TYPOID
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Di Indonesia demam tyfoid masih menjadi penyakit endemik, data pada tahun
2010 menunjukkan bahwa kasus demam tyfoid menduduki peringkat ketiga dari
sepuluh jenis penyakit pada pasien rawat inap diseluruh Indonesia. Case
Fetality Rate (CFR) demam tyfoid pada tahun 2010 sebesar 0,67% (KemenKes,
2011). Demamtifoid menurut karakteristik responden tersebar merata menurut
umur, akan tetapi prevalensi demam tyfoid banyak ditemukan pada umur 5-14
tahun yaitu sebesar 1,9% dan paling rendah pada bayi sebesar 0,8% (Riskesdas,
2013).
Kebiasaan yang ditemui pada anak sekolah ketika istirahat mereka bermain dan
membeli jajanan yang tidaksehat seperti jajanan ditepi jalan, dan juga ketika
akan makan jajanan tersebut kebanyakan anak-anak tidak mencuci tangan,
mereka biasa makan-makanan dengan tangan yang belum tentu bersih, halini
dapat memicu terjadinya penyakit saluran pencernaan salah satunya yaitu
penyakit tifoid yang disebabkan oleh bakteri salmonellathypi. Hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilda, 2013 tentang analisis risiko
kejadian demamtifoid berdasarkan kebersihan diri dan kebiasaan jajan dirumah
dapat disimpulkan bahwa kebiasaan mencuci tangan sesudah buang air besar
yang baik, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yang baik, kondisi kuku
jari tangan pendek bersih,jarang jajan saat di rumah, membeli jajan di swalayan,
membeli jajan dengan keadaan kemasan jajan tertutup saat di rumah mampu
menurunkan risiko kejadian demam tyfoid pada anak usia 7– 12 tahun.
Ketika kelembaban udara tinggi, keringat tidak akan menguap dengan cepat,
mencegah tubuh dari melepaskan panas dengan cepat. Selanjutnya, tanpa asupan
cairan yang cukup, kehilangan cairan yang berlebihan dan ketidakseimbangan
elektrolit juga dapat terjadi menyebabkan dehidrasi. Dalam kasus tersebut, suhu
tubuh seseorang meningkat cepat. Suhu tubuh yang sangat tinggi dapat merusak
otak dan organ vital lainnya. Kondisi lain yang dapat membatasi kemampuan
untuk mengatur suhu tubuh termasuk penyakit demam tyfoid (Librianty, 2014).
Menjaga suhu tubuh agar tetap dalam batas normal merupakan salah satu
kebutuhan biologis yang menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi. Sistem tubuh yang berperan dalam menjaga suhu tubuh tetap
dalam batas norma adalah termoregulasi. Termoregulasi adalah proses
homeostatik yang berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh untuk tetap
dalam keadaan normal, yang dicapai dengan menyeimbangkan panas yang ada
dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan (Librianty, 2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan juga gangguan kesadaran.
(Nursalam, 2005).
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu /lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dengan /tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007)
2.1.2 Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonellaparathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalamair, sampah dan
0
debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 60 selama 15-
20 menit. Akibat infeksi oleh salmonellathypi, pasien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH
(berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena
rangsangan antigenVi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan jugaH yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien menderita
tifoid. (Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III.
Jakarta: interna publishing)
2.1.4 Patofisiologi
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk
kedalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan
suasana asam (pH<2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan
seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor
Tabel 2.2
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Hipovolemia Tujuan : Manajemen
Setelah dilakukan hipovolemia
pengkajian selama 1 x Tindakan
24 jam masalah • Periksa tanda dan
hipovolemia dapat gejala hipovolemia
teratasi. (mis. Frekuensi nadi
Kriteria Hasil : meningkat, madi
- Turgor kulit teraba
- Output urine lemah,tekanan
- Berat badan darah menurun,
- Perasaan lemah turgor kulit
- Membran mukosa menurun,membrane
- Kadar Hb mukosa
- Kadar Ht kering,hematokrit
- Suhu tubuh meningkat,haus,
lemah)
• Monitor intake dan
output cairan
• Hitung kebutuhan
cairan
• Berikan asupan
cairan
• Berikan posisi
modified
Trendelenburg
• Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
• Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
• Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonic (mis. RL)
• Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis ( mis.
glukosa 2,5%, Nacl
0,4%)
• Kolaborasi
pemberian cairan
koloid
(mis.albumin,
plasmaneta)
• Kolaborasi
pemberian produk
darah
Pemantauan Cairan
Tindakan
• Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi
• Monitor tekanan
darah
• Monitor berat badan
• Monitor elastisitas
atau turgor kulit
• Monitor jumlah,
warna dan berat
jenis urine
• Monitor intake dan
output cairan
• Monitor kadar
albumin dan protein
total
• Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
• Dokumentasikan
hasil pemantauan
• Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
• Informasikan hasil
pemantauan,jika
perlu
2 Devisit Nutrisi Tujuan : Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan Tindakan :
pengkajian 1 x 24 jam • Identifikasi status
masalah devisit nutrisi nutrisi
dapat teratasi. • Identifikasi alergi
Kriteria Hasil : dan intoleransi
• Berat badan makanan
• Nafsu makan • Identifikasi
• Membran makanan yang
mukosa disukai
• Diare • Identifikasi
• Verbalisasi kebutuhan kalori
keinginan untuk dan jenis nutrient
meningkatkan • Monitor asupan
nutrisi makanan
• Pengetahuan • Monitor hasil
tentang standar pemeriksan
asupan nutrisi laboratorium
yang tepat • Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
• Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
• Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
• Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
• Berikan makanan
tingi kalori dan
tinggi protein
• Berikan suplemen
makanan,jika perlu
• Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
• Ajarkan diet yang
diprogramkan
• Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan,
jika perlu
• Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
• Manajemen Reaksi
Alergi
Tindakan
Identifikasi dan
mengelola respon
alergi
Monitor gejala dan
tanda reaksi alergi
Monitor selama 30
menit setelah
pemberian agen
farmakologis (mis.
antibiotik)
Pasang gelang tanda
alergi pada lengan
Hentikan paparan
alergi
Lakukan tes alergi
Informasikan
tentang alergi yang
dialami
Ajarkan cara
menghindari dan
mencegah paparan
alergen dari
lingkungan atau
lainnya
Kolaborasi
pemberian obat-
obat anti alergi
3 Hipotermia Tujuan : Manajemen
Setelah dilakukan Hipotermia
pengkajian 1x 24 jam Tindakan
masalah hipotermia • Monitor suhu tubuh
dapat teratasi • Identifikasi
Kriteria Hasil : penyebab
• Pucat hipotermia
Vasokonstriksi • Monitor tanda dan
perifer gejala akibat
• Pengisian kapiler hipotermia
• Tekanan darah • Sediakan
lingkungan yang
hangat (mis. atur
suhu ruangan)
• Lakukan
penghangatan aktif
eksternal
• Lakukan
penghangatan aktif
internal
• Anjurkan
makan/minum
hangat
4 Nyeri Akut Tujuan : Manajemen Muntah
Setelah dilakukan Tindakan
pengkajian selam • Identifikasi
1x24 jam masalah karakteristik
nyeri akut dapat muntah ( mis. warna
teratasi konstitensi,adanya
Kriteria Hasil : darah, waktu,
Gelisah frekuensi dan
Kesulitan tidur durasi)
2.2.4 Implementasi
Implementasi yang merupakan kompnen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang dperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi
mungkin dimulai secara lansung setelah pengkajian ( potter & perry, 2005 ).
2.2.5 Evaluasi
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
criteria hasl, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembalike dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang
(reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk :
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
(Asmadi, 2008)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal pengkajian : 22 Desember 2020
Jam : 09.00 WIB
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. R
Tempat/ tanggal lahir : Salit / 4 Januari 2014
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah/Ibu : Tn. H/Ny. C
Pekerjaan Ayah : Buruh Pekerjaan
Ibu : IRT
Alamat : Jl. Sakura
Suku Bangsa : Karo
Agama : Islam
Biaya ditanggung oleh : Umum
2. Alasan Masuk
Ibu pasien mengatakan pasien demam < 1 minggu yang lalu, sebelum di bawa
kerumah sakit pasien mengalami mencret 3x mencret berlendir dan sedikit
hampas, nafsu makan pasien berkurang dan apa yang di makan pasien keluar
kembali, dan klien mengalami mual dan muntah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien mengatakan pasien demam sudah 1 minngu yang lalu, saat ini pasien
mengatakan tubuhnya merasa lelah, dan semalam pasien gelisah tidak bisa tidur,
tadi pagi pasien mengatakan mencret sedikit dan pasien makan hanya sedikit dan
1/
hanya mengahabiskan 4 dari porsinya. Suhu pasien 35,6 C, konjungtiva pasien
tampak anemis, nadi 116 x/i, pernafasan 37 x/i, TD 96/79 mmhg. Nafsu makan
pasien berkurang dan juga kurang minum, mukosa mulut pasien tampak kering
dan suhu tubuh pasien tidak stabil
Ket :
: Meninggal
: Meninggal
: Laki - laki
: Perempuan
: Pasien
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
Ibu pasien mengatakan beliau anak keempat dari 6 bersaudara, orang
tua laki-laki ibu pasien sudah meninggal. Dan ayah pasien memiliki 1
saudara perempuan, ayah pasien merupakan anak pertama dan oarang
tua ayah pasien yang perempuan sudah meninggal dan tinggal yang
laki-laki. Pasien memiki 3 saudara, pasien merupakan anak ke dua.
Pasien tinggal serumah dengan ibu, ayah, kakak dan adeknya.
7. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Ibu pasien mengatakan keadaannya saat hamil tidak ada masalah, ibu hamil
selama 9 bulan dan ibu periksa kehamilan1 kali 1 bulan ke puskesmas dan ibu
juga di beri vitamin saat hamil. Selama kehamilan ibu mengalami mual muntah
pada trimester pertama dan pada trimester kedua ibu mengalami kontraksi dan
tidak ada pendarahan, pada trimester ketiga ibu mengalami udem pada ektremitas
bawah. Proses melahirkan ibu dibantu oleh bidan dengan BB janin waktu lahir 2,9
kg dengan panjang 45 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 32 cm dan lingkar
lengan 12 cm. ibu mengatakan keadaan bayi waktu lahir dalam keadaan normal
dan tidak ada masalah.
8. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh.
Ayah dan Ibu pasien
2. Hubungan dengan anggota keluarga.
Ibu pasien mengatakan hubungan dengankeluarga baik yaitu anak dapat
berinteraksi dengan ayah dan ibunya sebaliknya juga dengan keluarga -
keluarga yang lain.
3. Hubungan dengan teman sebaya.
Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan teman sebayanya sangat
baik, seperti saat dirumah pasien bermain aktif bersama teman sebayanya.
4. Pembawaan secara umum.
Pasien tampak kurang kooperatif dengan perawat dikarenakan kondisi pasien.
5. Lingkungan rumah.
Orang tua pasien tinggal di rumah sendiri, orang tua pasien juga mengatakan
lingkungan sekitar rumah padat dengan lingkungan yang bersih.
9. Kebutuhan Dasar
1. Makanan yang disukai.
Ibu mengatakan An. R sewaktu dirumah sangat suka sekali makan ayam
goreng dan tidak suka makan ikan laut, ketika dirumah sakit ibu mengatakan
An. R tidak ada nafsu makan, dan jika dikasih makan pasien muntah, orang
tua pasien mengatakan susah untuk makan dan pasien tampak susah untuk
makan.
2. Pola tidur.
Ibu mengatakan An. R waktu dirumah tidurnya teratur pada siang dan malam
hari, selama dirumah sakit An. R susah tidur karena sakit yang dialami dan
sering kebangun pada malam hari.
3. Mandi.
Ibu mengatakan waktu dirumah An. R mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore,
dan sedang di rumah sakit An. R mandi 1x sehari mandi hanya dilap saja.
4. Aktifitas bermain.
Ibu mengatakan sewaktu dirumah An. R sangat aktif bermain dan sangat
banyak aktifitas yang dilakukannya dirumah seperti mengaji d sore hari.
Selama di rumah sakit An. R hanya bisa berbaring di tempat tidur karena
tubuhnya merasakan pegal dan lemah.
1 Eliminasi.
Ibu mengatakan waktu di rumah BAB An. R lebih kurang 5x perhari sejak
SMRS konsistensi encer dan BAK An. R 7 kali/hari. Sedangkan waktu di
rumah sakit 1x dari pagi tadi konsistensi encer bercampur lender dan BAK
An. Z 1x/hari.
10. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
BB/TB : 20 kg /124 cm
Tanda-tanda vital
Suhu : 37,5°C
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
Tekanan darah : 128/85 mmHg
1. Kepala.
• Rambut
Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak
ada lesi.
• Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
normal,pupil isokor,tidak terdapat oedem, mata pasien cekung.
• Telinga
Telinga pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan, dan
telinga pasien simetris kiri dan kanan.
• Hidung
Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping
hidung, tidak terdapat polip, pernafasan 28 x/menit.
• Mulut dan gigi
Bersih, tidak terdapat kotoran, mukosa bibir kering, bibir simetris kiri
dan kanan, dan tidak ada kelainan.
2. Leher.
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada
leher.
3. Thorax.
• Paru-Paru
Inspeksi :
Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan oto
bantu pernafasan, tidak menggunakan cuping hidung, pernafasan
28x/menit
Palpasi :
Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada odema
Perkusi :
Sonor
Auskultasi :
Irama pernafasan vesikuler
• Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada palpitasi
P : Ictus cordis tidak teraba,dan tidak ada nyeri tekan.
P : Redup
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup lup
4. Abdomen.
I : Perut pasien simetris, tidak terdapat lesi
P: Tidak ada pembesaran hati, turgor kulit >2 detik. P : Timpani
A : Suara peristaltik terdengar, bising usus ±10 x/menit
5. Punggung.
Tidak terdapat luka dan lesi pada punggung,dan tidak ada kelainan pada
tulang punggung pasien.
6. Ekstremitas.
Atas :
Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL ditangan bagian
sebelah kanan bawah 18 tetes/menit.
Bawah :
Pada ekstremitas bawah kaki kanan pasien terpasang tensimeter yang
terhubung ke monitor.
Kekuatan Otot :
5555 5555
5555 5555
7. Genetalia.
Tidak terpasang kateter, pasien menggunakan pempers,pempers pasien
di ganti 3x sehari oleh keluarga.
8. Integumen.
Warna kulit sawo matang, turgor menurun >2 detik, akral hangat, CRT
kurang dari 3 detik.
2. Data Pengobatan.
1. Paracetamol 1/2 3x1 per oral
2. Kcl 500 mg 3x1 per oral
3. Cefotaxime 900 mg 2x
4. Lasix 20 mg
5. RL 3 cc/jam 18 t.p.m
6. Nacl 3% 130 cc ( habis dalam 6 jam)
4.1 Kesimpulan
Typhus abdominalalis atau demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12-13 tahun
tanda dangejalanya adalah demam sudah lebih satu minggu, nyeri kepala dan perut,
mual dan muntah.
4.2 Saran
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangan ilmu kesehatan
keperawatan anak kepada peserta didik sehingga pengetahuan dan keterampilan
tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan dapat membantu dalam
mendukung untuk bahan pengajaran ilmu keperawatan anak kedepannya.
Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini penulis dapat mengembangkan pengetahuan
serta wawasan khususnya mengenai ilmu keperawatan anak tentang asuhan
keperawatan demam typhoid pada anak. Dan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan selanjutnya dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna
Publishing.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 1. EGC. Jakarta
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG. Direktorat
Bina Gizi
Fadhillah Harif , 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia).Jakarta
Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Kemenkes Ri. 2013.Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang Kemenkes Ri
Kohlberg, Lawrence. Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius, 1968.
Mansur, H. 2008. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: SalembaMedika.
Noer, Syaifullah. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta; EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Nursalam, Susilaningrum, R., and Utami, S. 2005.Asuhan Keperawatan Bayi danAnak
(untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Potter, P.A, Perry, A.G, 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC..
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC;
Rampengan, T.H. (2007). Infeksi Tropik Pada Anak Edisi 2. Jakarta: EGC
Simanjuntak, N.A. 2009. Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantau Prapat
Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi. Universitas Sumatra Utara Medan.
Soedarmo,Sumarmo S. Poorwo.dkk, 2008.Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Edisi
Kedua.Jakarta:Badan Penerbit IDAI.Hal.155-18
Supartini. 2000.Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
WHO, 2014. Maternal Mortality: World Health Organization.
World Health Organization (WHO), 2014. Angka Kematian Bayi. Amerika