Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN

LAHIR RENDAH (BBLR)


D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

NAMA : Elis Melina Br Manullang


NPM : 200202015

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan pada kami, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperwatan ini dengan judul
“Asuhan Keperatawan Anak Dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)”
Asuhan Keperawatan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Keperawatan Anak. Asuhan Keperawatan ini dapat diselesaikan berkat bantuan
pihak terkait. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang membantu baik secara moral maupun material,
terutama kepada :

1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Universitas Sari


Mutiara Indonesia.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, MNS Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
5. Ns, Marthalena Simamora, M.kep, selaku Koordinator mata kuliah “
Keperawatan Anak” yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian
Teori ini.
6. Ns, Ranika Wati Damanik, M.kep, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran
kepada penulis dalam penyelesaian Teori ini.
7. Para dosen yang senantiasa sabar mengajar, mendidik dan membimbing
mahasiswa/i Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia.
8. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua penulis yang sangat penulis cintai
dan semua keluarga yang banyak memberikan doa, dukungan, motivasi
maupun materi kepada penulis untuk menyelesaikan Teori ini.
9. Kepada teman-teman mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara Indonesia
yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi dalam proses
belajar

Kami menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini masih banyak


kekurangan, dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan Asuhan
Keperawatan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, akhir kata
kami mengucapkan terimah kasih.

Medan, Desember 2020

Penyusun

(Elis Melina Br Manullang)


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian bayi adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum
mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat
pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana), serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti
status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2012).
Cakupan angka kematian bayi (AKB) di enam tahun terakhir mengalami
fluktuatif. dari data yang bersumber pada dinas kesehatan kabupaten/kota,
diketahui jumlah kematian bayi di Aceh sebanyak 943 kasus dan lahir hidup
103.931 jiwa. Dengan menggunakan definisi operasional yang telah
ditetapkan untuk kedua indikator tersebut, maka AKB di Aceh tahun 2017
sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup. Pencapaian tahun 2017 dibandingkan
dengan tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan.
Angka kematian bayi merupakan indikator yang digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Berbagai upaya kesehatan
dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, diantaranya
pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. hal ini disebabkan AKB
sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu perbaikan
kondisi perekonomian yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak
pada daya tahan terhadap infeksi penyakit. (Dinas Kesehatan Provinsi Aceh,
2017).
Sejak tahun 1961 WHO mengganti istilah prematuritas dengan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR). Hal ini di karenakan tidak semua bayi yang berat
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Menurut WHO
(World Health Organization, 2010) pravalensi BBLR dari seluruh kelahiran
di dunia dengan batasan 3,3% - 3,8% dan lebih sering terjadi pada Negara -
negara yang sering berkembang atau sosial ekonomi rendah, prevalensi
BBLR tahun 2013 menurut WHO adalah sebesar 10,2% di dunia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui lebih dalam tentang BBLR
1.2.2 Tujuan khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai bayi berat badan
lahir   rendah (BBLR) agar pembaca mengetahui dan mampu
mengaplikasikan bagaimana penatalaksanaan maupun rencana asuhan
keperawatan yang dapat diberikan terhadap bayi berat badan lahir
rendah (BBLR)
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Bayi BBLR


Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500
gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi
itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.(Indrasanto,
2008)

2.2 Etiologi Bayi BBLR


1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.

2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat tertentu (Suryadi dan Yuliani, 2006 )
2.3 Klasifikasi BBLR
Menurut Ribek dkk. (2011), ada 3 klasifikasi dari berat badan lahir rendah,
yakni:
 Berat badan lahir rendah sedang yaitu bayi lahir dengan berat badan 1501
sampai 2500 gram.
 Berat badan lahir sangat rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang
dari 1500 gram.
 Berat badan lahir sangat rendah sekali yaitu bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 1000 gram.

2.4 Tanda dan Gejala BBLR


Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal, bayi
BBLR juga akan tampak:
 Lebih kurus.
 Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
 Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.

Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur. Masalah yang umum
ditemui pada bayi seperti ini adalah:

 Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia).


 Memiliki masalah dalam menyusu.
 Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan.
 Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada
temperatur yang normal.
 Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu
kental (polisitemia).

2.5 Patofisiologi BBLR


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada
bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru
pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom
gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar
lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang
inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua bulan, system pencernaan dan
absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga
bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi
premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan
oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut
dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat
pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma
globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga
bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi
dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang
normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas
dalam tubuh .(Ngastiyah, 2005)
2.6 Phatway Bayi BBLR
2.7 Pemeriksaan Penunjang BBLR
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ).
(Ngastiyah, 2005)
2.8 Komplikasi BBLR
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah
antara lain : Hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit,
hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas (asfiksia), paten suktus arteriosus,
infeksi, perdarahan intraventrikuler, apnea of prematuruty dan anemia.
Adapun komplikasi yang timbul pada masa berikutnya yaitu: gangguan
perkembangan, gangguan pertumbuhan, gangguan penglihatan (retionopati),
gangguan pendengaran, penyakit paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan
sering masuk rumah sakit, dan kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

2.9 Penatalaksanaan BBLR


Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah sebagai berikut :
1. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

2. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

3. Pelestarian suhu tubuh


Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu
suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan
usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam
suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan
secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat
sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari
2000 gram

4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o 2
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai
masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh
masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.

7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan


Umur/hari Jmlh ml/kg BB

1 50- 65

2 100

3 125

4 150

5 160

6 175
2.10 Asuhan
7 200

14 225

21 175

28 150

Keperawatan Pada Bayi BBLR


1. Pengkajian Fokus
a. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten (PDA).

b. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).

c. Neuroensori
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32 ; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32 ; komponen
pertama dari refleks Moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan
membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke 28 ; komponen
keduaa (fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi
antara minggu 24 dan 37.

d. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodic (40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi
“ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).

e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah
mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan
atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan,
akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak
kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku
mungkin pendek.

f. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae
mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.(IDAI, 2004)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan
di rongga paru

b. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

c. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi


imunologik.

d. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
(Ngastiyah, 2005)
3. Intervensi Keperawatan
No TUJUAN INTERVENSI
.
1. Setelah mendapat tindakan a. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi
irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif).
Kriteria Hasil : b. Atur posisi kepala lebih tinggi
a. Akral hangat
c. Monitor keefektifan jalan nafas,
b. Tidak ada sianosis
kalau kerlu lakukan suction.
c. Tangisan aktif dan kuat
d. Lakukan auskultasi bunyi nafas
d. RR : 30-40x/mt
tiap 4 jam
e. Tidak ada retraksi otot
e. Perthankan pemberian O2
pernafasan
f. Pertahankan bayi pada inkubator
dengan penghangat
g. Kolaborasii untuk X foto thorax
2. Setelah mendapatkan tindakan a. Pertahankan bayi pada
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
inkubator dengan kehangatan
gangguan hipotermi
Kriteria Hasil : 37oC
a. Badan hangat
b. Beri popok dan selimut sesuai
b. Suhu : 36,5-37oC
kondisi
c. Ganti segera popok yang basah
oleh urine atau faeces
d. Hindarkan untuk sering
membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan
peningkatan laju metabolisme
e. Atur suhu ruangan dengan
panas yang stabil
3. Setelah mendapat tindakan a. Monitor tanda-tanda infeksi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
(tumor, dolor, rubor, calor,
infeksi
Kriteria Hasil : fungsiolaesa)
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Lakukan cuci tangan sebelum
(tumor, dolor, rubor, calor,
dan sesudah kontak dengan
fungsiolaesa)
bayi
b. Suhu tubuh normal (36,5-37oC)
c. Anjurkan kepada ibu bayi
untuk memakai jas saat masuk
ruang bayi dan sebelum
dan/sesudah kontak cuci tangan
d. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
adekuat
e. Pastikan alat yang kontak
dengan bayi bersih/steril
f. Berikan antibiotika sesuai
program
g. Lakukan perawatan tali pusat
setiap hari
4. Setelah tindakan keperawatan 3x24 a. Kaji refleks menghisap dan
jam tidak terjadi gangguan nutrisi
menelan
Kriteria Hasil :
a. Diet yang diberikan habis tidak b. Monitor input dan output
ada residu c. Berikan minum sesuai program
b. Reflek menghisap dan menelan lewat sonde/spin
kuat d. Sendawakan bayi sehabis
c. BB meningkat 100 gr/3hr. minum
e. Timbang BB tiap hari.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : By. Ny. E
TTL : Kabanjahe, 07 Desember 2020 jam 06.00
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah : Tn. S
Umur : 28 th
Nama ibu : Ny. E
Umur : 27 th
Agama : Kristen
Pendidikan ayah : SMA
Pendidikan ibu : SMA
Pekerjaan ayah : Karyawan swasta
Pekerjaan ibu : IRT
Suku kebangsaan : Batak, Indonesia
Alamat : Jl. Veteran
Diagnosa medis : BBLR, Prematur, KPD 4 hari
2. Keluhan utama
Ibu bayi mengeluh bayinya saat lahir memiliki berat badan rendah yaitu
1500 gram.
3. Keluhan lain
Pertambahan berat badan bayi lambat, lemah dan tidak bisa menetek.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dirawat di inkubator, tangisan lemah, gerak agak lemah, bibir
kering, tidak ada kejang.
5. Riwayat kelahiran dan persalinan
a. Antenatal
Ny. E menyatakan kehamilan pertama, G1P0A0, usia 31 tahun, klien
periksa ANC kurang lebih 5 kali di bidan. Klien juga tidak merokok,
makan teratur dan tidak mempunyai riwayat penyakit kehamilan.
b. Intranatal
Ny. E menyatakan, pada hari Senin, 07 Desember 2020 ia merasakan
ketuban rembes, namun belum ada tanda persalinan. Ia kemudian
memeriksakan diri ke RSU Kabanjahe, kemudian rawat inap hingga
hari Selasa dan diijinkan pulang. Pada Hari Kamis, jam 08.00 WIB
Ny. E datang lagi dengan keluhan yang sama. Jam 10.30 WIB
melahirkan secara spontan di kamar bersalin RSU Kabanjahe, usia
kehamilan 35 minggu 4 hari, kurang bulan, tidak ada penyulit
persalinan, komplikasi persalinan KPD 4 hari, ketuban habis.
c. Postnatal
Bayi lahir langsung menangis. Usaha nafas spontan. Air ketuban habis.
APGAR score 6/8. Tidak ada trauma saat lahir. Klienmendapat Vit K,
imunisasi HB 0 dan salep mata chlorampenikol.

6. RiwayatKeluarga
a. Genogram

Ibu Klien Ayah Klien


27 th 28 th
Klien
3 hari

Keterangan :

: laki – laki

: perempuan

: bayi Ny. E

: tinggal serumah
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. E mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat melahirkan
anak dengan berat badan lahir rendah. Keluarga klien tidak ada
riwayat hipertensi, diabetes, ginjal, jantung.

7. Keadaan kesehatan saat ini


a. Status Nutrisi dan cairan
Bayi mendapat intake oral ASI 1-2cc setiap 3 jam melalui OGT .
Residu 0,5-2 cc awal kelahiran berupa lendir, hari selanjutnya
berupa ASI. Klien terpasang IVFD D5% ¼ NS
b. Aktivitas istirahat
Bayi tampak kurang aktif, banyak tidur, menangis keras.
c. Perawatan kebersihan diri
Bayi mandi di dalam inkubator secara sponge bath setiap pagi hari
dan perawatan tali pusat. Popok diganti tiap selesai mandi dan tiap
bayi b.a.b serta sudah b.a.k terlalu banyak. Bayi tampak bersih dan
tidak tampak tanda iritasi.
d. Eliminasi
Setelah lahir bayi BAK dan belum BAB. Klien dilakukan lavemen
NaCl setelah 2 hari tidak BAB. Feses mekonium jumlah sedikit.

8. Keadaan psikologis orang tua


Ny. E menyatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Ia menginginkan
anaknya cepat pulang seperti bayi- bayi lainnya. Ia mengusahakan untuk
taat instrusi dokter dan perawat, agar anaknya cepat pulang. Bayi sangat
diinginkan dan seluruh keluarga mendukung kesehatan bayi. Ibu bayi
tampak lelah dan mengeluk ASI keluar sedikit.

9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Gerak kurang aktif,menangis kuat, banyak tidur
b. Tanda vital :
N : 122x/menit
RR : 44x/menit
S : 36,4oC
c. Antropometri
BB : 1580 gr
PB : 39,5 cm
LK : 29 cm
LD : 25 cm
Lila (kiri) : 7 cm
d. Reflek
Bayi memiliki reflek moro yang baik, reflek menggenggam baik dan
refleks menghisap lemah
e. Kepala / Leher
Fontanel lunak, tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat, wajah
simetris.
f. Mata
Terdapat dischart pada mata, sclera tidak ikterik.
g. Mulut
Mulut terlihat kotor dan kering. Tidak terdapat sianosis dan kelainan
labio palato schizis. Terpasang OGT pada mulut bayi untuk
mengetahui residu ASI.
h. THT
1) Telinga
Bentuk telinga simetris, kartilago tampak belum sempurna, tidak
ada cairan abnormal
2) Hidung
Lubang hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung.
i. Respirasi
Bentuk toraks simetris. Diameter anteroposterior : lateral 1:1. Tidak
terdapat penggunaan otot-otot pernapasan tambahan. Tidak terdapat
retraksi dada.
Respirasi 44 kali per menit teratur. Tangisan keras.
j. Kardiovaskuler
HR 122x/menit, kuat, teratur, posisi kiri atas, tidak terdapat sianosis.
k. Gastrointestinal
Tidak terdapat distensi abdomen, bising usus (+), residu berupa lendir
dan ASI 0,5-2 cc.
l. Ekstremitas
1) Atas : lengkap tidak ada kelainan, akral kadang dingin
dan pucat
2) Bawah : lengkap tidak ada kelainan, akral kadang dingin
dan pucat
m. Umbilikus
Tali pusat bayi berwarna hitam pada bagian ujung, namun berwarna
kuning keputihan pada bagian lainnya. Tali pusat belum lepas. Tidak
tampak tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi.
n. Integumen
Kulit berwarna kemerahan, tidak ikterik. Turgor kulit cukup.
10. Terapi
a. Termoregulasi dengan inkubator suhu 34oC
b. ASI eksklusif melaui OGT
c. IVFD D5% ¼ NS

11. Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan darah rutin tanggal 8 september 2013
Parameter Nilai Nilai Normal Satuan
HB 16 14 – 24 g/dl
Hematokrit 43,1 44 – 64 %
Leukosit 28,04 4 - 10,5 103/uL
Trombosit 77 150 – 450 103/uL
Eritrosit 4,30 4,8 – 7,1 106 /uL
MDV 11,1 6,5 – 12 FL
PDW 17,3 9 – 12 %
PCT 0,1 0,108 – 0,282 %

b. Pemeriksaan GDS tanggal 9 September 2013 jam 18.00 WIB


GDS :82 mg/dl

3.2 ANALISIS DATA

No Data Masalah Penyebab


1 DS : - Ketidakefektifan Imaturitas
DO : termoregulasi termoregulasi
a. UK : 35+4 mg dalam tubuh,
b. BB : 1580 gram kurangnya
c. Nadi : 122 x/menit cadangan lemak
d. Suhu : 36,4 °C subkutan
e. RR : 44 x/menit
f. Ekstermitas kadang teraba
dingin
2 DS : - Resiko infeksi Pertahanan tubuh
DO : tidak adekuat,
a. Riwayat komplikasi prematuritas,
persalinan : KPD 4 hari status imun
b. Leukosit 28,04 103 UL menurun
c. BB : 1580 gram
d. Nadi : 122 x/menit
e. Suhu : 36,4 °C
f. RR : 44 x/menit
g. Terdapat tali pusat yang
masih mongering
h. Terpasang infuse di
ekstermitas atas kanan
3 DS : - Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO : nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
a. Bayi terpasang OGT kebutuhan tubuh mengabsorbsi
b. Bayi tidak dapat menetek nutrien
ibu
c. BB 1580 gram
d. Terpasang IVFD D5% di
tangan kanan
e. Terdapat residu 0,5 - 2 cc/ 3
jam
f. Bibir tampak kering

4 DS: Ansietas orang tua Hospitalisasi


a. Ny. E menyatakan anak
khawatir dengan keadaan
anaknya. Ia menginginkan
anaknya cepat pulang.
b. Ia menyatakan khawatir
dengan berat badan
anaknya yang menurun
c. Ibu klien mengeluh
produksi ASI sedikit
DO:
g. Ibu klien tampak cemas
terhadap keadaan klien
h. Ibu klien tampak lelah dan
mata berkantung

3.3 DIAGNOSIS KEPERAWATAN.


1. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan Imaturitas termoregulasi
dalam tubuh
2. Resiko Infeksi b.d Pertahanan tubuh tidak adekuat, prematuritas, status
imun menurun
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
3.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama : By. Ny. E


Dx Medis :BBLR

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau suhu tiap 6 jam 1. Menilai perkembangan
termoregulasi keperawatan selama 3 x 24 2. Pantau gejala hipotermi dan termoregulasi bayi
berhubungan dengan jam, suhu tubuh bayi stabil hipertermi 2. Mengetahui lebih dini adanya
maturitas termoregulasi dengan kriteria hasil : 3. Atur suhu inkubator sesuai gejala hipotermi dan
dalam tubuh, kurangnya  Suhu normal 36-37,5 C program terapi kolaborasi hipertermi sehingga lebih
cadangan lemak  Akral hangat 4. Anjurkan ibu penggunaan cepat teratasi
subkutan d.d :  Bayi tidak menggigil dan kangguru mother care 3. Menjaga bayi tetap hangat
DS : - tidak kepanasan setelah keadaan bayi stabil 4. Menjaga kehangatan bayi dan
DO :  Bayi tidak pucat dapat meningkatkan berat
a. UK : 35+4 mg 5. Mandikan bayi dalam badan bayi
b. BB : 1580 gram inkubator secara sponge bath 5. Menjaga kebersihan bayi
c. Nadi : 122 x/menit dengan air hangat dengan tetap mempertahankan
d. Suhu : 36,4 °C kehangatan
e. RR : 44 x/menit
f. Ekstermitas kadang
teraba dingin
2 Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan a. Kaji TTV dan tanda infeksi a. Menentukan intervensi lebih
Pertahanan tubuh tidak keperawatan selama 3 x 24 b. Lakukan perawatan  tali lanjut
adekuat, prematuritas, jam, klien terhindar dari pusat b. Mencegah terjadinya infeksi
status imun menurun infeksi, dengan kriteria c. Anjurkan ibu mencuci dan memper-cepat
ditandai dengan : hasil: payudara sebelum memeras pengeringan tali pusat
DS : -  TTV normal ASI, kontak dengan bayi c. Meminimalkan terjadinya
DO :  AL normal d. Kolaborasi pemeriksaan infeksi silang ibu dan bayi
a. Leukosit 28,04  Tidak ada tanda letargi darah lengkap terutama d. Leukosit tinggi
b. BB : 1580 gram leukosit mengindikasikan adanya
c. Nadi : 122 x/menit infeksi
d. Suhu : 36,4 °C
e. RR : 44 x/menit
3 Ketidakseimbangan Setelah diberi asuhan 1. Pantau intake dan output 1. Mengetahui keseimbangan
nutrisi kurang dari keperawatan selama3x24 nutrisi nutrisi bayi
kebutuhan tubuh jam kebutuhan nutrisi klien 2. Pantau BB setiap hari 2. Mengetahui perkembangan
berhubungan dengan terpenuhi dengan criteria : 3. Lakukan perawatan mulut bayi
prematuritas, a. TTVnormal 4. Lakukan pengecekan 3. Memberikan kenyamanan
ketidakmampuan b. Tidak ada tanda residu lambung pada bayi
mengabsorbsi nutrient hipoglikemi 5. Ajarkan ibu cara 4. Mengetahui kapasitas
ditandai dengan : c. BB meningkat menyiapkan ASI yang lambung bayi
DS : - 15gram/hari benar 5. Mencegah kerusakan ASI
DO : d. Tidak ada residu 6. Berikan intake ASI tiap 3 untuk mencukupi kebutuhan
a. Bayi terpasang OGT lambung jam melalui OGT nutrisi bayi
b. Bayi tidak dapat e. Bibir lembab 7. Kelola pemberian IVFD 6. Nutrisi yang sedikit tapi
menetek ibu D5% sering untuk lambung yang
c. BB 1580 gram belum matur
d. Terpasang IVFD 7. Memberi tambahan asupan
D5% di tangan nutrisi
kanan
e. Terdapat residu 0,5 -
2 cc/ 3 jam
f. Bibir tampak kering

1.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No
Implementasi Evaluasi
Dx
1. Rabu, 08 Desember 2020 S:-
Jam 10.30 WIB O : Bayi bersih, tali pusat menghitam kering, tidak menggigil
Memandikan bayi dalam inkubator A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Jaga kehangatan
2. Rabu, 08 Desember 2020 S:-
Jam 10.30 WIB O : T : 36,5 oC , HR 130 x/ menit
Mengukur vital sign A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Pantau setiap 6 jam
3. Kamis, 10 Desember 2020 S:-
Jam 12. 50 WIB O : T :38,4 oC, HR 127x/menit
Mengukur vital sign A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Pantau setiap 6 jam
4. Rabu, 08 Desember 2020 S:-
Jam 10.30 WIB O : T : 36,4oC, suhu incubator diturunkan
Memberikan kompres hangat A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Pantai suhu incubator
5. Rabu, 08 Desember 2020 S:-
Jam 10.30 WIB O : T :36,5 oC, HR 103x/menit
Mengukur vital sign A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Pantau setiap 6 jam
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara
kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi
berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
0
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25
C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0 C untuk bayi
dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah,
dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui
“jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
0
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 C, untuk bayi
dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat,
bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan
lebih mudah.

4.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari
pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan
serta penerapan asuhan keperawatannya. Mahasiswa diharapkan lebih banyak
menggali kembali tentang BBLR. Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan
dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta:Nuha Offset.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan. Maternitas. Jakarta : EGC
Maryunani, A dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit
Pada Neonatus. Trans Info Media : Jakarta.
Maryunani, A. 2013a. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).Jakarta:Trans Info Media.
Maryunani, Anik I dan Eka Puspita Sari. 2013b. Asuhan Kaperawatan Daruratan
Maternitas & Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika:Jakarta.
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC,
Nelson. 2010. Patofisiologi Berat Badan Lahir Rendah.Jakarta: EGC.
Nurbani, Susi dan Sri Yanniarti. 2013. Faktor Resiko Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah. Jurnal Media Kesehatan. Vol 6 Nomor 1 Halaman 80-87.
Pantiawati, Ika.2010. Bayi dengan BBLR (Berat badan Lahir Rendah).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, Atikah dan Ismawati Cahyo. 2010. BBLR: Berat Badan Lahir
Rendah. Nuha Medika:Yogyakarta.
Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Dilengkapi dengan ASUHAN PADA BBLR dan PIJAT BAYI. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Putra, S R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika
Rini, Susilo dan Feti Kumala. 2016. Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based
Practice. Yogyakarta: Deepublish.
WHO.2014. Global Nutrition Targets 2025 Low Birth Weight Policy Brief.
Geneva: WHO.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Wong , 2009. Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai