perpustakaan sekolh, atau di salah satu ruang kecil saja, bahkan ada yang
mengajar di gang yang terdapat di sekolah.
C PAK Dalam Konteks Masyarakat Indonesia
Pendidikan Agama Kristen di Sekolah haruslah mengarahkan kepada
keterbukaan. Ada empat prinsip utama dari Pendidikan Agama Kristen yaitu,
Learning to know, Learning to do, Learning to be, Learning to live together.1
D Tantangan dan pergumulan yang dihadapi oleh Gereja
Gereja sadar bahwa dunia ini kini terlibat pula dalam suatu krisis yang
hebat. Umat manusia seakan-akan berlomba-lomba untuk saling membinasakan.
Gereja seolah-olah kehilangan daya dan semangat untuk membarui dirinya
sendiri senantiasa. Seakan-akan tak sanggup lagi melahirkan anak-anak Tuhan
yang sejati, yang hidup dalam percaya dan yang mempengaruhi lingkungannya
karena kuasa Roh Kudus yang mendiami mereka itu. 2
Dalam kurikulum, tujuan pengajaran PAK disebut kompetensi yang didasari oleh
nilai-nilai kristiani. PAK adalah mata pelajaran yang bermuatan ranah afektif dan
psikomotorik lebih besar daripada kognitif, sehingga melalui PAK, siswa mengalami
perjumpaan dengan Allah lewat Yesus Kristus, Sang sumber nilai-nilai yang
membawa perubahan dalam diri anak.
B. Kualitas dan Peranan Guru
Menjadi seorang guru harus memiliki kompetensi Pedagogi, Kepribadian,
Sosial dan Profesional. Secara khusus untuk Guru Pendidikan Agama Kristen ialah
Kepemimpinan. Seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
isi iman Kristen. Ia harus mengenal Alkitab dengan baik. Untuk itu ia sendiri perlu
dididik dan dilatih sebelum ia mengajar orang lain. 4 Untuk itu guru hendaknya
memahami prinsip-prinsip bimbingan dan menerapkannya dalam proses belajarmengajar.5
Guru yang baik adalah guru yang apat menimbulkan minat dan semangat
belajar siswa-siswa melalui mata pelajaran yang diajarkannya, Memiliki kecakapan
untuk memimpin,dapat menghubungkan materi pelajaran dengan pekerjaanpeerjaan praktis. Dalam hal hubungan siswa dengan guru, yaitu guru yang dicari
oleh siswa untuk memperoleh nasihat dan bantuan, mencari kontak dengan siswa di
luar kelas, memimpin kegiatan kelompok, memiliki minat dalam pelayanan sosial,
membuat kontak dengan orang tua siswa. Sikap professional, yaitu guru yang
ukarela untuk melakukan pekerjaan ekstra, dapat menyesuaikan diri dan sabar,
memiliki sikap yang konstruktif dan rasa tanggung jawab, berkemauan untuk melatih
4 Homrighausen, Enklaar. Pendidikan Agama Kristen ( Jakarta : BPK Gn, Mulia, 2015)
h. 165
5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta,
2010) Hal: 97-100
4
diri, memiliki semangat untuk memberikan layanan kepada siswa, sekolah dan
masyarakat.6
C. Sarana dan PraSarana Pendidikan
a. Alat pelajaran adalah alat alat yang di gunakan untuk merekam rekam bahan
pelajaran atau alat pelaksanaan kegiatan belajar.
b. Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan
( mewujudkan, menjadikan terlihat ) objek materi pelajaran ( yang tidak tampat
mata atau tak terinra atau susah untuk diindra )
c. Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara
dalam proses pembelajaran.ada 3 jenis media yaitu audio, visual, dan audio
visual.7
agamanya,
yang
dilaksanakan
sekurang-kurangnya
melalui
mata
pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. 8 Tujuannya untuk
6 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta,
2010) h. 100-101
7 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010 )
h.114
8 Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 (diunduh tgl 12 Maret; 18:37)
5
E.G.
pada persekutuan umat Tuhan.14 Menurut Warner C. Graedorf PAK adalah Proses
pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan
bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua
tingkat pertumbuhan dalam setiap aspek kehidupan, dan melengkapi mereka bagi
pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah
yang mendewasakan pada murid Menurut Martin Luther PAK adalah pendidikan
yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin
menyadari dos mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang
memerdekakan. 15
Jadi, Pengertian pendidikan agama Kristen adalah kegiatan politis bersama
pada peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi
perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen,
dan visi kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita. 16
B. Hakikat PAK
Hakikat PAK adalah usaha yang dilakukan secara kontinu dalam rangka
mengembangkan kemampuan para siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus
dapat memahami dan menghayati kasih Allah didalam Yesus Kristus yang
Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung
jawab dibawah kedaulatan Allah.19
menjadi
potensi kekuatan tetapi juga menjadi ancaman dan sumber malapetaka bangsa.
Untuk itulah persatuan dan kesatuan bangsa harus terus diperjuangkan dan tidak
bisa ditawar-tawar lagi. Ini adalah tugas seluruh bangsa Indonesia yang terdiri dari
berbagai golongan, suku, ras dan agama. 20
B. Kemajemukan Aliran Keagamaan
Indonesia kaya akan aliran-aliran keagamaan yang di akui oleh pemerintah
maupun lembaga-lembaga keagamaan. Islam misalnya ada NU, Muhammadyah,
dan lain-lain. di Kristen ada Protestan, Metodhist, Advent, Bala Keselamatan, Baptis,
Pentakosta, Injili dan Kharismatik. Supaya semua dapat rukun bersama dalam
wadah kesatuan RI, maka pemerintah pun mengatur pergaulan antar agama.
Semua itu dilakukan agar heterogenitas agama-agama di Indonesia dapat hidup
rukun dan damai.21
C. Sensitivitas Keagamaan
19 Drs.Paulus Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktik PAK, yoyakarta: Andi. 2006 Hal 2-4
20 John M. Nainggolan, PAK dalam Masyarakat Majemuk (Bandung : Bina Media
Informasi, 2009) hal.43-44
21 John M. Nainggolan, PAK dalam Masyarakat Majemuk (Bandung : Bina Media
Informasi, 2009) hal.44
10
tersebut, dapat bersatu dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. 31 Bhineka Tunggal
Ika adalah suatu semboyan nasional yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu.
Semboyan ini lahir sebagai refleksi atas realitas kemajemukan bangsa, sekaligus
sebagai jawaban agar kemajemukan itu tidak memicu disintegrasi, tetapi justru
menjadi tiang-tiang penyangga bagi hadirnya sebuah bangsa yang kukuh.
Jika
kita merujuk pada pasal 28E ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : Setiap orang bebas
memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali dan Pasal 28E ayat
(2) menyatakan. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya .
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan
agama dan pendidikan keagamaan, disebutkan bahwa: pendidikan agama berfungsi
membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan
hubungan inter dan antar umat beragama (Pasal 2 ayat 1).
B. Dasar teologis
1. Allah sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan
Dasar teologis yang pertama adalah apa yang kita baca terutama dalam kitab
Kejadian pasal 1-11, tetapi juga dalam banyak bagian Alkitab yang lain, yaitu
pengakuan iman bahwa Allah adalah penciptaan alam semesta dan manusia
adalah makhluk ciptaan-Nya. Dalam peristiwa penciptaan, sesudah Allah
menciptakan Adam, Allah menempatkan manusia di taman Eden dan berfirman:
tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
yang sepadan dengan dia (Kej 2:18).
2. Manusia sebagai makhluk fana yang dapat mati
Manusia sering kali disebut sebagai daging. Maksudnya, bukan pertama-tama
mengungkapkan aspek kejasmanian manusia, melainkan aspek kerapuhannya
sebagai mahluk fana yang dapat mati.
3. Umat Allah sebagai pelayan kebersamaan manusia
Pada akhir Injil Matius kita menjumpai pasal yang terkenal mengenai
penghakiman terakhir (Mat 25:31-46). Menarik sekali bahwa di sini Yesus
mengidentifikasi pelayanan kepada-Nya dengan pelayanan kepada mereka yang
tersisih dalam masyarakat.
4. Gambaran Kristus sebagai Hamba-Mesias
Dasar teologis yang keempat adalah bagaimana kita memandang Kristus.
Umumnya kita menganggap bahwa pembicaraan mengenai Kristus dalam dialog
antara agama selalu akan mengalami jalan buntu karena agama lain tidak dapat
menerima keilahian Kristus.
5. Makna keselamatan dalam kehidupan bersama dengan yang lain
Pokok keselamatan yang menjadi dasar teologis yang kelima
dalam
pembicaraan ini, ternyata adalah sesuatu yang sangat sensitive bagi orangorang Kristen di Indonesia dalam percakapan yang berkaitan dengan
kemajemukan agama. Keselamatan dalam Alkitab tidak bisa diartikan hanya
15
mutlak bersifat partikularistik. Didalam Alkitab juga jelas bahwa keselamatan juga
mengandung makna universalistik.32
17
sengaja untuk mempengaruhi peserta didik untuk masuk ke dalam satu organisasi
gereja tertentu, termasuk gereja guru yang bersangkutan. 34
34 Hlm. 64-67
18
19
20
kepada orang yang berbeda agama adalah pendekatan dialogis. Dialog beranjak
dari anggapan bahwa tiap-tiap agama mempunyai tuntutan mutlak yang tidak
dapat dipungkiri. Pendekatan dialog bukan berarti penyelarasan semua
keyakinan melainkan pengakuan bahwa tiap-tiap orang beragama memiliki
keyakinan yang teguh dan mutlak
B. Model PAK yang Multikutur dan Inklusif
Pendidikan multicultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang
keanekaragaman cultural, hak-hak asasi manusia, serta pengurangan atau
penghapusan berbagai jenis prasangka untuk membangun suatu kehidupan
masyarakat yang adil dan maju. Pendidikan multicultural juga dapat diartikan
strategi/perencanaan untuk mengembangkan kesadaran akan kebanggaan
seseorang terhadap bangsanya. Di Indonesia pendidikan multicultural relative
baru dikenal sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi
masyarakat Indonesia yang hetrogen, plural, terlebih pada masa otonomi dan
desentralisasi yang diberlakukan sejak 1999.
Pengertian inklusif digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk membangun
dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka; mengajak
masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar
belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya.
C. Contoh Model PAK yang multikultur dan inklusif
Untuk mendisain Pendidikan multicultural secara praktis memang tidak mudah.
Akan tetapi untuk mewujudkan pendidikan multicultural maka perlu diperhatikan
dua model, Dial dan Toleransi.
D. Contoh PAK yang Inklusif
Untuk membebaskan murid dari sekat-sekat primordial, pendidikan agama harus
inklusif. Metode dialogis dan tidak indoktrinatif, mengajak murid untuk
22
36
35 Supardi & Darwyan syah. Perencanaan Pendidikan. (Jakarta: Diadit Media). Hal:
2
36 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran.
(Jakarta: Kencana. 2006). h: 126
23
kebutuhan
peserta
didik
yang
yang
hidup
berpadanan
atau
berdampingan dengan orang lain, sehingga dari bekal pendidikan itu peserta
didik mampu memahami dan menempatkan diri secara realistis, kritis, dan
kreatif dalam setiap situasi yang dihadapi. Pendidikan Agama Kristen tidak
boleh membawa peserta didik menjadi introvert melainkan ekstrovert, artinya
mampu menempatkan dirinya sebagai orang percaya ditengah-tengah
lingkungannya.37
2) Strategi Pembelajran learning to life together (hidup dalam kebersamaan)
Strategi ini mengajarkan agar peserta didik membangun saling percaya. Jika
tidak maka akan terjadi konflik dalam masyarakat. Pendidikan Agama Kristen
bertujuan untuk mendorong agar peserta didik dapat menghayati gaya hidup
Kristiani melalui keterlibatannya dalam berbagai kehidupan di sekolah, di
keluarga ataupun di lingkungannya.
3) Strategi Pembelajaran Melalui Penelaan Firman Tuhan
Pendidikan Agama Kristen hendaknya dapat membawa peserta didik untuk
memahami Firman Allah
Bentuk strategi pembelajaran kelompok ini siswa diajar oleh seorang guru
atau beberapa guruStrategi ini membentuk pola, tatanan dan nilai-nilai
kebersamaan untuk saling membutuhkan sehingga terjadi kerja sama yang
baik antara pribadi siswa dan siswa yang lain.
ada
pada
komunikasi
atau
dialog
yang
perlu
terus
berikut: pendidikan agama kita selama ini ditengarai masih berpusat pada hal-hal
yang bersifat simbolik, ritualistik dan legal formalistik, pendidikan agama kita
cenderung bertumpu pada penggarapan ranah kognitif atau paling banter hingga
ranah afektif, dan pendidikan agama di sekolah selama ini tidak berhasil
meningkatkan etika dan moralitas peserta didik .
DAFTAR PUSTAKA
Robert P. Borong. Berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia. Jakarta: BPK.
1998
Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan, Bandung. BMI, 2009.
John M. Nainggolan. PAK dalam Masyarakat Majemuk. Bandung : Bina Media
Informasi. 2009.
Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional. Surabaya : Alumni. 2005.
A.M. Hendropriyono. Terorisme : Fundamentalis, Kristen, Yahudi, Islam.Jakarta :
Kompas Gramedia. 2009.
Abdul Munir Mulkhan. Dialektika Agama dan Kebudayaan Bagi Pembebasan,
dalam Dinamika Kebudayaan dan Problem Kebangsaan. Yogyakarta : LeSFI.
2011.
Zuhairi Misrawi. Pandangan Muslim Moderat : Toleransi, Terorisme dan Oase
Perdamaian. Jakarta : Kompas Gramedia. 2010.
Heuken. 2004. Ensiklopedi Gereja Jilid 2: C-G. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.
Van Den End. 2009. Ragi Carita 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
De Jonge. 2014. Menuju Keesaan Gereja: Sejarah Dokumen-dokumen dan Tematema Gerakan Oikumenis. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Sairin, Weinata. 2006. Kerukunan Umat Beragama: Pilar Utama Kerukunan
Berbangsa. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Akira. Menggali Nilai-nilai Budi Pekerti Dalam Keterbukaan. 2011.
Ismael, Andar. 2010. Ajarlah Mereka Melakukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hadinoto, N.K. Atmadja. 2011. Dialog dan Edukasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Stefanus, Daniel. 2009. Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan. Bandung: BMI.
28
Damarputera, Eka. 2003. Iman dan tantangan Zaman. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Persekutuan_Gereja-gereja_di_Indonesia/.
29