Anda di halaman 1dari 8

GEREJA KELIHATAN DAN TIDAK KELIHATAN

Sri Indra Yenni


Institut Agama Kristen Negeri Toraja
Srindrayenni@gmail.com
Abstrak: Gereja sudah berada dalam rencana kekal Tuhan Allah. Gereja bukanlah
gedung, gerja juga bukan organisasi atau administrasi. Gereja adalah tubuh Kristus,
gereja adalah umat Tuhan. seluruh umat Tuhan ini disebut sebagai Bait Allah yang
hidup di dalam dunia. Gereja adalah kaum pilihan, hasil tebusan Allah. Gereja adalah
bangsa yang kudus dan imamat yang rajani. Gereja adalah garam dan terang dunia.
Gereja adalah saksi Kristus di dunia di tengah orang berdosa. Maka Allah Bapa, Allah
Anak, Allah Roh Kudus dan Allah Tritunggal adalah yang mengerjakannya sehingga
muncul anggota-anggota gereja yang sejati.
Kata kunci : Gereja, kelihatan dan tidak kelihatan, persekutuan, Tritunggal
Pendahuluan
Dalam Perjanjian Baru khususnya dalam Matius 16,18 mempergunakan kata
“Ekklesia” untuk istilah gereja. Sedangkan dalam Perjanjian Lama menggunakan
kata “Kahaal”. Pada zamannya orang-orang timur dekat menggunakan istilah
Ekklesia untuk menggambarkan suatu perkumpulan warga masyarakat secara
umum. Persekutuan ini kadang-kadang untuk kerumunan massa yang terjadi akibat
suatu peristiwa (Kisah Para Rasul 19:32;39&41). Kemudian pemahaman Ekklesia
ini berkembang menjadi suatu persekutuan yang khusus bagi jemaat atau umat
Allah dalam rangka beribadah kepada Tuhan. Sampai saat ini kata Ekklesia atau
gereja dipahami sebagai persekutuan orang-orang kudus. Bangsa yahudi lebih suka
menyebut rumah peribadatan mereka dengan kata “Synagoge”. Ekklesia dan Kahaal
memberi syarat bahwa gereja merupakan suatu persekutuan orang-orang yang
telah dipanggil dan di persekutukan oleh Tuhan. Dari kedua bentuk persekutuan ini
dengan mudah dapat di bedakan menjadi dua yaitu “Gereja yang kelihatan” dan
“Gereja yang tidak kelihatan”.
Meneliti sejarah ekkesiologi penting, sebab melalui penelitian ini kita menggali
sumber-sumber guna guna pemahaman kita sendiri tentang gereja. Kita bukan
orang pertama yang berfikir tentang gereja dan bergumul mengenai eklesiologi
yang relevan di Indonesia. Selama gereja berada di dunia ini anggota-anggotanya
bergumul dengan keberadaan mereka di tengah-tengah berbagai tantangan. Hasil
pergumulan ini telah menjadi bekal untuk mereka yang bergumul di kemudian hari.
Itu tidak berarti bahwa kita tidaak boleh merumuskan pikiran- pikiran baru
mengenai gereja tetapi kita harus menyadari bahwa kita juga mencari eklesiologi
baru yang tetap berdiri dalam tradisi iman. Selain itu penting untuk disadari bahwa
orang-orang yang telah mendahului kita dalam iman, juga telah berfikir dan
seringkali bergumul tentang persoalan-persoalan sekitar gereja yang tidak terlalu
berbeda dari persoalan-persoalan yang kita hadapi. Oleh karena itu, apa yang
dipikirkan dahulu dapat bermanfaat sekarang. Rumusan masalah dalam jurnal ini
adalah bagaimana perkembangan gereja kelihatan dan tidak kelihatan dapat
berkembang dengan baik.
Tujuan
Kita dapat mengetahui keadaan dan bagaimana gereja yang kelihatan itu dan
tidak kelihatan dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Jika doktrin
predistinasi di hubungkan dengan status keanggotaan dari gereja yang tidak
kelihatan dan gereja yang kelihatan maka ini menjadi suatu kekuatan spiritual bagi
orang Kristen dalam kehidupan temporal di dalam dunia. Ada suatu kekuatan s
piritual dalam pengharapan menuju keselamatan yang kekal. Gereja yang tidak
kelihatan dan gereja yang kelihatan dapat di wujudkaan dalam dunia. Walaupun
dalam gereja yang kelihatan ini kita tidak tahu siapa yang terpilih atau tidak terpilih
dan para anggotanya tidak terdiri dari orang-orang yang beriman tetapi Allah
berkenan membina iman anggotanya untuk mengenal keselamatan yang sejati dan
berkarya di dalam dunia dimana manusia hadir dan berada.
Metode
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
kuantitatif, dimana metode ini merupakan metode yang menggunakan data numeric
dan menekankan pada hasil yang objektif. Pengukuran variabel menggunakan
instrument penelitian berupa koesioner, sehingga diperoleh data kuantitatif yang
bersifat numerik. Dengan demikian proses analisis data dapat di lakukan dengan
pendekatan kuantitatif dengan menerapkan metode analisis statistika. Metode yang
digunakan adalah metode sistematika pembuatan jurnal berdasarkan sistematika
jurnal yang telah diberikan. Disini saya akan memaparkan tentang Gereja yang
kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan.
Hasil dan Pembahasan
Gereja adalah persekutuan orang percaya yang hidup menaati Firman Tuhan.
dan mengikat kebersamaan adalah kasih Kristiani. Konsep lahir kembali ketaatan
dan persekutuan dalam persaudaraan. Gereja yang visibilis (gereja yang kelihatan)
dan gereja yang invisibilis (gereja yang tidak kelihatan) tidak menunjukkan pada
dua kenyataan yang dapat berdiri sendiri, melainkan padda dua sisi yang berbeda
dari kenyataan yang satu dan sama. Kalau para reformator memandang ekklesia
invisibilis sebagai totalitas pengikut Kristus dari orang yahuddi dan non yahudi
yang ada dahulu, kini dan nanti dibumi dan di surga. Sedangkan ekklesia visibili
menunjukkan kepada sejumlah orang yang secara fisik ikut mengambil bagian
dalam persekutuan ibadah dan penyembahan. Dengan demikian ekklesia visibilis
adalah bentuk dari iman sedangkan ekklesia invisibilis adalah misteri iman. Gereja
yang kelihatan adalah kita, manusia yang bersekutu dengan semua aktivitasnya.
Sedangkan gereja yang tidak kelihatan adalah Allah yang bekerja di dalam diri
manusia. Ekklesia visibilis menampakkan sisi insani, sementara ekklesia invisibilis
menampakkan sisi ilahi dari gereja. Gereja tidak kelihatan dan gereja yang kelihatan
sangat di pengaruhi oleh konsep eskatologi yang berpusat kepada Yesus Kristus
karena Yesus adalah pernyataan Allah tentang keselamatan yang dikerjakan untuk
dunia maka pengharapan akhir zaman telah terjadi juga dalam inkarnasi Yesus
dalam dunia ini, iman kepada Yesus yang demikian telah mengikat kesatuan orang
percaya dalam suatu persekutuan yang disebut gereja. Gereja dipanggil tidak
haanya mewarisi hidup yang ekklesiologi.
Gereja yang terbaik tercantum di dalam 1 Petrus 1:2, yaitu orang-orang yang
di pilih sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang di kuduskan oleh Roh
supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Gereja adalah
orang yang dipilih sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Orang-orang itu di kuduskan
oleh Roh Kudus agar bisa taat kepada Kristus setelah di bersihkan oleh darah
Kristus. Jika sampai pada saat ini tiga pengalaman ini belum kita alami maka kita
belum menjadi umat pilihan atau gereja yang sesungguhnya. Allah yang kekal telah
merencanakan di dalam kekekalan apa yang akan di genapkan di dalam sejarah.
Setelah rencana kekal Allah maka Allah menciptakan dunia dan dunia ini bersifat
kontingen (tidak mutlak bersifat kekal). Hanya Allah yang bersifat inkontingen atau
mutlak bersifat kekal. Keberadaan dunia dan manusia itu dahulu tidak ada. Tidak
ada keharusan yang mengharuskan kita ada atau dunia ada. Allah mutlak harus ada
tetapi kita tidak. Dunia juga suatu saat akan lenyap dengan keinginannya tetapi
orang yang melakukan kehandak Allah tetap hidup selama-lamanya. Di sini juga
kontras antara kontingen dan inkontingen.
1. Gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan
Dalam karangan-karangan yang lalu telah kita dengar, bahwa
kepercayaan pribadi kepada Kristus dan persekutuan itu sangat erat
hubungannya. Orang-orang kristen pertama bukanlah yang sebagai
pribadi-pribadi yang telah dahulu menjadi percaya dan baru dan baru
sesudah itu mereka menghubungkan diri seorang dengan yang lain
dalam suatu persekutuan. Roh kudus yang memimpin kepada orang
percaya seperti yang telah kita dengar sebelumnya tidak dapat di mulai
dengan pribadi-pribadi yang hidup sendiri-sendiri tetapi selalu dengan
orang-orang sebagai wakil-wakil dari suatu persekutuan.
 Kita akui bahwa gereja yang konkrit dan Nampak ini mempunyai
suatu segi iman.
 Karena itu ungkapan gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak
kelihatan yang masih kita baca dalam separuh buku dogmatika
membingungkan. Sebab sebagaimana gereja yang demikian dapat di
gunakan oleh Allah sebagai alat dalam karya penyelamatan-Nya di
dunia ini.
 Para reformator juga menggunakan ungkapan gereja yang kelihatan
dan gereja yang tidak kelihatan ini. Dalam kontroverse mereka
dengan gereja Katolik Roma yang mengidentikkan tubuh Kristus
yang mistik dengan gereja Katolik Roma sebagai lembaga mereka
sangat kuat menekankan bagian yang rohani dan yang tidak
kelihatan dari gereja sekalipun mereka dalam usaha itu tidak
mengabaikan bagiannya yang kelihatan.
 Sesudah reformasi perbedaan antara gereja yang kelihatan dan
gereja yang tidak kelihatan terus dikembangkan. Tetapi pada waktu
itu banyak para theologis tidak setuju dengan perbedaan ini.
mereka mengakui bahwa seperti gereja yang kita lihat juga
mempunyai segi yang tidak kelihatan umpamanya iman,
pengharapan dan kasih. Serta juga di katakana bahwa di dalam
gereja banyak anggota jemaat yang tidak percaya tetapi hal itu
menurut mereka tidak banyak mempunyai sangkut paut dengan
ekklesiologia.
Tetapi juga berpartisipasi dalam Allah dan Yesus Kristus yang telah menjadi
satu. Jadi dasar gereja yang tidak kelihatan dan kelihatan adalah inkarnasi Yesus
Kristus. Dari aspek gereja yang tidak kelihatan dalam pandangan manusia, tetapi
hanya kelihatan dalam pandangan Allah yang dihubungkan. Dengan dasar ini maka
gereja sebagai yang tidak kelihatan dan kelihatan tidak terlepas satu dengan yang
lain, keduanya saling beerhubungan. Melalui gereja yang kelihatan ini Allah
menumbuhkan kedewasaan umat di bawah pendidikan gereja. Gereja yang tidak
kelihatan adalah gereja yang ideal yang hanya Nampak dalam pandangan Allah.
Pemisahan antara gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan,
demikianlah orang mau menjelaskan adanya perbedaan besar antara gereja,
sebaagaimana seharusnya ada dengan rupa yang diperlihatkannya dalam praktek
sehari-hari. Begitu kerasnya orang mau mengutamakan hal kerohanian sehingga
pengertian gereja mau dibersihkan dari segala noda dunia dan manusia. Kata gereja
sebagaimana disebutkan di dalam pengakuan iman yang dapat di jadikan sebagai
suatu pengertian rohani yang abstrak. Sedangkan kata rohani diartikan sebagaai
lawan dari yang kelihatan. Itulah yang dianggap orang sebagai gereja yang
sesungguhnya atau gereja yang tak kelihatan.
Pembedaan antara gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan
adalah sungguh berbahaya. Andai kata ada faedahnya untuk mempergunakan
istilah-istilah “kelihatan” dan “tak kelihatan” maka setidak-tidaknya haruslah kita
menyadari bahwa istilah-istilah itu hanya merupakan istilah bantuan bahwa ada
nisbah dialektis antara keduanya. Maksudnya adalah gereja sebagaimana
disebutkan di dalam pengakuan iman adalah serentak bersifat kalihatan dan tak
kelihatan tanpa memisahkan keduanya satu sama lain dan tanpa meleburnya satu
sama lain. Maksud perumusan tadi bisa menjadi jelas kepada kita yang benar-benar
bertabiat manusiawi. Bahwa yang kelihatan itu sungguh merupakan gereja, sungguh
merupakan tubuh Kristus yang peercaya kepada-Nya. Gereja adalah suatu realitas di
dunia ini. di dalam percaya kepada Tuhan kita dapat mengiakan bahwa gereja kita
yang kelihatan benar-benar ada sangkut pautnya dengan gereja yang di maksudkan
dalam pengakuan iman. Sebab Allah yang kepadanya kita percaya, secara konkrit
bertindak di tengah-tengah dunia ini dan sejarahnya Yesus Kristus telah menjadi
manusia sama seperti kita dan Roh Kudus turun begitu dalamnya sehingga ia
berkenan diam serta bekerja di dalam diri manusia. Karenya juga gereja
sebagaimana dimaksudkan di dalam pengakuan iman adalah suatu realitas di dunia
ini bukanlah suatu hal yang samar-samar ataupun hanyalah sesuatu yang tidak
kelihatan pada pihak lain. Gereja dapat dihubungkan dengan Roh Kudus, karena Roh
itulah yang membuat gereja kita menjadi gereja Kristus, tubuh Kristus, artinya
benar-benar membuatnya menjadi gereja. Itulah sebabnya soal gereja adalah soal
percaya, dan sebagai seorang percaya disebutkanlah gereja di dalam pengakuan
iman di dalam pasal yang bersangkutan itu tidak saja di konstatir kenyataannya
bahwa ada suatu gereja melaainkan mengaku kepercayaan kita berkenan dengan
gereja itu.
Kalau kita meninjau gereja dari bentuk pemunculannya di dunia ia pada satu
pihak adalah suatu perhimpunan manusia biasa yang mempunyai kesamaan-
kesamaan tertentu dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan di dunia seperti
Negara, partai politik, perkumpulan sosialdan lain sebagainya. Tetapi kalau kita
melihatnya dari segi hakikatnya ia pada lain pihak adalah suatu persekutuan rohani
dengan Yesus Kristus sebagai kepala. Sebagai persekutuan rohani ia adalah obyek
dari percaya atau iman kristen. Aku percaya dengan adanya suatu gereja kristen
yang kudus dan am. Gereja kristen yang esa, kudus dan am ini tidak sama dengan
salah satu atau dengan semua gereja kita yang ada di Indonesia. Tetapi di dalam
gereja-gereja kita ia menyatakan bahwa memanifestasikan dirinya. Gereja-gereja
kita adalah pernyataan atau manifestasi bukan bagian dari gereja kristen yang esa,
kudus dan am karena adanya gereja yang kita percayai dalam Apostolicum.
Menurut mereka yang mempertahankan pembedaan antara gereja yang
kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan dapat digunakan asal saja kita sadar
bahwa yang di maksudkan di sini bukanlah dua gereja tetapi dua segi dari satu
gereja. Segi luarnya yang kelihatan dan segi di dalamnya yang tidak kelihatan
Menurut hukum gereja mereka menyatakann bahwa hanya berhubungan dengan
gereja yang kelihatan. Dan itu pun sejauh itu ia berfungsi sebagai organisasi. Untuk
suatu pengaturan hukum yang konkrit bahwa gereja yang tidak kelihatan kata
mereka selanjutnya tidak mungkin. Itu tidak berarti bahwa hukum gereja tidak ada
sangkut pautnya dengan hakikat yang rohani dari gereja. Juga gereja yang kelihatan
adalah gereja yang seluruhnya adalah gereja Yesus Kristus. Karena itu ia tidak hanya
dapat begitu saja di nilai berdasarkan peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang
berlaku bagi lembaga-lembaga kemasyarakatan. Gereja adalah sui generis tidak
sama dengan organisasi-organisasi lain dan karena itu juga ia adalah sui iuris ia
mempunyai hukumnya sendiri.
Hanya Allah yang inkontingen karena Allah tidak perluh bergantung pada
siapapun di atas Dia untuk keberadaan-Nya. Ia berada di dalam diri-Nya sendiri dari
kekal sampai kekal. Allah tidak memerlukan permulaan. Ia menyebabkan
permulaan semua yang lain sementara Ia sendiri tidak ada yang menyebabkan
keberadaan-Nya. Ketika Allah berbicara kepada dunia “Akulah Alfa dan Omega”
Allah hendak memberitahukan bahwa Ialah sumber segala sesuatu tidak ada yang
mendahului dan tidak ada yang di belakang-Nya. Allah tidak membutuhkan
permulaan dan Allah tidak mempunyai akhir. Ciptaan bersifat kontingen sehingga
keberadaan manusia tidak kekal. Kita di pilih seturut kehendak kekal Allah.
Kemudian kita di ciptakan di dalam sejarah. Sebelum sebuah gedung di bangun,
sebenarnya ia sudah ada terlebih dahulu di pikiran arsiteknya. Kita memang belum
ada di dalam sejarah tetapi sudah ada di dalam kekekalan dalam pikiran Allah.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa gereja adalah tempat
untuk orang-orang yang bersekutu dengan Tuhan. Oleh sebab itu, gereja harus ada
yang memimpin untuk mengatur organisasi agar gereja bisa tertib dan berkembang.
Untuk itu saya mengajak setiap kita dengan adanya penulisan jurnal untuk tetap
mempertahankan gereja agar tetap utuh dan bermakna sehingga menjadi kemuliaan
bagi nama Tuhan. Kita juga mampu memmbedakan gereja yang kelihatan dan tidak
kelihatan. Kita akan berfikir bahwa gereja adalah sekelompok orang dengan
memegang Alkitab yang menuju pada suatu tempat dengan berpakaian rapi. Namun
gereja harus dipikirkan lebih dari itu bahwa gereja didirikan oleh Yesus sendiri.
Perhimpunan mereka itulaah yang disebut gereja mula-mula, mereka disebut gereja
rasuli, dengan dua aspek yaitu kesaksian lahiriaah sebagai satu badan para pengaku
pengikut Kristus, gereja spiritual yang terdiri dari orang-orang yang sungguh-
sungguh percaya. Dan kita di panggil dan dikuduskan untuk memberitakan karya
penyelamatan Kristus.
Daftar Pustaka
Berkhof H, Enklaar. “Sejarah Gereja,” Cet.Ke-4, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009
Moltmann, J. (1975). Theology Of Hope. Harper & Row.
Moltmann, J. (1979). Hope for the Church. Abingdon Press.
Moltmann, J. (1993). Trinity and the Kingdom : The Doctine of God. Fortress press
Benny Hutayan, “Kepemimpinan Spiritual Gereja dan Media Sosial pada Rohani
Pemuda,” Cet, ke-1, CV Budi Utama
Dr. Christiaan De Jonge, “Menuju Keesaan Gereja,”Cet. Ke-6, 2006, BPK Gunung
Mulia
Pdt. Dr. Jan. S. Aritonang, “Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,” Cet. Ke-8,
2008, BPK Gunung Mulia

Anda mungkin juga menyukai