(EKKLESIOLOGI)
Teologia Reformed
John Calvin: "Gereja adalah pemberita dan pendengar yang setia Injil Allah dan
pelaksana sakramen, sebagaimana ditetapkan Tuhan Yesus"
Apakah gereja itu ? Banyak orang mengatakan bahwa gereja itu bangunannya
yang megah, besar, di atasnya ada tanda salib. Itukah gereja ? Tidak. Saya akan
membagi 3 macam definisi gereja, yaitu :
Pertama, gereja adalah tubuh Kristus. Gereja disebut gereja karena gereja
adalah tubuh Kristus di mana di dalam tubuh Kristus terdapat beragam anggota
yang bersatu padu mengerjakan tugas dan panggilan yang Kristus percayakan.
Meskipun masing-masing anggota mendapatkan karunia berbeda-beda dalam
mengerjakan panggilan Kristus, mereka harus bersatu di dalam pengajaran para
rasul dan para nabi (yaitu Alkitab). Efesus 2:20 memberikan pengajaran kepada
kita bahwa dasar gereja sebagai tubuh Kristus yaitu pembangunan doktrin yang
diturunkan dari para rasul dan nabi (apostolic faith/iman rasuli).
Kedua, gereja adalah bait Roh Kudus. Sebagai bait Roh Kudus, gereja yang
menghadirkan karunia-karunia Roh Kudus. Hal ini jangan disalahmengerti.
Gereja yang menghadirkan karunia-karunia Roh Kudus tidak berarti gereja itu
memutlakkannya seperti yang terjadi pada banyak gereja
Karismatik/Pentakosta. Gereja yang menghadirkan karunia-karunia Roh Kudus
adalah gereja yang masing-masing anggotanya melayani Tuhan sesuai dengan
karunia-karunia Roh Kudus yang dipercayakan kepada mereka. Daftar karunia-
karunia Roh Kudus dapat dilihat di dalam 1 Korintus 12:8-11 dan telah
dijelaskan pada poin Doktrin Roh Kudus.
Ketiga, gereja adalah persekutuan orang-orang percaya. Definisi terakhir,
gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil keluar dari
kegelapan menuju ke terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9). Itulah yang dimaksud
gereja yang dalam bahasa Yunani : ekklesia. Kata ekklesia dibagi menjadi dua,
yaitu kata ek yang artinya keluar dan kaleo berarti dipanggil, sehingga ekklesia
berarti dipanggil keluar. Oleh karena dipanggil keluar dari kegelapan menuju
terang-Nya yang ajaib, maka gereja tidak berisi orang-orang suci 100% (hanya
kurang 2 sayap).
Gereja sejati adalah gereja yang berisi persekutuan orang-orang pilihan Allah
yang berdosa tetapi sudah mendapatkan panggilan Allah sehingga mereka dapat
melihat terang Allah yang ajaib dan memberitakan terang-Nya kepada orang
lain. Dengan kata lain, di dalam gereja sejati, ada persekutuan (fellowship).
Persekutuan ini meliputi ada saling keterikatan hubungan satu sama lain.
Misalnya, sesama jemaat dapat menguatkan iman, menegur, menasehati,
mengajar atau bahkan menghibur mereka yang bersedih. Gereja yang tidak
menjalankan persekutuan adalah gereja yang patut diwaspadai.
Dalam Kisah Para Rasul kata 'Ekklesia' terutama ditujukan pada orang Kristen
yang diam dan bersekutu di kota tertentu, seperti di Yerusalem. (Kisah Para
Rasul 5:11, Kis. 11:22, Kisah Para Rasul 12:1 & 5, Kisah Para Rasul 9:31) atau di
Anthiokia (Kisah Para Rasul 13:1).
2. Pembagian Gereja
Gereja yang kelihatan adalah gereja yang berwadah organisasi, tetapi gereja
yang tidak kelihatan adalah gereja yang tidak berorganisasi tetapi organis
(bersifat hidup). Gereja yang kelihatan harus memenuhi syarat gereja yang tidak
kelihatan yaitu meliputi pengajaran iman dari zaman ke zaman, bersifat
universal dan kudus, sedangkan gereja yang tidak kelihatan belum tentu
termasuk gereja yang kelihatan, mungkin karena alasan di suatu negara gereja
yang tidak kelihatan itu tidak diizinkan membangun gedung gereja. Meskipun
gereja yang tidak kelihatan tidak diizinkan membangun gedung gereja, gereja
tersebut tetap disebut gereja, karena inti gereja bukan bangunan, gedung,
organisasi, tiang pancang, dll, tetapi orang-orangnya/persekutuan orang-orang
percaya. Gedung gereja boleh dihancurkan, tetapi persekutuan orang-orang
percaya tak mungkin bisa dihancurkan.
3. Tugas Gereja
Lalu, apa tugas gereja ? Ada tiga tugas gereja yang harus dimengerti, yaitu
Setelah kita mengerti tri tugas gereja, marilah kita mengerti tentang jabatan
(dan pemerintahan gereja). Prof. Dr. Louis Berkhof di dalam buku Teologi
Sistematika : Doktrin Gereja membagi 7 macam pemerintahan gereja, yaitu (6
yang salah, dan terakhir yang benar) :
Kedua, sistem Erastian yang diberi nama sesuai dengan Erastus (1524-1583)
yang menganggap Gereja sebagai masyarakat yang memiliki eksistensi dan
bentuknya berdasarkan peraturan negara. Bagi mereka, para pejabat Gereja
hanya bertugas memberitakan Firman Tuhan, sedangkan yang mengurusi
masalah disiplin gereja, pengaturan, dll adalah tugas negara. Sistem ini dipakai
di Inggris, Skotlandia dan Jerman (Gereja Lutheran). Bagi Berkhof, prinsip ini
sangat bertentangan dengan prinsip Alkitab bahwa pertama, Kristus adalah
Kepala Gereja dan kedua, gereja dan negara adalah dua hal yang berbeda dalam
: asal usulnya, tujuan utama, kekuasaan yang mereka laksanakan dan
pengaturan kekuasaannya. (Berkhof, 1997, p. 54)
Keempat, sistem Roma Katolik atau identik dengan sistem Episkopal yang
percaya bahwa mereka adalah penerus para rasul (khususnya Petrus yang
mereka anggap lebih utama dari para rasul lainnya), sehingga tidak heran,
mereka mempercayai sistem monarki absolut di bawah pemerintahan Paus
karena Paus yang tidak bersalah (infallibility of the Pope) adalah wakil Kristus.
Di bawah Paus, ada ordo-ordo/kelas-kelas yang lebih rendah untuk memerintah
Gereja secara ketat (seperti Kardinal, Pastur, dll). Di dalam sistem ini, jemaat
sama sekali tidak memiliki suara dalam pemerintahan Gereja dan lebih celaka
lagi, apa yang Paus katakan adalah apa yang “Allah” katakan jadi harus ditaati
oleh semua jemaat. Dr. Berkhof mengajarkan bahwa sistem ini bertentangan
dengan Alkitab, karena Alkitab sama sekali tidak menyebut Petrus sebagai rasul
paling utama di antara rasul-rasul lainnya.
Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Kristus adalah Kepala atas segala
sesuatu. Ia adala hTuhan dari alam semesta, bukan sekedar sebagai Pribadi
kedua dalam Tritunggal, tetapi jjuga dalam keadaan-Nya sebagai Pengantara,
Matius 28:18 ; Efesus 1:20-22 ; Filipi 2:10,11 ; Wahyu 17:14 ; 19:16. Dalam
pengertian yang sangat khusus, Ia adalah Kepala Gereja di mana Gereja adalah
tubuh-Nya...Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Kristus adalah Kepala
Gereja, bukan saja dalam hubungannya yang vital dengan Gereja, tetapi juga
sebagai Legislator dan Raja.
Dalam pengertian organik dan vital, Ia adalah Kepala yang utama, walaupun
tidak secara eksklusif, dari Gereja yang tidak nampak yang membentuk tubuh-
Nya secara spiritual. Ia juga kepala bagi Gereja yang nampak bukan hanya
dalam pengertian organik saja, tetapi juga dalam pengertian bahwa Ia adalah
pemegang otoritas dan memerintah atasnya, Matius 16:18,19 ; 23:8,10 ; Yohanes
13:13 ; 1 Korintus 12:5 ; Efesus 1:20-23 ; 4:4,5,11,12 ; 5:23,24...
...sebagai tambahan para pejabat Gereja menerima suatu kuasa yang diperlukan
oleh mereka untuk melaksanakan tugas mereka dalam Gereja milik Kristus.
Mereka memiliki kuasa yang umum yang dilimpahkan kepada Gereja, dan juga
menerima otoritas dan kuasa sebagai pejabat langsung dari Kristus. Mereka
adalah wakil, bukan sekedar sebagai pelaksana atau delegasi dari jemaat...
Mengenai jabatan gereja, John Calvin menetapkan empat jabatan gerejani, yaitu
:
· Elders were 12 laymen whose task was to serve as a kind of moral police force,
mostly issuing warnings, but referring offenders to the Consistory when
necessary. (Tua-tua adalah kelompok 12 orang awam yang tugasnya untuk
melayani semacam kuasa polisi moral, yang paling banyak mengeluarkan
peringatan-peringatan, tetapi menunjuk orang-orang yang melanggar hukum
menuju ke Konsistori/Pengadilan kalau perlu.)
(sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/John_Calvin)
Terakhir, kita akan mengerti lebih dalam lagi tentang panggilan gereja yang
sejati. Di dalam perspektif theologia Reformed, gereja memiliki dua macam
panggilan, yaitu :
Pertama, panggilan ke dalam (inner atau internal calling). Artinya, gereja sejati
harus menjalankan panggilan Allah untuk melakukan dua hal : pertama,
mengajar doktrin. Rasul Paulus mengajarkan prinsip ini, “…sampai kita semua
telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan
mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di
dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang
adalah Kepala.” (Efesus 4:13-15)
Gereja yang mengabaikan pengajaran doktrin secara ketat adalah gereja yang
amat sangat perlu diwaspadai, karena ingatlah : gereja bukan hanya sekedar
kumpul-kumpul. Seorang gembala sidang GBI Rehobot, Jakarta, Pdt. Erastus
Sabdono, M.Th. menyatakan, “Gereja adalah Sekolah Alkitab.” Hal ini benar,
karena di dalam gereja, kita harus belajar Alkitab untuk lebih mengenal Allah
dan Firman-Nya. Hal kedua, menjalankan sakramen. Berarti, gereja yang sehat
harus menjalankan sakramen yang telah ditetapkan oleh Kristus sendiri.
Dalam hal ini, gereja Roma Katolik menjalankan 7 macam sakramen, sedangkan
gereja Protestan menjalankan dua macam sakramen, yaitu Baptisan dan
Perjamuan Kudus. Mana yang benar ? Kristus sendiri mengajarkan dua macam
sakramen, yaitu baptisan (Matius 28:19) dan Perjamuan Kudus (Matius
26:26-29 ; Lukas 22:16-20). Mengenai baptisan, di dalam tradisi gereja dari
gereja mula-mula, baptisan dijalankan dengan cara menyiramkan air dari atas
kepala orang yang dibaptis (baptisan siram). Tetapi entah mengapa tradisi ini
digeser oleh kaum Anabaptis (Radical Reformation/Reformasi Radikal) dengan
cara baptisan selam. Lalu, tradisi baptisan selam dipakai dan bahkan
dimutlakkan di banyak gereja Karismatik/Pentakosta dengan mengklaim bahwa
kalau tidak dibaptis selam, berarti tidak selamat, karena baptisan selam itu
diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Tetapi hal ini tidak berarti kita boleh bebas untuk tidak perlu dibaptis. Baptisan
pasti berkaitan erat dengan keselamatan (soteriologi). Kalau baptisan adalah
konfirmasi, maka pasti sebelum baptisan, ada karya Allah yang membuat orang
yang dibaptis ini akhirnya dapat mempercayai Kristus. Itulah karya Roh Kudus.
Anak-anak pun (yang termasuk umat pilihan Allah) juga diselamatkan bukan
melalui “iman” pribadi, tetapi melalui anugerah Allah yang telah memberikan
iman kepada mereka.