Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR

RENDAH (BBLR)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

NAMA : SHITIYA PUTRI BR TARIGAN


NPM : 200202054

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian bayi adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1
tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan
faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana),
serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi,
berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2012).
Cakupan angka kematian bayi (AKB) di enam tahun terakhir mengalami fluktuatif.
dari data yang bersumber pada dinas kesehatan kabupaten/kota, diketahui jumlah
kematian bayi di Aceh sebanyak 943 kasus dan lahir hidup 103.931 jiwa. Dengan
menggunakan definisi operasional yang telah ditetapkan untuk kedua indikator tersebut,
maka AKB di Aceh tahun 2017 sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup. Pencapaian tahun
2017 dibandingkan dengan tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan.
Angka kematian bayi merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Berbagai upaya kesehatan dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya.
hal ini disebabkan AKB sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain
itu perbaikan kondisi perekonomian yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya
tahan terhadap infeksi penyakit. (Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2017).
Sejak tahun 1961 WHO mengganti istilah prematuritas dengan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR). Hal ini di karenakan tidak semua bayi yang berat kurang dari 2500
gram pada waktu lahir bayi prematur. Menurut WHO (World Health Organization, 2010)
pravalensi BBLR dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 3,8% dan lebih
sering terjadi pada Negara - negara yang sering berkembang atau sosial ekonomi rendah,
prevalensi BBLR tahun 2013 menurut WHO adalah sebesar 10,2% di dunia.
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui lebih dalam tentang BBLR
2) Untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai bayi berat badan lahir   rendah
(BBLR) agar pembaca mengetahui dan mampu mengaplikasikan bagaimana
penatalaksanaan maupun rencana asuhan keperawatan yang dapat diberikan terhadap
bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Bayi BBLR


Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram
(sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti
bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya.(Indrasanto, 2008)

2.2 Etiologi Bayi BBLR


1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum,
dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia
antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi
yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat
tertentu (Suryadi dan Yuliani, 2006 )
2.3 Klasifikasi BBLR
Menurut Ribek dkk. (2011), ada 3 klasifikasi dari berat badan lahir rendah, yakni:
 Berat badan lahir rendah sedang yaitu bayi lahir dengan berat badan 1501 sampai
2500 gram.
 Berat badan lahir sangat rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500
gram.
 Berat badan lahir sangat rendah sekali yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari
1000 gram.

2.4 Tanda dan Gejala BBLR


Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal, bayi BBLR
juga akan tampak:
 Lebih kurus.
 Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
 Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.

Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur. Masalah yang umum ditemui
pada bayi seperti ini adalah:

 Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia).


 Memiliki masalah dalam menyusu.
 Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan.
 Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada temperatur yang
normal.
 Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu kental
(polisitemia).

2.5 Patofisiologi BBLR


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur.
Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil berkaitan
dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab
umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan
absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua bulan, system
pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk
sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi
premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena
itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas
organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi
system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum
baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi
premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan
yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan
suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami
hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh .(Ngastiyah, 2005)
2.6 Phatway Bayi BBLR
2.7 Pemeriksaan Penunjang BBLR
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ). (Ngastiyah, 2005)

2.8 Komplikasi BBLR


Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain
: Hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma
gawat nafas (asfiksia), paten suktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, apnea
of prematuruty dan anemia.
Adapun komplikasi yang timbul pada masa berikutnya yaitu: gangguan
perkembangan, gangguan pertumbuhan, gangguan penglihatan (retionopati), gangguan
pendengaran, penyakit paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah
sakit, dan kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

2.9 Penatalaksanaan BBLR


Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut :
1. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi
0
kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

2. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

3. Pelestarian suhu tubuh


Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat
rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
0
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 C, bagi
bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang
dari 2000 gram

4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan

5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan
semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit
kulit.

6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.

7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB

1 50- 65

2 100

3 125

4 150

5 160

6 175

7 200

14 225

21 175

28 150
2.10 Asuhan Keperawatan Pada Bayi BBLR
1. Pengkajian Fokus
a. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160
dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus
paten (PDA).

b. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).

c. Neuroensori
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi
minggu 32 ; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya
terbentuk pada gestasi minggu ke 32 ; komponen pertama dari refleks Moro
(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada
gestasi minggu ke 28 ; komponen keduaa (fleksi anterior dan menangis yang dapat
didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan
usia gestasi antara minggu 24 dan 37.

d. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodic (40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping
hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin
ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).

e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema.
Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku
mungkin pendek.
f. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada skrotum.(IDAI, 2004)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga
paru

b. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

c. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi


imunologik.

d. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.(Ngastiyah, 2005)

3. Intervensi Keperawatan
No TUJUAN INTERVENSI
.
1. Setelah mendapat tindakan a. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi
irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif).
Kriteria Hasil : b. Atur posisi kepala lebih tinggi
a. Akral hangat
c. Monitor keefektifan jalan nafas,
b. Tidak ada sianosis
kalau kerlu lakukan suction.
c. Tangisan aktif dan kuat
d. Lakukan auskultasi bunyi nafas
d. RR : 30-40x/mt
tiap 4 jam
e. Tidak ada retraksi otot
e. Perthankan pemberian O2
pernafasan
f. Pertahankan bayi pada inkubator
dengan penghangat
g. Kolaborasii untuk X foto thorax
2. Setelah mendapatkan tindakan a. Pertahankan bayi pada
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
inkubator dengan kehangatan
gangguan hipotermi
Kriteria Hasil : 37oC
a. Badan hangat
b. Beri popok dan selimut sesuai
b. Suhu : 36,5-37oC
kondisi
c. Ganti segera popok yang basah
oleh urine atau faeces
d. Hindarkan untuk sering
membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan
peningkatan laju metabolisme
e. Atur suhu ruangan dengan
panas yang stabil
3. Setelah mendapat tindakan a. Monitor tanda-tanda infeksi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
(tumor, dolor, rubor, calor,
infeksi
Kriteria Hasil : fungsiolaesa)
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Lakukan cuci tangan sebelum
(tumor, dolor, rubor, calor,
dan sesudah kontak dengan
fungsiolaesa)
bayi
b. Suhu tubuh normal (36,5-37oC)
c. Anjurkan kepada ibu bayi
untuk memakai jas saat masuk
ruang bayi dan sebelum
dan/sesudah kontak cuci tangan
d. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
adekuat
e. Pastikan alat yang kontak
dengan bayi bersih/steril
f. Berikan antibiotika sesuai
program
g. Lakukan perawatan tali pusat
setiap hari
4. Setelah tindakan keperawatan 3x24 a. Kaji refleks menghisap dan
jam tidak terjadi gangguan nutrisi
menelan
Kriteria Hasil :
a. Diet yang diberikan habis tidak b. Monitor input dan output
ada residu c. Berikan minum sesuai program
b. Reflek menghisap dan menelan lewat sonde/spin
kuat d. Sendawakan bayi sehabis
c. BB meningkat 100 gr/3hr. minum
e. Timbang BB tiap hari.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : By. Ny. N
TTL : Suka, 10 Desember 2020 jam 08.55
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah : Tn. S
Umur : 48 th
Nama ibu : Ny. N
Umur : 31 th
Agama : Islam
Pendidikan ayah : SMA
Pendidikan ibu : SMA
Pekerjaan ayah : Karyawan swasta
Pekerjaan ibu : IRT
Suku kebangsaan : Batak, Indonesia
Alamat : Jl. Tanah lapang
Diagnosa medis : BBLR, Prematur, KPD 4 hari
2. Keluhan utama
Ibu bayi mengeluh bayinya saat lahir memiliki berat badan rendah yaitu 1500 gram.
3. Keluhan lain
Pertambahan berat badan bayi lambat, lemah dan tidak bisa menetek.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dirawat di inkubator, tangisan lemah, gerak agak lemah, bibir kering, tidak ada
kejang.
5. Riwayat kelahiran dan persalinan
a. Antenatal
Ny. N menyatakan kehamilan pertama, G1P0A0, usia 31 tahun, klien periksa
ANC kurang lebih 5 kali di bidan. Klien juga tidak merokok, makan teratur dan
tidak mempunyai riwayat penyakit kehamilan.
b. Intranatal
Ny. N menyatakan, pada hari Senin, 07 Desember 2020 ia merasakan ketuban
rembes, namun belum ada tanda persalinan. Ia kemudian memeriksakan diri ke
RSU Kabanjahe, kemudian rawat inap hingga hari Selasa dan diijinkan pulang.
Pada Hari Kamis, jam 08.00 WIB Ny. N datang lagi dengan keluhan yang sama.
Jam 10.30 WIB melahirkan secara spontan di kamar bersalin RSU Kabanjahe,
usia kehamilan 35 minggu 4 hari, kurang bulan, tidak ada penyulit persalinan,
komplikasi persalinan KPD 4 hari, ketuban habis.
c. Postnatal
Bayi lahir langsung menangis. Usaha nafas spontan. Air ketuban habis. APGAR
score 6/8. Tidak ada trauma saat lahir. Klienmendapat Vit K, imunisasi HB 0 dan
salep mata chlorampenikol.

6. RiwayatKeluarga
a. Genogram

Ibu Klien Ayah Klien


31 th 35th

Klien
3 hari

Keterangan :

: laki – laki

: perempuan
: bayi Ny. N

: tinggal serumah
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. N mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat melahirkan anak
dengan berat badan lahir rendah. Keluarga klien tidak ada riwayat hipertensi,
diabetes, ginjal, jantung.

7. Keadaan kesehatan saat ini


a. Status Nutrisi dan cairan
a. Bayi mendapat intake oral ASI 1-2cc setiap 3 jam melalui OGT . Residu 0,5-2 cc
awal kelahiran berupa lendir, hari selanjutnya berupa ASI. Klien terpasang IVFD
D5% ¼ NS
b. Aktivitas istirahat
Bayi tampak kurang aktif, banyak tidur, menangis keras.
c. Perawatan kebersihan diri
Bayi mandi di dalam inkubator secara sponge bath setiap pagi hari dan
perawatan tali pusat. Popok diganti tiap selesai mandi dan tiap bayi b.a.b serta
sudah b.a.k terlalu banyak. Bayi tampak bersih dan tidak tampak tanda iritasi.
d. Eliminasi
Setelah lahir bayi BAK dan belum BAB. Klien dilakukan lavemen NaCl
setelah 2 hari tidak BAB. Feses mekonium jumlah sedikit.

8. Keadaan psikologis orang tua


Ny. N menyatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Ia menginginkan anaknya
cepat pulang seperti bayi- bayi lainnya. Ia mengusahakan untuk taat instrusi dokter
dan perawat, agar anaknya cepat pulang. Bayi sangat diinginkan dan seluruh keluarga
mendukung kesehatan bayi. Ibu bayi tampak lelah dan mengeluk ASI keluar sedikit.

9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Gerak kurang aktif,menangis kuat, banyak tidur
b. Tanda vital :
N : 122x/menit
RR : 44x/menit
S : 36,4oC

c. Antropometri
BB : 1580 gr
PB : 39,5 cm
LK : 29 cm
LD : 25 cm
Lila (kiri) : 7 cm
d. Reflek
Bayi memiliki reflek moro yang baik, reflek menggenggam baik dan refleks
menghisap lemah
e. Kepala / Leher
Fontanel lunak, tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat, wajah simetris.
f. Mata
Terdapat dischart pada mata, sclera tidak ikterik.
g. Mulut
Mulut terlihat kotor dan kering. Tidak terdapat sianosis dan kelainan labio palato
schizis. Terpasang OGT pada mulut bayi untuk mengetahui residu ASI.
h. THT
1) Telinga
Bentuk telinga simetris, kartilago tampak belum sempurna, tidak ada cairan
abnormal
2) Hidung
Lubang hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung.
i. Respirasi
Bentuk toraks simetris. Diameter anteroposterior : lateral 1:1. Tidak terdapat
penggunaan otot-otot pernapasan tambahan. Tidak terdapat retraksi dada.
Respirasi 44 kali per menit teratur. Tangisan keras.
j. Kardiovaskuler
HR 122x/menit, kuat, teratur, posisi kiri atas, tidak terdapat sianosis.
k. Gastrointestinal
Tidak terdapat distensi abdomen, bising usus (+), residu berupa lendir dan ASI
0,5-2 cc.

l. Ekstremitas
1) Atas : lengkap tidak ada kelainan, akral kadang dingin dan pucat
2) Bawah : lengkap tidak ada kelainan, akral kadang dingin dan pucat
m. Umbilikus
Tali pusat bayi berwarna hitam pada bagian ujung, namun berwarna kuning
keputihan pada bagian lainnya. Tali pusat belum lepas. Tidak tampak tanda-tanda
infeksi pada tali pusat bayi.
n. Integumen
Kulit berwarna kemerahan, tidak ikterik. Turgor kulit cukup.
10. Terapi
b. Termoregulasi dengan inkubator suhu 34oC
c. ASI eksklusif melaui OGT
d. IVFD D5% ¼ NS
11. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin tanggal 8 september 2013
Parameter Nilai Nilai Normal Satuan
HB 16 14 – 24 g/dl
Hematokrit 43,1 44 – 64 %
Leukosit 28,04 4 - 10,5 103/uL
Trombosit 77 150 – 450 103/uL
Eritrosit 4,30 4,8 – 7,1 106 /uL
MDV 11,1 6,5 – 12 FL
PDW 17,3 9 – 12 %
PCT 0,1 0,108 – 0,282 %

b. Pemeriksaan GDS tanggal 9 September 2013 jam 18.00 WIB


GDS :82 mg/dl
3.2 ANALISIS DATA

No Data Masalah Penyebab


1 DS : - Ketidakefektifan Imaturitas
DO : termoregulasi termoregulasi
a. UK : 35+4 mg dalam tubuh,
b. BB : 1580 gram kurangnya
c. Nadi : 122 x/menit cadangan lemak
d. Suhu : 36,4 °C subkutan
e. RR : 44 x/menit
f. Ekstermitas kadang teraba dingin
2 DS : - Resiko infeksi Pertahanan tubuh
DO : tidak adekuat,
a. Riwayat komplikasi persalinan : prematuritas,
KPD 4 hari status imun
b. Leukosit 28,04 103 UL menurun
c. BB : 1580 gram
d. Nadi : 122 x/menit
e. Suhu : 36,4 °C
f. RR : 44 x/menit
g. Terdapat tali pusat yang masih
mongering
h. Terpasang infuse di ekstermitas atas
kanan
3 DS : - Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO : nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
a. Bayi terpasang OGT kebutuhan tubuh mengabsorbsi
b. Bayi tidak dapat menetek ibu nutrien
c. BB 1580 gram
d. Terpasang IVFD D5% di tangan
kanan
e. Terdapat residu 0,5 - 2 cc/ 3 jam
f. Bibir tampak kering

4 DS: Ansietas orang tua Hospitalisasi


a. Ny. N menyatakan khawatir dengan anak
keadaan anaknya. Ia menginginkan
anaknya cepat pulang.
b. Ia menyatakan khawatir dengan
berat badan anaknya yang menurun
c. Ibu klien mengeluh produksi ASI
sedikit
DO:
g. Ibu klien tampak cemas terhadap
keadaan klien
h. Ibu klien tampak lelah dan mata
berkantung

3.3 DIAGNOSIS KEPERAWATAN.


1. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan Imaturitas termoregulasi dalam
tubuh, ditandai dengan :
2. Resiko Infeksi b.d Pertahanan tubuh tidak adekuat, prematuritas, status imun menurun
ditandai dengan :
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai dengan :
4. Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, ditandai dengan:
3.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama : By. Ny. N


Dx Medis :BBLR

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Kamis, 10 Desember Kamis, 10 Desember 2020 Kamis, 10 Desember 2020 Kamis, 10 Desember 2020
2020 Jam 12.30 WIB Jam 12.30 WIB Jam 12.30 WIB
Jam 12.30 WIB Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau suhu tiap 6 jam 1. Menilai perkembangan
Ketidakefektifan keperawatan selama 3 x 24 termoregulasi bayi
termoregulasi jam, suhu tubuh bayi stabil 2. Pantau gejala hipotermi dan 2. Mengetahui lebih dini adanya
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : hipertermi gejala hipotermi dan
maturitas termoregulasi  Suhu normal 36-37,5 C hipertermi sehingga lebih
dalam tubuh, kurangnya  Akral hangat cepat teratasi
cadangan lemak  Bayi tidak menggigil dan 3. Atur suhu inkubator sesuai 3. Menjaga bayi tetap hangat
subkutan d.d : tidak kepanasan program terapi kolaborasi
DS : -  Bayi tidak pucat 4. Anjurkan ibu penggunaan 4. Menjaga kehangatan bayi dan
DO : kangguru mother care dapat meningkatkan berat
a. UK : 35+4 mg setelah keadaan bayi stabil badan bayi
b. BB : 1580 gram 5. Menjaga kebersihan bayi
c. Nadi : 122 x/menit 5. Mandikan bayi dalam dengan tetap mempertahankan
d. Suhu : 36,4 °C inkubator secara sponge bath kehangatan
e. RR : 44 x/menit dengan air hangat
f. Ekstermitas kadang
teraba dingin
2 Kamis, 10 Desember Kamis, 10 Desember 2020 Kamis, 10 Desember 2020 Kamis, 10 Desember 2020
2020 Jam 12.30 WIB Jam 12.30 WIB Jam 12.30 WIB
Jam 12.30 WIB Setelah dilakukan asuhan a. Kaji TTV dan tanda infeksi a. Menentukan intervensi lebih
Resiko Infeksi b.d keperawatan selama 3 x 24 b. Lakukan perawatan  tali lanjut
Pertahanan tubuh tidak jam, klien terhindar dari pusat b. Mencegah terjadinya infeksi
adekuat, prematuritas, infeksi, dengan kriteria c. Anjurkan ibu mencuci dan memper-cepat
status imun menurun hasil: payudara sebelum memeras pengeringan tali pusat
ditandai dengan :  TTV normal ASI, kontak dengan bayi c. Meminimalkan terjadinya
DS : -  AL normal d. Kolaborasi pemeriksaan infeksi silang ibu dan bayi
DO :  Tidak ada tanda letargi darah lengkap terutama d. Leukosit tinggi
a. Leukosit 28,04 leukosit mengindikasikan adanya
b. BB : 1580 gram infeksi
c. Nadi : 122 x/menit
d. Suhu : 36,4 °C
e. RR : 44 x/menit
3 Kamis, 10 Desember Kamis, 10 Desember 2020 Kamis, 10 Desember 2020 Kamis, 10 Desember 2020
2020 Jam 12.30 WIB Jam 12.30 WIB Jam 12.30 WIB
Jam 12.30 WIB Setelah diberi asuhan 1. Pantau intake dan output 1. Mengetahui keseimbangan
Ketidakseimbangan keperawatan selama3x24 nutrisi nutrisi bayi
nutrisi kurang dari jam kebutuhan nutrisi klien 2. Pantau BB setiap hari 2. Mengetahui perkembangan
kebutuhan tubuh terpenuhi dengan criteria : 3. Lakukan perawatan mulut bayi
berhubungan dengan a. TTVnormal 4. Lakukan pengecekan 3. Memberikan kenyamanan
prematuritas, b. Tidak ada tanda residu lambung pada bayi
ketidakmampuan hipoglikemi 5. Ajarkan ibu cara 4. Mengetahui kapasitas
mengabsorbsi nutrient c. BB meningkat menyiapkan ASI yang lambung bayi
ditandai dengan : 15gram/hari benar 5. Mencegah kerusakan ASI
DS : - d. Tidak ada residu 6. Berikan intake ASI tiap 3 untuk mencukupi kebutuhan
DO : lambung jam melalui OGT nutrisi bayi
a. Bayi terpasang OGT e. Bibir lembab 7. Kelola pemberian IVFD 6. Nutrisi yang sedikit tapi
b. Bayi tidak dapat D5% sering untuk lambung yang
menetek ibu belum matur
c. BB 1580 gram 7. Memberi tambahan asupan
d. Terpasang IVFD nutrisi
D5% di tangan
kanan
e. Terdapat residu 0,5 -
2 cc/ 3 jam
f. Bibir tampak kering
4 Kamis, 10 Desember Kamis, 10 Desember 2020 Kamis, 10 Desember 2020 Kamis, 10 Desember 2020
2020 Jam 12.30 WIB Jam 12.30 WIB Jam 12.30 WIB
Jam 12.30 WIB Setelah diberi asuhan 1. Dorong keluarga 1. Berbagi informasi membentuk
Ansietas orang tua keperawatan selama 2x24 pasien/orang terdekat untuk dukungan atau kenyamanan
berhubungan dengan jam, ansietas berkurang mengkomunikasikan dengan dan dapat menghilangkan
hospitalisasi anak, dengan kriteria: seseorang, berbagi tegangan terhadap
ditandai dengan:  Ibu klien tampak tenang pernyataan dan masalah. kekhawatiran yang tidak
DS:  Ibu klien melaporkan diekspresikan.
a. Ibu klien cemas berkurang 2. Mengetahui kondisi bayi
menyatakan  Ibu klien melaporkan 2. Berikan informasi mengenai menurunkan kecemasan
khawatir dengan produksi asi bertambah keadaan bayi saat ini, apa orangtua.
keadaan anaknya. Ia  Ibu klien mengerti yang dapat membuat lebih
menginginkan tentang perawatan klien baik, dan apa yang membuat
anaknya cepat lebih buruk
pulang. 3. Ajarkan dan anjurkan klien 3. Memberikan control situasi,
b. Ibu klien teknik relaksasi dengan meningkatkan perilaku positif.
menyatakan nafas dalam.
khawatir dengan
berat badan anaknya
yang menurun
c. Ibu klien mengeluh
produksi ASI sedikit
DO:
a. Ibu klien tampak
cemas terhadap
keadaan klien
b. Ibu klien tampak
lelah dan mata
berkantung

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No
Implementasi Evaluasi
Dx
1. Kamis, 10 Desember 2020 S:-
Jam 12.30 WIB O : Bayi bersih, tali pusat menghitam kering, tidak menggigil
Memandikan bayi dalam inkubator A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Jaga kehangatan
2. Kamis, 10 Desember 2020 S:-
Jam 12.40 WIB O : T : 36,5 oC , HR 130 x/ menit
Mengukur vital sign A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Pantau setiap 6 jam
3. Kamis, 10 Desember 2020 S:-
Jam 12. 50 WIB O : T :38,4 oC, HR 127x/menit
Mengukur vital sign A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Pantau setiap 6 jam
4. Kamis, 10 Desember 2020 S:-
Jam 13.00 WIB O : T : 36,4oC, suhu incubator diturunkan
Memberikan kompres hangat A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Pantai suhu incubator
5. Kamis, 10 Desember 2020 S:-
Jam 13.20 WIB O : T :36,5 oC, HR 103x/menit
Mengukur vital sign A : Termoregulasi tidak efektif, tujuan tercapai sebagian
P : Pantau setiap 6 jam
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara
kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi
berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
0
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25
C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0 C untuk bayi
dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah,
dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui
“jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
0
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 C, untuk bayi
dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat,
bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan
lebih mudah.

4.2 Saran

1) Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar


dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik
dari pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun
pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
2) Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR.
Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
3) Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
pencegahan bayi BBLR.

Anda mungkin juga menyukai