DAN
KESATUAN PRIBADI KRISTUS
A. Pentingnya Kemanusiaan Kristus
Kemanusiaan Yesus sama pentingnya dengan keTuhanan Yesus. Yesus dilahirkan
sebagai manusia sementara masih sepenuhnya ilahi. Konsep kemanusiaan Yesus
yang berdampingan dengan keilahian-Nya sulit bagi pikiran manusia yang
terbatas untuk dipahami. Meskipun demikian, sifat Yesus — sepenuhnya
manusia dan Allah sepenuhnya — adalah fakta alkitabiah. Ada orang-orang
yang menolak kebenaran alkitabiah ini dan menyatakan bahwa Yesus adalah
seorang manusia, tetapi bukan Tuhan (Ebionisme). Docetisme adalah pandangan
bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi bukan manusia. Kedua sudut pandang itu
tidak alkitabiah dan salah.
Yesus harus dilahirkan sebagai manusia karena beberapa alasan. Yang satu
digaris bawahi dalam Galatia 4 : 4 - 5 : “Tetapi ketika waktunya telah tiba
sepenuhnya, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang wanita, yang
lahir di bawah hukum, untuk menebus mereka yang di bawah hukum, agar kita
dapat menerima hak penuh anak-anak lelaki. “Hanya seorang pria yang bisa”
lahir di bawah hukum. “Tidak ada binatang atau malaikat adalah” di bawah
hukum. “Hanya manusia yang lahir di bawah hukum, dan hanya manusia yang
dapat menebus manusia lain yang lahir di bawah hukum yang sama. Lahir di
bawah hukum Tuhan, semua manusia bersalah karena melanggar hukum itu.
Hanya manusia yang sempurna — Yesus Kristus — yang bisa dengan sempurna
mematuhi hukum dan secara sempurna memenuhi hukum, dengan demikian
menebus kita dari kesalahan itu. Yesus menyelesaikan penebusan kita di kayu
salib, menukar dosa kita untuk kebenaran-Nya yang sempurna (2 Korintus
5:21).
Alasan lain mengapa Yesus harus sepenuhnya manusia adalah bahwa Allah
menetapkan perlunya penumpahan darah untuk pengampunan dosa (Imamat 17:11;
Ibrani 9:22).
Darah hewan, meskipun dapat diterima secara sementara sebagai bayangan darah
manusia-manusia yang sempurna, tidak cukup untuk pengampunan dosa secara
permanen karena “tidak mungkin bagi darah lembu jantan dan kambing untuk
mengambil dosa-dosa” ( Ibrani 10: 4).
Nestorius berpendapat bahwa Kristus itu
memiliki dua tabiat di dalam diri-
Nya, yaitu manusia dan ilahi. Kedua
tabiat itu bagaikan air dan minyak di
dalam satu wadah, yang walau berada
berada di dalam satu wadah, namun
tidak bercampur.
Ajaran ini dicetuskan oleh Eutyches, yang adalah seorang penganut
Sebuah konferensi dewan gereja penting yang diadakan pada tahun 451.
Konsili ini juga merumuskan doktrin Kristologi yang benar dan Alkitabiah
yang harus diterima dan diyakini oleh gereja atau orang Kristen hingga saat
ini. Konsili Chalsedon memutuskan dan menetapkan bahwa , Kristus hanya
memiliki satu Pribadi dan dua sifat, yaitu sifat Allah dan sifat manusia, karena
Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati.
Konsili Chalsedon merupakan konferensi dewan gereja resmi keempat sesudah
beberapa konsili sebelumnya (Konsili Nicea 325, Konstantinopel 381, Efesus
431) diadakan untuk membendung kehadiran ajaran-ajaran sesat yang
membahayakan iman dan kerohanian jemaat Tuhan. Tiga pokok pemikiran
ynag dihasilkan dalam konsili Chalsedon antara lain:
Mensahkan kembali keputusan Konsili Nicea yang menetapkan bahwa Yesus
PERTAMA memiliki dua sifat, yaitu sifat Allah dan sifat Manusia serta hanya mempunyai
pribadi tunggal.
Yang kita miliki ialah fakta bahwa Yesus tidak melakukan dosa. Atau bisa dikatakan
bahwa tidak ada bukti-bukti tentang tindakan atau pikiran Yesus yang berdosa. Para
pendengar-Nya mengesani Yesus sebagai Pribadi yang mengajar dengan kuasa dan penuh
keyakinan (Luk 4:32; 6:19). Ada kesatuan antara kata dan perbuatan-Nya. Dia
mengajarkan sekaligus melakukan apa yang Dia ajarkan. Misalnya, Yesus mengajar kita
untuk mengampuni (bdk Mat 6:12.14; 18:21-22) dan Dia sendiri mempraktikkannya
sampai akhir hidup-Nya (bdk Luk 23:34).
Ketiga, fakta bahwa Yesus tidak berdosa didukung oleh
banyak teks Kitab Suci. Yesus sendiri menantang para lawan-
Nya: ”Siapakah di antara kamu yang membuktikan bahwa Aku
berbuat dosa?” (Yoh 8:46) Yesus menyatakan bahwa setan tidak
punya kuasa sedikit pun atas Dia (bdk Yoh 14:30). Rasul Paulus
dalam kesaksian awalnya menegaskan hal ini: ”Dia yang tidak
mengenal dosa…, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah.”
Keempat, ketidak-berdosa-an Yesus adalah fakta yang
menunjukkan bahwa Yesus telah berjuang seperti yang dilakukan
di Taman Getsemani (Mrk 14:32-36) dan pada akhirnya tidak
jatuh dalam dosa. Dia belajar taat pada kehendak Bapa dalam
penderitaan-Nya. Dengan tetap mengingat bahwa Yesus adalah
manusia yang sama seperti kita dalam segala hal, maka
ketidakberdosaan Yesus menjadi teladan bagi kita.
F. Implikasi Terhadap Kemanusiaan Kristus
1. Yesus Kristus Juga adalah manusia
Ada juga golongan-golongan yang bertentangan dengan pendapat para teolog di
atas. Pertentangan ini muncul dari golongan-golongan liberal yang mengandalkan
rasio dan pengetahuan, diantaranya adalah: Harnack; Weiss; Schweitzer; dan
lain-lain, menyatakan bahwa Kristus yang berinkarnasi itu hanya sekedar
menjadi manusia saja, dan tidak memiliki sifat-sifat keilahian . Para tokoh liberal
ini hanya mengakui kemanusiaan Kritus saja dan tidak mengakui bahwa dalam
penjelmaan Allah menjadi manusia, Kristus itu memiliki sifat-sifat keilahian. Jadi,
dua pandangan yang sangat bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya.
Pandangan ini juga ditentang oleh Paulus. Dalam suratnya dia mengatakan bahwa seluruh
kepenuhan Allah berada pada tubuh Kristus yang sudah menjadi manusia (Kol. 1:19), dan bahwa
Yesus lebih tinggi dari para malaikat merupakan salah satu tema dalam surat Ibrani. Kemudian
dalam Yohanes, kata “Akulah” juga menyaksikan mengenai keilahian Kristus itu sendiri .
Dalam inkarnasi ini, Yesus adalah sepenuhnya Allah. Dalam diri-Nya, dalam natur-Nya, Dia adalah
Allah. Dalam alkitab memberikan bukti yang sangat jelas sekali mengenai inkarnasi Allah ini dalam
wujud manusia yang juga memiliki sifat 100% ilahi. Lukas 22:70 menyebutkan kata “Anak Allah”.
Kata Anak Allah ini dalam keseluruhan Alkitab disebutkan sebanyak 40 kali . Yohanes 5:18, jelas
bahwa nama itu adalah dari Allah yang diberikan kepada Kristus.
Pengakuan Iman Westminster mengatakan bahwa: Kristus adalah Allah,
Dia juga adalah manusia, di mana Dia secara super natural telah
mengenakan natur manusia tanpa dosa, tetapi Kristus tetap satu pribadi
yaitu Kristus, satu-satunya pengantar antara Allah dan manusia. Dalam
pengakuan ini, menunjukkan bahwa Inkarnasi Yesus Kristus adalah benar-
benar menyatakan bahwa Dia adalah manusia dan juga Allah. Kemanusiaan
Kristus dan ke-Allahan-Nya adalah dua hal yang ada dalam diri-Nya.
2. Ke-Allahan dan kemanusiaan di dalam Inkarnasi Yesus Kristus.
Inkarnasi melalui Yesus Kristus, kekristenan mengakui bahwa Yesus Kristus itu
memiliki sifat Ilahi, dan juga sifat manusia. Dia adalah Alla. Sifat Ilahi dan Insani
dalam diri Yesus Kristus adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Namun
bukan berarti ke dua sifat itu menyatu.
Yesaya 9:5, menuliskan bahwa Yesus itu dinamakan penasihat ajaib, Allah yang
Maha Kuasa dan Bapa kekekalan. Ayat ini sebenarnya sudah sangat
menerangkan bahwa Yesus itu adalah Allah. Dalam PB, Yohanes 1:1, “pada
mulanya adalah firman, firman itu bersama-sama dengan Allah dan firman itu
adalah Allah.” Roma 8:32, “Ia (Allah) yang tidak menyayangkan Anak-Nya
sendiri.”
G. Pentingnya pokok kesatuan pribadi Kristus
Kesatuan hipostatik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
bagaimana Allah Putra, Yesus Kristus, mengambil rupa sebagai
manusia, namun pada saat bersamaan, juga Allah yang
sempurna.Yesus selamanya adalah Allah (Yohanes 8:58; 10:30), namun
ketika inkarnasi, Yesus mengambil tubuh manusia – Dia menjadi
manusia (Yohanes 1:14). Penambahan natur kemanusiaan kepada
natur keilahian menjadi Yesus; Allah-manusia.
Inilah kesatuan hipostatik, Yesus Kristus sebagai satu Pribadi; Allah
yang sempurna dan manusia yang sempurna.
Kedua natur Yesus, kemanusiaan dan keilahianNya, tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain. Yesus selamanya adalah Allah-manusia; Allah yang sempurna dan
manusia yang sempurna; dua natur yang berbeda dalam satu Pribadi.
Kemanusiaan dan keillahian Yesus tidak bercampur, namun bersatu tanpa kehilangan
keunikan identitas. Kadang Yesus berfungsi dengan keterbatasan sebagai manusia
(Yohanes 4:6; 19:28), namun di waktu lain dengan kuasa keilahianNya (Yohanes 11:43;
Matius 14:18-21).
Tidak mungkin bagi manusia yang terbatas dan berdosa untuk bisa memahami cara
kerja Allah seutuhnya.
Kita, sebagai manusia yang terbatas, tidak bisa memahami Allah yang tidak
terbatas itu dengan sempurna. Yesus itu Anak Allah dalam pengertian Dia
dilahirkan dari Roh Kudus (Lukas 1:35).
Namun, hal ini tidak berarti bahwa Yesus belum ada sebelum Dia dikandung. Yesus
selalu ada (Yohanes 8:58, 10:30). Ketika Yesus dikandung, Dia menjadi manusia,
selain Dia adalah Allah itu sendiri (Yohanes 1:1, 14).
KESIMPULAN
Kesatuan dan keilahian Yesus Kristus tidak bisa dicampurkan dan tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lain karena Yesus Kristus adalah satu Pribadi.