Anda di halaman 1dari 32

KEMANUSIAAN KRISTUS

DAN
KESATUAN PRIBADI KRISTUS
A. Pentingnya Kemanusiaan Kristus
Kemanusiaan Yesus sama pentingnya dengan keTuhanan Yesus. Yesus dilahirkan
sebagai manusia sementara masih sepenuhnya ilahi. Konsep kemanusiaan Yesus
yang berdampingan dengan keilahian-Nya sulit bagi pikiran manusia yang
terbatas untuk dipahami. Meskipun demikian, sifat Yesus — sepenuhnya
manusia dan Allah sepenuhnya — adalah fakta alkitabiah. Ada orang-orang
yang menolak kebenaran alkitabiah ini dan menyatakan bahwa Yesus adalah
seorang manusia, tetapi bukan Tuhan (Ebionisme). Docetisme adalah pandangan
bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi bukan manusia. Kedua sudut pandang itu
tidak alkitabiah dan salah.
Yesus harus dilahirkan sebagai manusia karena beberapa alasan. Yang satu
digaris bawahi dalam Galatia 4 : 4 - 5 : “Tetapi ketika waktunya telah tiba
sepenuhnya, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang wanita, yang
lahir di bawah hukum, untuk menebus mereka yang di bawah hukum, agar kita
dapat menerima hak penuh anak-anak lelaki. “Hanya seorang pria yang bisa”
lahir di bawah hukum. “Tidak ada binatang atau malaikat adalah” di bawah
hukum. “Hanya manusia yang lahir di bawah hukum, dan hanya manusia yang
dapat menebus manusia lain yang lahir di bawah hukum yang sama. Lahir di
bawah hukum Tuhan, semua manusia bersalah karena melanggar hukum itu.
Hanya manusia yang sempurna — Yesus Kristus — yang bisa dengan sempurna
mematuhi hukum dan secara sempurna memenuhi hukum, dengan demikian
menebus kita dari kesalahan itu. Yesus menyelesaikan penebusan kita di kayu
salib, menukar dosa kita untuk kebenaran-Nya yang sempurna (2 Korintus
5:21).
Alasan lain mengapa Yesus harus sepenuhnya manusia adalah bahwa Allah
menetapkan perlunya penumpahan darah untuk pengampunan dosa (Imamat 17:11;
Ibrani 9:22).

Darah hewan, meskipun dapat diterima secara sementara sebagai bayangan darah
manusia-manusia yang sempurna, tidak cukup untuk pengampunan dosa secara
permanen karena “tidak mungkin bagi darah lembu jantan dan kambing untuk
mengambil dosa-dosa” ( Ibrani 10: 4).

Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang sempurna, mengorbankan kehidupan


manusia-Nya dan mencurahkan darah manusia-Nya untuk menutupi dosa-dosa
semua orang yang akan percaya kepada-Nya. Jika Dia bukan manusia, ini tidak
mungkin.
B. Bukti Alkitabiah

1. Yesus Lahir Seperti Manusia Lainnya. Yesus lahir


dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataan ini
dikuatkan oleh kisah-kisah kelahiran-Nya dari
seorang anak dara (Matius 1:18 -2:11; Lukas 1:30-
38; 2:1-20). Karena hal ini, Yesus disebut "anak
Daud, anak Abraham" (Matius 1:1) dan dikatakan
bahwa Ia "menurut daging diperanakkan dari
keturunan Daud" (Roma 1:3).
Dalam kaitan ini telah diajukan satu pertanyaan penting: Bila
Kristus itu lahir dari seorang perawan, apakah Ia juga mewarisi
sifat yang berdosa dari ibu-Nya? Alkitab dengan jelas
menunjukkan bahwa Yesus tidak berhubungan dengan dosa.
Alkitab menandaskan bahwa Yesus "tidak mengenal dosa" (2
Korintus 5:21); dan bahwa Ia adalah "yang saleh, tanpa salah,
tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa" (Ibrani
7:26); dan bahwa "di dalam Dia tidak ada dosa" (1 Yohanes 3:5).
Pada saat memberitahukan bahwa Maria akan melahirkan Anak
Allah, Gabriel menyebutkan Yesus sebagai "kudus" (Lukas 1:35).
Iblis tidak berkuasa apa-apa atas diri Yesus (Yohanes 14:30); ia
tak ada hak apa pun atas Anak Allah yang tidak berdosa itu.
"Dosalah yang membuat Iblis berkuasa atas manusia, tetapi di
dalam Yesus tidak ada dosa." Melalui naungan ajaib Roh Kudus,
Yesus lahir sebagai manusia yang tidak berdosa.
2. Yesus Tumbuh Dan Berkembang Seperti Manusia
Normal. Yesus berkembang secara normal
sebagaimana halnya manusia. Oleh karena itu
dikatakan dalam Alkitab bahwa Ia "bertambah
besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih
karunia Allah ada pada-Nya" (Lukas 2:40), dan
bahwa Ia "makin bertambah besar dan bertambah
hikmat-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia" (Lukas 2:52).
3. Ia Memiliki Unsur-Unsur Hakiki Sifat Manusia.
Bahwa Kristus memiliki tubuh jasmaniah jelas dari
ayat-ayat yang berbunyi, "mencurahkan minyak itu
ke tubuh-Ku" (Matius 26:12); "yang dimaksudkan-
Nya dengan Bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri"
(Yohanes 2:21); "Ia juga menjadi sama dengan
mereka dan mendapatkan bagian dalam keadaan
mereka [darah dan daging]" (Ibrani 2:14); "tetapi
Engkau telah menyediakan tubuh bagi-Ku" (Ibrani
10:5); "kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-
lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus"
(Ibrani 10:10).
4. Ia Mempunyai Nama-Nama Manusia. Ia memiliki
banyak nama manusia. Nama "Yesus", yang
berarti "Juruselamat" (Matius 1:21), adalah kata
Yunani untuk nama "Yosua" di Perjanjian Lama
(bandingkan Kisah 7:45; Ibrani 4:8). Ia disebut
"anak Abraham" (Matius 1:1) dan "anak Daud".

Nama "anak Daud" sering kali muncul dalam Injil


Matius (1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30, 31;21:9, 15).
Nama "Anak Manusia" terdapat lebih dari 80 kali
dalam Perjanjian Baru. Nama ini berkali-kali
dipakai untuk Nabi Yehezkiel (2:1; 3:1; 4:1, dan
seterusnya), dan sekali untuk Daniel (8:17). Nama
ini dipakai ketika bernubuat tentang Kristus dalam
Daniel 7:13 (bandingkan Matius 16:28).
5. Ia Memiliki Berbagai Kelemahan Yang Tak Berdosa
Dari Sifat Manusiawi. Karena itu, Yesus pernah lelah
(Yohanes 4:6), lapar (Matius 4:2; 21:18), haus
(Yohanes 19:28); Ia pernah tidur (Matius 8:24;
bandingkan Mazmur 121:4); Ia dicobai (Ibrani 2:18;
4:15; bandingkan Yakobus 1: 13); Ia mengharapkan
kekuatan dari Bapa-Nya yang di sorga (Markus 1:35;
Yohanes 6:15; Ibrani 5:7); Ia mengadakan mukjizat
(Matius 12:28), mengajar (Kisah 1:2), dan
mempersembahkan diri-Nya kepada Allah oleh Roh
Kudus (Kisah 10:38; Ibrani 9:14).
6. Berkali-Kali Ia Disebut Sebagai Manusia. Yesus
menganggap diri-Nya sendiri manusia (Yohanes 8:40).
Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:30), Petrus (Kisah 2:22),
dan Paulus (1 Korintus 15:21, 47; Filipi 2:8; bandingkan
Kisah 13:38) menyebut- Nya manusia. Kristus benar-
benar diakui sebagai manusia (Yohanes 7:27; 9:29;
10:33), sehingga Ia dikenal sebagai orang Yahudi
(Yohanes 4:9); Ia dikira lebih tua dari usia sebenarnya
(Yohanes 8:57); dan Ia dituduh telah menghujat Allah
karena berani menyatakan bahwa diri-Nya lebih tinggi
daripada manusia (Yohanes 10:33).
Bahkan setelah bangkit, Kristus nampak sebagai manusia
(Yohanes 20:15; 21:4, 5). Lagi pula, sekarang ini Ia
berada di sorga sebagai manusia (I Timotius 2:5), akan
datang kembali (Matius 16:27, 28; 25:31; 26:64, 65),
serta menghakimi dunia ini dengan adil sebagai manusia
(Kisah 17:31).
C. Ajaran Sesat Yang Mula-mula Mengenai Kemanusiaan Kristus

E Kelompok ini dikenal dengan paham adopsionisme


yang lahir pada abad kedua. Ajaranini berpendapat
B bahwa Yesus hanya sebagai anak Yusuf, sebab itu Ia
I tidak lebih dari manusia yang lain. Maria tidak
O mengandung Firman, sebab Maria tidak lebih tua
N dari Firman itu, ia tidak ada sebelum segala zaman.
Karena itu yang dikandung oleh Maria adalah
I seorang manusia yangsederajat dengan manusia pada
S umumnya, namun Yesus lebih tinggi dalam segala hal
M sebagaihasil dari pengurapan Roh Kudus kepada-Nya
ketika Ia dibaptis. Inti dari pengajaran
E
Ebionisme,yaitu menyangkal keilahian Yesus.
Arius dengan keras menolak konsep Allah trinitas, dimana Yesus
menjadi salah satu pribadi Allah. Menurutnya, Yesus itu tidak kekal,
A tidak ilahi, hanya makhluk ciptaan Bapa, yaitu salah seorang malaikat
tertinggi yang diangkat menjadi Anak Allah. Bukan tanpa alasan Arius
R memiliki pandangan seperti ini. Ia bermaksud ingin menjaga ortodoksi
I akan Allah yang Esa. Kalau Allah itu Esa, maka Yesus bukan Allah.
A Athanasius sangat tidak menyetujui pandanganArius tersebut, baginya
N Yesus itu sehakikat (homo-ousius) dengan Allah Bapa. Menurut
I Arius,Kristus adalah bukan sungguh-sungguh Allah, namun juga bukan
S sungguh-sungguh manusia(sebab jiwanya bukan jiwa manusia). Sebagai
dasarnya Arius mengambil ayat Yoh 1:14,
M
E “Firman itu telah menjadi manusia/ “the Word was made flesh”, dan ia
berkesimpulan bahwa Firman itu hanya menjelma menjadi daging saja
tetapi tidak jiwanya.
Doketisme berasal dari kata Yunani dokeo artinya nampaknya atau
D kelihatannya. Ajaran ini mengajarkan, bahwa Kristus sesungguhnya
O tidak memiliki tubuh insani, namun Ia hanya sebagai roh yang

K menampakkan diri seperti manusia. Sebab itu eksistensi Kristus


sebenarnya seperti hantu.
E
Doketisme lahir pada akhir abad pertama dengan berpegang pada
T
pandangan umum, bahwa tubuh Kristus adalah hampa seperti hantu,
I
sedangkan penderitaan dan kematian- Nya hanya dongeng belaka. 
S Jika Yesus menderita, berarti Dia bukan Allah. Sebaliknya jika Dia
M Allah, tentunya Dia tidak mungkin mengalami penderitaan dan
E kematian.
NESTORIANISME

Nestorius berpendapat bahwa Kristus itu
memiliki dua tabiat di dalam diri-
Nya, yaitu manusia dan ilahi. Kedua
tabiat itu bagaikan air dan minyak di
dalam satu wadah, yang walau berada
berada di dalam satu wadah, namun
tidak bercampur.
Ajaran ini dicetuskan oleh Eutyches, yang adalah seorang penganut

E monofisitisme dari Alexandria (378-454) yang dipengaruhi oleh filsafat


Aristotelian yang mengajarkan sebuah konsep, yaitu unsur yang kuat
U
menguasai unsur yang lemah. Ia mengajarkan bahwa: karena sifat Allah
T
lebih kuat dari sifat manusia, maka tentunya sifat kemanusiaan Yesus
Y
yang lemah tidak bereksistensi karena ditelan oleh sifat ke-AllahanNya
C
yang kuat. Berdasarkan hal itu disimpulkan bahwa Kristus hanya
H memiliki satu sifat, namun bukan sifat Allah sepenuhnya dan bukan juga
E merupakan sifat manusia seutuhnya. Yesus hanya mempunyai satu sifat
S sebagai hasil perpaduan antara sebagian sifat Allah yang dominan dan
sebagian kecil sifat manusia yang tidak sejati.
Inti dari pengajaran Apolinarisme, adalah Yesus memiliki satu sifat
A dan satu pribadi. Paham ini dipelopori oleh anak dari Apolinaris
P yang juga bernama Apolinaris (Alexandria – 310-390). Karena Yesus
O
lahir sebagai manusia, maka Ia memiliki tubuh, jiwa, dan Roh ilahi,
L
yaitu Logos, namun Roh ilahi itu bukan roh manusia.
I
N Roh Logos tersebut yang menguasai tubuh dan jiwa Yesus yang pasif.
A Karena sifat kemanusiaan Kristus sangat pasif dan lemah, maka
R lambat laun sifat keilahianNya yang lbih kuat akan menelan sifat
I kemanusiaanNya yang lemah, sehingga yang dominan di dalam diri
S
Yesus adalah karakter keilahianNya.
M
E Menurut pandangan apolinaris, Kristus bukan Allah dan juga bukan
manusia namun Ia sekedar oknum ilahi.
D. Depresiasi Baru-baru Ini Terhadap Kemanusiaan Yesus

Sebuah konferensi dewan gereja penting yang diadakan pada tahun 451.
Konsili ini juga merumuskan doktrin Kristologi yang benar dan Alkitabiah
yang harus diterima dan diyakini oleh gereja atau orang Kristen hingga saat
ini. Konsili Chalsedon memutuskan dan menetapkan bahwa , Kristus hanya
memiliki satu Pribadi dan dua sifat, yaitu sifat Allah dan sifat manusia, karena
Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati.
 
Konsili Chalsedon merupakan konferensi dewan gereja resmi keempat sesudah
beberapa konsili sebelumnya (Konsili Nicea 325, Konstantinopel 381, Efesus
431) diadakan untuk membendung kehadiran ajaran-ajaran sesat yang
membahayakan iman dan kerohanian jemaat Tuhan. Tiga pokok pemikiran
ynag dihasilkan dalam konsili Chalsedon antara lain:
Mensahkan kembali keputusan Konsili Nicea yang menetapkan bahwa Yesus
PERTAMA memiliki dua sifat, yaitu sifat Allah dan sifat Manusia serta hanya mempunyai
pribadi tunggal.

Menerima argumentasi kristologi Cyrilus dan Leo yang menyebutkan bahwa


Maria adalah theotokos, artinya sebagai ibu dari Allah Anak yang berinkarnasi
dalam manusia sejati. Kristus yang memiliki sifat Allah dan manusia adalah
KEDUA
pribadi kedua dari Allah Tritunggal yang sehakekat dengan Bapa. Sifat
kemanusiaan Kristus seperti sifat manusia alami yang dapat merasakan
pengalaman manusia pada umumnya, tetapi Ia tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15; I
Petrus 2:22)

Merumuskan konsep kristologi yang baku dan Alkitabiah, yaitu menegaskan


bahwa kedua sifat Yesus telah menyatu dalam satu pribadi Kristus. Penyatuan
KETIGA
kedua sifat tersebut terjadi secara tidak saling melebur atau bercampur, tidak
berubah, tidak saling menghilangkan dan tidak terpisah satu sama lainnya.
E. Keadaan Yesus Yang Tidak Berdosa
Pertama, untuk Yesus memang tidak dibutuhkan sebuah
pernyataan dogmatis karena dalam Kitab Suci, cukup banyak
teks yang menyatakan bahwa Yesus itu suci dan tidak berdosa.
Yesus dikandung bukan dari benih manusia, tetapi dari kuasa
Roh Kudus yang menaungi Maria (bdk Luk 1:35).
Pengandungan Yesus oleh Maria yang tetap perawan
sebenarnya merupakan pernyataan akan awal kesucian Yesus
sebagai manusia. Melalui Maria, Firman sungguh-sungguh
menjadi manusia (bdk Yoh 1:14).
Kedua, sulit untuk menggali fakta tentang hidup batiniah Yesus. Boleh dikatakan,
tidak mungkin kita membuktikan hidup batiniah Yesus tentang dosa. Tak seorang pun
bisa membaca pikiran dan hati Yesus untuk mendeteksi keinginan atau tindakan yang
berdosa, seandainya hal itu ada dalam diri Yesus. Juga tidak ada murid yang terus-
menerus selama 24 jam mengamati hidup Yesus.

Yang kita miliki ialah fakta bahwa Yesus tidak melakukan dosa. Atau bisa dikatakan
bahwa tidak ada bukti-bukti tentang tindakan atau pikiran Yesus yang berdosa. Para
pendengar-Nya mengesani Yesus sebagai Pribadi yang mengajar dengan kuasa dan penuh
keyakinan (Luk 4:32; 6:19). Ada kesatuan antara kata dan perbuatan-Nya. Dia
mengajarkan sekaligus melakukan apa yang Dia ajarkan. Misalnya, Yesus mengajar kita
untuk mengampuni (bdk Mat 6:12.14; 18:21-22) dan Dia sendiri mempraktikkannya
sampai akhir hidup-Nya (bdk Luk 23:34).
Ketiga, fakta bahwa Yesus tidak berdosa didukung oleh
banyak teks Kitab Suci. Yesus sendiri menantang para lawan-
Nya: ”Siapakah di antara kamu yang membuktikan bahwa Aku
berbuat dosa?” (Yoh 8:46) Yesus menyatakan bahwa setan tidak
punya kuasa sedikit pun atas Dia (bdk Yoh 14:30). Rasul Paulus
dalam kesaksian awalnya menegaskan hal ini: ”Dia yang tidak
mengenal dosa…, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah.”
Keempat, ketidak-berdosa-an Yesus adalah fakta yang
menunjukkan bahwa Yesus telah berjuang seperti yang dilakukan
di Taman Getsemani (Mrk 14:32-36) dan pada akhirnya tidak
jatuh dalam dosa. Dia belajar taat pada kehendak Bapa dalam
penderitaan-Nya. Dengan tetap mengingat bahwa Yesus adalah
manusia yang sama seperti kita dalam segala hal, maka
ketidakberdosaan Yesus menjadi teladan bagi kita.
F. Implikasi Terhadap Kemanusiaan Kristus
1. Yesus Kristus Juga adalah manusia
Ada juga golongan-golongan yang bertentangan dengan pendapat para teolog di
atas. Pertentangan ini muncul dari golongan-golongan liberal yang mengandalkan
rasio dan pengetahuan, diantaranya adalah: Harnack; Weiss; Schweitzer; dan
lain-lain, menyatakan bahwa Kristus yang berinkarnasi itu hanya sekedar
menjadi manusia saja, dan tidak memiliki sifat-sifat keilahian . Para tokoh liberal
ini hanya mengakui kemanusiaan Kritus saja dan tidak mengakui bahwa dalam
penjelmaan Allah menjadi manusia, Kristus itu memiliki sifat-sifat keilahian. Jadi,
dua pandangan yang sangat bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya.
Pandangan ini juga ditentang oleh Paulus. Dalam suratnya dia mengatakan bahwa seluruh
kepenuhan Allah berada pada tubuh Kristus yang sudah menjadi manusia (Kol. 1:19), dan bahwa
Yesus lebih tinggi dari para malaikat merupakan salah satu tema dalam surat Ibrani. Kemudian
dalam Yohanes, kata “Akulah” juga menyaksikan mengenai keilahian Kristus itu sendiri .
Dalam inkarnasi ini, Yesus adalah sepenuhnya Allah. Dalam diri-Nya, dalam natur-Nya, Dia adalah
Allah. Dalam alkitab memberikan bukti yang sangat jelas sekali mengenai inkarnasi Allah ini dalam
wujud manusia yang juga memiliki sifat 100% ilahi. Lukas 22:70 menyebutkan kata “Anak Allah”.
Kata Anak Allah ini dalam keseluruhan Alkitab disebutkan sebanyak 40 kali . Yohanes 5:18, jelas
bahwa nama itu adalah dari Allah yang diberikan kepada Kristus.
Pengakuan Iman Westminster mengatakan bahwa: Kristus adalah Allah,
Dia juga adalah manusia, di mana Dia secara super natural telah
mengenakan natur manusia tanpa dosa, tetapi Kristus tetap satu pribadi
yaitu Kristus, satu-satunya pengantar antara Allah dan manusia. Dalam
pengakuan ini, menunjukkan bahwa Inkarnasi Yesus Kristus adalah benar-
benar menyatakan bahwa Dia adalah manusia dan juga Allah. Kemanusiaan
Kristus dan ke-Allahan-Nya adalah dua hal yang ada dalam diri-Nya.
2. Ke-Allahan dan kemanusiaan di dalam Inkarnasi Yesus Kristus.
Inkarnasi melalui Yesus Kristus, kekristenan mengakui bahwa Yesus Kristus itu
memiliki sifat Ilahi, dan juga sifat manusia. Dia adalah Alla. Sifat Ilahi dan Insani
dalam diri Yesus Kristus adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Namun
bukan berarti ke dua sifat itu menyatu.

Yesaya 9:5, menuliskan bahwa Yesus itu dinamakan penasihat ajaib, Allah yang
Maha Kuasa dan Bapa kekekalan. Ayat ini sebenarnya sudah sangat
menerangkan bahwa Yesus itu adalah Allah. Dalam PB, Yohanes 1:1, “pada
mulanya adalah firman, firman itu bersama-sama dengan Allah dan firman itu
adalah Allah.” Roma 8:32, “Ia (Allah) yang tidak menyayangkan Anak-Nya
sendiri.”
G. Pentingnya pokok kesatuan pribadi Kristus
Kesatuan hipostatik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
bagaimana Allah Putra, Yesus Kristus, mengambil rupa sebagai
manusia, namun pada saat bersamaan, juga Allah yang
sempurna.Yesus selamanya adalah Allah (Yohanes 8:58; 10:30), namun
ketika inkarnasi, Yesus mengambil tubuh manusia – Dia menjadi
manusia (Yohanes 1:14). Penambahan natur kemanusiaan kepada
natur keilahian menjadi Yesus; Allah-manusia.
Inilah kesatuan hipostatik, Yesus Kristus sebagai satu Pribadi; Allah
yang sempurna dan manusia yang sempurna.
Kedua natur Yesus, kemanusiaan dan keilahianNya, tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain. Yesus selamanya adalah Allah-manusia; Allah yang sempurna dan
manusia yang sempurna; dua natur yang berbeda dalam satu Pribadi.
Kemanusiaan dan keillahian Yesus tidak bercampur, namun bersatu tanpa kehilangan
keunikan identitas. Kadang Yesus berfungsi dengan keterbatasan sebagai manusia
(Yohanes 4:6; 19:28), namun di waktu lain dengan kuasa keilahianNya (Yohanes 11:43;
Matius 14:18-21).

Dalam keduanya, tindakan-tindakan Yesus bersumber dari PribadiNya yang satu.


Yesus memiliki dua natur, namun tetap hanya satu Pribadi.
Doktrin kesatuan hipostatik ini sebenarnya upaya untuk menjelaskan bagaimana
Yesus itu adalah Allah dan manusia pada saat bersamaan. Walaupun demikian,
doktrin ini tentu tidak mampu dipahami manusia secara sempurna.

Tidak mungkin bagi manusia yang terbatas dan berdosa untuk bisa memahami cara
kerja Allah seutuhnya.

Kita, sebagai manusia yang terbatas, tidak bisa memahami Allah yang tidak
terbatas itu dengan sempurna. Yesus itu Anak Allah dalam pengertian Dia
dilahirkan dari Roh Kudus (Lukas 1:35).

Namun, hal ini tidak berarti bahwa Yesus belum ada sebelum Dia dikandung. Yesus
selalu ada (Yohanes 8:58, 10:30). Ketika Yesus dikandung, Dia menjadi manusia,
selain Dia adalah Allah itu sendiri (Yohanes 1:1, 14).
KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas saya menyimpulkan bahwa kesatuan keilahian dan


kemanusiaan Yesus adalah sangat rumit dipahami oleh manusia, tetapi dengan
bantuan Allah sendiri kepada kita Dia bisa memampukan kita untuk memahaami
keilahianNya.

Kesatuan dan keilahian Yesus Kristus tidak bisa dicampurkan dan tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lain karena Yesus Kristus adalah satu Pribadi.

Anda mungkin juga menyukai