Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Motivator


Dalam Membentuk Karakter Siswa Di SMP Kristen Anugerah
Langgur

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah PAK Kemajemukan

Oleh :

NAMA: EMA MAGDALENA RUMATORA


NIM : 1520196009
KELAS : A (TUAL-MALUKU TENGGARA)

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) AMBON


PROGRAM STUDI PASCASARJANA PAK
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Abstrak
Kondisi yang tidak dapat dibendung saat ini, di mana perkembangan terus terjadi
tanpa memperhatikan etika, moral dan karaktermanusia,
makasangatlahdiperlukanperandariberbagaipihaktermasuk dan teristimewa guru
Pendidikan Agama Kristen dalam mengontrol siswa yang terbawa arus oleh
perkembangan tersebut. Tentu halini, diperlukanperan guru yang
sangatseriusuntukmembentukkaraktersiswa yang baik dan terpuji. Kita
sadarbahwasaatinisebagianbesarsiswakitamengalamimasalahkrisiskarakter, di mana
merekatidakterkontrol oleh pengaruhperkembanganIlmuPengetahuan dan Teknologi.
Namun, besarharapankitabahwadenganperanan guru Pendidikan Agama Kristen
makakekuatiranituakanterjawab. Oleh karenaitu, Guru Pendidikan Agama Kristen
diharapkan agar melaksanakantugasnyadengansungguh-
sungguhsesuaidengantujuanpendidikan dan pembelajaranyaknimembentuk dan
menciptakangenerasi yang berakhlakmulia, bertanggungjawab dan memilikikarakter
Kristus.
Tanggung jawab guru adalah membantu peserta didik agar dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya secara maksimal. Potensi peserta didik yang harus dikembangkan bukan hanya
menyangkut masalah kecerdasan dan keterampilan, melainkan menyangkut seluruh aspek
kepribadian. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki pemahaman atau kemampuan dalam
bidang belajar dan pembelajaran tetapi juga dalam memotivasi peserta didik. Guru Pendidikan
Agama Kristen (PAK) berperan dalam mengajarkan nilai-nilai spritual dan memotivasi peserta
didiknya. Guru PAK harus memahami konsep- konsep motivasi sehingga mampu berfungsi
sebagai fasilitator perkembagan peserta didik, baik yang menyangkut aspek intelektual,
emosional, sosial, maupun mental spiritual.

Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Kristen, Motivator, Karakter Siswa


Abstract

Conditions that cannot be stopped at this time, where development continues to occur
without regard to ethics, morals, and human character, it is very necessary to play the role of
various parties including andespecially the Christian Religious Education Teachers in
controlling students who are carried away by these developments. Of course this requires the
role of a teacher who is very serious to shape the character of students who are good and
commendable. We realize that most ofour students experience the problem of character crisis,
where they are not controlled by the influence of the development of Science and
Technology.However, we hope that with the role of Christian Religious Education Teachers, the
concerns will be answered. Therefore, Christian Religious Education Teachers are expected to
carry out their duties seriously in accordance with the goals of education and learning namely to
form and create generations of noble, responsible and Christian characters.

The teacher's responsibility is to help learners to develop their full potential. Potential
learners that must be developed not only concerns the problem of intelligence and skills, but
concerns all aspects of personality. Teachers are not only required to have an understanding or
ability in the field of learning and learning but also in motivating learners. Christian Education
Teachers (CET) play a role in teaching spiritual values and motivating learners. Christian
Education teachers must understand the concepts of motivation so that they can function as
facilitators of development of learners, whether involving the intellectual, emotional, social, and
mental spiritual aspects.

Keywords: Teacher, Christian Education Teacher, Motivator,Character students


Pendahuluan
Seperti kita ketahui bersama, guru memiliki tiga peran utama yaitu sebagai pengajar, pelatih,
dan pendidik. Sebagai pengajar, guru bertugas menyiapkan rencana pembelajaran, menyajikan
program sampai melakukan evaluasi ketuntasan program pengajaran. Sekiranya ketuntasan itu
belum tercapai maka guru wajib melakukan remedial. Sebagai pelatih, guru wajib membekali
peserta dengan keterampilan-keterampilan yang akan mendukung kemampuan kognitif peserta
didik untuk menunjang masa depannya kelak, Sebagai pendidik, guru berkewajiban membekali
peserta didik dengan nilai dan sikap tingkah laku yang sesuai dengan norma agama dan hukum
negara. Tugas mendidik sesuai dengan norma agama tentu tidak harus menjadi guru agama saja,
tetapi semua guru bidang studi apa pun memilki kewajiban yang sama dalam hal ini.
Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) sebagai bagian tujuan pendidikan nasional yang
telah dan harus dipersiapkan secara khusus dalam proses pendidikan teologi hendaknya melalui
proses belajar mengajar dapat menanamkan motivasi dan keyakinan kepada peserta didiknya
menyangkut seluruh unsur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, yaitu aspek fisik,
psikologis, intelektual, sosial, serta mental-spiritual.
Dalam tulisan ini akan diuraikan bahwa peran guru Pendidikan Agama Kristen mempunyai
peran yang strategis sebagai motivator dalam rangka meningkatkan kegairahan dan
pengembangan prestasi anak didik, merangsang dan memberikan dorongan serta
mendinamisasikan potensi peserta didik sehingga menumbuhkan kepercayaan diri dan
memahami tujuan yang harus dicapai.
Walaupundemikian, patutkitasadaribahwaadabanyakfaktor yang terlibatdalam proses
pembentukankaraktertersebut, salah satunyaadalahperan guru Pendidikan Agama
Kristen yang efektif dan inovatif.

Perkembanganilmupengetahuan dan teknologi atau perubahan zaman, tidak menjadi


alasan bagi para pendidik untuk tidak mengajarkan Pendidikan Agama Kristen dan
melakukan perannyasebagai motivator yang dipercayakan oleh Allah dalam mendidik
dan membentuk karakter siswa.Sebab itu, aktivitas Pendidikan Hal ini ditekankan oleh
Robert Robianto mengatakan “pendidikan berkualitas.Begitulah harapan bangsa in
i.Sejatinya, kualitas salah satunya dapat diukur dari saratnya budi pekerti yang
disampaikan.Apakah pendidikan seperti in imendukung lahirnya negara yang bersih
dan aman?”2Artinya, guru harusjelidalammengajarkan PendidikanAgama Kristen,
tidaksekadarmengajartetapibagaimana guru menekankanperannyadalammendidik,
membentuk dan membinakaraktersiswa.

NaningDwiWahyuni dan Sri Rejeki. 2014. “Pola Pendidikan KarakterUsia Dini Di TK Pertiwi XVI

KecamatanPundongKabupaten Bantul T.P. 2013/2014” BahanCeramah pada hari Rabu, 13 Agustus 2014.
2
Robert Robianto. 2017. “Pendidikan Budi PekertiMengikisKorupsi”. BAHANA, Vol. 217, Mei 2009, hlm.8.

Bagaimanahalinibisatercapai? Guru harusmelakukangerakanpendidikankarakter


yang dimulaidaridirinyasendiri,
yaknimenjadicontohbagisiswa yang kemudiandidukung oleh keluarga, gereja dan
masyarakat. Keluarga, sekolah dan gerejaadanyakerjasama yang baik, komunikasi yang
baikantarasekolahdengan orang tuasiswa dan
dengangereja.Dariketigalembagatersebut, yang paling utamaadalahkeluarga.
Pembahasan
Permasalahan yang dialami oleh para peserta didik di sekolah sering kali tidak dapat
dihindari meski dengan proses belajar dan pembelajaran yang sangat baik. Hal tersebut
disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan dan pergumulan hidup peserta didik baik
yang timbul dari lingkungan sekolah maupun yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah.
Dalam hal ini permasalahan dan pergumulan peserta didik tidak boleh diabaikan begitu saja
misalkan, hal-hal yang berkaitan moral, karakter, budi pekerti perilaku peserta didik. Apabila
para peserta didik tersebut belajar sesuai dengan kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang
jelas maka upaya belajar peserta didik tersebut tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi
tantangan kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks yakni merosotnya pemahaman nilai-
nilai spiritual, moral, karakter. Akibat hal tersebut timbul masalah-masalah yang berkaitan
dengan pergaulan yang tidak sehat, terjadinya perkelahian, pengaruh narkoba, luka batin, dan lain
sebagainya.
Bahkan ada hal yang paling sederhana saja yang perlu mendapat perhatian saja kadang kala
masih terabaikan yaitu dalam hal peserta didik untuk mengelola waktu. Dalam hal ini jika
pengelolaan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan
dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan peserta
didik dalam mengikuti proses belajar dan pembelajaran yang berkait erat dengan prestasi belajar.
Disinilah kehadiran motivator diperlukan untuk mendampingi mereka agar mereka menyadari
kekeliruan atau kekurangannya.
Tanggung jawab guru adalah membantu peserta didik agar dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya secara maksimal. Potensi peserta didik yang harus dikembangkan bukan hanya
menyangkut masalah kecerdasan dan keterampilan, melainkan menyangkut seluruh aspek
kepribadian. Sehubungan dengan hal tersebut, guru tidak hanya dituntut untuk memiliki
pemahaman atau kemampuan dalam bidang belajar dan pembelajaran tetapi juga dalam bidang
memberi dorongan untuk mencapai tujuan. Terlebih bagi mereka yang mengalami misalnya,
patah semangat, keputusasaan, kegagalan, peran motivator sangat diperlukan agar mereka dapat
bangkit kembali.
Berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki seorang guru Pendidikan Agama Kristen (PAK)
dalam mengajarkan nilai-nilai spritual, guru PAK memiliki peran yang sangat strategis sebagai
motivator bagi peserta didiknya karena berkait erat dengan pendekatan secara psikologis terhadap
peserta didik. Oleh sebab itu, hendaknya guru PAK memahami konsep-konsep dalam memberi
dorongan sehingga diharapkan mampu berfungsi sebagai fasilitator perkembagan peserta didik,
baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial, maupun mental spiritual.
Esther Rela Intarti- Guru Pendidikan Kristen Sebagai Motivator

1. Hakikat Pendidikan Agama Kristen


Pendidikan Agama Kristen adalah suatu usaha untuk membentuk dan membimbing peserta
didik tumbuh dan berkembang mencapai kepribadian yang utuh mencerminkan manusia sebagai
gambar Allah yang memiliki kasih dan ketaatan kepada Tuhan, kecerdasan, keterampilan, budi
pekerti luhur, kesadaran untuk memlihara dan melestarikan lingkungan hidup, bertanggung jawab
dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara.
Nuhamara (2009: 25) mengatakan bahwa PAK adalah suatu usaha pendidikan. Oleh karena
itu, ia merupakan usaha yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan, apa pun bentuknya. Ini
tak berarti bahwa pendidikan hanya terbatas pada pendidikan formal baik di sekolah atau di
dalam gereja, melainkan juga pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan sosialisasi yang
disengaja.
Homrighousen (2013: 23) mengatakan bahwa hakikat pendidikan agama Kristen
sebenarnya memuat dua hal pokok yaitu aspek pengajaran dan pengalaman yang menjadi satu
kesatuan. Aspek pengajaran meliputi pengetahuan yang diberikan oleh pendidik berupa teori
pokok iman Kristen. Aspek pengajaran ini untuk membangun kepercayaan Kristen dalam diri
peserta didik. Aspek pengalaman meliputi praktik atas teori pengajaran yang telah diterima.
Dengan demikian dari beberapa pandangan PAK di atas dapat disimpulkan bahwa PAK
adalah usaha mendidik serta mengajar berdasarkan firman Allah kepada peserta didik yang
disesuikan dengan kebutuhan hidup agar dapat memahami dan menghayati nilai-nilai kristiani
serta mengaplikasikannya dalam kehidupan baik melalui kata-kata, sikap, dan perilaku.

Hakikat Motivasi
Secara etimologi kata motivasi berasal dari kata motif yang berarti ’segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu’. Istilah motivasi berasal dari bahasa
Latin movere yang bermakna ’bergerak’, istilah ini bermakna mendorong, mengarahkan tingkah
laku manusia.
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu
menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti
menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara
tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif dan kecenderungan
mendapat kesenangan. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan
demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap
sesuatu. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku. Lingkungan sekitar harus menguatkan
(reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan- kekuatan individu.
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang
mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.
Motivator adalah seseorang yang memberikan motivasi atau semangat baik kepada individu,
organisasi, atau perusahaan dengan tujuan dapat meningkatkan semangat dan kualitas hidup.
Menjadi seorang motivator tidaklah mudah ia harus tahu bagaimana menarik simpati orang
dengan kata-katanya.
Esther Rela Intarti- Guru Pendidikan Kristen Sebagai Motivator

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri peserta didik yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah
kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar. Proses pembelajaran akan berhasil manakala peserta didik
mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar
peserta didik. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga terbentuk perilaku belajar peserta didik
yang efektif. Secara umum motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi Ektrinsik.
1. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
2. Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Peran Guru Pendidikan Agama Kristen


Pengertian peranan itu secara umum ialah pengaruh besar terhadap tindakan yang. ingin
dilakukan oleh seorang individu dalam rangka mengarahkan, membimbing, dan menentukan
seseorang pada suatu pilihan yang mendasari tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan pemahaman di atas, maka peranan guru Pendidikan Agama Kristen bukan
hanya memberikan pengajaran dan bimbingan di bidang Pendidikan Agama Kristen kepada
peserta didik, tetapi tujuan yang ingin di capai adalah untuk mengembangkan dan menumbuhkan
iman, sikap, dan tindakan sesuai dengan kesaksian Alkitab di dalam kehidupan peserta didik
sehari-hari.
Guru merupakan sentral dalam kegiatan pendidikan dan harus memahami hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan tersebut. Guru selain mengajarkan ilmu pengetahuan juga sebagai
penggganti orang tua di sekolah, siswa.
Guru umum sangat berbeda dengan guru Pendidikan Agama Kristen, dimana guru PAK
harus mampu menanamkan nilai-nilai etika Kristiani kepada peserta didiknya hal itulah yang
menjadi letak perbedaan Guru PAK dengan guru umum.
Guru Pendidikan Agama Kristen harus menyadari peranannya yang sangat istimewa itu,
guru dianggap ahli dan dipercayai oleh siswa dalam hal
menyampaikan mengajar, sebab itu guru harus mempunyai pengetahuan cukup tentang isi pokok-
pokok iman Kristen yang terdapat di dalam Alkitab dan mempunyai hasrat sejati untuk
menyampaikan pokok-pokok ajaran Kristen.
Boehlke (2000: 698) mengatakan, ”Guru Pendidikan Agama Kristen Adalah seorang
penganjur, pengalaman belajar yang siap memanfaatkan berbagai sumber buku, peralatan,
peryataan, objek dan sebagainya guna menolong orang lain bertumbuh dalam pengetahuan iman
Kristen dan pengalaman percaya secara pribadi”.

Esther Rela Intarti- Guru Pendidikan Kristen Sebagai Motivator

Selanjutnya Homrighausen dan Enklaar (2005:164) Mengatakan, “Bahwa guru PAK adalah
seorang penginjil, yang bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap orang pelajarnya kepada
Yesus Kristus. Tujuan itu ialah supaya mereka sungguh-sungguh menjadi murid-murid Tuhan
Yesus, yang rajin, dan setia. Guru tak boleh merasa puas sebelum anak didiknya menjadi orang
Kristen yang sejati”.
Guru PAK dikatakan sebagai tenaga pengajar yang berkompetensi dalam bidang pengajaran
Pendidikan Agama Kristen dengan menyampaikan pengetahuannya kepada peserta didik agar
peserta didik tersebut mengenal Tuhan Yesus Kristus dan imannya makin dewasa.
Menurut Serrano (2009: 37) guru Pendidikan Agama Kristen adalah guru Pendidikan Agama
Kristen yang melaksanakan tugas mengajar dan mendidik di bidang PAK dengan mengandalkan
kemampuan dan karakter yang tinggi yang mengacu pada sosok Yesus sebagai Guru Agung.
Guru PAK adalah seorang yang memberikan ilmu pengetahuan tentang agama Kristen yang
berdasarkan Alkitab, berpusat pada Yesus Kristus, dan bergantung pada Roh Kudus kepada
peserta didik dalam kegiatan belajar- mengajar, agar para peserta didik dapat mengenal Allah dan
kasih-Nya yang dilakukan dalam bentuk pengajaran, bimbingan, pelatihan, pembinaan, tuntunan
baik di dalam kelas maupun di luar kelas serta bertanggung jawab atas perkembangan peserta
didik tersebut. Dalam hal ini seorang guru PAK bukan hanya memberikan pengajaran di dalam
kelas, tetapi juga di luar kelas yang berarti ia harus mencerminkan hidup dalam Kristus yang
patut diteladani oleh orang lain terutama para peserta didiknya.
Guru Pendidikan Agama Kristen adalah seorang sosok yang memberikan sejumlah
pengetahuan, membimbing dan pendidik serta menolong kepada seorang terutama kepada siswa-
siswi supaya memperoleh perubahan jasmani maupun rohani yang menjadi dasar teologis guru
sebagai pembimbing (Galatia 6:1-2, Mazmur 25:9), menurut Ismail (2004:163), walaupun PAK
dapat menjadi suatu mata pelajaran yang adalah bagian dari kurikulum nasional, hakikatnya
tidak sama dengan bidang studi atau ilmu pengetahuan lainnya. Suatu pengetahuan agama
mungkin saja diajarkan oleh siapa saja asal memiliki pengetahuan, tetapi di dalam PAK
diperlukan seorang yang memiliki iman kristiani yang matang dan dewasa sebab untuk mengajar
iman Kristen tidak cukup untuk bercerita atau berceramah ataupun berdiskusi saja, tetapi yang
terbaik adalah dengan metode berbagi pengalaman iman (sharing of faith) yang akhir dari
keyakinan pribadi dan telah di buktikan kebenarannya dalam pengalaman sendiri.
Seorang guru PAK juga mempunyai tugas sebagai gembala umat yang bekerja tidak sebatas
ruang dan jam kelas tetapi juga terlibat dalam kegiatan lain di luar jam pelajaran dan di luar
sekolah. Menurut Sidjabat (2009: 123) sebagai pembimbing, guru PAK mendengar kegelisahan
dan persoalan peserta didiknya, lalu bersama-sama mencari upaya mengatasinya dalam terang
Firman Tuhan serta pertolongan Roh Kudus. Secara sadar maupun tidak sadar, peserta didik
membawa masalah yang dihadapinya kedalam proses pembelajaran. Mungkin saja masalah itu
berkaitan dengan pola pikir, informasi yang terbatas, cara pengambilan kepautusan yang keliru,
kebiasaan moral atau kedangkalan spiritualitas.

Esther Rela Intarti- Guru Pendidikan Kristen Sebagai Motivator

Dari beberapa penjelasan tersebut, jelaslah bahwa untuk menjadi seorang guru PAK harus
memiliki iman percaya kepada Tuhan serta pengetahuan dan wawasan yang luas dalam
kependidikan, serta mengatasi setiap persoalan anak didiknya hanya dalam terang Tuhan serta
pertolongan Roh Kudus.
Menurut Homrighausen dan Enklaar (2013: 26) mengatakan “ bahwa dengan menerima
pendidikan itu segala pelajar muda dan tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan
Tuhan sendiri, dan oleh dalam dia mereka terhisap pula dalam persekutuan jemaat-Nya yang
mengakui dan mempermuliakan nama-Nya disegala waktu dan tempat, sedangkan menurut
Ismail (2004:163) mengatakan guru PAK tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga
pengasuh dan pembina, pendidik yang menyampaikan Injil bukan hanya dalam bentuk pelajaran
tetapi dalam keteladanan juga dinampakkan dalam hidupnya”.
Menurut Belandina (2009 : 1), guru PAK adalah guru yang menentukan dasar atau pondasi
bagi pengembangan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, prinsip belajar melalui
keteladanan sangat penting sehingga peserta didik tidak hanya kaya dalam pengetahuan agama,
tetapi mengalami, menyaksikan, dan meneladani sikap guru agamanya yang menjadi panutan
bagi sikap dan perilakunya.
Dari pengertian di atas maka ada alasan bahwa Guru Pendidikan Agama Kristen merupakan
seorang pengajar yang mempunyai pengalaman dalam
menyampaikan materi pelajaran yang dibuat dari berbagai sumber buku sebagai bahan untuk
pelajaran bagi anak didik yang dapat memberi pengetahuan Iman Kristen sehingga mereka
mempuyai Iman dan kepercayaan akan Kasih Allah dan Guru Pendidikan Agama Kristen juga
selalu siap menolong setiap orang dengan memberikan kasih karunia dari Allah yang
berkelanjutan.
Guru agama Kristen harus mengajari peserta didik, pertama, ajarlah untuk mempercayai
Alkitab (Yohanes 8:31-32). Allah tidak pernah berbohong karena firman Tuhan tetap teguh untuk
selama-lamanya (Mazmur 119:89). Mereka dapat mempercayai firman Tuhan karena firman
Tuhan tidak pernah berubah. Kedua, ajarlah mereka tentang baptisan air (Roma 6:4-6). Tuntutan
Allah kepada setiap orang Kristen baru adalah baptisan air. Ketiga, ajarlah mereka untuk
melayani Tuhan (Efesus 2:8-10). Sebagai orang tua, adalah hal yang menggetarkan ketika
melihat anaknya bersukacita melayani Kristus. Keempat, ajarlah mereka tentang kuasa doa.
Kristus pun menjadi teladan bagi semua orang bahwa di dalam doa ada kuasa yang berasal dari
Allah.
Guru agama Kristen berperan membentuk peserta didik yang memuliakan Kristus yang
adalah Tuhan dan Juru Selamat. Dengan Pendidikan Agama Kristen yang berlandaskan iman
kepada Kristus, para peserta didik dapat melihat terang dan iman kepada Yesus sebagai Allah
yang benar. Pendidikan agama Kristen tidak harus menjadi pendidikan yang eksklusif di tengah
dunia peserta didik, tetapi mengakar di setiap segi kehidupan.
Guru Pendidikan Agama Kristen sangat berperan dalam mengelola proses belajar mengajar
dan harus bertindak sebagai motivator dengan berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar
yang aktif dan mengembangkan bahan pengajaran yang baik dan dapat dinyatakan dalam tingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga yang memegang peran sentral dalam proses belajar
mengajar maksudnya disini adalah seorang guru harus dapat memilih, menerapkan,
memperhatikan, mengelola kegiatan belajar mengajar dengan baik untuk itu Guru Pendidikan
Agama Kristen dituntut untuk Profesional.
Esther Rela Intarti- Guru Pendidikan Kristen Sebagai Motivator

Sebagai guru Pendidikan Agama Kristen ada hal-hal yang penting khususnya dalam proses
pembelajaran agama yaitu:
1. Guru PAK sebagai pembimbing harus membuat catatan yang penting tentang diri siswa
untuk melengkapi catatan-catatan di sekolah supaya dapat digambarkan yang lebih baik
tentang diri peserta dalam mata pelajaran agama tersebut, sehingga guru PAK dapat
melihat sejauh mana guru tersebut mengetahui pemahaman peserta didik dalam
menerima pelajaran tersebut.
Guru PAK hendaknya mempelajari karakter peserta didIk dengan menggunakan dokumen
sekolah dengan melakukan usaha yang jujur dan memiliki sikap yang positif untuk
memahami diri peserta didik sebagai anak bimbingannya.
2. Guru PAK hendaknya dapat bekerja sama dengan guru-guru yang lain yang ada di sekolah
itu untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang peserta didik mengenai sikap,
moral, prestasi, dan masalah yang di hadapi mereka.
3. Guru PAK dapat mempelajari minat dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik yang
diperlukan peserta didik tersebut dan mempertimbangkannya dalam pelajaran dan dalam
berbagai kegiatan untuk kelancaran proses belajar mengajar berlangsung.
4. Bekerja dengan orang tua peserta didik untuk memahami sifat dan karakter peserta didik
tersebut dengan cara bekerja sama antara guru dengan orang tua peserta didik maka
peoses pembelajaran peserta didik akan berjalan dengan lancar.
5. Guru PAK dapat menyesuaikan diri sendiri, bahan pelajaran, kegiatan yang ada di sekolah
dan prosedur kelas dengan minta dan kebutuhan para peserta didik.
6. Guru PAK turut berkarya membantu peserta didik dalam usahanya membentuk
komunikasi dalam pergaulan yang lebih lancar antara guru dengan peserta didik.
Jadi, dari beberapa kutipan di atas, dapat diartikan bahwa pengertian guru PAK adalah orang
yang terpanggil dan bertanggung jawab dalam tugasnya, serta menjadi pondasi dalam
pengembangan karakter dan kepribadian peserta didik.
Peran Strategis Guru PAK Sebagai Motivator
Kompetensi yang dimiliki guru PAK dalam menyampaikan nilai-nilai kristiani kepada
peserta didik sangat memungkinkaan untuk berperan seperti menjadi orang tua kedua bagi
peserta didik dan berperan sebagai motivator. Peran guru PAK sebagai motivator akan menolong
setiap peserta didik yang sedang bermasalah dan jika memungkinkan dapat memberikan solusi
sehingga mereka dapat keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan juga bahwa guru PAK diharapkan mampu berperan sebagai motivator bagi peserta
didik baik secara individual maupun kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Seorang guru PAK diharapkan sanggup menjadi tempat curahan kesulitan peserta didik baik
dalam hal belajar atau masalah-masalah yang dihadapi oleh
peserta didik dengan menyuruh peserta didik menceritakan kembali sehingga peserta didik dapat
dibimbing untuk menemukan jalan penyelesaian.
Dengan demikian guru pendidikan agama Kristen dapat membimbing peserta didik dengan
memberikan nasihat yang berdasar pada kebenaran firman Tuhan. Sebab, firman Tuhan itulah
yang menjadi penuntun di setiap kehidupan. Seorang peserta didik yang sedang ada di masa
transisi sangat membutuhkan pengenalan akan Tuhan kita, Yesus Kristus, nasihat-nasihat tentang
kehidupan, dan pertolongan, agar mereka mengerti apa yang benar di hadapan Tuhan.
Guru PAK di lingkungan sekolah harus menasihati peserta didik untuk menjalin komunikasi
dan pergaulan yang sehat. Baik orang tua maupun guru sebaiknya menasihati anak untuk
menjalin pergaulan yang sehat. Memang, sejak kecil anak sudah diajar untuk tidak memilih-milih
teman, tetapi Alkitab memberikan nasihat-nasihat dalam menjalin sebuah persahabatan.
Biasanya, peserta didik mengalami masalah yang berkaitan dengan perilaku karena terus bergaul
dengan teman sekelompoknya. Oleh sebab itu, baik orang tua maupun guru hendaknya
mendorong anak-anak untuk masuk di lingkungan pergaulan yang sehat sehingga dapat menjalin
persahabatan di komunitas yang sehat pula.
Guru PAK harus memberikan pendampingan, perhatian, dan kasih yang tulus. Peserta didik
yang menghabiskan waktunya di sekolah hendaknya guru PAK yang berperan sebagai motivator
dapat memantau segala gerak-gerik aktivitas peserta didik di sekolah. Seperti yang telah
diungkapkan sebelumnya, guru PAK tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga membagikan
nasihat kehidupan, ajaran, keterampilan, pengalaman, member dorongan kepada siswa. Jika guru
menunjukkan pendampingan, perhatian, dan kasih yang tulus kepada peserta didik, tentu peserta
didik akan merasa dihargai dan memiliki semangat belajar yang tinggi di sekolah. Proses
motivasi yang baik oleh para guru PAK ini dapat mengantisipasi adanya permasalahan perilaku
pada peserta didik dan juga mencegah terjadinya kenakalan.
Guru PAK yang memberikan dorongan hendaknya harus memiliki kemampuan dasar yaitu
kedewasaan rohani-iman, yang ditandai dengan setia beribadah, baca Alkitab, berdoa,
mempunyai pengetahuan Alkitab serta wawasan yang luas; memahami dasar-dasar bidang
psikologi dan sosiologi, komunikatif, supel, pandai bergaul, terbuka, ceria, bisa dipercayai,
pandai menyimpan rahasia, tidak sombong rohani, rela berkorban, mempunyai sikap toleran,
simpati, empati terhadap orang lain, tegas, sabar, bersahabat, tidak menuduhdan memojokkan
mampu membangkitkan arti tujuan hidup.
Guru PAK harus mempunyai intergritas. Ini berarti, ia harus mempunyai kepribadian yang
utuh, keutuhan kepribadian; ketulusan dalam melayani, lurus, penuh kesetiaan dan tanggung
jawab serta mengaktualisasikan diri dengan baik, bisa dan selalu mengendalikan emosi; berpikir
positif, mampu mendengar suara
hati yang telah dikendalikan dan diterangi oleh Kristus; memiliki etika dan moral secara utuh.
Kepribadian yang demikian akan tercermin dalam realitas sehari-hari dan dilihat oleh peserta
didik. Hal-hal tersebut dapat diperlihatkan dengan kehidupan rohani yang dewasa, terus menerus
menggali dan menambah pengetahuan teologi, pengetahuan umum.
Guru PAK yang berperan sebagi motivator harus mempunyai persiapan diri dengan baik,
selain pendidikan teologi. Ini berarti ia harus mempunyai kepekaan yang tinggi, artinya dengan
hanya berada di dekat peserta didik atau sedikit berbicara dengannya, atau melihat perubahan
sikap ataupun raut wajah, dan lain-lain, guru PAK sudah tahu bahwa peserta didiknya
mempunyai pergumulan dan permasalah tertentu dalam dirinya. Sebagai motivator hendaknya
mempunyai pamahaman awal mengenai pribadi peserta didik, dengan cara mencari informasi
sebanyak-banyaknya tentang peserta didik, misalnya, keadaan keluarga, jumlah saudara,
pendidikan dan usaha orang tua, tempat tinggal, dan lain-nya.
Sebagai motivator, guru PAK dapat melakukan prapendekatan kepada peserta didik,
misalnya melalui telpon, e-mail, perkenalan biasa. Di samping itu, guru PAK harus membangun
persahabatan dan kepercayaan pada diri peserta didik sehingga ia dapat masuk dalam kondisi
peserta didik. Kadang kala karena sebagai guru PAK yang suka berbicara di depan kelas, guru
PAK yang melakukan motivasi lupa bahwa ia juga harus diam dan mendengar. Artinya, dalam
percakapan motivasi, terjadi percakapan saling membangun dan mendengar. Bahkan bisa saja
terjadi guru PAK yang berdiam diri, dan peserta didik yang terus berbicara mengenai segala
sesuatu yang ada dalam hidup dan kehidupannya.
Esther Rela Intarti- Guru Pendidikan Kristen Sebagai Motivator

Guru PAK harus mampu memahami pergumulan dan permasalahan tertentu pada diri
peserta didik, ia mengalami keputusasaan, kecewa, marah, berada dalam sikon krisis dan kritis,
kecewa, tanpa pengharapan, kurang bersahabat, curiga kepada orang lain dan lain sebagainya,
bahkan menganggap Tuhan menjauh darinya. Atas dasar itu, guru PAK sebagai motivator harus
mampu dalam proses pendampingan dan menghidupkan kembali semangat hidup dan kehidupan
peserta didik.
Dalam menghadapi permasalahan peserta didik, yang terpenting ialah hubungan kreatif
dengan Allah dalam Yesus. Roh Kudus hidup di dalam setiap orang yang percaya (Roma 8:9-11)
dan peran serta Roh Kudus merupakan sumber kemampuan yang tidak terbatas. Di antara semua
hal yang dikerjakan Roh itu, yang luar biasa adalah pembaruan sifat dan sikap seseorang. Buah
karya Roh Kudus tidak lain adalah pembaruan watak menuju kesehatan mental. Sifat- sifat baru
itu tidak melahirkan masalah, tetapi menyelesaikannya. Peserta didik perlu belajar untuk
memiliki sebuah hati yang bertobat, bangkit berdiri, dan
menjauhkan diri dari dosa. Biarkan darah Kristus menguduskan mereka (1 Yohanes 1:5-9),
berkarya bersama Allah untuk menghindari dosa yang sama, dan terus berusaha untuk hidup
kudus di hadapan-Nya.

1. Gerakan Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Membangun Karakter Siswa

Dasar pemikirangerakanpendidikankarakteratauperhatianutama Pendidikan


Agama Kristen ialahbahwaperilaku-perilakumenyimpang
yangsetiapharimembombardirkita, misalnyakekerasan, ketamakan, korupsi,
ketidaksopanan, penyalahgunaanobatterlarang, asusilaseksual, dan etikakerja yang
buruk, mempunyai inti yang samayaknitiadanyakarakter yang baik. Perilaku-perilaku
yang
terjadidilingkungansiswasaatiniharusmenjadiperhatianutamasekolahsebagailembagape
ndidikan, yang seharusnyamembentukkaraktersiswa. Thomas Lickonamengatakan
“tentusajapendidikankarakterbukanhanyatanggungjawabsekolah.
Iaadalahtugasbersamasemua orang yang bersentuhandengannilai-nilai dan kehidupan
orang muda, dimulaidengankeluarga, dan meluaskekomunitas- komunitasiman”. 3
Harapan untuk masa depanialah agar
dapatmengambiltindakanbersamauntukmeningkatkankarakteranak dan
karakterkitasebagaiorangdewasa dan
akhirnyakarakterkebudayaankitadimulaidarikeluarga yang
kemudiandilanjutkandengansekolah dan gereja.
7
B.S. Sidjabat. 2010. MengajarSecaraProfesional. (Bandung: Kalam Hidup), hlm. 105.
2. Dua Hal yang TidakDipisahkan: Peranan Guru PAK sebagai Motivator dalam
Pembentukan Karakter

Seorang guru Pendidikan Agama Kristen tidakbolehmengabaikanperannyasebagai


guru yang memilikitanggungjawabmembentukkaraktersiswanya.Artinya, guru
Pendidikan Agama Kristen tidakhanyasekadarmengajar,
melainkanmemberikankontribusi yang sangatberhargalebihdarisekadarmengajar,
yakniberusahamembentukkaraktersiswa.Duahalinitidakdapatdikotak-
kotakkanantaraperanan guru dengankarakter. Guru Kristen dapatberarti yang
mengajarprinsip dan praktisiman Kristen, atau guru yang beragama Kristen yang
mengajarpelajaranapasaja, namunfokusutamanyaadalahpembentukankarakter. Ada
banyakfaktor yang dapatmembentukkaraktersiswa, misalnyakondisi para siswa,
ketersediaansaranaprasarana, metodebelajar yang baik, dan peranan guru.

“Dari semuafaktortersebut guru adalahkompenen yang sangatpenting dan


perlumendapatkansorotan khusus”.4Artinya, guru memilikiperanan dan pengaruh
yang sangatdominandalammembentukkaraktersiswa,tidakhanyadipengaruhi oleh
situasi dan kondisimelainkanbagaimanaseorang guru menjadikandirinyasebagai model
bagisiswasehinggapengajarannya,
peranannyadapatberpengaruhsecarasignifikanterhadappembentukankaraktersiswa.

Di samping hal di atas, adaempathal yang


tidakkalahpentingdalammenjalankantugas dan tanggungjawabseorang guru
Pendidikan Agama Kristen yang harusdimilikinya, yaitusebagaiberikut:

A. Guru MemberikanDirinyaKepada Murid


Guru Pendidikan Agama Kristen
merupakanfaktorpentingdalammensukseskankegiatanbelajarmengajar. John M.
Nainggolan tanggungjawab guru PAK adalah “guru memberitenaga,
waktutanpapamrihkepada murid-murid-Nya setiahari. Inimerupakanhal yang biasa
yang dikerjakan oleh guru senantiasadalam hidupnya”.10
A. Hasan Saragih. 2008. “Kompetensi Minimal Seorang Guru DalamMengajar”.

5
Sardiman. 2007. Interaksi dan MotivasiBelajar-Mengajar. (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada), hlm. 125.

6
SyaifulBahriDjamarah. 2005. Guru dan Anak DidikdalamInteraksiEdukatif.(Jakarta: PT. RenikaCipta), hlm. 1.
“Gembalakanlahkawanandomba Allah yang adapadamu, jangandenganpaksa,
tetapidengansukarelasesuaidengankehendak Allah, dan
jangankarenamaumencarikeuntungan, tetapidenganpengabdiandiri (1 Petrus 5:2)”.

B. Guru MenjadiTeladanKepada Murid

Paulus sebagaiseorangpengajarmengatakankepadaTimotiusanakrohaninyabahwa
“Janganseorangpunmenganggapengkaurendahkarenaengkaumuda.Jadilahteladanbagi
orang-orang percaya, dalamperkataanmu, dalamtingkahlakumu, dalamkasihmu,
dalamkesetiaanmu dan dalamkesucianmu (1 Timotius 4:12)”.

C. Guru Membawa Murid Pada PerjumpaanDenganKristus

UntukbisamenemukanpribadiseseorangkepadaKristus,
makaseseorangharusmengenal dan mengertiterlebihdahuluhal-halberikut: “(1) Kristus
dan keselamatan (YesusSebagaiJuruselamat, Roma 3:23, Yohanes 3:16). (2) Pertobatan
dan iman (lahirbaru). (3) Kristussebabaipusatkehidupan. (4)
Memeliharapersekutuandengan Allah”.11

D. Guru Membawa Murid KepadaPerubahanHidup

Filosofis Pendidikan Agama Kristen menyadarkankepadakita,


perlunyapengajaran yang menekankanvisi dan misi, sepertiKristusdatangke dunia
yang memilikivisi dan misi yang jelasyaitumencari yang hilang, mencari orang
berdosauntukdiselamatkan.

11
HardiBudiyana. 2011. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen. (Surakarta: STT BeritaHidup), hlm. 234.
3. Membentuk Karakter Siswa SMP Kristen Anugerah Langgur

PengertiankaraktersecaraumumberbedadenganpengertiankarakterKristen.Karakte
r Kristen merupakankarakter yang
terbentukatasdasarpenyerahanhidupsepenuhkepadaTuhanYesusKristus.
MenurutArozatuloTelaumbanuadalambukunyamenjelaskanbahwakarakteradalah:

Watak, sikap, tindakanseseorang yang


keluardaridirinyauntukdilakukandenganbaikatauburuk.Begitu pula dengan siswa yang
berada di SMP Kristen Anugerah Mereka perlu diberikan motivasi melalui
pembinaan,pembimbingan secara kontinyu dan berkelanjutan agarkarak ter mereka
menunjukan bahwa mereka adalah anak Kristen yang dalam kesehariannya
menunjukan pola dan teladan Yesus didalam hidupnya yang ditunjukan melalui sikap
dan prilakunya.

Yang penulis maksudkan disini adalah karakter yang baik harus dibangun atas
dasar iman kepadaYesusKristus, jangan hanyakarakter yang baik-baiksaja yang
kitamiliki, tetapiiman yang menjadi dasarnya.12

Asumsitersebut di atasmenjelaskanbahwapengertiankarakter Kristen


adalahsebagaibenihrohani (nilaikehidupanrohani) yang tertanam di dalamdiri dan
batin orang percaya yang harusdibangunsecaraterus-
menerusatasdasarimankepadaYesusKristus dan persekutuanpribadidengan Allah
dalamkuasaRoh Kudus. Jadi, penulis berpendapat bahwaartikarakter yang
sebenarnyaadalahmenunjukkansiapakita yang sebenarnyaseperti yang
TuhanYesuskehendakidalamhidupkitauntukmenyatakankemuliaan Allah bagi dunia
ini, yaitujadilah garam dan terangdunia.

Pentingnya Karakter

Pentingnyakaraktertidakterlepasdarimanfaatkarakteritusendiri,
sebabdenganadanyakarakterseseorangmampumengambilkeputusandalamhidupnyaseb
agaimanusia yang
bertanggungjawab.BetapapentingnyakarakterdalamhidupmanusiasehinggaTuhanYesu
smengajak orang datangkepada-Nya dan belajarkepadaDia, sebabDialemahlembut
(Matius 11:28-30).
Manfaatkarakterdalamhidupmanusiadapatdijelaskandalamtigabagianpenting,
yaitusebagaiberikut:

12
ArozatuloTelaumbanua. 2015. Saya Pasti Bisa SepertiRajawali. (Sukoharjo:Born Win’s Publishing), hlm. 61.

A. BagiPribadi
ManfaatkarakterbagipribadisangatmenentukankehidupankitakepadaKristus. S.
H. Widyapranawamengatakan “jika orang Kristen ingin “miripsepertiKristus”
makahalitubarumungkinmelaluiperubahanradikal dan kehidupan baru”. 13Artinya,
karakterdapatmembangunpribadidengansecarasempurna,
yaknisamasepertikehidupanKristus. Selainitu, juga mencerminkankarakterKristus di
dalamkehidupanpribadi. DalamFilipi 3:17, berkata “Saudara-saudara,
ikutilahteladanku dan perhatikanlahmereka, yang hidupsamaseperti kami yang
menjaditeladanmu”. Artinya,
karaktermerupakanbuktikedewasaankitadalammenjalanikehidupanini.Danitulahpentin
gnyakarakterdalamhidupmanusia.Jadi, karaktermenyatakanthe real you and the real me
(siapa Anda dan sayasebenarnya).

B. Bagi Masyarakat

Manfaatkarakterbagimasyarakatadalahjelasseperti yang TuhanYesuskatakan di


dalamFirman-Nya “Kamuadalah garam dan kamuadalahterang” (Matius 5:13-16).
Karaktertercermindalamsetiaptindakan- tindakannyatadalammasyarakat pada
umumnya.Artinya, kehidupankitadapatmenjadiberkatbagimasyarakatbukanmenjadi
batu sandungan.Untukmenyatakankarakter dan kasihKristus di dalamkehidupankita,
juga dirasakan oleh masyarakat di
sekitarkita.Alkitabmengatakanbahwakamuadalahsurat-suratKristus yang terbuka dan
yang dapatdibaca oleh semua orang (2 Korintus 3:1-6).

C. BagiPelayanan
Manfaatkarakterbagipelayananadalahsebagaimana Rasul Paulus
menasihatiTimotiusbahwajadilahteladankepadasemua orang
dalamsegalaaspekkehidupanmu (1 Timotius 4:11-16). Artinya,
seseorangharusmenghidupiapa yang diaajarkankepada orang lain.
Untukdapatmelayanidenganbaikmakadiperlukankarakter-karakter yang
mudahditundukkankepadaKristus,
artinyadalamsetiapaspekkehidupanseseorangtersebutmencerminkanseorangpelayan
yang baik dan sungguh-sungguhberserahpenuhkepadaKristus.

13
S. H. Widyapranawa, 2003. Pendidikan KepribadianDiriSendiri. (Yogyakarta: Taman Pustaka), hlm. 112.

Dengandemikian,
pentingnyakarakterdalamhidupmanusiamenentukankehidupanmanusiaitusendiri.
Thomas Lickonamengatakan
“karakterkitamenentukanbagaimanakitabertindakketikakitatidakdilihat orang
lain.Atausepertidikatakanpepatah lama, “karakteradalahapa yang
andalakukansaattidakada orang yang melihat”.14Artinya,
karakterituadalahnilaidarikehidupanmanusia yang tersembunyi di
dalamdirinyanamundapatdinyatakanmelaluitindakan yang baik dan benar.

4. StrategiPembentukanKarakterSiswa

Pembentukankarakter dan tata nilaidalamkehidupanseseorangsangatpenting.


Sebabitu, kitapatutmemikirkanprinsip dan strategipembentukan dan
pengembangankarakteritusendiri.TIMLaHAYEmengatakan
“watakadalahhasildaritemperamenpembawaananda yang dibentuk oleh pendidikan
masa kanak-kanak, pendidikandisekolah, sikapdasar, agama, prinsip-prinsip dan
motivasi”.15Artinya, dalammembentukkaraktertentutidaksertamertaberhasil,
namunperluadanyakerjasamadengansemuapihakbaikkeluarga, sekolahmaupungereja,
dibawahbimbinganRoh Kudus sebagaiPribadi yang berkuasadalamhidupmanusia.

Pendidikan dan Pengajaran

Strategidalammembentukkarakterseseorangtetapmenjadipenting dan perlu.


MenurutArozatuloTelaumbanuadalamseminarnyamengatakanadatigahalpenting yang
perludiperhatikandalam proses pembentukankarakterseseorang, yaitu “pertama;
keterampilan, yaituadatanggungjawab, keputusan, keindahan, dan lain-lain. Kedua;
sikap yang di dalamnyaadasikapbersyukur, watak, takutakanTuhan, dan ketiga; tata –
nilai, yaitukejujuran, belajar, seni”.16Dari pendapat di atas,
menjelaskanbahwapembentukankarakterdapatdilakukanmelaluipendidikan dan
pengajaran yang aplikatif, efektif dan kreatifsertainovatif – dinamis.
14
Thomas Lickona, hlm. 17.

15
Thomas Lickona, hlm. 8.
16
ArozatuloTelaumbanua. 2011. “Krisis Masa Muda dan PembentukanKarakter”. Bahan Seminar di Yogyakarta, Selasa
28 Juni 2011.

Jadi, pendidikan dan pengajarantetapmenjadihalpentingdalam proses


pembentukankaraktersiswa. Jamil Suprihatiningsihmengatakan “pendidikanatau
proses belajarsebagaisuatuaktivitas mental dan psikis yang
berlangsungdalaminteraksiaktifdenganlingkungan dan
menghasilkanperubahandalampengetahuan, dan pemahaman, keterampilansertanilai-
nilai dan sikap (karakterhidup)”. 17Dengan demikian, pengajaran Pendidikan Agama
Kristen dan bimbingankonseling yang efektif, kreatif dan inovatifsertadinamismampu
dan dapatmembentukkaraktersiswasepertikarakterKristus.
Pendekatan

Pendekatan yang dimaksudadalahmetode dan strategi yang digunakandalam


proses belajarmengajar. Menurut B. S. Sidjabat, dalammembentukkarakteranak, remaja,
atausiswadapatdikembangkanmelaluipendekatan di bawahini:
Pertama; permainan verbal – yaitumelakukanpengolahan kata,
misalnyamemilihsinonim kata yang terkaitdengankejujuran, kepedulian,
keramahan, dan kedamaian.Kedua; konsepdiskusi – berdiskusitentangkonsep-
konsepwatak dan perangai.Dalamkegiatanini, diadakantukarpendapat,
sepertimendengarkan dan didengarkan.Misalnyaberbicaramengenaikeberanian
dan kerajinan.Ketiga; pemberianpujian – memberikanpujian dan
dukungankepadaanak yang mampumenjawabpertanyaan, bercerita,
sertaberperilakubaik.Keempat; hadiah –
memberikanhadiahbagianakatasprestasinyaatausetelahmelakukansesuatu yang
baik dan benar.Kelima; kesempatankedua –
memberikankesempatankeduabagianakjikagagalberperilaku,
tidakhanyasekadarhukuman.Keenam; ingatan – menghafalkan kata-kata
mutiaraataupernyataan orang-orang terkenal.Ketujuh; kutubberlawanan –
bersamaanakmembicarakanperilakubaik dan
burukberikutkonsekuensinyamasing-masing.Kedelapan; melihat –
mengenalhal yang baik dan burukmelalui percakapan.18

17
Jamil Suprihatiningrum. 2014. StrategiPembelajaran: Teori dan Aplikasi.
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), hlm. 15.

18
B.S. Sidjabat, hlm. 262-264.

Berdasarkanpendapat di atas, penulisberpendapatbahwaprinsipiniadalahbaik dan


prinsiptersebutmenekankankepadaketeladan orang tuaatau guru yang menjadi idola
sang anakdalammembentukkarakter. Pendekatan juga berbicaratentangkomunikasi
dan hubunganantara guru dengansiswa.NanaSudjanamengatakan
“untukmencapaiinteraksibelajar-mengajar, adanyakomunikasi yang jelasantata guru
dan siswa yang berdayagunadalammencapaitujuanpengajaran, yaitu
perubahan”.19Untuk menerapkanpendekatandalammembentukkaraktersiswa,
dibutuhkankompetensi dan profesionalsehinggamemberikanhasil yangbaik.
1. Keteladanan

Keteladananmerupakanhal yang paling utamadalammembentuk dan


mendidikkarakteranak. Thomas Lickonamengatakan “meneladankansendiri proses itu,
sehinggakaummudamempunyai orang dewasadalamkehidupanmereka yang
terlihatbertekadmenggapaicita-cita yang tinggi dan
berjuangmengaktualisasikansecaralebih penuh”. 20Artinya,
tidakadapembentukankarakter yang
jaditanpaadateladan.TuhanYesusKristusadalahteladanhidupkita, tetapi orang tua juga
sebagaiteladanbagianak.Keteladananhidup guru dan orang
tuadalammembentukkarakterataukepribadiananaksangatlahpenting. B. S.
Sidjabatmengatakan “sebagai guru, kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif,
berwibawa, berbudiluhursertalayakdijadikanteladandapatmemberikanpelajaranbagi
siswa”.21Dengan demikian, keteladandapatmenentukan proses pengajaran yang
membentukkaraktersiswasebagaitujuanpengajaran yang instruksional.
Keteladananhidupadalahwujuddaripengajaran yang
disampaikankepadasiswabaikmelaluipendidikan formal maupun non- formal.
2. Keterampilan

Keterampilan yang dimaksudadalahkemampuan guru atau orang


tuauntukmengajarkananakatausiswadalammembentukataukepribadianmerekasamasep
ertiKristusmelaluiketerampilan dan seni.

19
Nana Sudjana. 2009. Dasar-dasar Proses BelajarMengajar. (Bandung: SinarBaruAlgensindo), hlm. 31.
20
Thomas Lickona, hlm. 27.
21
B.S. Sidjabat, hlm. 72.

Strategipembentukankarakterinimerupakansuatuketerampilankitasebagaipendi
dikatau orang tua. Keterampilanberbicaratentangkehidupanrohani dan
keteladananhidupkitabagi orang lain sertakemampuandalammelakukanperan. H.
Norman Wright mengatakan “orang tua yang
berperansebagaipenyelidikmempunyaiposisi yang paling baikdalammelengkapianak-
anakmerekauntukdapatbertumbuhdewasadan mandiri.
Kemampuanmerekauntukmengajukanpertanyaanbermanfaatkedalammengajar,
berperanserta, dan memberikantanggung jawab”.22 “Selainitu, pertanyaan yang
tidakmengancammerupakancara yang sangatbaikuntukmembantuanakmemikirkan
dan mengenalipilihannyauntukmandiri”. 23

Pada intinya, strategipembentukankaraktermemilikiprinsip dan pendekatan yang


perludikembangkan oleh siapa pun yang inginterlibat di dalamnya, baik orang tua,
guru maupun para diakenataugembala.Jadi,
pembentukankarakterdapatdilakukandenganberbagaistrategi, prinsip dan pendekatan,
salah satudiantaranyaketerampilan.
3. Roh Kudus yang MembentukKarakter

Ada pendapat yang mengatakanbahwakarakterseseorangtidakdapatdiubah,


sebabkarakteradalahkepribadian yang
merupakanbawaansejaklahirseseorangsehinggatidakdapatdibentuk.Alkitabmengataka
n “Aku, manusiacelaka! Siapakah yang akanmelepaskanakudaritubuhmautini?
Syukurkepada Allah! oleh YesusKristus, Tuhankita. Jadi
denganakalbudikuakumelayanihukum Allah,
tetapidengantubuhinsanikuakumelayanihukumdosa (Roma 7:24-26)”. Maksudayatini,
menunjukkanbahwakarakterdapatdiubah oleh kuasaTuhanYesus, sehingga Paulus
berkata “syukurkepada Allah” oleh YesusKristus, Tuhankita. Hal
inidapatdiketahuidalam II Korintus 5:17: “Jadi siapa yang ada di dalamKristus,
iaadalahciptaanbaru: yang lama sudahberlalu, sesungguhnya yang
barusudahdatang.Berartikarakterdapatdiubah oleh kuasaRoh Kudus.
Namun, harusdiakuibahwastrategi dan prinsipsertapendekatanapa pun yang
kitalakukanuntukmembentukkarakterseseorangperlu, tetapitanpabekerjasama dan
melibatkanRoh Kudus di dalamnya, makasia- sia.

22
H. Norman Wright. 2009. Menjadi Orang Yang Bijaksana. (Yogyakarta: AndiOffset), hlm. 52.

Penulis juga
mempunyaipandangansamabahwamanusiatidaklahmampumembentukkarakterseseora
ng. HanyaRoh Kudus yang mampumembentuk dan
mengubahkarakterhidupseseorang. Malcolm Brownlee mengatakan
“karyaTuhandalammengubahtabiatmanusiadilakukanmelaluiRoh Kudus yang
bekerjadalamkehidupanmanusia, sehinggatabiat orang Kristen
tidakdapatdilepaskandenganTuhanYesus”.24
Alkitabbanyakmengemukakankebenaranuntukmenuntunkitabertumbuhdengan
watak yang sehat salah satunyaadalahpertobatan. Erastus Sabdonomengatakan
“menjadiciptaanbaruatauhidupbarumemilikiukuran yang sangattinggi.
Bukanhanyamelakukansuatukegiatanrohani, dariseorang non Kristen menjadi Kristen
ataudariseorangtidakbergerejajadianggota gereja”.25Roh Kudus
bekerjamelaluipertobatankitauntukmembentukkepribadian yang sehat dan benar.Roh
Kudus begitupentingdalampembentukan dan pengembanganwatakkita.Artinya, Roh
Kudus adalahRohKebenaran, Penolong dan Penghibur, Diadiutusuntukmendiami dan
menyertai para pengikutKristus.
Menurut Henry C. Thiessen mengatakan salah satukaryaRoh Kudus adalah
“memperbaharui”. “ManusiadilahirkankembalimelaluipelayananRoh Kudus (Yohanes
3:3-8), karenaRohKuduslah yang memberihidup (Yohanes
6:63).Paulusberbicaratentangpembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Titus
3:5)”.
Senadadenganitu, Joshua Maruta dan Cornelius Sianturimengatakan
“setelahmerekamenerimakepenuhanRoh Kudus merekaberubahmenjadi orang-orang
yang luarbiasa, melakukanbanyakmujizatdengankuasaTuhan(God’s power)”.Artinya,
Roh Kudus yang membentuk dan memperbaharuikarakterseseorangdari yang
tidakbaikmenjadibaiksampaikepadakepenuhanKristus.

24
Malcolm Brownlee. 2006. Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor Di Dalamnya. (Jakarta: BPK GunungMulia),
hlm.152.
25
Erastus Sabdono. 2014. HidupkuBagiMu. (Jakarta: Rehobot Literature), hlm. 5.

26
Henry C. Thiessen. 2000. TeologiSistematika. (Malang: Gandum Mas), hlm.386.

Pembentukankaraktersiswaadalah “suatu proses dan upayauntukmembentuk


dan memperbaikikepribadianseseorangdari yang
tidakbaikmenjadibaikmelaluipengajaran PAK dan BimbinganKonselingdengankasih
dan
ketegasanhinggasiswamemilikikarakterserupadenganKristusdalamdirinyakarenadiarel
auntukmenjalani proses pembentukanuntuksuatuperubahankarakter yang
berkenankepadaAllah”.
Kesimpulan
Guru PAK sebagai motivator tentunya akan lebih mudah untuk masuk dalam ranah
permasalahan dan pergumulan peserta didik karena secara psikologis guru PAK dapat melakukan
pendetannya melalui konsep-konsep spiritual sehingga dapat membangkitkan gairah,
memberikan motivasi, membentuk peserta didik memiliki nilai hidup, nilai spiritual, dan nilai
moral.
Guru PAK mempunyai peran yang strategis sebagai motivator dapat membantu peserta didik
agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal agar
memiliki rasa percaya diri dan memiliki keberanian dalam membuat keputusan dalam
membentuk atau membangun karakter yang baik didalam dirinya.
Dengan demikian keadaan seperti itulah yang menjadi alasan bahwa peran motivator adalah
pada posisi yang amat strategis dalam upaya “menyelamatkan” peserta didik dari keadaan yang
tidak menguntungkan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang untuk memahami arti
tujuan hidup yang harus diraih. Sebagaiwujudnyataperanan guru PAK
tersebutharusmelaksanakantugasnyadenganbaik dan
bertanggungjawabdalammencapaitujuanpembelajaran yang sempurna. Salah
satutujuan Pendidikan Agama Kristen adalahsiswamemilikikarakter yang
baiksepertiTuhanYesusKristus.Sebabperan Guru Pendidikan Agama Kristen
sangatberpengaruhterhadappembentukkaraktersiswa.

Daftar Pustaka

Abineno, J.L.Ch. 1999. Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Boehlke, Robert R. 2000. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen dari Plato sampai IG Loyoha. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Homrighausen, E.G. dan Enklaar, I.H. 2013. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Ismail, Andar. 2009. Selamat Menabur 33 Renungan tentang Didik mendidik. Jakarta: BPK
Gunung Mulia

Pullias, Earl V. dan James D. Young. 1983. Guru Adalah Segala-galanya. Bandung: Tarate.

Seraano, Janse Belandina Non. 2009. Profesionalisme Guru dan Bingkai Materi Pendidikan
Agama Kristen SD, SMP, SMA. Bandung: Bina Media Informasi.
Nuhamara, Daniel. 2009. Pembimbing PAK. Bandung: Jurnal Info Media.

Sidjabat, B. Samuel Sidjabat. 2009. Strategi Pendidikan Kristen: Suatu Tinjauan Teologis-
Filosofis. (Edisi Revisi). Yogyakarta: Yayasan ANDI

Brownlee, Malcolm. 2006. Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor Di Dalamnya.


Jakarta: BPK GunungMulia.
Budiyana, Hardi. 2011. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen. Surakarta: STT
BeritaHidup.
Djamarah, SyaifulBahri. 2005. Guru dan Anak DidikdalamInteraksiEdukatif. Jakarta:
PT. RenikaCipta.
Lickona, Thomas. 2012. Pendidikan Karakter. Bantul: KreasiWacana.
Maruta, Joshua dan CoreneliusSianturi. 2008. The Secret of
PersonalPower.Singapura: Training For Excellence.
Nainggolan, John M. 2006. Guru Agama Kristen. Bandung: Jurnal Info Media.
Robianto, Robert. 2009. “Pendidikan Budi PekertiMengikisKorupsi”.BAHANA, Vol. 217,
Mei 2009.

Sabdono, Erastus. 2014. HidupkuBagiMu. Jakarta: Rehobot Literature. Saragih, A. Hasan.


2008. “Kompetensi Minimal Seorang Guru DalamMengajar”. JurnalTabularasa PPS
Unimed, Vol. 5, No. 1, Juni 2008.

Sardiman. 2007. Interaksi dan MotivasiBelajar-Mengajar. Jakarta: PT. Raja


GrafindoPersada.
Sidjabat, B. S. 2010. MengajarSecaraProfesional. Bandung: Kalam Hidup.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses BelajarMengajar. Bandung:
SinarBaruAlgensindo.
Suprihatiningrum, Jamil. 2014. StrategiPembelajaran: Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Telaumbanua, Arozatulo. 2015. Saya Pasti Bisa SepertiRajawali.Sukoharjo: Born Win’s
Publishing.
2011. “Krisis Masa Muda dan PembentukanKarakter”. Bahan Seminar
diYogyakarta, Selasa 28 Juni 2011.

Thiessen, Henry C. 2000. TeologiSistematika. Malang: Gandum Mas.

Wahyuni, NaningDwi dan Sri Rejeki. 2014. “Pola Pendidikan KarakterUsia Dini Di
TK Pertiwi XVI KecamatanPundongKabupaten BantulT.P. 2013/2014”.
BahanCeramah pada hari Rabu, 13 Agustus 2014.

Widyapranawa, S.H. 2003. Pendidikan KepribadianDiriSendiri,Yogyakarta: Taman


Pustaka.

Wright, H. Norman. 2009. Menjadi Orang Yang Bijaksana. Yogyakarta: Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai