Anda di halaman 1dari 16

PERANAN GURU PAK MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.

0 DAN ERA
MASYARAKAT 5.0

Bimbingan Proposal Skripsi

Oleh:

Kelompok Dua

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA ABDI SABDA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

MEDAN

2022
1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia guru adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya), mengajar.1 Guru merupakan unsur penting dalam kegiatan
mengajar. Gurulah yang membimbing peserta didiknya untuk belajar mengenal, memahami,
dan menghadapi dunia tempat ia berada. Dunia disini termasuk dunia ilmu pengetahuan,
dunia iman, dunia karya, dan dunia sosial budaya. Guru merupakan jembatan sekaligus agen
yang memungkinkan peserta didiknya berdialog dengan duniannya. 2
Sejalan dengan itu,
menurut Yohana Afliani, Guru atau disebut juga sebagai pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohani agar tercapai kedewasaannya yang mampu melaksanakan tugasnya
sebagai makhluk Allah.3 Lebih lanjut Moh. Noor mengatakan bahwa Guru adalah seseorang
yang berprofesi sebagai pengajar dan pendidik. Bisa dikatakan bahwa guru merupakan
pemegang kendali yang sangat menentukan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) di suatu
negera. Guru yang berkualitas dan profesional akan menghasilkan murid yang berkualitas
pula. Tidak mudah menjadi guru yang baik, dikagumi dan dihormati oleh anak didik,
masyarakat sekitar dan rekan seprofesi. Menjadi profesional berarti menjadi ahli dalam
bidangnya dan seorang ahli tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya.4 Dengan
demikian kita dapat memahami bahwa guru adalah seorang pendidik yang harus memiliki
kualitas sehingga dapat mengasilkan peserta didik yang berkualitas pula. Guru menjadi ujung
tombak pendidikan yang langsung menyentuh pada permasalahan pendidikan yang terjadi
dalam proses pembelajaran di kelas.5

Dalam hal ini lebih dalam kita membahas mengenai Pendidikan Agama Kristen,
sebagaiman menurut Thomas H. Groome, di dalam bukunya “Christian Religious
Education”, Istilah Pendidikan Kristen berasal dari bahasa Inggris yaitu “Christian
Education”. Dalam bahasa Indonesia sebagai “Pendidikan Agama Kristen” yang artinya
pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus Kristus di dalam Alkitab sebagai dasar
atau sumber acuan. Pendidikan Agama Kristen adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan
untuk membimbing, membina, mendidik dan meyakinkan tentang kebenaran Allah dan takut
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia
2
John M. Nainggolan, Guru Agama Kristen: Suatu Upaya Meninggatkan Mutu dan Kualitas Profesi
Keguruan, (Jawa Barat: Generasi Info Media, 2007), 22.
3
Yohana Afliani Ludo Buan, Guru dan Pendidikan Karakter : Sinergitas Peran Guru dalam
Menanamkan Nilai, ((Jawa Barat: Adanu Abimata, 2020), 1.
4
Moh. Noor, Guru Profesional dan Berkualitas, (Semarang: Alprin, 2019), 1.
5
Tony Suhartatik, Implementasi Peran Supak Gorong dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia, (Malang: Multimedia Edukasi, 2020), 7.
akan Tuhan. Pendidikan Agama Kristen merupakan proses pengajaran dan pembelajaran
berdasarkan Alkitab, berpusatkan Kristus dan bergantung pada kuasa Roh Kudus. 6
Pendidikan Agama Kristen merupakan suatu disiplin ilmu Agama Kristen berdasarkan
Alkitab sangat mementingkan pendidikan tentang pekerjaan Tuhan yang mendatangkan
keselamatan yang agung yang harus diajarkan sehingga orang dapat mengenal Yesus adalah
Juruselamat dunia.7 Lebih lanjut dijelaskan oleh Robert W. Pazmino, Pendidikan Agama
Kristen adalah usaha bersengaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi
untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, dan
tingkah laku yang bersesuaian atau konsisten dengan iman Kristen.8 Lebih lanjut dijelaskan
oleh E.G. Homrigausen, Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang dimana dengan
menerima pendidikan itu segala pelajar, muda dan tua memasuki persekutuan iman yang
hidup dengan Tuhan sendiri dan dalam Dia terhisap pula persekutuan jemaat-Nya yang
mengakui dan mempermuliakan nama-Nya disegala waktu dan tempat. 9
Iris V. Cully,
menjelaskan Pendidikan Agama Kristen penjelasan tentang kabar baik kasih Allah didalam
Kristus ini dalam cara begitu sehingga mereka yang lahir didalam iman ini akan mengenalnya
dalam hidup mereka sendiri dan mereka yang menjawab dalam iman dapat menghayatinya. 10
Lebih lanjut Wisma Oikumene, menjelaskan Pendidikan Agama Kristen adalah suatu usaha
pengkabaran injil disamping tugas untuk membentuk kepribadian yang sedang dalam proses
peralihan dan perkembangan persekutuan hidup yang menuntun tanggung jawab serta kerja
sama yang dikembangkan.11 Ignatius Loyola, menjelaskan Pendidikan Agama Kristen adalah
pegajaran tentang isu iman kristen baik secara lisan dan tulisan, serta mempelajari berbagai
ilmu seperti ilmu pasti, ilmu alam, dan ilmu filsafat.12

Jadi dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Kristen ini adalah suatu usaha sadar
dan juga sistematis yang dilakukan untuk memberi didikan kepada seseorang yang
berdasarkan pada Alkitab dan berpusat pada Yesus Kristus dan bergantung pada bimbingan
Roh Kudus. Dengan demikian Pendidikan Agama Kristen memberi pengajaran kepada
seseorang untuk mengenal siapakah Yesus Kristus dan memiliki iman yang sungguh-

6
Thomas H. Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 37.
7
Ibid, John M. Nainggolan, Guru Agama Kristen: Suatu Upaya Meninggatkan Mutu dan Kualitas
Profesi Keguruan, 94.
8
B. Samuel Sidjabat, Strategi Pembelajaran PAK, (Yogyakarta: Andi, 1995), 27.
9
E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2001), 124.
10
Irish V.Currly, Dinamika Pendidikan Kristen, (Jakarta : BPK-GM, 2009), 16
11
Nababan Lid, Partipasi Kristen Dalam Usaha Pendidikan Untuk Membangun Masa Depan Bangsa
dan Negara, (Jakarta : BPK-GM 1983), 13
12
Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Binan Aksara, 1998), 79.
sungguh kepada Yesus Kristus. Pendidikan Agama Kristen mengajarkan pengetahuan atau
pandangan- pandangan, keyakinan, dogma atau teologia yang dimiliki oleh seseorang tentang
Yesus Kristus.13 Sehingga Guru Pendidikan Agama Kristen disini memberi pengajaran yang
berkaitan dengan iman Kristen. Guru Pendidikan Agama Kristen juga perlu memahami
pribadi Yesus sebagai Guru yang harus diteladaninya dalam hidup sehari- hari dan dalam
melaksanakan tugas keguruan. Guru Pendidikan Agama Kristen yang dimaksud disini lebih
menekankan kepada guru yang percaya Yesus Kristus, yang mengenal akan pribadi Yesus
serta yang memiliki pribadi yang meneladani Yesus sebagai Guru Besarnya. Sebagai
Pendidikan Agama Kristen maka sewajarnya para guru bercermin dan mencontoh Yesus
sebagai pengejar dan berlandaskan kepada Kitab Suci. Guru Pendidikan Agama Kristen harus
mampu mengajarkan nilai-nilai agama yang baik dan menjadi teladan bagi peserta didik. 14

Seorang Guru Pendidikan Agama Kristen juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator,
motivator, dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelaas, sehingga semua
kualitas dari dalam diri siswa-siswa didiknya akan terbuka. 15 Sehingga dalam hal ini Guru
Pendidikan Agama Kristen harus memiliki tanggung jawab penting, di anataranya sebagai
penafsir iman Kristen, gembala bagi para muridnya, menjadi teladan dan pimpinan, dan
penginjil.16

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa Guru Pendidikan Agama Kristen
adalah seorang pendidik yang harus memiliki kualitas yang baik yang mampu mengajarkan
nilai-nilai agama, sehingga dapat mengasilkan peserta didik yang berkualitas pula. Namun
dengan kemunculan revolusi 4.0 Guru Pendidikan Agama Kristen harus bisa menghadapi Era
Industri 4.0. Sebagaimana Era industri 4.0 atau juga yang biasa dikenal dengan istilah “cyber
physical system” ini sendiri merupakan sebuah fenomena dimana terjadinya kolaborasi antara
teknologi siber dengan teknologi otomatisasi. Revolusi Industri 4.0 atau yang sering disebut
dengan cyber physical system merupakan revolusi yang menitikberatkan pada otomatisasi
serta kolaborasi antara teknologi saber. Revolusi 4.0 ini sendiri muncul di abad ke-21 dengan
ciri utama yang ada adalah penggabungan antara informasi serta teknologi komunikasi ke
dalam bidang industri.

13
Ibid, John M. Nainggolan, Guru Agama Kristen: Suatu Upaya Meninggatkan Mutu dan Kualitas
Profesi Keguruan, 80.
14
E. G. Homrighausen dan I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013), 23.
15
Muhammad Anwar, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), 108-110.
16
Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini,
(Yogyakarta: ANDI, 2012), 153.
Dengan kemunculan era ini, mengubah banyak hal di berbagai sektor. Dimana yang
pada awalnya membutuhkan banyak pekerja untuk menjalankan operasionalnya, sekarang
digantikan dengan penggunaan mesin teknologi. Secara sederhana era industri merupakan
sistem yang mengintegrasikan dunia online ke dalam sistem produksi. Peran manusia sudah
berubah, sehingga kegiatan manusia terkoneksi dengan istilah IOT (Internet of Things)
artinya segalanya melalui internet. Manusia dapat berinteraksi tanpa melakukan pertemuan
secara fisik dan data-data dapat diakses melalui internet. Disebut sebagai Era Revolusi
Industri 4.0, yaitu karena terdapat perubahan besar terhadap cara manusia. Hal ini dapat
terlihat, seperti dalam memproduksi barang. Selain itu juga dikarenakan sistem informasi
yang semakin mudah dijangkau. Hal ini sangatlah terasa denga hadirnya internet, sehingga
semua komputer yang kita gunakan saat ini dapat tersambung ke semua saluran jaringan
bersama. Tentu ada alat teknologi canggih lainnya yang sudah tercipta pada masa era revolusi
4.0. Hal ini menunjukkan bahwa era ini merupakan era industri yang membawa perubahan
menjadi lebih maju dari era sebelumnya.17

Perubahan paradigma yang terjadi saat ini dengan adanya pengaruh revolusi industri
4.0 memberikan dampak positif dengan semakin maju dan berkembangnya sistem
pendidikan, akan tetapi di sisi yang lain juga memberikan dampak negatif bagi dunia
pendidikan, apabila tidak mampu menjawab tantangan yang muncul di era sekarang ini.
Dampak negatif yang ditimbulkan saat ini berdampak pada kurangnya pemahaman mengenai
pendidikan moral bagi generasi muda saat ini. Kurangnya pemahaman mengenai pendidikan
moral ini berdampak terhadap lunturnya identitas diri sebagai anak bangsa, bahkan nilai-nilai
budaya yang diwariskan oleh para leluhur bangsa ini mulai berangsur-angsur ditinggalkan
oleh generasi muda. Kenyataan inilah yang membawa generasi muda saat ini berada dalam
pengaruh perubahan sosial, dan pengaruh tersebut terjadi karena adanya suatu proses yang
berlangsung secara terus menerus ketika generasi sekarang terus berproses dengan pesat
tuntutan zaman, karakter anak bangsa mulai merosot dan dianggap tidak mempunyai nilai-
nilai moral dan etika yang sesuai dengan idologi bangsa Indonesia. Oleh karena itulah
peranan pendidikan agama Kristen sangat dibutuhkan dalam upaya mengambil bagian dalam
pola pengembangan dan pembangunan moral sebagai sarana membangun kepercayaan, saling
menghargai, saling memberi dan menerima, saling menyesuaikan diri dan sebagainya

17
Andrew, Pengertian Revolusi Industri 4.0. Diakses dalam
https://www.gramedia.com/best-seller/revolusi-industri-4-0/, Diakses pada hari Rabu, pada tanggal 07
Desember 2022, pada pukul 16.11 WIB.
berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal dan budaya, yang menghadirkan kerajaan Allah di bumi
ini.18
Namun kenyataan yang terjadi pada akhir-akhir ini, bahwa masih ada Guru
Pendidikan Agama Kristen yang tidak kreatif dan tidak mampu mengelola kelas dengan baik.
Karena di zaman ini sangat diperlukan Guru Pendidikan Agama Kristen yang berkualitas,
tidak jarang juga ditemui masih ada guru yang kerap sekali diajari oleh siswanya sendiri baik
dalam menggunakan aplikasi, teknologi dan sebagainya. Ini adalah salah satu masalah yang
bisa membuat siswa tersebut memandang guru tersebut rendah.
Pentingnya Guru Pendidikan Agama Kristen disini dalam kegiatan pembelajaran
seorang guru tidak terlepas dari mengelola kelasnya. Artinya guru dituntut untuk berubah dan
memiliki kompetensi yang diperlukan di era 4.0. Guru harus bisa memanfaatkan teknologi
informasi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pada setiap jenjang
pendidikan. Guru juga diharapkan mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan
pemecahan masalah, keterampilan kolaborasi, keterampilan kreatif dan inovatif, literasi
teknologi informasi dan komunikasi, literasi informasi dan medi, serta keterampilan belajar
kontekstual, semua ini adalah hal yang penting yang harus diketahui guru. Karena
pengelolaan kelas dalam era 4.0 juga tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi. 19
Kesenjangan teknologi yang terjadi antara guru dan peserta didik, terutama kesenjangan
teknologi dan cara berkomunikasi yang semakin besar. Disinilah peran Guru Pendidikan
Agama Kristen, guru yang terpanggil dalam pelayanan dan penginjilan, harus mengejar gap
tersebut dengan terus belajar sebagai pembelajar seumur hidup. Mereka harus memahami
kondisi yang ada dan memanfaatkan teknologi bagi pembelajaran. Namun, peran guru yang
berotoritas dalam kelas tidak dapat dihilangkan. Mereka harus mampu mengajar, memberikan
inspirasi, membuat murid menikmati, suka belajar, dan mencapai sasaran pembelajaran.20
Konteks perkembangan dunia di era industri 4.0 menjadi “dunia baru” bagi kehidupan
umat manusia yang memberikan dampak luas dalam tataanan kehidupan manusia, termasuk
pendidikan Kristen. Peran guru tak tergantikan. Namun diperlukan guru yang
profesional atau guru berkualitas yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi yang cepat. Guru harus bisa memanfaatkan itu untuk meningkatkan kualitas

18
Novistianus D. Salenussa, Pak Multikultural dalam Bingkai Era Revolusi Industi 4.0. Diakses dalam
file:///C:/Users/hp/Downloads/164-340-1-SM.pdf, Diakses pada tanggal 02 Desember 2022, pada pukul 08.55
WIB.
19
Yonathan Gresia Thelly Priyanta, dkk, Guru Merdeka Pusparagam Imaji Mahasiswa Tentang
Mengelola Kelas di Era 4.0, (Bojong Ganteng: Jejak, 2021), 127.
20
Khoe Yao Tung, Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen yang Berhati Gembala, “Mempersiapkan
Sekolah dan Pendidik Menghadapi Tantangan Global pada Masa Kini, (Yogyakarta: Ikapi, 2016),119-120.
belajar mengajar pada setiap satuan pendidikan. Ini agar mempersiapkan sumber daya
manusia (SDM) yang unggul dengan kompetensi global. Oleh Karena peran guru tidak
tergantikan oleh kemajuan teknologi maka tugas utama guru PAK adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi setiap peserta
didik. Oleh sebab itu, profesi guru sangat lekat dengan integritas dan kepribadian. 21 Lebih
dalam dijelaskan oleh Otib Sabid bahwa sebaiknya guru yang berkualitas menerima dan
memanfaatkan kemajuan teknologi dalam revolusi digital berupa permainan-permainan yang
bisa ditonton tetapi jangan membiarkan anak hanya menonton. Guru harus mampu
mempraktikkan dan membuat anak terlibat secara aktif dalam proses permainan tersebut
secara langsung kemudian guru juga harus mampu menstimulasi anak agar mampu
bersosialisasi, berkomunikasi, mengendalikan emosi dan lain sebagainya sehingga revolusi
digital tetap kita adopsi tetapi peluang untuk pengembangan moral di tengah tantangan abad
ke-21 harus tetap berjalan.22
Lebih lanjut dijelaskan oleh bapak Jon Sipayung bahwa di tengah gempuran
perkembangan teknologi di era industri, tentunya sebagai pendidik dalam pendidikan Kristen
dibutuhkan keteladanan para pendidik bagi naradidik. Anak dan remaja maupun pemuda
membutuhkan sosok teladan yang otentik dan jujur dalam kehidupannya sebagai pendidik.
Demikian juga perlu menyadari bahwa kita berfungsi sebagai nabi untuk menyuarakan
kebenaran Allah sesuai dengan kapasitas dan bidang yang ada. dan juga pentingnya kesetiaan
kepada kebenaran Injil akan menempatkan pendidikan Kristen memiliki karakteristik sebagai
pendidikan profetik.23 Dalam menghadapi tren yang terjadi di masyarakat sebagai pendidik
dan peserta didik tidak boleh menjadi seperti ikan ikut arus sebab ikan mati lah yang
berenang mengikuti arus tetapi haruslah berenang melawan arus bahkan melawan arus
budaya yang tidak sesuai dengan kehendak guru kita yaitu Yesus dan kita tidak boleh
menjadi seperti bunglon yang hanya menyesuaikan diri di sekitarnya sehingga hanya
mementingkan zona aman semata melainkan tetap bertransformasi sehingga kita tetap
mampu membedakan mana kehendak Allah apa yang baik dan yang benar di dalam Roma
12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Di bagian kitab yang lain juga

21
Jon Riahman Sipayung, Tema-Tema Kontemporer sebuah Refleksi Teologis Biblis, (Medan: Sinarta,
2020), 84-85.
22
Otib Satibi Hidayat, Pendidikan Karakter Anak Sesuai Pembelajaran Abad 21, (Jakarta: UNJ Press,
2021), 31-32.
23
Ibid, Jon Riahman Sipayung, Tema-Tema Kontemporer sebuah Refleksi Teologis Biblis, 87.
tegas menyebutkan bahwa manusia dipanggil untuk hidup kudus sebab Allah yang
memanggil adalah Allah yang kudus 1 Petrus 1:15-16. Kudus berarti terpisah dari sikap yang
tidak berkenan bagi Allah dan terikat kepada kehendak Allah bahkan lebih tugasnya kita
sebagai pribadi yang telah dipanggil Tuhan menjadi saksi-Nya di dunia ini harus berubah dan
harus tampil beda dari gaya hidup duniawi. Demikian kita mengajar kepada anak-anak
sehingga moral mereka dapat terbangun dan kehidupan mereka berbeda dari cara hidup
duniawi yang sekarang semakin mengalami kemajuan secara teknologi yang berdampak
negatif.24
Dengan demikian kita dapat pahami bahwa Guru Pendidikan Agama Kristen harus
memiliki kualitas yang baik dan bertanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran yang
sejati (firman Tuhan) dalam mendidik generasi muda Kristen yang tidak ketinggalan
zaman dan mengikuti perkembangan teknologi namun tetap mampu mempertahankan iman
Kristen dan cara hidup yang semestinya dimiliki oleh orang Kristen agar orang lain pun
melihat imannya yang bertumbuh menjadi berkat bagi sesama. Sebagaimana inovasi dalam
pembelajaran dapat dijadikan sumber inspirasi oleh seorang pendidik bisa dilakukan melalui
berbagai metode, cara, dan trik. Inovasi metode mengajar guru PAK di era industri 4.0
menekankan penguasaan metode pembelajaran oleh pendidik, aplikasinya di dalam kelas,
serta pengembangannya dalam pembelajaran. Inovasi pembelajaran memanfaatkan seluruh
potensi yang ada, termasuk penguasaan teknologi serta penerapannya dalam pembelajaran.
Melalui inovasi metode mengajar, pendidik diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Adapun beberapa metode mengajar yang
bisa digunakan guru PAK menghadapi era 4.0, salah satunya ialah Metode pembelajaran
STEAM (Science Technology Engineering Arts Mathematics) menjadi salah satu kunci
penting dunia pendidikan menghadapi era Revolusi 4.0. Selain dari pada itu ialah Metode
Mengajar dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Sebagaimana dengan
berlangsungnya pembelajaran 4.0 guru mengajar dengan mengoptimalisasi penggunaan
teknologi sebagai alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang
dapat mengikuti atau mengubah zaman menjadi lebih baik. Metode Mengajar Dukungan
Kecerdesan Buatan, Metode mengajar dukungan ini biasanya disebut dengan penggabungan
Artificial Intelligence (AI) dengan kecerdasan alami manusia membuat potensi individu bisa
menjadi lebih maksimal dan memungkinkan pencapaian yang lebih besar pada anak didik
saat guru mengajar. Metode Mengajar Belajar Bahasa Bermakna, Belajar bermakna bisa
terlaksana apabila relevan dengan kebutuhan siswa, motivasi intrinsik dari dalam diri siswa,
24
Ibid, Jon Riahman Sipayung, Tema-Tema Kontemporer sebuah Refleksi Teologis Biblis, 87-88.
dan kurikulum yang fleksibel. Sehingga dalam hal ini Rogers, menyebutkan konsisi kelas
yang memungkinkan terlaksananya belajar bermakna, yaitu kemampuan guru dalam
menerima siswa apa adanya, guru membant siswa menemukan kemampuan dirinya, siswa
dapat menggunakan sumber belajar yang bervariasi, pembelajaran menggunakan pendekatan
inquiry-discovery, dan menekankan pentingnya kesempatan siswa untuk mengambil
tanggung jawab atas tercapainya tujuan belajar. Sehingga metode belajar bermakna sangat
sesuai dengan kebutuhan konsep pendidikan abad ke-21 atau era 4.0, yaitu pendekatan
saintifik dan penilaian autentik. Konsep ini dikembangkan kembali menjadi empat karakter
hebat yang diharapkan mulai tertanam pada diri anak-anak. Karakter itu meliputi berpikir
kritis, mampu memecahkan masalah, kreatif, inovatif, kolaborasi, dan komunikasi. 25 Dan
yang terakhir ialah Metode Campuran, Metode campuran atau electic methoda dapat
diartikan campuran atau kombinasi dalam bahasa Indonesia (metode-metode pilihan). Metode
ini yaitu cara menyajikan bahan pelajaran di depan kelas dengan menggunakan macam-
macam kombinasi beberapa metode. Metode ini juga mengacu pada gaya pendidikan formal
dimana siswa belajar melalui pengajaran tradisional secara langsung dan media online.
Pengajaran yang menggunakan pembelajaran campuran memberikan siswa kesempatan untuk
menikmati beberapa pengalaman kelas tatap muka sambil juga mengerjakan bagian dari
pelajaran mereka secara online. Dengan kemajuan teknologi yang berkelanjutan, pengajaran
campuran memberikan kemampuan untuk memiliki kontrol lebih atas kecepatan, waktu,
jalur, dan tempat pembelajaran melalui penggunaan pembelajaran online. Dalam praktiknya,
metode campuran ini dapat diterapkan seorang guru dalam suatu situasi pengajaran di depan
kelas, dengan persiapan yang baik dan sungguh-sungguh dalam mempraktikkan metode ini.
Hal ini dikarenakan, kemampuan guru dalam menguasai bahan itu sendiri perlu latihan-
latihan praktik terus agar mampu menguasai berbagai metode.26
Lebih lanjut juga pengaruh teknologi yang dimunculkan pada era industri 4.0
membawa perubahan besar juga kepada masyarakat 5.0, dimana manusia menyeimbangkan
kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat
mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik. Sebagaimana masyarakat 5.0 adalah
masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan
memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir dari revolusi industri 4.0 seperti internet of things
(internet untuk segala sesuatu), artifical intelligence (kecerdasan buatan), big data (data
25
Ita Masruro, Menggagas Pembelajaran Sastra Indonesia Pada Era Kelimpahan, (Malang: Unisma
Press, 2021), 49-50.
26
Yunnisah Aini Nasution, Konsep Belajar dan Pembelajaran di Era 4.0, (Jawa Barat: Perkumpulan
Rumah Cemerlang Indonesia, 2022), 27-28.
dalam jumlah besar) dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Masyarakat 5.0
adalah dimana masyarakat berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan
ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial oleh sistem yang mengintegrasikan ruang
dunia maya dan ruang dunia (fisik) nyata. Masyarakat 5.0 merupakan cara inovasi
memodelkan masyarakat.27 Namun disini Guru Pendidikan Agama Kristen juga berperan
untuk mampu mengarahkan masyarakat yang berpusat pada manusia di mana pembangunan
ekonomi dan penyelesaian masyarakat tercapai, dan orang dapat menikmati kualitas hidup
yang tinggi yang sepenuhnya aktif dan nyaman. 28 Sehingga perbedaan spesifik era revolusi
4.0 dengan era masyarakat 5.0 ini, sebagaimana era masyarakat 5.0 lebih mengarahkan
bagaimana manusia menggunakan teknologi itu sendiri, mengetahui kepentingan serta
landasan kenapa menciptakan teknologi itu, dan bentuk pemanfaatan seperti apa yang
manusia lakukan dengan bijak. Jadi, manusia bukan lagi hanya sekedar sebagai pengguna
layaknya di era revolusi industri 4.0, akan tetapi menjadi otaak dari munculnya segala inovasi
kemajuan teknologi.

Dengan demikian Guru Pendidikan Agama Kristen juga berperan dalam


perkembangan era masyarakat 5.0 ini dengan mengarahkan dan membimbing masyarakat
ataupun nara didik. Dengan menanamkan pendidikan karakter dan nilai-nilai Kristiani,
sehingga manusia dapat memiliki perilaku yang baik dan mampu memanfaatkan teknologi
secara bijak sehingga sesuai dengan konsep era masyarakat 5.0 yakni memanusiakan manusia
dengan teknologi.29 Masyarakat 5.0 merupakan kelompok yang menerapkan teknologi yang
berfokus pada kehidupan manusia yang berlandaskan pada kebiasaan Masyarakat 4.0. Tujuan
masyarakat 5.0 ini adalah membantu mengatasi kesenjangan antara yang kaya dan yang
kurang beruntung, layanan kedokteran dan pendidikan , dari tingkat dasar hingga perguruan
tinggi, akan mencapai desa-desa kecil di wilayah terpencil, dan menghambat terjadinya
kesenjangan yang lebar, serta memelihara lingkungan melalui inovasi, sains dan evolusi
teknologi.30

27
Lily Tjahjani, dkk, Inovasi Menghadapi Revolusi Industri & Masyarakat 5.0, (Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2020), 4.
28
Didit Darmawan, Psychological Perspective In Society 5.0, (Yogyakarta: Zahir Publishing, 2021),
27.
29
Abigaill Soesana, dkk, Pengembangan Media Pembelajaran Di Era Society 5.0, (Medan: Yayasan
Kita Menulis, 2022), 12-13.
30
Ibid, Lily Tjahjani, dkk, Inovasi Menghadapi Revolusi Industri & Masyarakat 5.0, 18-20.
1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun yang menjadi identifikasi masalah
adalah sebagai berikut:

1. Merosotnya moral peserta didik di Era Revolusi Industri 4.0.


2. Era Revolusi Industri 4.0 mempengaruhi minat belajar peserta didik didalam
pembelajaran PAK
3. Peranan guru Pendidikan Agama Kristen kurang maksimal dalam memberikan
pengajaran terhadap peserta didik di Era Industri 4.0
4. Era Revolusi Industri 4.0. memberikan dampak positif maupun negative terhadap
masyarakat 5.0.

1.3. Pembatasan Masalah

Era Digital Revolusi Industri 4.0 terjadi di dunia dan begitu luas memberikan dampak
yang positif maupun negatif bagi seluruh manusia, khususnya didalam bidang Pendidikan
Agama Kristen. Oleh karena itu, penulis membatasi masalah ini dengan melihat masalah
Peranan Guru PAK di era industri 4.0 untuk mengajar peserta didik yang terjadi saat ini
khususnya di kelas VII SMP TD PARDEDE FOUNDATION. Dan pengaruhnya terhadap
masyarakat 5.0

1.4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penulisan ini, ialah :

1. Mengapa peserta didik mengalami kemerosotan didalam belajar?


2. Apa faktor yang menyebabkan peserta didik malas untuk belajar Pendidikan Agama
Kristen di era industri 4.0 tersebut?
3. Apakah peranan guru PAK di era industri 4.0 kurang maksimal dalam membina
peserta didik?
4. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas guru PAK di era industri
4.0?
5. Apakah pengaruh yang diberikan era industri 4.0 terhadap masyarakat 5.0?

1.5. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui peserta didik mengapa mengalami kemerosotan didalam belajar
2. Untuk mengetahui faktor penyebab peserta didik malas untuk belajar Pendidikan
Agama Kristen di era industri 4.0
3. Untuk mengetahui peranan guru PAK pada masa era industri 4.0
4. Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan era industri 4.0 terhadap masyarakat 5.0.

1.6. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian yang diangkat dalam penulisan ini adalah:
1. Agar menambah wawasan tentang mengapa peserta didik mengalami kemerosotan
didalam belajar pada masa era industri 4.0
2. Agar menambah wawasan tentang faktor penyebab peserta didik malas belajar
Pendidikan Agama Kristen di era industri 4.0 tersebut
3. Agar menambah wawasan tentang peranan guru PAK pada masa era industri 4.0
4. Agar menambah wawasan tentang pengaruh yang diberikan era industri 4.0 terhadap
masyarakat 5.0

1.7. Metodologi Penelitian

Karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai IPTEK baru.
Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.31

Dengan demikian, Peneliti membuktikan hipotesanya melalui data angket, kuesioner.


Lebih dalam dijelaskan oleh Kun Maryati dan Juju Suryawati, bahwa angket atau kuesioner
adalah sebuah cara atau teknAdapun metodologi penelitian yang dipergunakan dalam
mendukung keabsahan penulisan karya ilmiah ini, ialah: Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Sugiyono menjelaskan pemahaman tentang metode kuantitatif ini yaitu metode positivistik
karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit atau empiris, objektif, terukur, rasional dan
sistematis. Metode ini juga disebut dengan metode discovery ik yang digunakan seorang
peneliti untuk mengumpulkan data dengan menyebarkan sejumlah lembar kertas yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh para responden.32

1.8. Hipotesa

31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D), (Bandung:
Alfabeta, 2010), 13.
32
Kun Maryati & Juju Suryawati, Sosiologi, (Jakarta: Erlanggga, 2001), 130.
Dari pembatasan masalah yang ada, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
“Jika profesionalisme guru Pendidikan Agama Kristen dapat memanfaatkan teknologi
didalam pembelajaran dengan baik di era industri 4.0, maka meningkatkan pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan pendidikan dengan mengubah metode mengajar yang lama menuju
metode mengajar yang baru. Untuk menghasilkan guru yang terampil didalam mengajar. ”

1.9. Sistematika Penulisan

Bab I Berisikan tentang pendahuluan yang membahas latar belakang, identifikasi


masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Berisikan tentang kerangka teoritis, kerangka konseptual dan pengajuan


hipotesa.

Bab III Berisikan tentang metodologi penelitian yang mencakup lokasi, waktu
pelaksanaan penelitian, populasi dan sampel alat pengumpulan data serta
teknik pengolahan data.

Bab IV Berisikan tentang hasil penelitian dan pembuktian hipotesis.

Bab V Berisikan kesimpulan dan saran.

1.10. Daftar Pustaka


Kamus Besar Bahasa Indonesia
Anwar, Muhammad. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.
Buan, Ludo Afliani Yohana. Guru dan Pendidikan Karakter : Sinergitas Peran Guru dalam
Menanamkan Nilai. Jawa Barat: Adanu Abimata, 2020.
Currly, V. Irish. Dinamika Pendidikan Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Didit, Darmawan. Psychological Perspective In Society 5.0. Yogyakarta: Zahir Publishing,
2021
GP, Harianto. Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini.
Yogyakarta: Andi, 2012.
Groome, H. Thomas. Christian Religious Education. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Hidayat, Satibi Otib. Pendidikan Karakter Anak Sesuai Pembelajaran Abad 21. Jakarta: UNJ
Press, 2021
Homrighausen G. E. dan Enklaar, H. I. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2013.
Lid, Nababan. Partipasi Kristen Dalam Usaha Pendidikan Untuk Membangun Masa Depan
Bangsa dan Negara. Jakarta: BPK Gunung Mulia 1983.
Maryati Kun & Suryawati, Juju. Sosiologi. Jakarta: Erlanggga, 2001.
Masruro, Ita. Menggagas Pembelajaran Sastra Indonesia Pada Era Kelimpahan.
Malang: Unisma Press, 2021.
Nainggolan, M. John. Guru Agama Kristen: Suatu Upaya Meninggatkan Mutu dan Kualitas
Profesi Keguruan. Jawa Barat: Generasi Info Media, 2007.
Nasution, Aini Yunnisah. Konsep Belajar dan Pembelajaran di Era 4.0. Jawa Barat:
Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia, 2022.
Noor, Moh. Guru Profesional dan Berkualitas. Semarang: Alprin, 2019.
Priyanta, Thelly Gresia Yonathan dkk. Guru Merdeka Pusparagam Imaji Mahasiswa
Tentang Mengelola Kelas di Era 4.0. Bojong Ganteng: Jejak, 2021.
Siagian. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Binan Aksara, 1998.
Sidjabat, Samuel B. Strategi Pembelajaran PAK. Yogyakarta: Andi, 1995.
Sipayung, Riahman Jon. Tema-Tema Kontemporer sebuah Refleksi Teologis Biblis. Medan:
Sinarta, 2020.
Soesana, Abigaill dkk. Pengembangan Media Pembelajaran Di Era Society 5.0. Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2022.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D).
Bandung: Alfabeta, 2010.
Suhartatik, Tony. Implementasi Peran Supak Gorong dalam Meningkatkan Kualitas Sumber
Daya Manusia. Malang: Multimedia Edukasi, 2020.
Tjahjani, Lily dkk. Inovasi Menghadapi Revolusi Industri & Masyarakat 5.0. Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2020.
Tung, Yao Khoe. Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen yang Berhati Gembala,
“Mempersiapkan Sekolah dan Pendidik Menghadapi Tantangan Global pada Masa
Kini. Yogyakarta: Ikapi, 2016.

1.11. Sumber lainnya


Salenussa, Novistianus D. Pak Multikultural dalam Bingkai Era Revolusi Industi 4.0 Diakses
dalam file:///C:/Users/hp/Downloads/164-340-1-SM.pdf, Diakses pada tanggal 2
Desember 2022, Pukul 08.55 WIB.
Andrew, Pengertian Revolusi Industri 4.0. Diakses dalam https://www.gramedia.com/best-
seller/revolusi-industri-4-0/, Diakses pada hari Rabu, pada tanggal 07 Desember 2022,
pada pukul 16.11 WIB.

1.12. Usulan Buku


1. Dewi Salma & Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Grup 2007.
2. Fatah Sulaiman, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, Tuntutan, Kompetensi dan
Tantangan. Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2020.

3. Halimatussah’diyah, Strategi Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0. Surabaya: Jakad


Media, 2014.
4. Homrighausen, E.G, Pendidikan Agama Kristen Jakarta : BPK-GM, 2008.
5. Iris. V. Cully, Dinamika Pendidikan Agama Kristen Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2015.
6. J.M. Nainggolan. Strategi Pendidikan Agama Kristen Jakarta : Generasi Infomedia, 2008.
7. Jansen Sinamo, 8 Etos Keguruan. Jakarta: Institut Darma Mahardika, 2010.
8. Jon Riahman Sipayung, Tema-Tema Kontemporer sebuah Refleksi Teologis Biblis.
Medan: Sinarta, 2020.
9. Khoe Yao Tung, Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen yang Berhati Gembala
“Mempersiapkan Sekolah dan Pendidik Menghadapi Tantangan Global pada Masa Kini.
Yogyakarta: Ikapi, 2016.
10. Novan Ardy Wiyani Etika dan Profesi. Yogyakarta: Gava Media, 2015.

11. Otib Satibi Hidayat, Pendidikan Karakter Anak Sesuai Pembelajaran Abad 21. Jakarta:
Ikapi, 2021.
12. Perry G. Downs, Teaching for Spiritual Growth America: Publishing House, 1994.
13. Robert, Sejarah dan Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen
Plato sampai I Loyola Jakarta : BPK-GM, 2006.
14. Sukartono, “Revolusi Industri 4.0 dan Dampaknya Terhadap Pendidikan Di Indonesia,”
FIP PGSD Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018, 1–21.
15. Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2013.
16. Thomas H. Groome, Christian Religious Education. Jakarta: Gunung Mulia 2010.
17. W. Poespoprodjo, Filsafat Moral. Bandung: Pustaka Grafika, 1999.
18. Klaus, Schwab. Revolusi Industri ke Empat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019.
19. Igrea, Siswanto. Internet (Pelayanan Sekolah Minggu). Yogyakarta: Andi, 2008.
20. Junihot, Simanjuntak. Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Andi,
2013.

1.13. Nama-Nama Kelompok II:


1. Desy Novita Br Perangin-Angin
2. Natalia Rehulina Br Ginting
3. Selvi Saina Ansita Br Kaban
4. Tulus Frandika Sagala

Anda mungkin juga menyukai