Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM

TYPOID
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Nama : Elis Melina Br Manullang


NPM : 200202015
Kelas : Profesi Kelompok A
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada kami, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami
dapat menyelesaikan Asuhan Keperwatan ini dengan judul “Asuhan Keperatawan Anak
Dengan Demam Typoid”
Asuhan Keperawatan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Keperawatan Anak. Asuhan Keperawatan ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
membantu baik secara moral maupun material, terutama kepada :
1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, MNS Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
5. Ns, Marthalena Simamora, M.kep, selaku Koordinator mata kuliah “ Keperawatan
Anak” yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
saran kepada penulis dalam penyelesaian Teori ini.
6. Ns, Ranika Wati Damanik, M.kep, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam
penyelesaian Teori ini.
7. Para dosen yang senantiasa sabar mengajar, mendidik dan membimbing mahasiswa/i
Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia.
8. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua penulis yang sangat penulis cintai dan semua
keluarga yang banyak memberikan doa, dukungan, motivasi maupun materi kepada
penulis untuk menyelesaikan Teori ini.
9. Kepada teman-teman mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah
banyak memberikan dukungan dan motivasi dalam proses belajar
Kami menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini masih banyak kekurangan, dengan
demikian kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan Asuhan Keperawatan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca, akhir kata kami mengucapkan terimah kasih.

Medan, Desember 2020


Penyusun

(Elis Melina Br Manullang)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit menular merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah
kasus sebanyak 22juta pertahun didunia dan menyebabkan 216.000–600.000
kematian. Studi yang dilakukan didaerah urban dibeberapa negara Asia pada
anak usia 5-15tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif
mencapai 180–194 per 100.000 anak, di AsiaSelatan pada usia 5– 15tahun
sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, diAsia Tenggara 100– 200 per 100.000
penduduk, dan diAsia Timur Laut kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk.
Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada individu yang
menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat pengobatan yang
adekuat. Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 1–4% dengan rasio 10x lebih
tinggi pada anak usia lebih tua (4%) dibandingkan anak usia ≤4tahun (0,4%).
Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat meningkat hingga
20% (Purba, dkk, 2017).

Demam tyfoid merupakan penyakit pencernaan yang menyerang usus halus.


Dari data WHO didapatkan perkiraan jumlah kasus demam tyfoid mencapai
angka 17 juta kasus, data yang dikumpulkan melalui surveilans saat ni di
Indonesia terdapat 600.000–1,3juta kasus tifoid setiap tahunnya dengan lebih
dari 20.000 kematian. Tercatat anak yang berusia 3-19 tahun mencapai angka
91% terhadap kasus demamtifoid (WHO, 2012). Dan pada tahun 2014
diperkirakan terdapat 21juta kasus demam tyfoid pada anak, dan 200.000
diantaranya meninggal (WHO, 2014).

Di Indonesia demam tyfoid masih menjadi penyakit endemik, data pada tahun
2010 menunjukkan bahwa kasus demam tyfoid menduduki peringkat ketiga dari
sepuluh jenis penyakit pada pasien rawat inap diseluruh Indonesia. Case
Fetality Rate (CFR) demam tyfoid pada tahun 2010 sebesar 0,67% (KemenKes,
2011). Demamtifoid menurut karakteristik responden tersebar merata menurut
umur, akan tetapi prevalensi demam tyfoid banyak ditemukan pada umur 5-14
tahun yaitu sebesar 1,9% dan paling rendah pada bayi sebesar 0,8% (Riskesdas,
2013).

Perilaku individu yang kurang benar, seperti kebiasaan-kebiasaan yang tidak


mencuci tangan sebelum makan, serta tidak mencuci tangan setelah buang air
besar dan kebiasaan mengkonsumsi makanan produk daging dan sayuran yang
tidak matang, mengkonsumsi buah yang tidak dicuci dengan air, minum air
yang tidak direbus, serta menggunakan alat makan dan minum yang tidak bersih
berisiko terinfeksi bakteri Salmonellatyphi sehingga penyakit demamtifoid bisa
menular (Masitoh, 2013). Anak usia sekolah merupakan masa yang aktif,
sekolah mrupakan pengalaman pendidikan memperkuat dunia anak dan
merupakan transisi dari kehidupan yang secara bebas bermain kekehidupan
dengan bermain, belajar dan bekerja secara struktur (Perry & Potter, 2009).

Kebiasaan yang ditemui pada anak sekolah ketika istirahat mereka bermain dan
membeli jajanan yang tidaksehat seperti jajanan ditepi jalan, dan juga ketika
akan makan jajanan tersebut kebanyakan anak-anak tidak mencuci tangan,
mereka biasa makan-makanan dengan tangan yang belum tentu bersih, halini
dapat memicu terjadinya penyakit saluran pencernaan salah satunya yaitu
penyakit tifoid yang disebabkan oleh bakteri salmonellathypi. Hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilda, 2013 tentang analisis risiko
kejadian demamtifoid berdasarkan kebersihan diri dan kebiasaan jajan dirumah
dapat disimpulkan bahwa kebiasaan mencuci tangan sesudah buang air besar
yang baik, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yang baik, kondisi kuku
jari tangan pendek bersih,jarang jajan saat di rumah, membeli jajan di swalayan,
membeli jajan dengan keadaan kemasan jajan tertutup saat di rumah mampu
menurunkan risiko kejadian demam tyfoid pada anak usia 7– 12 tahun.

Komplikasi yang ditimbulkan oleh perkembangan bakteri Salmonella thypi pada


usus adalah perdarahan usus, melena, pervorasi usus, peritonitis sedangkan
untuk komplikasi pada organ lain adalah meningitis, kolesistitis, ensefalopati,
bronkopneumoni. Tugas perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu
dengan cara memberikan HE (helt education), memberikan terapi diet dan
intervensi perawat dalam hal ini pemberian nutrisi per-oral yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan mencegah terjadinya penurunan berat
badan.
Salah satu masalah yang timbul pada pasien demam tyfoid yaitu hipertermia.
Hipertermi adalah suatu Keadaan dimana seorang individu mengalami
o o
peningkatan suhu tubuh di atas 37,8 C peroral atau 38,8 C perrektal karena
factor eksternal (Nurrofiq, 2012). Hipertermi berhubungan ketika sistem kontrol
suhu normal tubuh tidak dapat secara efektif mengatur suhu internal. Biasanya,
pada suhu tinggi tubuh akan mendinginkan melalui penguapan keringat. Namun,
o o
dalam kondisi tertentu (suhu udara di atas 95 C atau 35 C dan dengan
kelembaban yang tinggi), mekanisme pendinginan ini menjadi kurang efektif.

Ketika kelembaban udara tinggi, keringat tidak akan menguap dengan cepat,
mencegah tubuh dari melepaskan panas dengan cepat. Selanjutnya, tanpa asupan
cairan yang cukup, kehilangan cairan yang berlebihan dan ketidakseimbangan
elektrolit juga dapat terjadi menyebabkan dehidrasi. Dalam kasus tersebut, suhu
tubuh seseorang meningkat cepat. Suhu tubuh yang sangat tinggi dapat merusak
otak dan organ vital lainnya. Kondisi lain yang dapat membatasi kemampuan
untuk mengatur suhu tubuh termasuk penyakit demam tyfoid (Librianty, 2014).

Menjaga suhu tubuh agar tetap dalam batas normal merupakan salah satu
kebutuhan biologis yang menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi. Sistem tubuh yang berperan dalam menjaga suhu tubuh tetap
dalam batas norma adalah termoregulasi. Termoregulasi adalah proses
homeostatik yang berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh untuk tetap
dalam keadaan normal, yang dicapai dengan menyeimbangkan panas yang ada
dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan (Librianty, 2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Typoid


2.1.1 Pengertian
Typhus abdominalis /demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7hari,
gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak
menyerang pada anak usia 12 – 13tahun (70% - 80% ), pada usia 30 - 40tahun
( 10%-20% ) dan juga diatas usia pada anak 12-13 ahun sebanyak (5%-10%).
(Mansjoer, Arif. 2010).

Demam typhoid atau Typhusabdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut


yang biasanya mengenai saluranpencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satuminggu, gangguan pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran
(Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson,2015).

Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi


salmonellaThypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, 2014 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala


sistemik yang disebabkan oleh salmonellatyphosa, salmonella typeA.B.C.
penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 2008).
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endothelia /endokardial dan juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi
kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyer’s patch dan juga dapat menular pada orang lain melalui makanan /air
yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksisistemik yang disebabkan
oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak didaerah tropis dan subtropis.
(Simanjuntak, 2009).

Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan juga gangguan kesadaran.
(Nursalam, 2005).

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu /lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dengan /tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007)

2.1.2 Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonellaparathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalamair, sampah dan
0
debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 60 selama 15-
20 menit. Akibat infeksi oleh salmonellathypi, pasien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH
(berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena
rangsangan antigenVi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan jugaH yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien menderita
tifoid. (Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III.
Jakarta: interna publishing)

2.1.3 Manifestasi Klinis


1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10-14hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani
akan menyebabkan syok, stupor, dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeriperut
6. Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeriotot
8. Batuk
9. Epiktaksis
10. Lidah yang berselaput
11. Hepatomegali, splenomegali,meteorismus
12. Gangguan mental berupa somnolen
13. Delirium / psikosis
14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia

Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda :


Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu 1 Panas berlangsung Gangguan Bakteremia
insidious, tipe panas saluran cerna
stepladder yang
mencapai 39-40º C,
menggigil, nyeri
kepala
Minggu 2 Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,
abdomen, diare atau splenomegali, hiperplasi pada
konstipasi, delirium hepatomegali peyer’s patches,
nodul typhoid
pada limpa dan
hati
Minggu 3 Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada
perdarahan saluran ketegangan payer’s patches,
cerna, perforasi dan abdomen, nodul tifoid pada
syok koma limpa dan hati
Minggu 4 Keluhan menurun, Tampak sakit Kolelitiasis,
relaps, penurunan berat, carrier kronik
berat badan kakeksia
Tabel 2.1 Gejala Dan Tanda Typhoid (Nurarif & Kusuma, 2015)

2.1.4 Patofisiologi
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk
kedalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan
suasana asam (pH<2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan
seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor

histamin H2, inhibitor pompaproton /antasida dalam jumlah besar, akan


mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus
halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga
kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di
ileum dan jejunum. Sel-selM, selepitel khusus yang melapisi Peyer’s
patch, merupakan tempat internalisasi Salmonellatyphi. Bakteri mencapai
folikel limfe usus halus, mengikuti aliran kekelenjar limfe mesenterika
bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES di
organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam
sel fagosit mononuklear didalam folikel limfe, kelenjarlimfe mesenterika,
hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar
Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya


ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu
maka Salmonella yphi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus
torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme
dapat mencapai organ manapun, akantetapi tempat yang disukai oeh
Salmonellatyphi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung
empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu
dapat terjadi baik secara langsung dari darah/ penyebaran retrograd dari
empedu. Ekskresi organisme diempedu dapat menginvasi ulang dinding
usus /dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam patogenesis
demam tyfoid tidakjelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya
endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus.
Diduga endotoksin dari Salmonellatyphi menstimulasi makrofag di
dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan juga kelenjar limfe
mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari
makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular
yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan
pada darah dan jugamenstimulasi sistem imunologik (Soedarmo,
Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012).

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya
agglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi
oleh salmonella typhi maka penderita membuatantibody (agglutinin)
4. Kultur
a. Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4
terjadinya demam. (Nurarif & Kusuma, 2015)
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh KUman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicillin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) paracatamol
2. Keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau
kurang lebih dari selam 14hari. MAksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus
diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
pneumonia dan juga dekubitus.
e. Defekasi dan buang airkecil perlu diperhatikan karena kadang-
kadang terjadi konstipasi dan diare.
f. Diet
1) Diet yang sesuaicukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akutdapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari (Smeltzer & Bare. 2002).
2.1.7 Komplikasi
1. Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi
melena yang dapat disertai nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan
terjadi pada bagian distal ileum.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat,
dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan
4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat
sepsis, yaitu meningitis,kolesistisis, ensefalopati, danlain-lain
(Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013)

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama,
alamat)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit kepala,
demam, nyeri dan juga pusing
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan juga
pusing, berat badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan
anoreksia, klien merasa sakit diperut dan juga diare, klien mengeluh
nyeri otot.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yan menderita penyakit yang sama (penularan).
a. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian umum
a) Tingkat kesadaran: composmentis, apatis,
somnolen,supor, dankoma
b) Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat
c) Tanda-tanda vital, normalnya:
Tekanan darah : 95 mmHg
Nadi : 60-120 x/menit
Suhu : 34,7-37,3 0C
Pernapasan : 15-26 x/menit
2. Pengkajian sistem tubuh
a) Pemeriksaan kulit dan rambut
Kaji nilai warna, turgortekstur dari kulit dan rambut pasien
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai darikepala, mata, hidung, telinga,
mulut dan leher. Kaji kesimetrisan, edema, lesi, maupun
gangguan pada ndera
c) Pemeriksaan dada
1) Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi : suara paru (pekak, redup, sonor,
hipersonor, timpani)
2) Jantung
Auskultasi : suara paru
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung
d) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen
gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri
tekan
Perkusi : suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
e) Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya
alat bantu.
b. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
1. Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil,
preeklamsi, BB ibu tidak naik, pemantauan kehamilansecara
berkala. Kehamilan dengan resiko yang tidak dipantau secara
berkala dapat mengganggu tumbanganak
2. Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat
lahir, partus lamadan anak yang lahirdengan bantuan alat/
forcep dapat mengganggu tumbanganak
3. Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U,
TB/U), lingkarkepala (49-50cm), LILA, lingkar dada, lingkar
dada > dari lingkar kepala,
4. pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringanotot
(cubitan tebal untuk pada lengan atas, pantat dan juga paha
mengetahui lemak subkutan), keadaan lemak (cubitan tipis
pada kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis dan
juga mudah / tidak akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada
tidaknya udem, anemia dan gangguan lainnya.
5. Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri
(berpakaian) , kemampuan anak berlari dengan seimbang,
menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki
tangga,menendang bola dengan
seimbang, egosentris dan menggunakan kata ” Saya”,
menggambar lingkaran, mengerti dengan kata kata,bertanya,
mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun
jembatan dengan kotak –kotak.
c. Riwayat imunisasi
d. Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
e. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai
organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,
besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan
2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai
mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitik
beratkan padaaspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk
perubahan sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan
secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
b. Motorik halus
1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model
dan bermain alat musik.
c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam
pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian
kembali sejak awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan
datang
d. Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat,
kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
e. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera
yang dirasakan, pengetahuan tentang gaya hidup dan
berhubungan dengan sehat, pengetahuan tentang praktik
kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan media dan
keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti tentang
manajemen kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang
tuanya.
2. Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan
cairan klien, tipe makanan dan cairan, peningkatan /
penurunan berat badan, nafsu makan, pilihan makan.
3. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah poladefekasi klien, berkemih,
penggunaan alat bantu, penggunaan obat-obatan.
4. Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan
rekreasi, kemampuan untuk mengusahakanaktivitas
sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan respon
kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan aktivitas.
5. Pola istirahat tidur
Yang perludikaji adalah bagaimana pola tidur klien
selama 24 jam, bagaimana kualitas dan kuantitas
tidurklien, apa ada gangguan tidur dan penggunaan
obatobatan untuk mengatasi gangguan tidur.
6. Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indraklien dan
kemampuan persepsi klien.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikapklien mengenai
dirinya, persepsi klien tentang kemampuannya, pola
emosional, citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri
dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan
emosional sepertitakut, cemas karena dirawat di RS.
8. Pola peran hubungan
Kaji kemampuan kliendalam berhubungan dengan orang
lain. Bagaimana kemampuan dalam menjalankan
perannya.
9. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakitterhadapseksualitas anak.
10. Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien
dalam manghadapai stress dan juga adanya sumber
pendukung. Anak belum mampu untuk mengatasi stress,
sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama
orangtua untuk selalu mendukung anak.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak
belum terlalu mengerti tentang kepercayaan yangdianut.
Anak-anak hanyan mengikuti dari orang tua.
2.2.2 Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
1. Hipovolemia ( D0023 )
2. Devisit nutrisi ( D0019 )
3. Hiportermia ( D0131 )
4. Termoregulasi tidak efektif ( D0149 )
5. Nyeri ( D0077 )
6. Intoleransi aktivitas ( D0056 )
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit ( D0037 )

2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 2.2
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Hipovolemia Tujuan :  Manajemen
Setelah dilakukan hipovolemia
pengkajian selama 1 x Tindakan
24 jam masalah • Periksa tanda dan
hipovolemia dapat gejala hipovolemia
teratasi. (mis. Frekuensi nadi
Kriteria Hasil : meningkat, madi
- Turgor kulit teraba
- Output urine lemah,tekanan
- Berat badan darah menurun,
- Perasaan lemah turgor kulit
- Membran mukosa menurun,membrane
- Kadar Hb mukosa
- Kadar Ht kering,hematokrit
- Suhu tubuh meningkat,haus,
lemah)
• Monitor intake dan
output cairan
• Hitung kebutuhan
cairan
• Berikan asupan
cairan
• Berikan posisi
modified
Trendelenburg
• Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
• Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
• Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonic (mis. RL)
• Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis ( mis.
glukosa 2,5%, Nacl
0,4%)
• Kolaborasi
pemberian cairan
koloid
(mis.albumin,
plasmaneta)
• Kolaborasi
pemberian produk
darah
 Pemantauan Cairan
Tindakan
• Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi
• Monitor tekanan
darah
• Monitor berat badan
• Monitor elastisitas
atau turgor kulit
• Monitor jumlah,
warna dan berat
jenis urine
• Monitor intake dan
output cairan
• Monitor kadar
albumin dan protein
total
• Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
• Dokumentasikan
hasil pemantauan
• Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
• Informasikan hasil
pemantauan,jika
perlu
2 Devisit Nutrisi Tujuan :  Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan Tindakan :
pengkajian 1 x 24 jam • Identifikasi status
masalah devisit nutrisi nutrisi
dapat teratasi. • Identifikasi alergi
Kriteria Hasil : dan intoleransi
• Berat badan makanan
• Nafsu makan • Identifikasi
• Membran makanan yang
mukosa disukai
• Diare • Identifikasi
• Verbalisasi kebutuhan kalori
keinginan untuk dan jenis nutrient
meningkatkan • Monitor asupan
nutrisi makanan
• Pengetahuan • Monitor hasil
tentang standar pemeriksan
asupan nutrisi laboratorium
yang tepat • Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
• Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
• Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
• Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
• Berikan makanan
tingi kalori dan
tinggi protein
• Berikan suplemen
makanan,jika perlu
• Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
• Ajarkan diet yang
diprogramkan
• Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan,
jika perlu
• Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
• Manajemen Reaksi
Alergi
Tindakan
 Identifikasi dan
mengelola respon
alergi
 Monitor gejala dan
tanda reaksi alergi
 Monitor selama 30
menit setelah
pemberian agen
farmakologis (mis.
antibiotik)
 Pasang gelang tanda
alergi pada lengan
 Hentikan paparan
alergi
 Lakukan tes alergi
 Informasikan
tentang alergi yang
dialami
 Ajarkan cara
menghindari dan
mencegah paparan
alergen dari
lingkungan atau
lainnya
 Kolaborasi
pemberian obat-
obat anti alergi
3 Hipotermia Tujuan :  Manajemen
Setelah dilakukan Hipotermia
pengkajian 1x 24 jam Tindakan
masalah hipotermia • Monitor suhu tubuh
dapat teratasi • Identifikasi
Kriteria Hasil : penyebab
• Pucat hipotermia
Vasokonstriksi • Monitor tanda dan
perifer gejala akibat
• Pengisian kapiler hipotermia
• Tekanan darah • Sediakan
lingkungan yang
hangat (mis. atur
suhu ruangan)
• Lakukan
penghangatan aktif
eksternal
• Lakukan
penghangatan aktif
internal
• Anjurkan
makan/minum
hangat
4 Nyeri Akut Tujuan :  Manajemen Muntah
Setelah dilakukan Tindakan
pengkajian selam • Identifikasi
1x24 jam masalah karakteristik
nyeri akut dapat muntah ( mis. warna
teratasi konstitensi,adanya
Kriteria Hasil : darah, waktu,
 Gelisah frekuensi dan
 Kesulitan tidur durasi)

 Muntah • Periksa volume


muntah –
• Identifikasi factor
penyebab muntah
• Monitor efek
manajemen muntah
secera menyeluruh
• Kontrol faktor
lingkungan
penyebab muntah
• Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab muntah
• Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
• Bersihkan mulut
dan hidung
• Berikan
kenyamanan selama
muntah
• Anjurkan
membawah kantong
plastic untuk
menampung muntah
• Anjurkan
memperbanyak
istirahat
• Ajarkan
penggunaan teknik
nonfarmakologis
untuk mengelolah
muntah
• Kolaborasi
pemberian
antiemetic, jika
perlu
5 Intoleransi Tujuan :  Terapi Aktivitas
Aktivitas Setelah dilakukan Tindakan :
pengkajian selam • Identifikasi deficit
1x24 jam masalah tingkat aktivitas
intoleransi aktivitas • Identifikasi
dapat teratasi kemampuan
Kriteria Hasil : berpartisipasi dalam
• Perasaan lemah aktivitas tertentu
• Kekuatan tubuh • Identifikasi sumber
bagian atas daya untuk aktivitas
• Kekuatan tubuh yang diinginkan
bagian bawah • Identifikasi strategi
• Tekanan darah meningkatkan
• Frekuensi napas partisipasi dalam
aktivitas
• Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu
luang
• Monitor respon
emosional, fisik,
sosial dan spiritual
terhadap aktivitas
• Fasisilatsi focus
pada kemampuan,
bukan deficit yang
dialami
• Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan
rentang aktivitas
• Fasilitasi memilih
aktivita dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan
sosial
• Koordinasikan
pemelihan aktivitas
sesuai usia
• Fasilitasi makna
yang dipilih
• Fasilitasi
transportasi untuk
menghadiri
aktivitas, jika sesuai
• Fasilitasi aktivitas
rutin, sesuai
kebutuhan
• Fasilitasi aktivitas
pengganti bsaat
mengalami
keterbatasi waktu,
energy, atau gerak
• Fasilitasi tingkat
motorik kasar untuk
pasien hiperatif
• Tingkatkan aktivitas
fisik untuk
memelihara berat
badan, jika sesuai
• Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
• Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
• Jadwalkan aktivitas
dalam rute nitas
sehari-hari
• Berikan penguatan
positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
• Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu - Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
• Anjurkan
melakukan aktivitas
fisik, sosial,
spiritual, kognitif
dalam menjaga
fungsi dan
kesehatan
• Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
• Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
• Kolaborasi dengan
terapis okupasi
dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
• Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komonitas,
jika perlu
6 Termoregulasi Tujuan :  Regulasi
Tidak Efektif Setelah dilakukan Temperature
pengkajian selama Tindakan :
1x24 jam masalah • Monitor suhu tubuh
termogulasi tidak anak tiap dua jam,
efektif dapat teratasi jika perlu
Kriteria hasil : • Monitor tekanan
• Pucat darah, frekuensi
• Vasokonstiksi pernafasan dan nadi
perifer • Monitor warna dan
• Kadar glukosa suhu kulit
darah • Monitor dan catat
• Tekanan darah tanda gejala
• Pengisian kapiler hipotermia atau
• Suhu tubuh hipetermia
• Pasang alat
pemantau suhu
kontinu, jka perlu
• Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi
yang adekuat
• Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
• Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat
stroke
• Jelaskan cara
pencegahan
hipotermi karena
terpapar udara
dingin
• Kolaborasi
pemberian
antipiretik, jika
perlu

2.2.4 Implementasi
Implementasi yang merupakan kompnen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang dperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi
mungkin dimulai secara lansung setelah pengkajian ( potter & perry, 2005 ).

2.2.5 Evaluasi
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
criteria hasl, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembalike dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang
(reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk :
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
(Asmadi, 2008)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal pengkajian : 22 Desember 2020
Jam : 09.00 WIB
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. R
Tempat/ tanggal lahir : Salit / 4 Januari 2014
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah/Ibu : Tn. H/Ny. C
Pekerjaan Ayah : Buruh Pekerjaan
Ibu : IRT
Alamat : Jl. Sakura
Suku Bangsa : Karo
Agama : Islam
Biaya ditanggung oleh : Umum
2. Alasan Masuk
Ibu pasien mengatakan pasien demam < 1 minggu yang lalu, sebelum di bawa
kerumah sakit pasien mengalami mencret 3x mencret berlendir dan sedikit
hampas, nafsu makan pasien berkurang dan apa yang di makan pasien keluar
kembali, dan klien mengalami mual dan muntah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien mengatakan pasien demam sudah 1 minngu yang lalu, saat ini pasien
mengatakan tubuhnya merasa lelah, dan semalam pasien gelisah tidak bisa tidur,
tadi pagi pasien mengatakan mencret sedikit dan pasien makan hanya sedikit dan
1/
hanya mengahabiskan 4 dari porsinya. Suhu pasien 35,6 C, konjungtiva pasien
tampak anemis, nadi 116 x/i, pernafasan 37 x/i, TD 96/79 mmhg. Nafsu makan
pasien berkurang dan juga kurang minum, mukosa mulut pasien tampak kering
dan suhu tubuh pasien tidak stabil

4. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ibu pasien mengatakan kalau pasien belum pernah di rawat dan baru kali ini
masuk rumah sakit dan menderita penyakit demam typoid.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
yang sama dengan pasien, ibu juga mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga
yang mengalami penyakit lainnya seperti DM, hipertensi, asma dan jantung.
6. Genogram

Ket :

: Meninggal

: Meninggal

: Laki - laki

: Perempuan

: Pasien

: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
Ibu pasien mengatakan beliau anak keempat dari 6 bersaudara, orang
tua laki-laki ibu pasien sudah meninggal. Dan ayah pasien memiliki 1
saudara perempuan, ayah pasien merupakan anak pertama dan oarang
tua ayah pasien yang perempuan sudah meninggal dan tinggal yang
laki-laki. Pasien memiki 3 saudara, pasien merupakan anak ke dua.
Pasien tinggal serumah dengan ibu, ayah, kakak dan adeknya.
7. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Ibu pasien mengatakan keadaannya saat hamil tidak ada masalah, ibu hamil
selama 9 bulan dan ibu periksa kehamilan1 kali 1 bulan ke puskesmas dan ibu
juga di beri vitamin saat hamil. Selama kehamilan ibu mengalami mual muntah
pada trimester pertama dan pada trimester kedua ibu mengalami kontraksi dan
tidak ada pendarahan, pada trimester ketiga ibu mengalami udem pada ektremitas
bawah. Proses melahirkan ibu dibantu oleh bidan dengan BB janin waktu lahir 2,9
kg dengan panjang 45 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 32 cm dan lingkar
lengan 12 cm. ibu mengatakan keadaan bayi waktu lahir dalam keadaan normal
dan tidak ada masalah.

8. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh.
Ayah dan Ibu pasien
2. Hubungan dengan anggota keluarga.
Ibu pasien mengatakan hubungan dengankeluarga baik yaitu anak dapat
berinteraksi dengan ayah dan ibunya sebaliknya juga dengan keluarga -
keluarga yang lain.
3. Hubungan dengan teman sebaya.
Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan teman sebayanya sangat
baik, seperti saat dirumah pasien bermain aktif bersama teman sebayanya.
4. Pembawaan secara umum.
Pasien tampak kurang kooperatif dengan perawat dikarenakan kondisi pasien.
5. Lingkungan rumah.
Orang tua pasien tinggal di rumah sendiri, orang tua pasien juga mengatakan
lingkungan sekitar rumah padat dengan lingkungan yang bersih.

9. Kebutuhan Dasar
1. Makanan yang disukai.
Ibu mengatakan An. R sewaktu dirumah sangat suka sekali makan ayam
goreng dan tidak suka makan ikan laut, ketika dirumah sakit ibu mengatakan
An. R tidak ada nafsu makan, dan jika dikasih makan pasien muntah, orang
tua pasien mengatakan susah untuk makan dan pasien tampak susah untuk
makan.
2. Pola tidur.
Ibu mengatakan An. R waktu dirumah tidurnya teratur pada siang dan malam
hari, selama dirumah sakit An. R susah tidur karena sakit yang dialami dan
sering kebangun pada malam hari.
3. Mandi.
Ibu mengatakan waktu dirumah An. R mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore,
dan sedang di rumah sakit An. R mandi 1x sehari mandi hanya dilap saja.
4. Aktifitas bermain.
Ibu mengatakan sewaktu dirumah An. R sangat aktif bermain dan sangat
banyak aktifitas yang dilakukannya dirumah seperti mengaji d sore hari.
Selama di rumah sakit An. R hanya bisa berbaring di tempat tidur karena
tubuhnya merasakan pegal dan lemah.
1 Eliminasi.
Ibu mengatakan waktu di rumah BAB An. R lebih kurang 5x perhari sejak
SMRS konsistensi encer dan BAK An. R 7 kali/hari. Sedangkan waktu di
rumah sakit 1x dari pagi tadi konsistensi encer bercampur lender dan BAK
An. Z 1x/hari.
10. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
BB/TB : 20 kg /124 cm
Tanda-tanda vital
Suhu : 37,5°C
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
Tekanan darah : 128/85 mmHg
1. Kepala.
• Rambut
Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak
ada lesi.
• Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
normal,pupil isokor,tidak terdapat oedem, mata pasien cekung.
• Telinga
Telinga pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan, dan
telinga pasien simetris kiri dan kanan.
• Hidung
Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping
hidung, tidak terdapat polip, pernafasan 28 x/menit.
• Mulut dan gigi
Bersih, tidak terdapat kotoran, mukosa bibir kering, bibir simetris kiri
dan kanan, dan tidak ada kelainan.
2. Leher.
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada
leher.
3. Thorax.
• Paru-Paru
Inspeksi :
Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan oto
bantu pernafasan, tidak menggunakan cuping hidung, pernafasan
28x/menit
Palpasi :
Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada odema
Perkusi :
Sonor
Auskultasi :
Irama pernafasan vesikuler
• Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada palpitasi
P : Ictus cordis tidak teraba,dan tidak ada nyeri tekan.
P : Redup
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup lup
4. Abdomen.
I : Perut pasien simetris, tidak terdapat lesi
P: Tidak ada pembesaran hati, turgor kulit >2 detik. P : Timpani
A : Suara peristaltik terdengar, bising usus ±10 x/menit
5. Punggung.
Tidak terdapat luka dan lesi pada punggung,dan tidak ada kelainan pada
tulang punggung pasien.
6. Ekstremitas.
Atas :
Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL ditangan bagian
sebelah kanan bawah 18 tetes/menit.
Bawah :
Pada ekstremitas bawah kaki kanan pasien terpasang tensimeter yang
terhubung ke monitor.
Kekuatan Otot :
5555 5555

5555 5555

7. Genetalia.
Tidak terpasang kateter, pasien menggunakan pempers,pempers pasien
di ganti 3x sehari oleh keluarga.
8. Integumen.
Warna kulit sawo matang, turgor menurun >2 detik, akral hangat, CRT
kurang dari 3 detik.

11. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan.


1. Kemandirian Dalam Bergaul.
An. R bisa akrab dengan perawat dan semua anggota keluarga yang ada di
ruangan.
2. Motorik Halus.
An. R mampu merespon pada saat An. R mau diberikan obat secara IV dan
An. R menarik tangan sendiri
3. Kognitif dan Bahasa.
An. R sudah menolak hal-hal yang tidak disukai dan sudah bisa menunjukkan
ekspresi wajah. An. R belum mampu melawan pembicaraan lawan bicara
dengan bahasa yang jelas.
4. Motorik Kasar.
An. R belum mampu melakukan pergerakan semua anggota tubuh masih
dibantu oleh keluarga.
12. Data Penunjang.
1. Pemeriksaan Hematologi.
 Tanggal 19 Desember 2020
Parameter Satuan Nilai Rujukan
HGB 11,5 * [g/dL] P 13,0 – 16,0
WBC 4,19 [10^3/uL] W 12,0 – 14,0
RBC 4,37 [10^6/uL] P 4,5 – 5,5
MCV 70,7 - [fL] W 4,0 – 5,0
HCT 30,9 [%] P 40,0 – 48,0
PLT 15 * [10^3/uL] W 37,0 – 43,0
LYMPH# 0,62 * [10^3/uL]
 Tanggal 20 Desember 2020
Parameter Satuan Nilai Rujukan
HGB 8,3 [g/dL] P – 16,0
13,0
WBC 3,86 [10^3/uL] W 12,0 – 14,0

RBC 3,18 [10^6/uL] P – 5,5


4,5
MCV 72,6 - [fL] W 4,0 – 5,0

HCT 23,1 - [%] P 40,0 – 48,0

PLT 20 * [10^ W 37,0 – 43,0


3/u
L]
LYMPH# 0,60 * [10^3/uL]

 Tanggal 21 Desember 2020


Parameter Satuan Nilai Rujukan
HGB 12,6 [g/dL] P 13,0 – 16,0

WBC 7,23 [10^3/uL] W 12,0 – 14,0

RBC 4,59 [10^6/uL] P 4,5 – 5,5

MCV 75,2 - [fL] W 4,0 – 5,0

HCT 34, [%] P 40,0 – 48,0


5
PLT 24 * [10^3/uL] W 37,0 – 43,0

LYMPH# 1,99 * [10^3/uL]

2. Data Pengobatan.
1. Paracetamol 1/2 3x1 per oral
2. Kcl 500 mg 3x1 per oral
3. Cefotaxime 900 mg 2x
4. Lasix 20 mg
5. RL 3 cc/jam 18 t.p.m
6. Nacl 3% 130 cc ( habis dalam 6 jam)

13. Data Fokus


N Data Masalah Etiologi
o
Data Subjektif Defisit Faktor
• Ibu mengatakan nafsu makan Nutrisi psikologis
pasien menurun (keengganan
• Ibu mengatakan BB pasien turun untuk makan)
• Ibu mengatakan pasien hanya
makan satu sendok kemudian
muntah
Data Objektif
• Pasien tampak tidak menghabiskan
porsi makanannya
• BB pasien tampak menurun 18 kg
saat ditimbang
• Pasien menolak saat diberi makan
• Mukosa bibir pasien tampak pucat
• TD : 100/70 mmHg
N : 81 kali/menit
P : 24 kali/menit
S : 37,5oC
IMT : BB / TB2 18 / (124)2 = 11,7
Status nutrisi pada An. R adalah
gizi kurang.
Data Subjektif Termogulasi Proses
 Ibu mengatakan suhu tubuh pasien Tidak penyakit
naik pada pagi hari dan turun pada Efektif (mis.
malam hari infeksi)
 Ibu mengatakan tubuh pasien
hangat
Data Objektif
 Pasien tampak pada pagi hari
suhunya 38,1oC dan
Data Subjektif Intoleransi Kelemahan
 Ibu mengatakan aktifitas pasien Aktifitas
dibantu sebagian
 Ibu mengatakan pasien lelah
 Ibu mengatakan tubuh pasien pegal
- pegal
Data Objektif
 Pasien tampak aktifitasnya dibantu
sebagian
 Pasien tampak lemah
 Pasien tampak hanya berbaring
ditempat tidur

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Defisit Nutrisi b.d Faktor psikologis ditandai dengan BB menurun dan nafsu
makan menurun
2. Termoregulasi Tidak Efektif b.d Proses penyakit (mis. infeksi) ditandai dengan
suhu tubuh fluktuatif dan pucat
3. Intolerans Aktifitas b.d Kelemahan ditandai dengan perasaan mengeluh lelah
dan merasa lemah

3.3 Intervensi ( Rencana Keperawatan )


Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Devisit Nutrisi b/d Tujuan :  Manajemen Nutrisi
faktor psikologis Setelah dilakukan Tindakan :
(keengganan untuk intervensi 3x24 jam  Identifikasi status
makan) ditandai maka devisit nutrisi nutrisi
dengan nafsu membaik dengan  Identifikasi makanan
makan menurun Kriteria Hasil : yang disukai
dan BB menurun  Berat badan  Monitor asupan
membaik makanan
 Frekuensi makan  Monitor hasil
membaik pemeriksan
 Pengetahuan laboratorium
tentang pilihan  Sajikan makanan
makanan yang sehat secara menarik dan
meningkat suhu yang sesuai
 Porsi makan yang  Berikan suplemen
dihabiskan makanan,jika perlu
meningkat  Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
 Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan, jika perlu

Termoregulasi Tujuan :  Regulasi Temperature


Tidak Efektif b/d Setelah dilakukan Tindakan :
proses penyakit intervensi selama 3x24  Monitor suhu tubuh
(mis. infeksi) jam maka termogulasi anak tiap dua jam, jika
ditandai dengan tidak efektif membaik perlu
suhu tubuh dengan  Monitor tekanan darah,
fluktuatif dan Kriteria hasil : frekuensi pernafasan
pucat  Pucat menurun dan nadi
 Vasokonstiksi  Monitor dan catat
perifer menurun tanda gejala hipotermia
 Kadar glukosa atau hipetermia
darah membaik  Tingkatkan asupan
 Tekanan darah cairan dan nutrisi yang
membaik adekuat
 Pengisian kapiler  Jelaskan cara
membaik pencegahan hipotermi
 Suhu tubuh karena terpapar udara
membaik dingin
 Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
Intoleransi Tujuan :  Terapi Aktivitas
Aktivitas b/d Setela dilakukan Tindakan :
kelemahan intervensi selam 3x24  Identifikasi
ditandai dengan jam maka intoleransi kemampuan
perasan mengeluh aktivitas membaik berpartisipasi dalam
lelah dan merasa dengan aktivitas tertentu
lemah Kriteria Hasil :  Monitor respon
 Perasaan lemah emosional, fisik, sosial
menurun dan spiritual terhadap
 Kekuatan tubuh aktivitas
bagian atas  Koordinasikan
meningkat pemelihan aktivitas
 Keluhan lelah sesuai usia
menurun  Fasilitasi aktivitas
 Tekanan darah rutin, sesuai kebutuhan
membaik  Tingkatkan aktivitas
 Frekuensi nafas fisik untuk memelihara
membaik berat badan, jika sesuai
 Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
 Jadwalkan aktivitas
dalam rute nitas sehari-
hari
 Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
 Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
 Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
 Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komonitas
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
N Hari/tangga Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
o l
Rabu / Defisit Nutrisi 14.00  Mengidentifikasi alergi dan intoleransi S:
23 Des berhubungan makanan Dari hasil identifikasi, pasien  Ibu pasien mengatakan nafsu
2020 dengan faktor tidak memiliki riwayat alergi makanan makan pasien menurun
psikologis tetapi memiliki intoeransi makanan seperti  Ibu pasien mengatakan pasien
(keengganan untuk mual setelah makan hanya makan satu sendok
makan) ditandai 15.00  Mengidentifikasi makanan yang disukai kemudian muntah
dengan nafsu Dari hasil identifikasi, pasien suka  Ibu pasien mengatakan BB pasien
makan menurun makanan seperti ayam goreng turun
dan BB menurun 15.10  Memonitor asupan makanan O:
16.15  Memonitor BB BB pasien turun, BB  Pasien tampak tidak menghabiskan
pasien sewaktu sehat 23 kg, sewaktu sakit porsi makannya
dan ditimbang BB pasien 18 kg  BB pasien 18 kg saat ditimbang
 Pasien menolak saat diberi makan
A : Defisit nutrisi tetap
P:
 Monitor asupan makanan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
 Berikan suplemen makanan
Rabu / Termoregulasi 16.00  Memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam, S:
23 Des Tidak Efektif ( S : 37,5 C )  Ibu mengatakan suhu tubuh pasien
2020 berhubungan 16.03  Memonitor tekanan darah, frekuensi tidak stabil
dengan proses pernafasan dan nadi ( TD : 100/70  Ibu mengatakan pasien lelah
penyakit (mis. mmHg, pernafasan : 24 x/m ) O:
infeksi) ditandai 16.10  Memonitor dan catat tanda gejala  Suhu tubuh pasien tampak tidak
dengan suhu tubuh hipotermia atau hipetermia ( hipotermi: stabil
fluktuatif dan yang dirasakan pasien, badan pasien  Pasien tampak lemah
pucat dingin, akral dingin, menggigil.  TD : 110/70 mmHg
Hipertermi : yang dirasakan pasien badan  Pernafasan : 26 x/menit
terasa hangat, akral hangat, )  Suhu : 36,3°C
16.25  Jelaskan cara pencegahan hipotermi A : Termoregulasi tidak efektif masih
karena terpapar udara dingin ( jagalah P:
tubuh agar tetap kering, gunakan pakaian
 Monitor suhu tubuh anak tiap dua
sesuai dengan kondisi cuaca yang
jam, jika perlu
dirasakan pasien, gunakan topi, syal,
 Monitor tekanan darah, frekuensi
sarung tangan, kaus kaik,dan sepatu bot
pernafasan, dan nadi
ketika akan beraktivitas
Rabu / Intoleransi 14.36  Mengidentifikasi kemampuan S:
23 Des Aktifitas berpartisipasi dalam aktivitas tertentu  Ibu pasien mengatakan badan
2020 berhubungan ( pasien tidak ada semangat dalam pasien terasa lelah dan letih
dengan kelemahan melakukan aktifitas)  Ibu mengatakan aktifitas pasien
ditandai dengan 14.40  Memonitor respon emosional, fisik, dibantu sepenuhnya
perasaan mengeluh sosial dan spiritual terhadap aktivitas  Ibu mengatkan badan pasien teras
lelah dan merasa ( pasien tidak ada respon emosional, pegal
lemah fisik, sosial, maupun spiritual dalam O:
melakukan aktifitas apapun)  Pasien tampak lemah, lesu 
15.00  Mengkoordinasikan pemilihan aktivitas Pasien tampak aktifitasnya dibantu
sesuai usia ( mengajarkan pada ibu pasien ibu
bagaimana cara melempar, menangkap,  Pasien hanya tampak berbaring d
dan mengenggam suatu benda ) tempat tidur
15.35  Memfasilitasi aktivitas rutin, sesuai  TD : 100/80 mmHg
kebutuhan ( Menanyakan pada pasien  Pernafasan : 23 x/menit
aktifitasa apa yang bisa dilakukannya  Suhu : 37,9°C
sesuai dengan apa yang dibutuhkannya ) A : Intoleransi aktifitas masih tetap
15.40  Meningkatkan aktivitas fisik untuk P:
memelihara berat badan, jika sesuai  Monitor pola dan jam tidur
16.03  Melibatkan keluarga dalam aktivitas, jika  Monitor kelelahan fisik dan
perlu emosional  Monitor tanda vital
16.15  Menjadwalkan aktivitas dalam rutenitas   Terapi aktifitas
sehari-hari
16.36  Menjelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
16.52  Mengajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilh
Kamis/ Defisit Nutrisi 08.10  Memonitor asupan makanan Pasien S:
24 Des berhubungan sudah mau makan 1/3 porsi dengan  Ibu pasien mengatakan pasien
2020 dengan faktor makanan kesukaannya sudah mau makan tapi hanya
psikologis 09.07  Anjurkan posisi duduk sedikit
(keengganan untuk  Ibu pasien mengatakan pasien
makan) ditandai hanya mau makan dengan makanan
dengan nafsu kesukaannya
makan menurun  Ibu pasien mengatakan BB pasien
dan BB menurun turun
O:
 Pasien tampak sudah mau makan
kira-kira 3 sendok
 Pasien tampak mau makan dengan
makannan kesukaannya
 BB pasien masih 18 kg A : defisit
nutrisi, pasien sudah mau makan
dan menghabiskan 1/3 porsi
makanannya
P:
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
 Berikan suplemen makanan
 Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Kamis/ Termoregulasi  Memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam, S:
24 Des Tidak Efektif ( S : 37,5 C )  Ibu mengatakan suhu tubuh pasien
2020 berhubungan  Memonitor tekanan darah, frekuensi sudah stabil
dengan proses pernafasan dan nadi ( TD : 100/70  Ibu mengatakan pasien sudah tidak
penyakit (mis. mmHg, pernafasan : 24 x/m ) lelah lagi
infeksi) ditandai  Memonitor dan catat tanda gejala O:
dengan suhu tubuh hipotermia atau hipetermia ( hipotermi:  Suhu tubuh pasien tampak normal
fluktuatif dan yang dirasakan pasien, badan pasien 37,5oC
pucat dingin, akral dingin, menggigil.  Pasien tampak sudah bergerak
Hipertermi : yang dirasakan pasien badan  TD : 110/70 mmHg
terasa hangat, akral hangat, )  Pernafasan : 26 x/menit Suhu :
36,3°C
A : Termoregulasi tidak efektif mulai
berkurang
P:
 Monitor suhu tubuh anak tiap dua
jam, jika perlu
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan, dan nadi
Kamis/ Intoleransi  Memonitor respon emosional, fisik, S:
24 Des Aktifitas sosial dan spiritual terhadap aktivitas  Ibu pasien mengatakan pasien
2020 berhubungan (pasien tidak ada respon emosional, fisik, sudah mulai bergerak
dengan kelemahan sosial, maupun spiritual dalam  Ibu mengatakan pasien sudah bisa
ditandai dengan melakukan aktifitas apapun) makan sendiri
perasaan mengeluh  Mengidentifikasi kemampuan  Ibu mengatkan badan pasien sudah
lelah dan merasa berpartisipasi dalam aktivitas tertentu membaik
lemah (pasien tidak ada semangat dalam O:
melakukan aktifitas)  Pasien tampak sudah beraktifitas
 Mengkoordinasikan pemilihan aktivitas  Pasien tampak menyuap
sesuai usia ( mengajarkan pada ibu pasien makanannya sendiri
bagaimana cara melempar, menangkap,  Pasien tampak sudah bisa duduk
dan mengenggam suatu benda  TD : 100/80 mmHg
 Meningkatkan aktivitas fisik untuk  Pernafasan : 23 x/menit
memelihara berat badan, jika sesuai
 Suhu : 37,9°C
 Menjadwalkan aktivitas dalam rutenitas
A : Intoleransi aktifitas dapat diatasi
sehari-hari
P:
 Mengajarkan cara melakukan aktivitas
 Monitor pola dan jam tidur
yang dipilh
 Monitor tanda vital
 Terapi aktifitas
Jumat/ Devisit Nutrisi b/d Memonitor asupan makanan S:
25 Des faktor psikologis  Ibu pasien mengatakan pasien
2020 (keengganan untuk sudah mau makan 1/3 porsi
makan) ditandai  Ibu pasien mengatakan pasien
dengan nafsu hanya mau makan dengan makanan
makan menurun kesukaannya
dan BB menurun  Ibu pasien mengatkan BB pasien
masih 18 kg
O:
 Pasien tampak sudah mau makan
1/3 porsi
 Pasien tampak mau makan dengan
makanan kesukaannya
 BB pasien masih 18 kg
A:
Defisit nutrisi, pasien sudah
menghabiskan setengah porsi makanan
nya
P : Intervensi dihentikan
Jumat/ Termoregulasi  Memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam, ( S:
25 Des Tidak Efektif S : 37,5 C )  Ibu mengatakan suhu tubuh pasien
2020 berhubungan  Memonitor tekanan darah, frekuensi sudah normal
dengan proses pernafasan dan nadi ( TD : 100/70 mmHg,  Ibu mengatakan pasien sudah tidak
penyakit (mis. pernafasan : 24 x/m ) lelah lagi
infeksi) ditandai  Memonitor dan catat tanda gejala O:
dengan suhu tubuh
fluktuatif dan hipotermia atau hipetermia ( hipotermi:  Suhu tubuh pasien tampak normal
pucat yang dirasakan pasien, badan pasien 37,5oC
dingin, akral dingin, menggigil. Hipertermi  Pasien tampak sudah bergerak
: yang dirasakan pasien badan terasa  TD : 110/70 mmHg
hangat, akral hangat, )  Pernafasan : 26 x/menit
 Suhu : 36,3°C
A : Termoregulasi tidak efektif teratasi
P : Intervensi dihentikan
Jumat/ Intoleransi  Memonitor respon emosional, fisik, S:
25 Des Aktifitas sosial dan spiritual terhadap aktivitas  Ibu pasien mengatakan pasien
2020 berhubungan ( pasien tidak ada respon emosional, sudah bisa bergerak seperti biasa
dengan kelemahan fisik, sosial, maupun spiritual dalam  Ibu mengatakan pasien sudah bisa
ditandai dengan melakukan aktifitas apapun) makan dan pakai baju sendiri
perasaan mengeluh  Mengidentifikasi kemampuan  Ibu mengatkan badan pasien sudah
lelah dan merasa berpartisipasi dalam aktivitas tertentu membaik
lemah ( pasien tidak ada semangat dalam O:
melakukan aktifitas)  Pasien tampak sudah kembali
 Mengkoordinasikan pemilihan aktivitas beraktifitas
sesuai usia ( mengajarkan pada ibu pasien  Pasien tampak makan dan pakai
bagaimana cara melempar, menangkap, baju sendiri
dan mengenggam suatu benda  Pasien tampak sudah bisa duduk
 Menjadwalkan aktivitas dalam rutenitas sendiri
sehari-hari  TD : 100/80 mmHg
 Pernafasan : 23 x/menit
 Suhu : 37,9°C
A : Intoleransi aktifitas teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Typhus abdominalalis atau demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12-13 tahun
tanda dangejalanya adalah demam sudah lebih satu minggu, nyeri kepala dan perut,
mual dan muntah.
4.2 Saran
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangan ilmu kesehatan
keperawatan anak kepada peserta didik sehingga pengetahuan dan keterampilan
tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan dapat membantu dalam
mendukung untuk bahan pengajaran ilmu keperawatan anak kedepannya.
Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini penulis dapat mengembangkan pengetahuan
serta wawasan khususnya mengenai ilmu keperawatan anak tentang asuhan
keperawatan demam typhoid pada anak. Dan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan selanjutnya dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna
Publishing.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 1. EGC. Jakarta
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG. Direktorat
Bina Gizi
Fadhillah Harif , 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia).Jakarta
Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Kemenkes Ri. 2013.Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang Kemenkes Ri
Kohlberg, Lawrence. Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius, 1968.
Mansur, H. 2008. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: SalembaMedika.
Noer, Syaifullah. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta; EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Nursalam, Susilaningrum, R., and Utami, S. 2005.Asuhan Keperawatan Bayi danAnak
(untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Potter, P.A, Perry, A.G, 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC..
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC;
Rampengan, T.H. (2007). Infeksi Tropik Pada Anak Edisi 2. Jakarta: EGC
Simanjuntak, N.A. 2009. Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantau Prapat
Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi. Universitas Sumatra Utara Medan.
Soedarmo,Sumarmo S. Poorwo.dkk, 2008.Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Edisi
Kedua.Jakarta:Badan Penerbit IDAI.Hal.155-18
Supartini. 2000.Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
WHO, 2014. Maternal Mortality: World Health Organization.
World Health Organization (WHO), 2014. Angka Kematian Bayi. Amerika

Anda mungkin juga menyukai