Anda di halaman 1dari 43

Pengertian Gereja

Berdasarkanpengalaman
dan
pembicaraan
sehari-hari
kita
mendapati ada dua gambaran dan
pemahaman mengenai Gereja, yaitu
gereja
sebagai
tempat
untuk
beribadah (berupa gedung/bangunan)
dan Gereja sebagai suatu persekutuan
umat (kumpulan umat beriman).

Kata Gereja dalam bahasa Indonesia


merupakan
terjemahan
kataigrejadalam bahasa Portugis. Kata
igreja dalam bahasa Portugis berasal
dari kata ecclesiadalam bahasa Latin.
Dan kata ecclesia itu sendiri juga
merupakan
terjemahan
kata
Yunaniekklesia.
Dalam bahasa Yunani kata
(ekklsia) berarti dipanggil keluar (ek=
keluar;klesiadari
kata
kaleo=
memanggil); kumpulan orang yang
dipanggil ke luar dari dunia)

Jadi dalam konteks agama Kristen, gereja


adalah orang-orang yang berkumpul dan
memiliki kekhasan karena mereka
dipersatukan oleh iman yang sama, yaitu
iman kepada Yesus Kristus.
Itulah sebabnya mengapa kata Gereja
dipahami sebagai persekutuan umat
daripada sebagai tempat, meskipun dalam
perkembangan selanjutnya gereja juga
diartikan sebagai tempat bersekutunya
orang-orang yang beriman kepada Yesus
Kristus.

Gereja sebagai Umat Allah


Istilah
umat
Allah
sebenarnya
merupakan istilah yang sudah sangat
tua. Istilah itu sudah terdapat dalam
Kitab Suci Perjanjian Lama misalnya
dalam Kel. 6: 6; 33: 13; Yeh. 36: 28; Ul.
7: 6, 26: 15.
Dengan paham Gereja sebagai Umat
Allah, diakui kesamaan martabat dan
peranan semua anggota Gereja. Semua
anggota Gereja memiliki martabat yang
sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.

Pengertian Umat Allah mempunyai ciri khas


sebagai berikut:

Umat Allah merupakan suatu pilihan dan


panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah
adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.
Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk
Allah dan untuk misi tertentu, yaitu
menyelamatkan dunia
Hubungan antar Allah dan umat-Nya
dimeteraikan oleh suatu perjanjian.
Umat Allah selalu dalam perjalanan,
melewati padang pasir, menuju Tanah
Terjanji.

Dasar Dari Gereja yang


Mengumat
1.

Kita masing-masing secara pribadi


dipanggil untuk melibatkan diri secara
penuh dalam kehidupan Umat Allah ini.
Hidup mengumat pada dasarnya
merupakan hakikat dari Gereja itu
sendiri, sebab hakikat Gereja adalah
persaudaraan cinta kasih seperti yang
dicerminkan
oleh
hidup
Jemaat
Perdana
(lih. Kis 2: 41 - 47).

2.

3.

Dalam hidup mengumat banyak


karisma dan rupa-rupa karunia dapat
dilihat, diterima, dan digunakan bagi
kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja
yang terlalu menampilkan segi
organisatoris dan struktural dapat
mematikan banyak karisma dan
karunia yang muncul dari bawah (lih.
1Kor 23: 7-10).
Dalam hidup mengumat, semua orang
yang merasa menghayati martabat
sama akan bertanggung jawab secara
aktif dalam fungsinya masing-masing
untuk membangun Gereja dan

Gereja Sebagai Persekutuan


Terbuka
Bukan

dunia yang ada untuk gereja,


melainkan gereja untuk dunia.

Kegembiraan

dan harapan, duka dan


kecemasan orang-orang zaman
sekarang, terutama kaum miskin dan
siapa saja yang menderita
merupakan kegembiraan dan
harapan, duka dan kecemasan dari
murid-murid Kristus (Gereja).

Persekutuan mereka itu mengalami


dirinya
sungguh
erat
dalam
berhubungannya dengan umat manusia
serta sejarahnya (Gaudium et Spes No.
1)
Gereja harus membuka diri dan bekerja
sama
dengan
masyarakat
untuk
mencapai kesejahteraan bersama. Gereja
harus melaksanakan tugas misi yang
positif dan aktif terhadap semua orang

Ada banyak cara bagi Gereja untuk


menunjukkan keterbukaannya,
diantaranya:
Gereja

harus selalu siap untuk


berdialog dengan agama dan budaya
mana pun juga.

Berpartisipasi

secara aktif dan mau


bekerja sama dengan siapa saja dalam
membangun masyarakat yang adil,
damai, dan sejahtera.

Konsekuensi dari Gereja


yang Mengumat
Gereja harus hadir di dunia dengan
persekutuan yang Terbuka. Artinya, Gereja
hadir di dunia bukan untuk dirinya sendiri.

Gereja hadir untuk dunia, kegembiraan


dan harapan serta kabar sukacita.
Gereja harus menjadi tanda keselamatan
bagi dunia. Semua anggota gereja, baik
Golongan Hierarki, serta kaum awam
harus dapat membangun persekutuan
sesuai dengan martabat dan fungsinya

a.Konsekuensi bagi pimpinan gereja


(hierarki)

Menyadari fungsi Pimpinan bukan


di atas umat, tetapi di tengah
umat.

Harus peka untuk melihat dan


mendengar karisma dan karuniakarunia yang bertumbuh di
kalangan umat

b. Konsekuensi bagi setiap


anggota umat

Menyadari dan menghayati


persatuannya dengan umat lain.

Aktif dalam kehidupan mengumat,


menggunakan segala karisma,
karunia, dan fungsi yang
dipercayakan kepadanya untuk
kepentingan dan misi gereja di
tengah masyarakat. Semua
bertanggung jawab dalam hidup dan
misi gereja

c. Konsekuensi bagi hubungan


awam dan hierarki

Paham

Gereja sebagai Umat Allah


jelas membawa konsekuensi
dalam hubungan antar hierarki
dan kaum awam. Kaum awam
menjadi partner hierarki.

Awam

dan hierarki memiliki


martabat yang sama, hanya
berbeda dalam hal fungsi.

Sifat Gereja
Gereja yang Kudus
Gereja Yang Satu
Gereja Yang Katolik
Gereja Yang Apostolik

Gereja itu Kudus


Kekudusan gereja tidak terletak pada perbuatan
manusia tetapi karena perbuatan Allah. Allah mau
memulihkan hubunganNya dengan manusia yang
telah rusak akibat dosa melalu pengorbanan dan
kematian putraNya di kayu salib.
Jadi kasih Allah dalam Yesus Kristuslah yang
membuat gereja itu kudus (1 kor 1:30). Kudus
adalah karya Roh (2 Tes 2:13) dan panggilan bagi
semua dan setiap manusia (Roma 1:7). Kekudusan
tidak berasal dari Gereja, tetapi dari Allah yang
mempersatukan gereja dengan Kristus dalam Roh
Kudus. Gereja disebut kudus karena Kristus
sebagai kepala menguduskan anggotaNya yang
tetap berdosa.

Kudus
diartikan
sebagai
yang
dikuduskan Tuhan. Dikuduskan tidak
sama dengan disucikan, atau tidak
berdosa, tetapi dikhususkan oleh Kristus.
Yang kudus bukan hanya tempat, waktu,
barang yang dikuduskan Tuhan tetapi
yang kudus itu adalah Tuhan sendiri.
Semua yang lain, barang maupun
orang yang disebut kudus karena
termasuk lingkup kehidupan Tuhan. Jadi,
kekudusan gereja tidak diartikan secara
moral,
tetapi
secara
teologial,
menyangkut keberadaan dalam lingkup

Anggota

gereja adalah orang


kudus yang dipanggil untuk hidup
secara kudus di tengah-tengah
dunia yang tidak mengindahkan
Yang Maha Kudus. Gereja adalah
milik Allah dan karenanya
kehendak Allah harus ditaati di
dalam Gereja oleh anggotaanggotanya.

Gereja itu Satu


Kesatuan gereja pertama-tama dinyatakan
dalam kesatuan iman dalam Kristus.
Kesatuan gereja tidak sama dengan
keseragaman bhineka tunggal ika, sebab
kesatuan gereja bukanlah semacam
kekompakan organisasi atau kerukunan sosial.
Yang utama bukan soal struktur organisasi
tetapi injil Kristus yang diwartakan, dirayakan,
dan dilaksanakan di dalam hidup sehari-hari.

Gereja yang satu itu terungkap


dalam
: para anggotanya :
Kesatuan
iman
kesatuan iman ini bukan kesatuan yang statis
melainkan yang dinamis. Iman adalah prinsip
kesatuan batiniah gereja.
Kesatuan dalam pimpinannya :
pemimpin mempunyai tugas untuk
mempersatukan umat. Pemimpin sering
disebut sebagai prinsip kesatuan lahiriah
gereja.
Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan
sakramental : kebaktian dan sakramensakramen merupakan ekspresi simbolis
kesatuan gereja itu.

Gereja itu Satu


Efesus 4:3-6 Dan berusahalah
memelihara kesatuan Roh oleh
ikatan damai
sejahtera : satu
tubuh, dan satu roh, sebagaimana
kamu telah dipanggil kepada satu
pengharapan
yang
terkandung
dalam panggilanmu, satu Tuhan,
satu iman, satu baptisan, satu Allah
dan Bapa dari semua, Allah yang di
atas semua dan oleh semua dan di
dalam semua.

Kesatuan yang hakiki dan konkret


diungkapkan oleh Paulus dalam
model tubuh. Paulus menekankan
bahwa gereja haruslah bersatu.
Kesatuan ini bukanlah konsep
kesatuan yang abstrak (hanya
sekedar satu visi, misi, dan tujuan)
melainkan sebagai satu tubuh.

1. Seperti halnya satu tubuh, banyak


anggota tetapi membentuk satu
fungsi dengan adanya 1 prinsip, 1
tujuan, 1 hati, 1 pikiran dan
digerakkan oleh 1 roh.
2. Seperti halnya tubuh itu saling
membutuhkan, berkoordinasi,
berfungsi, tidak ada perbedaan status
dan derajat, saling memperhatikan.
3. Paulus juga mengatakan satu Roh
yang berarti satu iman secara utuh.

1 Kor 1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudarasaudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya
kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan
diantara
kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu
erat berstau dan sehati sepikir.

Disini Paulus menghendaki tidak adanya


perpecahan, perpecahan disini dikontraskan
dengan seia sekata dan sehati sepikir
1. seia sekata, sehati sepikir artinya tidak
boleh ada pertentangan dalam hal iman
2. jangan ada perpecahan artinya tidak ada
pendirian gereja yang terpecah dari gereja
lain

GEREJA YANG APOSTOLIK


Gereja berasal dari para rasul dan tetap
berpegang teguh pada kesaksian iman
mereka itu. Kesadaran bahwa Gereja
"dibangun atas dasar para rasul dan para
nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru", sudah ada sejak zaman Gereja
perdana sendiri (bdk Ef 2:20, Bdk Why
21:14).

Hubungan antar generasi Gereja


bukanlah merupakan Estafet
Sifat apostolik berarti bahwa Gereja
sekarang mengaku diri sama dengan
gereja Perdana, yakni Gereja para
rasul. Dimana hubungan historis ini
jangan dilihat sebagai pergantian orang
atau seperti ajaran benar bagaikan
sebuah tongkat dari rasul-rasul tertentu
diteruskan sampai kepada para uskup
sekarang,
melainkan
sebagai
kelangsungan iman dan pengakuan.

GEREJA YANG KATOLIK


Dimana ada uskup, disitu ada jemaat, seperti
dimana ada Kristus disitu ada Gereja Katolik
-St. Ignatius dari Anthiokia-

Yang di maksud ialah dalam perayaan


Ekaristi, yang dipimpin oleh uskup, yang
hadir bukan hanya jemaat setempat
tetapi seluruh Gereja. Gereja selalu
"lengkap", penuh. Tidak ada Gereja
setengah-setengah atau sebagian. Gereja
setempat, baik keuskupan maupun
paroki
bukanlah
"cabang"
Gereja
Universal.
Setiap
Gereja
setempat,
bahkan
setiap
perkumpulan
orang
beriman yang sah, merupakan seluruh
Gereja. Gereja tidak dapat dipotongpotong menjadi "Gereja-Gereja bagian".

"Gereja disebut Katolik, karena


tersebar diseluruh muka bumi
dan juga karena mengajarkan
secara menyeluruh dan lengkap
segala ajaran iman tertuju
kepada sesama manusia, yang
mau disembuhkan secara
menyeluruh pula
-St. Sirilius dari Yerusalem-

Artinya
Gereja
tidak
hanya
mempunyai arti geografis, tersebar
keseluruh
dunia,
tetapi
juga
"menyeluruh",
dalam
arti
"lengkap",
berkaitan
dengan
ajarannya, serta "terbuka" dalam
arti tertuju kepada siapa saja. Pada
abad ke 5 masih ditambahkan
bahwa gereja tidak hanya untuk
segala bangsa, tetapi juga untuk
segala jaman.

Gereja Kristus itu sungguh hadir dalam


semua jemaat beriman setempat yang
sah, yang mematuhi para gembala
mereka, dan dalam Perjanjian Baru disebut
Gereja(Lih. Kis 8:1; 14:22-23; 20:17).
Gereja-Gereja itu ditempatnya masingmasing merupakan umat baru yang
dipanggil oleh Allah, dalam Roh Kudus dan
dengan sepenuh-penuhnya (lih 1Tes 1:5).
Di jemaat-jemaat itu, meskipun sering
hanya kecil dan miskin, atau tinggal
tersebar, hiduplah Kristus; dan berkat
kekuatan-Nya terhimpunlah Gereja yang
satu, kudus, katolik dan apostolik.

Gereja yang Katolik


St

Ignatius dari Antiokhia ( tahun


100) mempergunakan kata ini yang
berarti universal untuk
menggambarkan Gereja (surat
kepada jemaat di Smyrna). Gereja
bersifat Katolik dalam arti bahwa
Kristus secara universal hadir dalam
Gereja dan bahwa Ia telah mengutus
Gereja untuk mewartakan Injil ke
seluruh dunia -Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku
(Matius 28:19).

Sifat dan Ciri Gereja Yang


Dituntut Zaman Ini

a. Gereja yang lebih merakyat dan


mengutamakan yang miskin

Gereja dituntut lebih merakyat dan


mengutamakan orang-orang
sederhana dan miskin dan jangan
dikuasai oleh mereka yang punya uang
dan berpengaruh saja. Yesus sendiri
adalah orang yang sederhana dan
miskin. Ia memilih para rasul dari
kalangan orang sederhana dan miskin.

Gereja harus menjadi abdi bagi kaum


sederhana dan miskin. Ini bukan
berarti bahwa Gereja hanya terdiri dari
orang-orang sederhana dan miskin,
tetapi Gereja harus memiliki semangat
kesederhanaan dan kemiskinan. Jika
Gereja ingin bergerak maju dengan
cepat, maka Gereja jangan terbebani
dengan bermacam-macam kekayaan
dan kemegahan yang memberatkan
langkahnya

b. Gereja yang Bersifat Kenabian

Nabi adalah seorang yang berani


menyampaikan kehendak Allah kepada
umat manusia dalam situasi konkret
yang dihadapi pada zamannya.
Gereja juga memiliki panggilan yang
sama dengan nabi, yaitu menyampaikan
kehendak Allah dalam situasi konkret
yang dihadapinya.
Misalnya, Gereja
harus berani mengatakan apa yang
benar dan apa yang salah.

Gereja harus berani mengecam dan

menolak segala kebijakan dan


tindakan yang melanggar keadilan
dan hak asasi manusia, sekalipun hal
itu berasal dari orang yang berkuasa
dan berpengaruh. Jika Gereja berani
berbicara terus terang, maka suara
dan kehendak Tuhan akan
terdengarkan, sebab Tuhan berbicara
dan menyampaikan kehendak-Nya
melalui manusia.

c.Gereja yang membebaskan


Gereja harus menjadi tanda keselamatan
bagi umat manusia. Penyelamatan bearti
juga pembebasan manusia dari segala
penderitaan baik penderitaan rohani
maupun jasmani. Dalam hal ini, Gereja
diutus untuk menyuarakan dan menjadi
pelopor terciptanya dunia yang lebih adil,
lebih bersaudara, lebih damai, dan bebas
dari ketidakadilan.

d.Gereja yang Merupakan Ragi


Gereja masa kini hendaknya laksana ragi
yang mengembangkan dunia baru. Gereja
yang berada di luar dunia, sama seperti
ragi yang ditaruh di luar adonan roti.
Setiap kelompok orang Kristen sebagai
satu Gereja lokal harus menjadi ragi di
tempatnya masing-masing. Ragi yang
membangun dunia baru, merombak
tembok-tembok yang memisahkan bangsa
/ manusia yang satu dan yang lainnya.

e.Gereja yang dinamis


Dunia akan selalu berkembang. Oleh karena itu,
Gereja harus dapat terus ber-argionamento, artinya
Gereja harus selalu memperbaharui diri sesuai
dengan tuntutan zaman.
f.Gereja yang bersifat karismatis
Gereja yang dijiwai Roh Kudus harus dapat memberi
hidup secara bebas dan leluasa kepada semua
lapisan umat. Gereja yang penuh sesak dengan
bermacam-macam peraturan, struktur organisasi,
dan tata upacara liturgi akan menjadi Gereja yang
kaku dan beku. Roh Allah telah memberikan karuniakarunia kepada setiap orang demi kebaikan
bersama. Roh Allah pulalah yang memberikan
kebijaksanaan, bakat-bakat dan kemampuan kepada
siapa saja untuk kemajuan Gereja.

Anda mungkin juga menyukai