seksual itu sangat relatif karena sering terjadi tindakan itu merupakan usaha untuk
bagi perempuan.
1. Menyampaikan lelucon jorok secara vulgar pada seseorang dengan cara yang
kehidupan pribadinya.
4. Meminta imbalan seksual dalam rangka janji untuk mendapatkan kerja atau
44
5. Menyentuh atau menyenggol bagian tubuh tanpa ada minat atau tanpa
Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin,
serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua
Konsekwensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras untuk menjaga
kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari menyapu dan mengepel
lantai, memasak, mencuci, mencari air untuk mandi hingga memelihara anak. Di
kalangan keluarga miskin beban yang sangat berat ini ditanggung oleh perempuan
Hal itu terjadi karena bias jender yang mengakibatkan beban kerja tersebut
semua pekerjaan domestik, dianggap dan dinilai lebih rendah dibandingkan dengan
Akibatnya karena anggapan jender ini sejak dini perempuan telah diasosiasikan
untuk menekuni peran jender mereka. Di lain pihak kaum laki-laki tidak diwajibkan
secara kultural untuk menekuni berbagai jenis pekerjaan domestik. Kesemua ini
85
Mansour, Fakih, Analisis Gender dan..., 18-20
86
Ibid.
45
telah memperkuat pelanggengan secara kultural dan struktural beban kerja kaum
perempuan.
Dalam golongan kelas menengah dan kaya beban kerja itu kemudian
dilimpahkan kepada pembantu rumah tangga (domestic workers) yang konon adalah
perempuan juga. Sesungguhnya mereka telah menjadi korban dari bias jender di
masyarakat. Mereka bekerja lebih lama dan berat, tanpa perlindungan dan
kejelasan kebijaksanaan negara. Disamping itu belum adanya kemauan politik untuk
tersebut memang belum dapat dilihat secara transparan oleh masyarakat luas.
Istilah jender berguna karena istilah itu mencakup peran sosial kaum perempuan
maupun laki-laki. Hubungan antara laki-laki dan perempuan sangat penting dalam
Menurut Julia Cleves Mosse,88 pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dan
laki-laki dalam masyarakat tertentu ditetapkan oleh kelas, jender dan suku. Tetapi
sebagian perempuan juga hidup dalam keluarga dan hubungan jender di dalam
keluarga tersebut mewakili aspek yang amat penting tentang cara bagaimana
sumber daya, pembagian kerja dan hubungan di luar keluarga, semuanya diputuskan
87
Mansour, Fakih, Analisis Gender dan ...,18-20
88
Julia Cleves Mosse, Gender dan..., 8 -9.
46
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketidakadilan jender dalam bentuk
tempat kerja organisasi maupun dunia pendidikan, dalam adat istiadat masyarakat dan
keyakinan di individu, keluarga hingga pada tingkat negara dan Gereja. Pemahaman ini
telah memposisikan perempuan sebagai warga kelas dua sehingga hal itu membatasi
perlu ditingkatkatkan untuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam
Istilah kepemimpinan membutuhkan semacam panduan dan penjelasan yang tepat yang
mengarahkan sekelompok orang, sekaligus memberikan rasa aman satu dengan yang lain. Akan
tetapi, istilah itu tidak dapat diaplikasikan dalam konteks kepemimpinan yang lebih luas
terutama dalam gerakan yang hendak terlibat, menerobos, sekaligus mentransformasi budaya
– tugas gereja yang terlibat dalam misi. Dalam bagian ini penulis hanya membahas teori
kepemimpinan yang melayani sebagaimana telah dinyatakan Yesus, sang Kepala Gereja.
1. Pengertian Kepemimpinan.
yang berlaku sepanjang waktu dalam kaitannya dengan Gereja tanpa memperhatikan
47
konteks atau tradisi tertentu. James Kouzes dan Barry Possner89 menekankan,
kepemimpinan bukanlah milik pribadi dari beberapa orang yang memiliki kharisma.
Kepemimpinan adalah proses yang digunakan oleh orang-orang biasa ketika mereka
memberikan apa yang terbaik dari diri mereka dan dari orang lain. Kepemimpinan
adalah kapasitas Anda untuk menuntun orang lain ke tempat yang belum mereka (dan
berarti waktu untuk hidup dan belajar). Selanjutnya siapa yang menjalankan tugas
sebagai pemimpin dalam situasi tertentu tergantung pada seberapa luas tugas yang
dapat ditangani dan ada tidaknya orang yang memiliki kemampuan yang tepat.
memengaruhi yang dibagikan di antara semua anggota-anggota grup. Oleh karena itu
kepemimpinan tidak dibatasi oleh penggunaan pengaruh seseorang dalam posisi atau
peran khususnya melainkan juga para pengikutnya adalah bagian dari proses
Dalam cakupan yang lebih luas Robert Banks dan Bernice M. Ledbetter92
48
panjang dan dengan demikian, akan mempengaruhi bahkan memberdayakan cukup
kepercayaan atau nilai-nilai orang lain untuk membuat suatu perbedaan dalam
perbaikan kualitas.
kepercayaan bawahan tentang arah dan tujuan dari organisasi yang dapat merubah nilai
dari bawahan. Hal itu dapat memotivasi pengikut mengabaikan kepentingan pribadi dan
bekerja untuk kepentingan organisasi untuk mencapai hasil yang signifikan. Kepemimpinan
sehingga mereka bekerja tanpa pamrih dan mencapai hasil melebihi apa yang diharapkan
mendefinisikan servant leadership, Greenleaf menulis “If one is servant, either leader or
93
Jony Oktavian Haryanto, Kepemimpinan Yang Melayani, Salatiga ,Universitas Kristen Satya Wacana, 2004, 5.
94
Ibid, 6-7.
49
follower, one is always searching, listening, and expexting that a better wheel for these time
is in the making”.95 Selanjutnya dikatakan, pemimpin natural adalah orang yang mengerti
bahwa dia adalah pelayan terlebih dahulu yang menempatkan kepentingan orang lain
pemimpin dengan pengikut yang ia bantu untuk berkembang dalam reputasi, kemampuan
atau dalam sejumlah hal memberi kontribusi untuk membangun mereka menjadi orang
yang lebih berguna dan bahagia. Pemimpin yang melayani mengembangan kemampuan
para pengikutnya untuk memberi kontribusi bagi organisasi. Pemimpin yang melayani
keduanya berfokus pada proses antara pemimpin dan pengikut. Hubungan antara
pemimpin dan pengikutnya menekankan proses antara keduanya yaitu visi, pengaruh,
kredibilitas, kepercayaan dan pelayanan. Servant leadership muncul dari prinsip yang dianut
oleh pemimpin, nilai-nilai dan kepercayaan. Melayani pihak lain berarti pemimpin
Itulah sebabnya pemimpin yang melayani terus menerus mencoba menemukan hal-hal
yang diperlukan orang-orang mereka untuk berhasil. Pemimpin yang melayani memiliki rasa
95
Robert K. Greenleaf, Servant Leadership, A journey into the Nature of Legitimate Power & Greatness, New York,
Paulist Press, 2002, 23.
96
Ibid, 27.
97
Robert P. Neuschel, Pemimpin yang..., 107.
98
Jony Oktavian Haryanto, Kepemimpinan yang..., 45.
50
kemanusian yang tinggi karena dia melayani orang-orang bukan untuk memperoleh lebih
banyak dari mereka; melainkan karena ingin meningkatkan harga diri mereka dan
kebanggaan orang-orang itu. Hal ini semata-mata bukan hanya melayani untuk
a. Perjanjian Lama
Dalam Alkitab, Perjanjian Lama sudah ada ditulis transformasional leadership atau
servant leadership. Beberapa contoh pemimpin-pemimpin yang ada dalam Alkitab dengan
jelas menunjukkan contoh pemimpin yang sukses karena mereka memiliki gaya
Bapa orang percaya. Abraham (Kejadian 12: 1-9) dan Nehemia (Nehemia 2: 1-10) disebut
tersebut:
Abraham adalah seorang monoteis (hanya percaya kepada satu orang Tuhan yang
disuruh Allah pergi ke suatu tempat yang dia belum ketahui. Visi ini merupakan tongkat
maraton dari Abraham ke Ishak ke Yakub dan ke anak-anak Yakub, sehingga mengubah
jalan hidup bangsa Israel selama berabad-abad. Abraham tidak hanya mempunyai visi saja
tetapi dia mampu mengkomunikan kepada anak cucunya beratus-ratus tahun kemudian.
c. Abraham perduli terhadap sesama manusia dan memiliki rasa keadilan yang kuat.
51
d. Abraham adalah seorang yang rendah hati
b. Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru juga dapat ditemukan servant leadership ini dicontohkan dan
“Saya telah memberikanmu contoh” (Yohanes 13: 15). Tuhan Yesus mengenakan
handuk dari seorang hamba, dan kita harus mengenakannya juga. Dia mengatakan,
“Tidak ada pelayan lebih besar daripada tuannya” (ayat 16), sebab pelayanan bukan
hanya peran yang telah dimainkan Tuhan Yesus dalam dunia, tetapi karakter nyata yang
dimilikiNya.99
Tuhan Yesus menentang struktur otoritas abad lama dan membalikkan seluruh isu
otoritas menjadi isu pelayanan. Yesus memahami bahwa model kepemimpinan Yunani
sangat jelas sekali hirarkhi. Dalam perkelahian kecil siapa yang dapat kursi di dekat raja
(Matius 20: 25 – 28), Yesus meluncurkan model kerajaan yang melayani. Etika
kepemimpinan dalam kerajaan akan mencapai komitmen hati.100 Itu berarti cara
otoriter tidak akan terjadi. Sebaliknya jika ingin menjadi yang terkemuka, harus berhasil
99
Del Birkey, The House Church, Pennsylvania, Herald Press, 1988, 87 – 88.
100
Ibid, 88.
52
melayani. Jika ingin menjadi yang pertama, kau harus menjadi yang terakhir, hamba dari
semua (Markus 9: 35). Kehebatan di antara pengikutnya tidak akan diukur dalam jumlah
peringkat kecerdasan pribadi tetapi dalam kualitas kerendahan hati pribadi dalam
kehambaan.
dia menjadi pelayanmu.” Pemimpin yang hebat juga pelayan yang hebat. Tuhan Yesus
telah memberikan pelayanan kepada tubuhNya, yaitu Gereja. Dia memberikan sikap
masyarakat sekuler. Sebaliknya kehidupan dipanggil sama sekali bagi model baru, bukan
definisi belaka.
Kitab suci (Alkitab) melarang dengan keras sikap “memerintah atas orang lain”
Petrus mengimbau para penatua Gereja agar tidak “memerintah atas kawanan domba
itu” (I Petrus 5:8). Rasul Petrus juga menerapkan servant leadership dalam
gembala tidak dapat dilakukan secara efektif tanpa hati seorang gembala.
dengan sukarela. Seorang pemimpin Kristen tidak boleh bersikap sebagai diktator.
Seorang pemimpin yang ambisius dapat menjadi seorang tiran yang picik dengan sikap
53
mau memerintah. Pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang mau melayani.101
meskipun dengan berbuat demikian pemimpin itu tidak akan selalu menjadi popular.
adalah gurumu dan kamu semua adalah saudara (Mat 23: 8). Perjanjian Baru
dominasi, namun ada pergeseran pemahaman secara serius dari pengajaran yang
diberikan Tuhan Yesus bahwa siapa hendak memimpin di antara kamu hendaklah dia
menjadi hamba dan bukan penguasa. Bahasa kepemimpinan Perjanjian Baru adalah
salah satu relasi horizontal, memimpin dan mengikuti, penyerahan sukarela dan layanan
1. Satu-satunya otoritas akhir yang diakui orang percaya adalah otoritas mutlak Tuhan
Yesus, hanya Dia dan tidak ada perantara lain (Filipi 2: 10 – 11).
2. Dasar otoritas rasul diwujudkan dalam kanon PB, mereka tidak memiliki penerus.
Kekuasaan Kristus didelegasikan kepada mereka, dan setiap generasi orang percaya
101
Jony O. Haryanto, Kepemimpinan yang..., 26 -28.
102
Del Birkey, The House..., 89 – 90.
54
3. Dimanapun dalam PB pemimpin-pemimpin Gereja, menginstrusikan melatih
kekuasaan atas umat Tuhan. Otoritas gerejawi selalu otoritas menyeluruh (Kisah
Para Rasul 15). Otoritas gerejawi tidak pernah dikemas hanya untuk setiap pendeta
4. Otoritas dalam memimpin umat Tuhan selalu dihubungkan pada fungsinya bukan
kebijaksanaan dan konseling yang baik. Lebih jauh kata Yunani sering diterjemahkan
taat dalam referensi pemimpin spiritual lebih secara literatur “menjadi menderita”
(Ibrani 13, 7)
5. Kepemimpinan menurut gaya Paulus adalah masalah mode baik dalam karakter
6. Hanya ada satu kepala dalam tubuh, Yesus sendiri (Efesus 1: 15–23; Kolose 1: 15 -
Lebih jauh jenis pribadi yang diperlengkapi menjadi pemimpin dalam Gereja PB
55
4.Siapakah Pemimpin yang melayani.
Servant leadership adalah yang pertama pelayan, diawali dengan perasaan alamiah
intuisi yang dipahami Greenleaf sebagai “sebuah perasaan terhadap pola-pola” para
pemimpin yang melayani akan membuat konsep daripada begitu saja melancarkan
Kita terlalu merasa puas menjadi kritikus dan para ahli. Ada terlalu
banyak perputaran roda intelektual, terlalu banyak yang tenggelam
dalam “riset”, terlalu sedikit persiapan dan kemauan untuk mengambil
alih tugas-tugas yang sulit dan berisiko tinggi untuk membangun intuisi
yang lebih baik dalam dunia yang tidak sempurna dan terlalu sedikit
kecenderungan untuk melihat bahwa “masalah” itu ada di dalam dan
bukan di luar. Singkatnya yang menjadi musuh sebenarnya adalah
mereka yang terlahir sebagai pelayan alamiah yang memiliki potensi
memimpin, tetapi tidak memimpin atau yang memilih mengikuti
seorang yang bukan berjiwa seorang hamba.104
Oleh karena itu menurut Greenleaf ada beberapa hal yang ditemukan dalam diri Servant
Leadership yaitu:105
1. Sesuatu diawali dari inisiatif individu. Pikiran, sikap dan tindakan dari setiap orang
diawali dari konsep individu yang lahir dari inspirasi. Pemimpin yang melayani
membutuhkan lebih dari inspirasi. Pemimpin yang berinisiatif membangun ide dan
sukses.
103
Robert K. Greenleaf, Servant leadership..., 27.
104
Ibid, 45.
105
Ibid, 45 – 55.
56
2. Mimpi adalah konsep visioner menggerakkan dan menjadikan kepemimpinan
mencapai gol sehingga sekalipun resiko tinggi, bawahan dapat menerima dan
mengikuti pemimpin.
3. Visi, adalah sebuah tindakan untuk melihat objek eksternal, yaitu kemampuan untuk
melihat, penglihatan; Visi lebih sempurna dan akurat pada hewan daripada manusia.
Dapat juga dikatakan visi sesuatu yang diimpikan untuk dilihat, kadang-kadang tidak
nyata dan masih bersifat abstrak. Visi memberikan semangat dan mengubah tujuan
menjadi tindakan nyata. Oleh karena itu visi merupakan sebuah realita yang belum
Seorang pemimpin haruslah seseorang yang memiliki visi, pandangan dan mampu
untuk mengetahui cara berpikir dari pihak lain. Banyak penulis teori kepemimpinan
memungkinkan seseorang mendeteksi pola dan trend yang selama ini dipegang
sehingga dapat menuntun pemimpin untuk masa kini dan masa yang akan datang.
dan mental positif dalam mencapai harapan yang dikehendaki. Mental positif ini
yang disebut visi atau kadang juga disebut sebagai tujuan dari misi. Kemudian
106
Jony Oktavian Haryanto, Kepemimpinan ..., 9.
57
b. Indera untuk mengetahui hal yang tidak belum diketahui
spontan setiap masalah dengan lebih dahulu mendengar. Pemimpin yang secara
benar dan mampu membangun kekuatan bagi orang lain. Oleh karena itu jangan
takut diam, sebab dengan diam kita dapat mengembangkan apa yang ada dalam
pikiran kita.
5. Pengaruh
Pengaruh memiliki peranan yang sangat penting dalam hubungan antara pemimpin
yang dipimpin, terutama dalam pemenuhan tujuan mereka. Oleh sebab itu
pengaruh merupakan hal yang vital untuk memperoleh kerjasama dari pihak lain
6. Kredibilitas
Hal yang sangat penting lainnya dalam memahami dan menerapkan servant
yang melayani didasarkan pada ketergantungan dan kepercayaan antara atasan dan
58
tehnologi dan pengembangan baru dalam bidangnya. Pemimpin yang memiliki
pihak lain dengan memberikan keyakinan, dengan memfasilitasi citra yang positif,
7. Kepercayaan
diperoleh. Pemimpin yang terbaik adalah yang transparan, melakukan apa yang
mereka katakan dan bertindak dalam nilai-nilai yang benar. Kepercayaan sangat
diwakili melalui ide dari persahabatan dan kepercayaan dengan pihak lain. Ada 4
a. kompetensi
b. keterbukaan
c. keprihatinan
d. reliability
59
8. Pelayanan
oleh Greenleafs bahwa menjadi seorang pemimpin yang melayani dimulai dengan
perasaan alamiah yang menganggap bahwa pada dasarnya orang ingin dilayani dan
melayani terlebih dahulu.108 Salah satu faktor utama dari kepemimpinan yang baik
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpin adalah sebuah hubungan
dimana satu orang memengaruhi pikiran, perilaku, kepercayaan atau nilai orang lain untuk
membuat suatu perbedaan dalam kehidupan sekitar mereka. Kepemimpinan itu merupakan
tujuan. Oleh karena itu kepemimpinan melibatkan seorang pemimpin dan orang-orang yang
dipimpinnya secara bersama melayani sesama. Dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah
pelayan.
Kepemimpinan Yesus menjadi dasar dan teladan bagi setiap kepemimpinan yang ada
sebagaimana seluruh hidupNya adalah melayani. Oleh karena kepemimpinan yang melayani
adalah memberikan pelayanan kepada pihak lain. Pemimpin haruslah mengetahui bahwa tugas
dan kewajiban utama dari pemimpin adalah melayani kebutuhan dan kepentingan dari pihak
lain.
107
Jony Oktavian Haryanto, Kepemimpinan yang..., 49.
108
Robert K. Greenleaf, The Servant..., 27.
60