Anda di halaman 1dari 16

Makalah Kelompok 2

“Misiologi dan Kesehatan”

Anggota Kelompok :

Surya Letare 712017024

Chrysti Yessika Karatu 712017019

Ni Gusti K. Melliana A.A 712017024

Angelica Kardia J. Ompi 712017025

Roki Yunus 712017029

Tri Faisah Simanjuntak 712017048

Lusi Yanti Manurung 712017051

Ediyan Gegana W. 712017053

Hosea Silitonga 712017061

Siska Simamora 712017132

Sabarlina Hariyanti 712017135

Eka Moka 712017141

Adel Abednego Panjaitan 712017145

Iren Kay 712017149

Immanuel M. Limbong 712017150

I. Pendahuluan

Pengertian Misiologi

Misiologi berasal dari kata bahasa latin ‘missio’ artinya utusan. Dalam
bahasa Inggris, Jerman dan Prancis yaitu ‘mission’. Dalam bahasa Belanda
‘missie’ dipergunakan dalam kalangan gereja Khatolik, gereja Protestan umumnya

1
memakai istilah ‘zending’. Untuk menjelaskan istilah misi penggunaan bahasa
Inggris memakai dua kata, yaitu “mission” dan “missions”. Misi (mission) adalah
misi Allah (mission Dei) sedangkan misi (missions) adalah tugas dari misi Allah
(yang dipercayakan Allah kepada umat-Nya).

Istilah Misiologi terdiri dari dua kata “Misi” (keterangannya ada di atas)
dan “Logos” (ilmu). Jadi, misiologi adalah refleksi secara sadar, disengaja dan
terus-menerus tentang misi. Refleksi ini menyangkut teori misi, studi tentang
misi, penelitian dan publikasi tentang misi.1

Misiologi juga adalah suatu unsur jati gereja. Yesus yang adalah wujud
kehadiran Allah di dunia, digambarkan di Injil Yohanes, dengan demikian gereja
sebagai persekutuan di dalam pengakuan atas Yesus Kristus sebagai penyelamat
dunia adalah gereja yang diutus. Singkatnya misiologi merupakan hakikat dan
keberadaan gereja.

Selain itu, Misiologi juga bisa diartikan bahwa segala kegiatan


menyebarluaskan berita dan kesaksian bahwa Allah adalah kasih dan begitu
mengasihi dunia dan segala isinya kepada semua pihak. Sumber misiologi adalah
Allah sendiri, kiblat perilaku tindakan misiologis adalah pelayanan Yesus, dan
metode yang dilakukan bisa mengikuti prinsip-prinsip Yesus saat menjalankan
misi Allah Bapa, tetapi tidak harus terjebak pada apa yang diperlihatkan Yesus.
Kalau itu hendak ditransfer kedalam kehidupan kita sekarang berarti misi-misi
gereja harus bersumber dan mencerminkan misi Allah Missio Dei.2

Misiologi adalah cabang dari disiplin teologi Kristen. Misiologi bukan


suatu usaha tidak memihak atau netral. Sebaliknya, misiologi berusaha
memandang dunia dari perspektif komitmen terhadap iman Kristen. 3Rick Love
berkaitan dengan iman Kristen mengatakan bahwa hubungan antara pertobatan
dan misi merupakan hal mendasar dalam misiologi . Pertobatan seorang berdosa
adalah hal yang sangat penting dalam penggenapan Amanat Agung. Dalam satu
pemahaman, tujuan misi yaitu pertobatan merupakan hal sederhana. Namun,
pemahaman terhadap proses terjadinya pertobatan adalah sebuah masalah
1
http://a3l-misipenginjilan.blogspot.com/2012/09/pengantar-misiologi.html
2
Materi bacaan kelas Misiologi.
3
David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen (Jakarta : BPK Gunung Mulia 1999) hlm 13

2
misiologi yang rumit.4 Dengan demikian misiologi adalah ilmu yang
membicarakan persoalan-persoalan “memenangkan jiwa” bagi Kristus. Berkaitan
dengan pengertian tersebut, J. Verkuyl mendefinisikan misiologi sebagai ilmu
yang mempelajari tindakan keselamatan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh
Kudus dengan tujuan memperluas kerajaan Allah.

Bavinck mendefinisikan misiologi sebagai ilmu yang mempelajari


persoalan sejarah pengabaran Injil (PI) sedunia, pelayanan, gereja dan konsep PI
sedunia yang berdasarkan Alkitab. Dengan demikian, unsur dasar ilmu misiologi
adalah theologi misi, perkembangan sejarah, unsur budaya, dan unsur pelayanan.
Berdasarkan uraian di atas maka bisa diambil kesimpulan bahwa pertama,
misiologi adalah suatu bidang ilmu. Kedua, misiologi adalah misi Allah yang Esa,
yaitu Allah Tritunggal. Misi berfokus pada aktifitas penyelamatan Allah yang
secara dinamis menyelamatkan manusia berdosa di seluruh dunia dan sekaligus
menghadirkan pekerjaan Allah.5

Pengertian Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkin kan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam
hal ini, pemeliharaan kesehatan adalah merupakan penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan
atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.6 Kesehatan juga merupakan
hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik,
maka setiap manusia akan merasakan kesulitan dalam melaksanakan aktivitasnya
sehari-hari. Didalam Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 memberikan
batasan: bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan
yang diangkat dari batasan kesehatan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
yang paling baru yaitu bahwa kesehatan merupakan keadaan sempurna, baik fisik,
mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.
4
Rick Love, “Pertobatan dan Misi” dalam Buku Kenangan 80 Tahun Prof. W. S. Heath
(2005) hlm 129
5
Harianto GP, “Pengantar Misiologi” misiologi sebagai jalan menuju pertumbuhan
(Yogyakarta : 2012) hlm 2
6
https://dinkes.bogorkab.go.id/links/apa-itu-kesehatan-2/

3
Akan tetapi pada dasarnya kesehatan mencakup tiga aspek yaitu fisik,
mental, dan sosial, tetapi menurut undang-undang No. 23/1992, kesehatan
mencakup empat aspek yaitu fisik, mental, sosial, dan ekonomi (Notoatmodjo,
2007:3). Maka dari itu, kesehatan merupakan suatu gejala di mana kondisi tubuh
maupun jiwa dalam kondisi yang produktif baik dari segi fisik, mental, sosial
maupun ekonomi, di mana kesehatan suatu kondisi tubuh yang sangat penting
dalam menjalani aktifitas dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kesehatan akan
menghambat aktifitas dalam kehidupan baik rohani maupun jasmani. Kesehatan
tubuh sangat berperan penting dalam menjalani aktifitas-aktifitas baik dari segi
fisik atau pikiran di mana kesehatan merupakan modal utama dalam melakukan
aktifitas dalam menjalani kehidupan.7

II. Isi

Nilai-nilai misiologi dalam isu kesehatan antara lain:

- Nilai Pendidikan

Kontribusi misionaris medis untuk pendidikan yakni mentransfer


keterampilan medis dan pengetahuan mereka ingin menanamkan kepada manusia
kesadaran akan nilai-nilai yang tersirat dalam kesehatan. Komitmen individu
otentik dari para dokter misi tersebut untuk membantu orang lain, bahkan dengan
mengorbankan keuntungan pribadi, karier, dan finansial yang luar biasa. Mereka
sendiri memberi contoh yang memperlihatkan bahwa kekuatan untuk melakukan
pekerjaan ini terletak pada iman dan komitmen pribadi yang kuat. 8 Tujuan dasar
dari sekolah kedokteran adalah mendidik dokter untuk merawat populasi nasional.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan jumlah dokter perawatan primer yang
memadai, distribusi dokter yang memadai ke daerah-daerah yang kurang
terlayani, dan jumlah dokter minoritas yang memadai dalam angkatan kerja.9

- Nilai Kasih.

7
file:///C:/Users/Acer/Downloads/BAB%201%20Pendahuluan.pdf
8
Chrsitopher H. Grundman, The Contribution of Medical Mission: The Intercultural
Transfer Standards of Values, International Medical Education, 733.
9
Fitzhugh Mullan, MD, The Social Mission of Medical Education: Ranking the Schools,
Academia and Clinic, (June 15, 2010)

4
Sangat sulit memang mengukur ukuran kasih dalam Kekristenan, namun
paling tidak kita bisa melihat bersama dalam tindakan para dokter itu sendiri yaitu
melihat sensitivitas mereka terhadap penderitaan pasien yang sedang mereka
hadapi. Hal tersebut di ukur dari pemberian obat dan perasaan mereka melihat
penderitaan pasien serta apakah mereka juga berdoa untuk pasien yang sedang
sakit. Secara keseluruhan dalam pelayanan dokter terhadap orang sakit atau
terhadap pasiennya harus sama, tidak boleh di bedakan dari segi ekonomi. 10

- Nilai Kemanusiaan

Pekerjaan dokter merupakan pekerjaan yang menyangkut kesehatan


kehidupan manusia, oleh karena itu dalam penerapannya sangat ditentukan dari
seberapa besar nilai manusia itu berlaku bagi dokter. Karena, hubungan antara
manusia sangat erat kaitannya dengan misi. Dalam penelitian (dalam jurnal ini)
pasien ingin memiliki hubungan yang setara antara perlakuan dokter dengan
semua pasien dalam bentuk yang konkrit seperti aspek peresepan obat dimana
memberi obat dengan kriteria, rasionil dan berdasarkan kesanggupan pasien dan
obat generik.11

- Nilai Integritas

Berbicara tentang nilai dalam etika keprofesian maupun pendidikan tidak


lepas dari pembahasan tentang integritas akademik. Integritas akademik
merupakan nilai fundamental dalam pengajaran, pembelajaran, dan ilmu
pengetahuan. Adanya integritas akademik menunjukkan sebuah komitmen untuk
melaksanakan nilai fundamental tersebut meskipun ketika berhadapan dengan
situasi yang buruk.12

- Nilai Etik

Kode Etik Kedokteran Indonesia disusun dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:


kewajiban dokter, yaitu kewajiban umum, kewajiban kepada pasien, kewajiban
kepada diri sendiri dan teman sejawatnya. Keharusan mengamalkan kode etik
10
Simon A. Tarigan dan Peter Anggu, Paradigma Misi Dokter Kristen di Indonesia
dalam Terang Injil Lukas, STT Jeffray Makassar, 45.
11
Simon A. Tarigan dan Peter Anggu, Paradigma Misi Dokter Kristen di Indonesia
dalam Terang Injil Lukas, 46-49.
12
Nadeak, 2015.

5
disebutkan dalam lafal sumpah dokter yang didasarkan pada PP No. 26 tahun
1960. Ini berarti terbuka kemungkinan memberikan sanksi kepada mereka yang
melanggar kode etik.13 Prinsip etik yang terdapat pada lafal sumpah tersebut
adalah: kerahasiaan, menghargai kolega dan profesi, menghargai kehidupan
manusia, acuan standar untuk perilaku pribadi, menolak diskriminasi dan
menghargai pasien.14

Peran Gereja dalam Bidang Kesehatan

Gereja sebagai persekutuan orang percaya ditugaskan Allah untuk


memberitakan Injil Kerajaan Allah yang bersamaan dengan itu juga melakukan
pelayanan kesembuhan atau kesehatan, baik secara jasmani dan rohani. Pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh gereja, merupakan pelengkap pelayanan verbal
yang dilakukan oleh gereja, yakni pemberitaan Injil atau pemberitaan
keselamatan. Kepada murid-murid-Nya yaitu umat yang percaya kepadaNya,
Yesus telah memberi tenaga dan kuasa untuk memulai tugas pelayanan yang
mulia yaitu pelayanan verbal dan non-verbal (bdk Lukas 9:1-2; Markus 16:15-18).

Dengan demikian Gereja tidak boleh hidup dalam ketenangan dan


kenyamanan di balik tembok gereja. Gereja harus melihat, mendengar,
mengetahui, turun melepaskan dan menuntun masyarakat yang menderita
menunju kesejahteraan dan keadilan yang dikehendaki Allah.15 Demi menjawab
empat tugas utama gereja yaitu; per tama, Persekutuan (koinonia) yang berarti
menjalin hubungan hidup yang saling mengasihi, sehati sejiwa atas dasar
hubungan dengan Yesus Kristus, yang ditujukan bagi keselamatan semua orang;
kedua, Pewartaan (kerygma) yang merupakan pemberitaan kasih Allah melalui
Yesus Kristus, pewartaan ditujukan bagi jemaat sendiri, sebagai upaya
menumbuhkan iman jemaat sehingga terbentuk hubungan yang mendalam dengan
Yesus Kristus. Pewartaan juga ditujukan kepada orang lain dengan menyatakan
kasih Allah melalui Kristus yang telah hadir ditengah-tengah manusia; ketiga,
Perayaan (liturgia) yang merupakan penghayatan dan pengungkapan jemaat atas
13
Kode Etik Kedokteran, 2004
14
Rheinsberg Z, Parsa R, Kloiber O, Wiesing U. Medical oath: Use and relevance of the
Declaration of Geneva. A survey of member organizations of the World Medical Association. Med
Health Care and Philos 2017. doi: 10.1007/ s11019-017-9794-x.
15
Josep. P. Widyamadja. Diakonia Sebagai Misi Gereja. Kanisius 2009. Hal 59

6
kasih penyelamatan Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus; keempat,
Pelayanan (diakonia) yang merupakan partisipasi gereja secara kongkrit dalam
kehidupan sehari-hari sebagai ungkapan iman kepada Kristus.

Gereja dalam memenuhi perannya sebagai pelayan yang tidak hanya


melayani pelayanan yang bersifat rohaniah tetapi juga pelayanan yang bersifat
jasmani, mulai menunjukkan perkembangan dengan munculnya pusat pelayanan
seperti rumah sakit, klinik, apotik, dan lain sebagainya yang dinaungi oleh
yayasan-yayasan Kristen atau gereja untuk melakukan pelayanan kesehatan
kepada jemaat yang membutuhkan pelayanan kesehatan baik secara fisik maupun
spiritual. Balik pada zaman dimana misionaris mulai memasuki Indonesia, para
misionaris yang disebut zendeling atau para misionaris yang fokus pada bidang
kesehatan disebut Zendeling-arts memiliki tujuan untuk memenangkan jiwa-jiwa
bagi Kristus yang merupakan tujuan dari pekabaran Injil, menyehatkan orang
hanyalah sekedar mendekatkan orang kepada anugerah Allah.

Penyembuhan jasmani berati merupakan sarana yang memungkinkan


keselamatan jiwa-jiwa yang dianggap lebih penting, karena itu sejak semula
bidang medis dianggap lebih penting.16 Bidang kesehatan merupakan bidang yang
dianggap lebih penting dari dulu bahkan hingga sekarang karena, tidak semua
jenis penyakit atau sakit fisik bisa disembuhkan hanya dengan metode
penyembuhan tradisional, melainkan juga dengan penyembuhan yang berdasarkan
ilmu pengetahuan dan juga pemanfaatan teknologi.

Gereja dalam perannya di bidang kesehatan, dapat memenuhi salah satu


tugas dan panggilan gereja yaitu diakonia. Sebagai pelayanan gereja, diakonia
merupakan pelayanan yang harus dilakukan untuk semua orang. Kita memahami
bahwa karya penyelamatan Allah di dalam Yesus Kristus bersifat luas dan
lengkap, itu berarti juga bahwa karya penyelamatan Allah pada manusia bersifat
utuh yaitu jasmani dan rohani sebagaimana hakikat manusia yang psikosomatis
seperti yang diberitakan Kejadian 2:7.17 Gereja harus menaruh perhatian bukan

16
Soetarman, Mulai dari Musa dan Segala Nabi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003,
hlmn 37-43.
17
Soetarman, Mulai dari Musa dan Segala Nabi.

7
hanya pada pelayanan kesehatan jasmani tetapi juga rohani, misalnya dalam
pelayanan pendampingan atau konseling pastoral.

- Misi medis yang kita dapat lakukan melalui doa penyembuhan.

Terlepas dari pelayanan gereja melalui doa penyembuhan, terdapat


beberapa peranan konkrit gereja dalam melakukan diakonia atau pelayanan di
bidang kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan kegiatan Webinar/Seminar terkait Kesehatan

Kegiatan webinar ataupun seminar Kesehatan yang dilakukan gereja


sekali atau bahkan dua kali dalam sebulan yang bertujuan untuk memberikan
edukasi terkait kesehatan kepada jemaat. Gereja membangun kerjasama yang baik
dengan yayasan Kristen atau bahkan dengan jemaat yang ahli dalam bidang
Kesehatan guna untuk membimbing proses berjalannya webinar/seminar tersebut.

2. Mendirikan Pusat Pelayanan Kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan didirikan untuk dapat merawat orang-orang


yang sakit secara efekif. Pusat pelayanan kesehatan yang didirikan oleh yayasan
Kristen atau bahkan gereja dapat berupa rumah sakit, klinik tempat praktik dokter,
apotek, dan lain sebagainya untuk dapat menangani pasien menggunakan alat-alat
teknologi yang mendukung. Namun, perlu diperhatikan motif dari mendirikan
pusat pelayanan kesehatan ini, karena pelayanan kesehatan dapat disebut sebagai
pelayanan Kristen jika motif mendirikannya didasari pada motif kristiani yang
sungguh-sungguh diwujudnyatakan dalam cara pengelolaannya. 18 Motif yang
berdasarkan pada nilai-nilai Kristiani harus menjadi fokus dan tujuan didirikannya
pusat pelayanan kesehatan, yang melayani semua orang.

3. Pelayanan kesehatan mingguan di gereja

Pelayanan kesehatan mingguan di gereja ini tentunya beda dengan pusat


pelayanan kesehatan yang didirikan oleh yayasan kristen atau gereja. Pelayanan
kesehatan mingguan di gereja ini tentunya berbeda dalam pelayanannya jika
dibandingkan dengan pusat pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan mingguan

18
Soetarman, Mulai dari Musa dan Segala Nabi.

8
hanya melayani pemeriksaan kesehatan yang sifatnya rutin dan umum, serta
mudah dalam pelaksanaanya, tidak membutuhkan peralatan-peralatan besar.
Pelayana kesehatan mingguan ini, biasanya dilakukan dalam bentuk cek gula
darah, cek kolestrol, pemberian vitamin-vitamin yang menunjang kesehatan dan
lain sebagainya. Pelayanan Kesehatan ini didukung dengan mengundang jemaat
yang bekerja dibidang kedokteran atau Kesehatan.19

4. Membuat klinik ataupun apotik Kesehatan mini gereja

Klinik atau apotik ini dilengkapi dengan fasilitas obat-obatan dan vitamin
melalui kerja sama gereja dengan jemaat yang ahli dalam bidang Kesehatan dan
apoteker untuk stand by menjaga klinik ataupun apotik tersebut.20

Dasar Biblis Misiologi dan Kesehatan

Berbicara mengenai Misiologi, kelompok memahami bahwa misi Kristen


berbicara tentang Missio Dei atau Misi Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai
yang mengasihi dunia, lalu Misi Allah itu diwujudnyatakan oleh orang-orang
yang dijadikan-Nya yaitu melalui Gereja atau yang bisa disebut Misi Ecclesia.21
Oleh karena itu, misi gereja haruslah misi yang melihat pada misi Allah yang
pertama-tama ingin menunjukkan kasih-Nya kepada dunia.

Untuk dapat mengerjakan misi pada masa kini, kita harus memiliki
pegangan yang dijadikan contoh dalam melakukan misi tersebut. Sebagai orang
Kristen, untuk itu kita perlu untuk memahami pesan dari Missio Dei yang
sebenarnya jika tidak kita tidak bisa mengerjakannya di kehidupan kita saat ini. 22
Oleh karena itu, alat yang dapat menjadi pegangan kita saat ini adalah teladan
yang ditunjukkan dalam alkitab, salah satunya oleh Yesus pada Perjanjian Baru.

Isu kesehatan merupakan salah satu isu yang menurut kelompok juga erat
dengan Misi Allah yang hendak menyatakan kasih-Nya kepada dunia. Pada
19
Grecetinovitria Merliana Butar-butar, “Strategi Misi Pedesaan Yang Relevan dan
Alkitabiah di Kabupaten Toba Samosir,” Jurnal Teologi praktika 2, no 1 (Maret 2020): 14
20
Grecetinovitria Merliana Butar-butar, “Strategi Misi Pedesaan Yang Relevan dan
Alkitabiah di Kabupaten Toba Samosir,”
21
David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan
Berubah, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 15.
22
Nicolas J. Woly, Perjumpaan di Serambi Iman: Suatu Studi Tentang Pandangan Para
Teolog Muslim dan Kristen mengenai Hubungan Antaragama,(Jakarta: Gunung Mulia, 2008),
554.

9
bagian ini kelompok akan menuliskan ayat dari Perjanjian Baru yang
menunjukkan bahwa Kesehatan sebenarnya hal yang juga merupakan misi dari
Allah, kelompok akan menggunakan Matius 9:35.

Matius 9:35

“Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar


dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta
melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.”

Injil Matius adalah Injil yang dituliskan dalam bahasa Yunani dan
kemungkinan besar diperuntukan oleh orang yang mengerti bahasa Yunani.23 Injil
ini memuat tentang perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Yesus yang
digolongkan ke dalam 3 maksud khusus, yaitu : pertama maksud apologetis yang
memberikan pengarahan bahwa Injil Matius memberikan bahan kepada orang
Kristen untuk membela agama Kristen di muka orang Yahudi yang menolak
Yesus sebagai Mesias.24 Kedua maksud kateketis yang berarti Injil ini
memberikan pengetauan tentang pokok-pokok agama Kristen secara teratur. 25
Ketiga adalah maksud perenetis yang berupa nasihat dan teguran.26

Secara keseluruhan Matius 9 membahas mengenai mujizat penyembuhan


yang dilakukan oleh Yesus dalam beberapa pelayananNya. Hal ini bisa dilihat
pada kisah penyembuhan yang dilakukan Yesus kepada seorang muda yang
lumpuh dan tidak bisa berjalan, kepada seorang perempuan yang mengalami
pendarahan, kepada dua orang yang tidak bisa melihat, kepada seorang yang bisu
dan kepada banyak orang di Galilea.

Matius 9:35 secara khusus membahas mengenai kegiatan Yesus dalam


pengajarannya dan pemberitaan Injil yang pada saat itu dikabarkan kepada orang-
orang di Galilea. Pada saat itu banyak orang yang memiliki penyakit dan dalam
keadaan sengsara. Yesus hadir sebagai penyembuh dan pemberi kekuatan bagi
mereka yang lemah.

23
J. J. de Heer, “Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22”, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 5.
24
J. J. de Heer, “Tafsiran Alkitab:”, 6.
25
J. J. de Heer, “Tafsiran Alkitab:”, 6-7
26
J. J. de Heer, “Tafsiran Alkitab:”, 7.

10
Kaitannya dengan Misiologi

Dalam Matius 9:35, ada suatu dasar yang bisa dipakai untuk menyatakan
misi Allah dalam kehidupan umat percaya. Dasar tersebut diambil dari keadaan
jemaat yang saat itu kacau, sakit, lelah dan terlantar dan apa yang menjadi
tindakan Yesus. Pada saat Yesus mendapati bahwa orang-orang di tempat itu
mengalami kesengsaraan, kelelahan, kesakitan, hal yang dilakukan Yesus adalah
menyembuhkan serta memulihkan keadaan mereka, sehingga mereka bisa kembali
menjadi orang-orang yang sehat.

Menjadi menarik ketika ayat ini dibawa ke dalam konteks dunia saat ini.
Mengingat bahwa berbicara mengenai misiologi akan selalu berkaitan dengan
konteks serta keadaan dimana misi itu akan dilaksanakan. Setiap pelaksanaan misi
selalu siap memperhatikan keadaan dan situasinya. Hal ini berpengaruh dalam
penyampaian misi itu sendiri. Matius 9:35 ini mengantar pemahaman pembacanya
mengenai tugas yang dilakukan oleh Yesus dalam rangka memberitakan Injil
kepada banyak orang. Menjadi sangat jelas bahwa Yesus memulihkan orang-
orang yang sakit supaya mereka lebih semangat serta lebih bisa menyerap
pengetahuan mengenai Kerajaan Sorga tersebut. Keadaan yang sehat memberikan
semangat kepada orang-orang untuk terus belajar dan terus mengasah
pengetahuannya.

Berdasarkan contoh ayat yang kelompok ambil dari Perjanjian Baru,


kelompok melihat bahwa isu Kesehatan merupakan isu yang sangat dekat dengan
Misi yang harus dijalankan. Pada Perjanjian Baru, bentuk keselamatan yang
dinyatakan oleh Yesus yang Tuhan utus untuk menyelamatkan manusia. Hal ini
dapat menjadi titik berangkat dari misi gereja saat ini untuk mengerahkan segala
potensi yang dimiliki untuk peduli akan Kesehatan dan menjaga tubuh yang
Tuhan berikan sebagai bentuk ketaatan pada ketetapan-Nya. Misalnya
menggunakan potensi jemaat yang bekerja di bidang Kesehatan untuk
memberikan edukasi, atau memperhatikan Kesehatan jemaat, mengingatkan
jemaat untuk menjaga tubuh yang sudah diberikan Tuhan, misalnya melalui
khotbah. Tetapi juga menunjukkan kepedulian di masyarakat dengan saling

11
menjaga satu dengan yang lain, terutama jika dikaitkan dengan konteks pandemi
saat ini.

Tokoh Kesehatan & Nilai Misi

Glanz dan Rimer menyatakan bahwa dalam teori pembelajaran sosial,


perilaku manusia dijelaskan dalam teori tiga cara yang dinamis dan timbal balik
dengan faktor-faktor personal, pengaruh lingkungan, dan perilaku yang terus
menerus berinteraksi. Dasar pemikiran teori dari tokoh ini disebut sebagai teori
kognitif sosial yang adalah bahwa orang bukan saja belajar melalui pengalaman
mereka sendiri, tetapi juga dengan mengamati tindakan orang lain dan hasil dari
tindakan tersebut. Teori ini adalah salah satu teori yang paling populer dikalangan
pendidik kesehatan.27 Walau defenisinya dapat dipahami, teori tersebut sedikit
rumit, pemahaman yang lebih baik terhadap konsep dari teori tersebut dapat
diperoleh dengan memahami contoh kasus berikut :

Mike diberi tanggung jawab untuk mendesain program berhenti merokok


bagi pekerja suatu perusahaan kecil. Dalam menjalankan tanggung jawab itu,
mike khawatir bahwa beberapa orang akan mendaftar program ini dengan
beragam kesiapan perubahan. Contoh, dia beranggapan bahwa beberapa pekerja
telah berhenti merokok tetapi, tidak lama kemudian kembali merokok. Sebagian
pekerja memiliki sistem pendukung dari keluarga dan teman mereka yang akan
mendukung upaya mereka. Lainnya merupakan perokok abadi yang pasti akan
sangat sulit untuk berhenti merokok. Tingkat kesiapan akan berkisar dari suatu
keinginan yang sungguh-sungguh untuk berhenti merokok sampai pada sikap
“pernah disana, pernah lakukan”.

Mike perlu mengetahui dalam tahapan apa para peserta ini, bagaimana
untuk melakukannya? itulah masalanya. Mike ingat bahwa suatu ketika dia
bekerja pada suatu koalisi penghentian tembakau daerah, direktur lembaga kanker
pernah menceritakan pengalamannyab dalam program berhenti merokok. Mike
terkesan dengan materi yang dimiliki lembaga kanker itu, dan sekarang dia
berpendapat bahwa mereka mungkin memiliki informasi yang bermanfaat.

Bensley, Robert J, Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku


27

Kedokteran EGC, 2003, Hal. 11.

12
Direktur lembaga itu memiliki materi suatu modal yang disebut stages of change
(tahapan perubahan), yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia berada pada
tahapan kesiapan perubahan yang berlainan. Hal tersebut tepat seperti apa yang
diperlukan mike, kenyataannya pertanyaan mengenai perilaku merokok diberikan
sebagai contoh untuk menentukan tahapan kesiapan peserta. Mike
mengembangkan suatu kuesioner yang didasarkan pada contoh yang diberikan
oleh direktur lembaga kanker, untuk menentukan tahapan kesiapan peserta.
Pertanyaan difokuskan pada lima tahapan perubahan berikut : 1. Ketertarikan
dalam mencoba berhenti, 2. Pikiran untuk segera berhenti, 3. Siap untuk
merencanakan upaya penghentian, 4. Dalam proses penghentian, 5. Mencoba
untuk tetap bebas dari asap rokok. Mike merasa yakin terhadap penerapan model
tahapan perubahan tersebut dalam perencanaan program penghentian merokok.

Dari pemaparan contoh tersebut ada enam konsep yang merupakan hal
sangat penting, dimana masing-masing konsep akan dijelaskan di bawah dan
kemudian diterapkan ke dalam metode yang ditujukan untuk contoh olahraga dan
pola makan yang sehat.28

1. Reciprocal determinism (determinisme timbal balik), adalah perubahan


perilaku ditentukan dari interaksi antara seseorang dan lingkungan dapat
mempengaruhi atau mengecilkan hati seseorang dalam suatu cara yang
sehat atau dapat menjadi suatu gangguan karena beberapa lingkungan
mungkin sehat sedangkan lainnya tidak sehat. Sebaliknya manusia dapat
mempengaruhi lingkungan sehingga lingkungan itu dapat menjadi lebih
kondusif untuk suatu gaya hidup yang sehat

2. Behavioral capability (kapabilitas berperilaku), adalah kemampuan


seseorang untuk mengubah suatu perilaku melalui pemilikan pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan suatu perilaku yang
diinginkan

3. Expectation (harapan), Harapan merupakan sesuatu yang diharapkan


seseorang sebagai hasil dari pengubahan perilaku. Dengan kata lain

Bensley, Robert J, Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku


28

Kedokteran EGC, 2003, Hal. 12-14.

13
imbalan yang ia pikirkan, hal ini biasanya disebut sebagai nilai positif dari
perilaku yang diinginkan

4. Reinforcement (dorongan), merupakan tanggapan terhadap perilaku


seseorang yang dapat meningkatkan kesinambungan perilaku. Dorongan
positf akan dialami dalam bagaimana perasaan seseorang terhadap cara
mereka melihat dan merasakan

5. Self-efficacy (keefektifan diri), memiliki kemampuan untuk bertindak dan


bertahan dengan usaha sendiri sehingga upaya pencapaian tujuan yang
ditetapkan akan memperlihatkan derajat keefektifan dalam diri

6. Observational learning (pembelajaran observasional), merupakan


kemampuan untuk belajar dengan mengamati orang lain, dalam
melakukannya dapat melihat keberhasilan sekaligus kegagalan dan
dampak positif serta negatif dari hasil-hasil pengamatan

Nilai yang dapat diterapkan pada teori tokoh tersebut ialah berfungsi
sebagai pondasi dan struktur untuk menerapkan tujuan dan metode kesehatan,
juga disertai dengan prinsip-prinsip sebagai panduan yang mengatur tingkah laku
profesional. Oleh karena itu ada empat prinsip yang perlu dipahami :

1. Kebebasan pribadi atau otonomi, dimana manusia memiliki hak untuk


memilih dan berperilaku

2. Menghindari bahaya yaitu, tidak boleh menimbulkan bahaya pada orang


lain

3. Berbuat kebajikan yaitu, saling menolong orang lain serta


menghilangkan bahaya

4. Keadilan yaitu, saling memperlakukan keadilan yang sama rata

Hippocrates adalah seorang bapak dokter pertama di dunia, di memiliki


sumpah terntang moral seorang tenaga medis. Katanya kita harus membawa
kebijaksanan ke dalam kedokteran karena seorang dokter bisa di katakan yang
menyerupai Tuhan karena membawa perubahan kepada manusia. Di dalam
kedokteran terdapat elemen yang benar benar menjadi elemen dasar dari

14
kebijaksanaan yakni mempunyai kerendahan hati, cinta, berbahasa yang enak di
dengar, berwibawa, tenang dan memiliki pngetahuan yang dibutuhkan dalam
kehidupan manusia juga menolak secara praksis.

Sumpah dari Hippocrates bergema ke seluruh penjuru dunia, sehingga


banyak yang mengikutinya. Menurut Hippocrates, seorang dokter itu harus
merawat seorang pasien dengan segenap hati sebab pasien itu adalah pribadi yang
harus di hargai. Seorang tokoh kesehatan adalah harus seorang medicus graticus
yang tidak boleh menampakan rasa sikap tidak benci kepada orang yang sakit dan
menghinanya. Dibutuhkan soeorang yang humanis, rasa menguasai diri,
menyenangkan dalam tidakannya dan yang tahu menjaga martabatnya. Sumpah
dari dokter Hippocrates mendapat kepercayaan yang penuh dari masyarakat dan
terus di pelihara. Kepercayaan itu melahirkan hubungan dokter dan pasien begitu
eklusif. Dalam dunia etika hubungan itu di sebut dengan hubungan paternalistik-
medis; seorang pasien akan mempercayakan dirinya secara total kepada dokter,
karena yakin bahwa dokter akan melakukan yang terbaik bagi dirinya.29

Ini adalah misi yang di bawakan oleh Hippocrates, yakni seorang dokter
itu harus memilki martabat dan kerendahan hati dalam menangani pasiennya dan
seorang dokter harus bertindak sebagai seorang bapak yang merawat dan
mengasuh pasiennya ibaratkan sebagai anak sendiri maka seorang dokter akan
melakukan yang terbaik bagi pasiennya.

III. Kesimpulan dan Relevansi

Kesimpulan

Kesehatan badan, jiwa dan sosial merupakan salah satu isu yang penting untuk
diperhatikan karena di dalamnya terlihat nilai-nilai yang terkandung dalam Missio
Dei yang itu tentang kasih dan penyelamatan. Oleh karena itu, gereja memiliki
peran menyatakan kasih dengan kepedulian terhadap isu kesehatan. Dalam
melakukan misi gereja khususnya di bidang kesehatan, banyak tantangan yang
dihadapi karena perkembangan Zaman. Sehingga dalam melakukan misi gereja
Mateus Mali, tinjauan moral terhadap perkembanagn biomedik dalam pelayanan
29

kesehatan, orientasi baru vol 16.

15
yaitu diakonia dalam bidang kesehatan, gereja perlu menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada Injil.

Relevansi

Misiologi dalam hal kesehatan ini dapat dimulai dari kesadaran diri
sendiri. Kita dapat menjadi pembawa pesan untuk menjaga tubuh kita agar dapat
sehat secara fisik mental dan rohani. Lalu kita juga dapat membantu orang lain
untuk memperoleh kesehatan tersebut juga. Untuk itu peran gereja dalam
memberikan pemahaman tentang pentingnya kesehatan maupun memberikan
pelayanan- pelayanan kasih di bidang kesehatan harus ditingkatkan secara institusi
maupun gereja yang hidup sesuai dengan Alkitab dan nilai-nilai kristiani sehingga
misi tidak melenceng dari tujuannya sebagai diakonia.

16

Anda mungkin juga menyukai